Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annur Yudha A.

M
NRP : 03211740000085
Kelas : Biomonitoring
EAS

1. Biomonitoring dapat diartikan sebagai suatu Teknik penggunaan respon


makhluk hidup (organisme) secara sistematis untuk mengevaluasi perubahan
perubahan kualitas lingkungan (Naray & Kudasz, 2016). Biomonitoring
menggunakan pengetahuan tentang ekosistem dengan berbagai dinamikanya
untuk memantau berbagai Langkah pengendalian lingkungan. Teknik ini
diharapkan mampu menggambarkan tentang cocok atau tidaknya kondisi
lingkungan dengan organisme tertentu. Keberadaan organisme tersebut
mengindikasikan kondisi ekosistem dan kualitas lingkungan secara khusus
atau spesifik (Komarawidjaja & Titiresmi, 2006).
Contoh : Cacing Tanah Eudrilus Eugeniae sebagai bioindicator tanah
tercemarlogam berat, Kemampuan cacing Eudrilus eugeniae bertahan dalam
kondisi tanah yang tercemar dan kemampuannya dalam mengakumulasikan
polutan dalam tubuhnya menjadikan cacing ini banyak digunakan untuk
indikator pencemaran tanah dan bioremidiator. Cacing Eudrilus
eugeniae diketahui memiliki kemampuan mengakumulasikan logam berat
dan senyawa hidrokarbon yang lebih dibandingkan dengan cacing dari jenis
lainnya seperti Eisenia fetida dan Perionyx excavates (Pattnaik, 2011).
Setelah diinokulasi cacing selama 90 hari penelitian, karakteristik
fisikokimia yang terkandung pada tanah yang terkena polusi seperti pH,
konduktivitas elektrik, total karbon organik, klorida, nitrogen, sodium,
sulfat, potasium, nitrat, kalsium, fosfat, dan magnesium mengalami
penurunan konsentrasi hingga 57%. Sedangkan untuk petroleum
hidrokarbon dan BTEX (benzena, toluen, etilbenzena, dan xylene)
mengalami penurunan hingga 84,99% (Ekperusi dan Algbodion, 2015).
Proses ini menyebabkan perpindahan logam berat tersebut dari lingkungan
ke tubuh cacing, sehingga tanah yang tercemar atau terkontaminasi
berkurang kandungan polutannya.

2. A. Pencemaran Udara adalah suatu kondisi dimana kualitas udara menjadi


rusak dan terkontaminasi oleh zat zat, baik yang tidak membahayakan
hingga yang berbahaya bagi kehidupan suatu organisme dan kandungan zat
zat tersebut melebihi baku mutu dari udara ambien. Contoh : Pencemaran
gas H2S di sekitar sumur minyak di Desa Sambiroto Bojonegoro.
B. Lichen sebagai bioindicator pencemaran udara sekaligus bioremediator.
Lichen merupakan tumbuhan indikator yang peka terhadap pencemaran
udara. Lichen adalah spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah
besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Adanya kemampuan ini
menjadikan lichen sebagai bioindikator yang baik untuk melihat adanya
suatu kondisi udara pada suatu daerah yang tercemar atau sebaliknya
(Jannah, 2007). Lichen sangat sensitif terhadap pencemaran udara. Tidak
seperti banyak tanaman vaskular, lichen tidak memiliki bagian daun
sehingga tidak bisa menghindari paparan polutan dengan memusatkan
polutan di permukaan daun (Nash, 2008).

3. A. Pencemaran air adalah pencemaran badan air (seperti lautan, laut, danau,


sungai, air tanah dan lainnya) yang biasanya disebabkan oleh aktivitas
manusia. Perubahan dalam sifat fisik, kimia atau biologis air akan memiliki
konsekuensi yang merugikan bagi organisme hidup. Contoh Pencemaran
Pestisida pada perairan perikanan di sukabumi Jawa Barat, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada lahan perikanan air tawar di daerah Sukabumi
terdapat residu pestisida dari golongan organoklorin, organofosfat, piretroid,
dan karbamat dengan konsentrasi di bawah Batas Maksimal Residu (BMR).
Jenis dan konsentrasi residu pestisida tersebut yang terbesar terdapat pada
ikan, kemudian di dalam tanah dan yang terakhir adalah dalam air. 
B. Bioremediasi perairan yang tercemar dengan pestisida menggunakan
bakteri indigenous Bakteri indigenous merupakan hasil isolasi bakteri yang
dilakukan oleh laboratorium yang bersangkutan. Isolat terbaik yang dipilih
dapat dikombinasikan dalam suatu konsorsium. Hasil isolasi dan seleksi
bakteri indigenous yang berasal dari lumpur Sungai Siak didapatkan 6 isolat
bakteri yang dapat mereduksi logam Pb. Bakteri tersebut terdiri dari:
Microccocus, Corynebacterium, Phenylo- bacterium, Enhydrobacter,
Morrococcus, Flavobacterium dengan jumlah total bakteri berkisar antara:
3,0 X 107 sampai 1,5 X 108 sel/ml (Sri, Dewi, dan Suwondo, 2005). Selain
berpotensi dalam penurunan logam, bakteri indigenous lain yang berasal dari
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) juga mempunyai kemampuan untuk
menurunkan pencemar organik, seperti isolat hasil penelitian Suyasa (2007)
yang mendapatkan 17 isolat bakteri yang berasal dari RPH mempunyai
kemampuan menurunkan COD 63% waktu retensi 7 hari. Selain dari lumpur
sungai, bakteri untuk bioremediasi air juga dapat diperoleh dari air dan
sedimen danau atau tambak udang. Dengan melakukan isolasi dan seleksi
bakteri yang berasal air dan lumpur Danau Maninjau didapatkan 2 isolat
bakteri yang dapat mereduksi sulfida, dan 7 isolat bakteri untuk mereduksi
amonia (Rusnam; Efrizal; Bustanul , 2009). Seperti juga di danau yang
merupakan ekosistem perairan tergenang (lentic), kolam tambak udang juga
mempunyai potensi bakteri remediasi. Dari Isolasi dan seleksi bakteri yang
berasal dari tambak udang di daerah Karawang, Jawa Barat (Muhammad dan
Widiyanto, 2008) menyimpulkan bahwa bakteri yang berasal dari perairan
tambak udang tersebut mampu menjaga kestabilan konsentrasi amonia dan
nitrit, sehingga konsentrasinya masih berada pada batas aman untuk
budidaya.

4. A. Pencemaran tanah adalah keadaan atau suatu kondisi dimana bahan/zat


kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Penyebab pencemaran tanah dapat disebabkan beberapa hal diantaranya

1. Bahan atau benda yang tidak dapat di daur ulang misalnya plastik, kaca,
logam dan karet. Jika benda-benda tersebut tertimbun dalam tanah maka
struktur tanah menjadi rusak
2. Zat kimia misalnya sisa pestisida dari pertanian yang meresap kedalam tanah
ataupun sisa limbah industri dan rumah tangga seperti deterjen dan lainnya
3. Pengikisan lapisan humus (topsoil) oleh air
4. Deposit senyawa asam dari peristiwa hujan asam
Contoh : Pencemaran Tanah oleh logam berat di sekitaran areal industry
kimia.
B. Pada kasus pencemaran tanah dengan logam berat dapat dilakukan
bioremediasi dengan Cacing Tanah Eudrilus Eugeniae sebagai bioindicator
tanah tercemarlogam berat, Kemampuan cacing Eudrilus eugeniae bertahan
dalam kondisi tanah yang tercemar dan kemampuannya dalam
mengakumulasikan polutan dalam tubuhnya menjadikan cacing ini banyak
digunakan untuk indikator pencemaran tanah dan bioremidiator.
Cacing Eudrilus eugeniae diketahui memiliki kemampuan
mengakumulasikan logam berat dan senyawa hidrokarbon yang lebih
dibandingkan dengan cacing dari jenis lainnya seperti Eisenia
fetida dan Perionyx excavates (Pattnaik, 2011). Setelah diinokulasi cacing
selama 90 hari penelitian, karakteristik fisikokimia yang terkandung pada
tanah yang terkena polusi seperti pH, konduktivitas elektrik, total karbon
organik, klorida, nitrogen, sodium, sulfat, potasium, nitrat, kalsium, fosfat,
dan magnesium mengalami penurunan konsentrasi hingga 57%. Sedangkan
untuk petroleum hidrokarbon dan BTEX (benzena, toluen, etilbenzena, dan
xylene) mengalami penurunan hingga 84,99% (Ekperusi dan Algbodion,
2015). Proses ini menyebabkan perpindahan logam berat tersebut dari
lingkungan ke tubuh cacing, sehingga tanah yang tercemar atau
terkontaminasi berkurang kandungan polutannya.

5. Berikut adalah contoh pengolahan limbah dan lindi


a. Pengolahan Air Limbah Secara Aerobik :
• Kolam Aerasi (Aerated Lagoon)
• Kolam Aerasi Fakultatif
• Proses Lumpur Akit (Activated Sludge Process, ASP)
• Extended Aeration
• Parit Oksidasi (Oxidation Ditch)
b. Pengolahan Air Lindi Secara Anaerobik
• Biofilter Anaerobik (Anaerobic Filter)
• Upflow Anaerobuc Sludge Blanket(UASB)
• Kolam Anaerobik (Anaerobic Pond)
• Anaerobic Baffled Reactor

Anda mungkin juga menyukai