0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan5 halaman
Temulawak adalah tanaman herbal yang rimpangnya mengandung zat warna alami kurkuminoid yang bermanfaat sebagai obat tradisional, pewarna alami, dan bahan kosmetik. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai ketinggian dengan persyaratan curah hujan dan suhu tertentu. Langkah-langkah budidaya temulawak meliputi persiapan lahan, benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pembubunan akar.
Temulawak adalah tanaman herbal yang rimpangnya mengandung zat warna alami kurkuminoid yang bermanfaat sebagai obat tradisional, pewarna alami, dan bahan kosmetik. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai ketinggian dengan persyaratan curah hujan dan suhu tertentu. Langkah-langkah budidaya temulawak meliputi persiapan lahan, benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pembubunan akar.
Temulawak adalah tanaman herbal yang rimpangnya mengandung zat warna alami kurkuminoid yang bermanfaat sebagai obat tradisional, pewarna alami, dan bahan kosmetik. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai ketinggian dengan persyaratan curah hujan dan suhu tertentu. Langkah-langkah budidaya temulawak meliputi persiapan lahan, benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pembubunan akar.
Menurut klasifikasi dalam tata nama ( sistematika ) tumbuhan, tanaman temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011). Temulawak adalah tanaman yang menghasilkan rimpang atau umbi akar yang memiliki khasiat sebagai tanaman herbal (tanaman obat). Umbi akar temulawak berwarna kuning gelap, atau coklat muda dikarenakan mengandung zat warna alami yang disebut kurkuminoid yang aman digunakan untuk pewarna makanan atau tekstil. Berdasarkan fakta tersebut rimpang temulawak dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami untuk mewarnai jaringan tumbuhan menggantikan pewarna sintetis yang harganya mahal dan bersifat karsinogenik. Jaringan tumbuhan yang dimaksud seperti batang tumbuhan iler yang dijadikan sebagai preparat maserasi menggunakan pewarna yang dihasilkan dari filtrat rimpang temulawak.
Fungsi dan manfaat
Pati temulawak dapat digunakan sebagai campuran pati lain, misalnya sebagai campuran pati sereal untuk mengurangi sifat basi pada roti atau sebagai pengental pada sirup Minyak asiri temulawak mempunyai khasiat sebagai kolagoga (peluruh empedu). minyak ini digunakan sebagai campuran obat rematik. Temulawak dapat digunakan sebagai obat anti-inflamasi atau anti radang. Temulawak digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, seperti menambah nafsu makan, menyembuhkan sakit maag, batuk, asma, dan sariawan, dll. Selain itu, temulawak dalam dunia kosmetik yaitu digunakan untuk antijerawat. Syarat tumbuh • Temulawak dapat tumbuh di daerah mulai dari 5 - 1000 meter DPL. • Temulawak dapat tumbuh pada lahan yang teduh, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh di tanah yang lembab karena tanaman ini sangat mudah beradaptasi dengan kondisi cuaca yang berbeda di daerah beriklim tropis. • Suhu yang baik untuk pertumbuhan temulawak adalah antara 19 ° C dan 30 ° C , curah hujan 1000 - 4000 mm/ thn dapat tumbuh pada semua jenis tanah Pemilihan lokasi 1. Calon lokasi pertanaman bukan bekas tanaman rimpang yang sudah ada gejala penyakit layu, famili solanaceae, pisang-pisangan, atau tanaman inang penyakit layu; 2. 2. Lahan hanya bisa ditanam 2 (dua) kali berturut-turut; 3. 3. Lahan yang terkena penyakit layu dapat diusahakan kembali untuk pertanaman temulawak minimal 5 tahun (jika sudah positif terkena serangan berat penyakit layu); 4. 4. Kesesuaian lahan : a. Ketinggian : 200 - 700 m dpi; b. Curah hujan tahunan : 1.500 - 4.000 mm; c. Suhu udara : 20 - 30°C; d. pH tanah : 5,0-6,5; e. Jenis tanah : latosol, andosol, podsolik, regosol; f. Struktur tanah : subur, gembur, banyak mengandung humus; g. Tekstur tanah : berpasir, liat berpasir dan tanah laterik; h. Kemiringan lahan maksimum 30% (diikuti konservasi lahan); i. Naungan maksimal 30%. Pemilihan benih Benih yang digunakan harus berkualitas, dengan ciri-ciri: 1. Berasal dari varietas unggul yang teridentifikasi dengan jelas asal usulnya; 2. Merupakan spesies/varietas murni yang tidak tercampur; 3. Berasal dari tanaman induk yang sehat dan berumur 10- 12 bulan dan atau anakan dari rimpang yang sehat; 4. Apabila menggunakan rimpang induk hanya seperempat bagian (satu rimpang dibelah menjadi empat bagian membujur) untuk satu lubang tanam, sedangkan untuk rimpang anak berukuran 20-40 gr/potong; 5. Tidak ada gejala penyakit layu, dan lalat rimpang. Benih rimpang induk dan rimpang anak yang sehat dapat dilihat pada gambar
6. Jika rimpang dipatahkan akan terlihat banyak serat;
7. Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas; 8. Warna lebih mengkilat dan terlihat bernas; 9. Rimpang mempunyai 2-3 mata tunas; 10. Benih tidak cacat fisik (luka, memar); 11. Kebutuhan benih yang berasal dari rimpang anak 500- 700 kg/ha dan untuk rimpang induk 1.000-1.500 kg/ha (termasuk tanaman sulam). Penyiapan Benih Penyiapan benih adalah proses dimana tanaman induk dibongkar dan dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel pada rimpang stelah itu dipisahkan dari rimpang anak yang bertujuan Untuk mendapatkan benih yang baik. 1. Bila menggunakan bibit rimpang induk a. Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata; b. Penjemuran dilakukan selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut; 2. Bila menggunakan bibit rimpang anak a. Penyimpanan rimpang anak yang baru diambil dapat dilakukan di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan; b. Dilakukan pemotongan rimpang menjadi potongan-potongan berbobot 20-40 gram yang memiliki 2-3 mata tunas; 3. Benih ditunaskan terlebih dahulu di tempat lembab pada media pasir atau jerami, setelah tunas keluar ± 0,5-1 cm panjangnya dapat langsung ditanam ke lapang produksi Penyiapan Lahan Penyiapan lahan merupakan rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain. Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. Kriteria Lahan Teulawak a. Lahan bersih dari tanaman-tanaman lain dan gulma. b. Tanah gembur. c. Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan d. Mengandung pupuk organik/pupuk kandang yang matang (minimal 1-2 kg/lubang). Penanaman Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan sesuai jarak tanam. Strutur kegiatan dan kebutuhan penanamannya yaitu : 1. Melakukan penanaman pada awal musim penghujan 2. Melakukan penanaman sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam sekitar 10 cm 3. Menanam benih yang telah bertunas dalam posisi rebah dan tunas menghadap ke atas. 4. Memadatkan tanah di sekitar benih PEMUPUKAN Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa pupuk ke tanaman. 1. Pupuk kandang yang diberikan bermutu baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama penyakit 2. Areal tanam telah diberi pupuk dasar berupa pupuk organik kompos atau pupuk kandang sebanyak 10-20 ton/ha; 3. Pemberian pupuk anorganik sesuai dengan prinsip LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) yaitu urea 200 kg/ha; SP-18 100 kg/ha; dan KCl 100 kg/ha untuk pola monokultur sedangkan kebutuhan pupuk untuk pola tumpangsari : urea 200 kg/ha; SP-18 : 200 kg/ha; KCl 200 kg/ha; 4. SP-18 dan KCl diberikan pada saat tanam, urea diberikan 3 kali yaitu pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam masing-masing sepertiga bagian. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan, penyiraman/pengairan. 1. Kondisi pertanaman bertumbuh baik, bebas dari gulma, pertumbuhan seragam; 2. Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan iklimnya; 3. Penyulaman pada umur satu bulan setelah tanam dengan menggunakan benih/bibit yang telah disiapkan dengan umur yang sama; 4. Kegiatan penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma. Usahakan pada umur 3-6 bulan tanaman bebas dari gulma, setelah berumur 6 bulan dilakukan sesuai dengan kebutuhan; 5. Penyiangan dilakukan dengan mekanis/manual, tidak boleh menggunakan herbisida. Untuk tanaman yang berumur 4 bulan, penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman dan mencegah masuknya penyakit; 6. Pembubunan Mengingat tanaman temulawak berjenis tanaman rimpang, maka pertumbuhan akar penting untuk diperhatikan. Pembubunan ini menjadi salah satu langkah untuk menjaga pertumbuhan akar tetap berkembang dengan baik. Caranya adalah dengan menutup kembali bagian akar yang terlihat terbuka. Proses pembubunan ini dilakukan setelah proses penyiangan selesai dilakukan.