Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

UTILITAS
ACARA 3: PENGOLAHAN AIR SECARA KIMIAWI (FLOKULASI)

Disusun oleh

Nama : Alviga Gustya Nanda


NIM : 021200005
Plug/Kelompok : B/3
Fakultas/Prodi : Teknik Industri/D3 Teknik Kimia
Hari/Tanggal/Jam : Jumat, 17 September 2021/12.00-14.00
Dosen Pembimbing : Mitha Puspitasari, S.T., M.Eng

LABORATORIUM UTILITAS
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM

UTILITAS

ACARA 3 : PENGOLAHAN AIR SECARA KIMIAWI (FLOKULASI)

Disusun oleh

Nama : Alviga Gustya Nanda


NIM : 021200005
Plug/Kelompok : B/3
Fakultas/Prodi : Teknik Industri/D3 Teknik Kimia
Hari/Tanggal/Jam : Jumat, 17 September 2021/12.00-14.00
Dosen Pembimbing : Mitha Puspitasari, S.T., M.Eng

Disetujui
Dosen Pembimbing

Mitha Puspitasari, S.T., M.Eng


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun laporan
PRAKTIKUM UTILITAS dengan judul “PENGOLAHAN AIR SECARA
KIMIAWI (FLOKULASI)” sebagai data hasil pengamatan saya, saya juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran
dalam mengerjakan laporan praktikum utilitas.
2. Ibu Mitha Puspitasari, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing pada
Praktikum Utilitas.
3. Bapak Heri Sutanto, S.T. selaku pembimbing dan asisten laboratorium
yang membimbing selama jalannya praktikum.
4. Kelompok praktikum saya yang telah bekerja sama dalam melakukan
praktikum.
Laporan praktikum ini saya susun untuk memenuhi tugas PRAKTIKUM
UTILITAS semester tiga D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Laporan praktikum ini masih jauh dari kata baik, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk lebih
baik kedepannya dalam membuat laporan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 17 September 2021


Penyusun

Alviga Gustya Nanda


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia.


Salah satu manfaat sungai yang cukup penting adalah sebagai salah satu
sumber air untuk mendukung kebutuhan hidup manusia. Sebagai contoh, air
sungai bisa dipergunakan untuk mencuci, mandi, bahkan dapat diolah untuk
menjadi air minum.

Namun dari waktu ke waktu fungsi sungai perlahan lahan berubah. Saat
ini, masyarakat cenderung membuang limbah rumah tangganya langsung ke
sungai dan menyebabkan air sungai menjadi tercemar oleh limbah domestik.
Keadaan sungai yang pada awalnya bersih berubah menjadi kotor dan keruh.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat diperlukan


penanganan khusus agar kualitas air sungai sesuai dengan standar. Ada
beberapa contoh pengolahan air diantaranya pengolahan secara fisis, kimiawi
dan biologis. Pada pengolahan secara fisis, cara yang bisa dilakukan adalah
filtrasi dan sedimentasi. Pada pengolahan secara biologis, biasanya dilakukan
untuk membunuh mikroorganisme yang patogen yaitu dengan pemberian
bahan desinfektan. Pada pengolahan secara kimiawi, dilakukan dengan cara
menambahkan suatu senyawa kimia yang biasanya disebut dengan koagulan
dan flokulan. Saat ini, metode yang paling banyak digunakan untuk mengolah
air, yaitu metode kimiawi dan pengolahan secara fisis.

Pada dasarnya air sungai mengandung partikel-partikel koloid yang


sulit untuk mengendap dengan gaya gravitasi, sehingga diberi penambahan
koagulan serta flokulan agar partikel-partikel koloid dapat mengendap.
Umumnya koagulan yang sering digunakan adalah Alumunium Sulfat atau
biasa disebut dengan tawas. Adapun flokulan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah Curiflok.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan
dengan mengamati parameter kimia, fisika, biologi seperti uji oksigen terlarut
(DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD),
partikel tersuspensi, sulfida, pH, bau rasa dan kekeruhan.

II.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui metode dan proses koagulasi dan flokulasi.


2. Menentukan pemberian dosis flokulan dan kecepatan pengadukan yang
optimum pada sampel limbah.
II.3 Dasar Teori
Flokulan adalah bahan yang bekerja dengan cara mengaglomerasi
partikel-partikel koloid sehingga partikel koloid terjadi proses sedimentasi
yang cepat (Prakisi, 2013). Saat ini, flokulan yang banyak digunakan adalah
polyelectrolyte. Berdasarkan sifatnya, polyelectrolyte ini dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu non ionic polimer (misalnya polyacrylamide), anionic
polimer (misalnya polyacrylic acid) dan kationik polimer (misalnya
polyethelyene-imine). Dalam beberapa kasus, penggunaan polyelectrolyte
tanpa disertai dengan penggunaan koagulan dapat bekerja dengan sangat
efektif (Siregar, 2005).
Dalam memilih flokulan, terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain (Sugiharto, 1987) :
a. Sifat dan kualitas dari air limbah.
b. Variasi dalam kualitas air limbah yang dapat berupa suhu dan pH.
c. Kualitas output yang diinginkan setelah proses pengolahan.
d. Sifat pengolahan setelah proses koagulasi-flokulasi.
e. Derajat kemurnian dari reagen.
Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu merupakan suatu program
lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya menggunakan Jar Test.
Pengujian untuk memilih koagulan biasanya dilakukan di laboratorium.
Untuk melaksanakan pemilihan koagulan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu (Anonim, 2013).
1. Suhu
Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi/flokulasi sehingga
untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima, koagulan yang dipakai
harus lebih banyak.
2. pH
Nilai pH ekstrim, baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh
terhadap koagulasi/flokulasi. Masing-masing koagulan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda.
3. Alkalinitas
Alum sulfat dan ferri sulfat bereaksi dengan air membentuk senyawa
aluminium atau ferri hidroksida yang kemudian akan memulai proses
koagulasi. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan
menghasilkan koagulasi yang kurang baik. Pada kasus demikian,
mungkin diperlukan penambahan alkali ke dalam air.
4. Kekeruhan
Makin rendah kekeruhan, pembentukan flok yang baik makin sukar
terjadi. Operator harus menambahkan zat pemberat untuk membuat
partikel-partikel menjadi lebih sering bertumbukan.
5. Warna
Warna mengindikasikan senyawa organic, dimana zar organic ini bisa
bereaksi dengan koagulan sehingga mengganggu proses koagulasi.
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang
memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga
partikel siap membentuk flok (gabungan partikel-partikel kecil). Flokulasi
adalah proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-partikel
tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah
mengendap. Proses koagulasi dan flokulasi pada skala laboratorium
dilakukan dengan peralatan jar test.
Proses flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel-partikel
kecil dalam sebuah suspense, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang
disebut flok. Flokulasi disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil
bahan kimia yang disebut sebagai flokulan. Flokulan dapat dikategorikan
menjadi 2 jenis yaitu flokulan organic dan flokulan anorganik. Di antara
flokulan-flokulan anorganik, garam-garam dari berbagai logam seperti
aluminium dan besi telah banyak digunakan. Flokulan organic dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu sintetik dan alami. Flokulan sintetik umumnya
merupakan polimer linear yang larut dalam air seperti polyacrylamide,
poly(acrylic acid), poly(diallyl dimethyl ammonium chloride), poly(styrenic
sulfonic acid), dan sebagainya. Di sisi lain, pati, selulosa, alginic acid, guar
gum, adalah polimer alami yang sangat sering digunakan sebagai flokulan.
Polyacrylamide (PAM), poly aluminium chloride (PAC), dan
kopolimernya merupakan polimer yang baik untuk pengolahan limbah cair
industry. PAC adalah flokulan anorganik yang sering dipakai dalam
pemurnian air limbah industry serta memiliki kemampuan dalam
memurnikan limbah industri percetakan dan pewarnaan. Kelompok PAC,
PAM dan kopolimernya merupakan polimer yang sering digunakan berbagai
aplikasi. Umumnya digunakan sebagai flokulan untuk menjernihkan air
minum dan pengolahan air limbah.
Tujuan dari flokulasi adalah untuk menciptakan partikel yang lebih
besar yang kompatibel dengan proses selanjutnya seperti menetap atau flotasi.
Flokulasi objektif, sebagai proses unit pengolahan air, adalah untuk
menyebabkan tabrakan antara partikel kecil. Setelah pendinginan, premis
adalah bahwa partikel akan menempel satu sama lain dan dengan demikian
menggumpal, tumbuh beberapa ukuran yang diinginkan dan menjadi flok.
Proses aglomerasi disebut flokulasi. Pada prinsipnya, flokulasi merupakan
kasus khusus pencampuran. Pada risiko beberapa redundansi, flokulasi
dianggap disini sebagai topik yang terpisah untuk menyalahkan identitas itu
sendiri.
Flokulasi terhadap air dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan
utama adalah untuk menghilangkan :
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Bakteri
4. Algae dan organisme lain
5. Rasa dan bahan - bahan penyebab rasa
6. Fosfat
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses koagulasi flokulasi :
1. Suhu
2. Bentuk koagulan
3. Tingkat kekeruhan
4. Kecepatan pengadukan.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Gelas ukur
2. Batang pengaduk
3. Gelas beker
4. Kertas saring
5. TDS meter
6. pH indikator
7. Timbangan
8. Erlenmeyer
9. Gelas arloji
10. Jar Test
B. Bahan
1. Air 300ml
2. Curiflok
3. Minyak 5 ml
4. CaCO3 2 gram
II.2 Rangkaian Alat
Keterangan:
1. Statif dan klem

2. Turbidimeter

3. Gelas beker berisi


sampel limbah

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat “Pengolahan Air secara Kimiawi (Flokulasi)”


II.3 Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Mengukur volume minyak dan air dengan gelas ukur

Menimbang berat CaCO3 dan curiflok dengan Air


timbangan 300 ml

Minyak
5 ml Mencampurkan semua bahan menjadi satu dalam gelas

Mengaduk hingga merata CaCO3


2 gram
Mengukur pH sampel limbah sebelum ditambah
curiflok dan sebelum perlakuan

Membagi sampel limbah menjadi 3 ke dalam gelas


beker

Curiflok Menambahkan curiflok ke dalam gelas beker 1,


5 gr mengaduk hingga rata

Mengukur pH sampel limbah setelah ditambah curiflok


dan sebelum perlakuan

Melakukan pengadukan menggunakan jar test selama


kurang lebih 15 menit

Melakukan pengamatan setiap 3 menit selama 15 menit


meliputi pH, TDS, warna

Melakukan langkah yang sama dengan perbedaan


flokulan (curiflok) 10 gr dan 15 gr

Gambar II.3.1 Diagram Alir “Pengolahan Air secara Kimiawi (Flokulasi)”


BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan


Data Analisa:
a. Jenis Limbah : air 300 ml + minyak 5 ml + CaCO3 2 gr
b. Data setelah pencampuran
pH : 6,4
TDS : 286 mg/l
Warna : keruh
c. Nama flokulan : Curiflok
d. Waktu pengadukan : 15 menit
e. Kecepatan pengadukan : 20 rpm
f. Data setelah perlakuan di jet test
Tabel III.1.1 Data setelah perlakuan di jet test
No. Waktu Beker Glass 1 Beker Glass 2 Beker Glass 3
(menit) (5 gr Curiflok) (19 gr Curiflok) (15 gr Curiflok)
pH TDS Warna pH TDS Warna pH TDS Warna
1. 0
2. 3 6,5 282 keruh 6,5 278 Keruh 6,5 268 Keruh
3. 6 6,5 273 keruh 6,7 267 Keruh 6,7 257 Keruh
4. 9 6,7 264 keruh 6,7 255 Keruh 6,8 245 Keruh
5. 12 6,7 252 keruh 6,8 242 Keruh 6,9 233 Keruh
6. 15 6,8 238 keruh 6,8 231 Keruh 6,9 224 Keruh
III.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini bertujuan untuk mengetahui metode dan
proses koagulasi dan flokulasi dan menentukan pemberian dosis flokulan
dan kecepatan pengadukan yang optimum pada sampel limbah. Flokulan
itu sendiri bahan yang digunakan untuk mempercepat terjadinya endapan.
Flokulan yang dipakai pada percobaan ini adalah curiflok.
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan perbedaan banyaknya
jumlah curiflok (5 gr, 10 gr, dan 15 gr) yang ditambahkan pada sampel
limbah, dengan perbedaan waktu pengamatan (3, 6, 9, 12, dan 15).
Perbedaan perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum dan
waktu yang paling efektif dalam penjernihan limbah. Sampel limbah yang
dipakai disini yaitu 300 ml, minyak 5 ml, dan CaCO3 2 gram.
Pada percobaan pengolahan air kimiawi (flokulasi) ini dilakukan
pengadukan. Adapun tujuannya untuk mempercepat proses terbentuknya
flok-flok atau flokulasi, sehingga akan mempercepat pengendapan. Jika
dilakukan pengadukan maka partikel-partikel akan saling bertubrukan atau
berbenturan dan akan membentuk flok-flok.

Diagram Batang Hubungan Antara Berat


Curiflok dengan TDS
300
250
200 t=3
TDS

150 t=6
100 t=9
50 t = 12
0 t = 15
5 gram 10 gram 15 gram
Curiflok

Gambar III.2.1 Diagram Batang Hubungan Antara Berat Curiflok


dengan TDS
Dari diagram batang tersebut terlihat bahwa semakin banyaknya volume
curiflok yang ditambahkan belum tentu semakin menghasilkan harga TDS nya
kecil atau semakin jernih. Jadi harus dicari volume optimum dan waktu yang
optimum untuk sampel limbah yang digunakan. Pada percobaan kali ini harga TDS
sebelum perlakuan adalah 286, dan setelah perlakuan terlihat untuk semua sampel
turun harga TDS nya. Hal ini menunjukkan bahwa proses flokulasi berhasil. Akan
tetapi berat curiflok yang paling efektif adalah 15 gram dengan waktu 15 menit.
Disini terlihat bahwa harga TDS nya paling rendah sendiri yaitu 224, hal ini
menunjukkan bawah pada perlakuan tersebut air yang terbentuk lebih jernih.
Warna yang dihasilkan sebelum perlakuan adalah keruh. Akan tetapi, setelah
perlakuan warna yang dihasilkan juga masih tetap keruh. Hal ini membuktikan
bahwa limbah memiliki kekeruhan yang sangat tinggi.
Dosis yang paling optimum dalam penambahan curiflok dan waktu
pengadukan menggunakan jar test adalah 15 gram curiflok dengan waktu 15 menit
hal ini di karenaan TDS yang dihasilkan adalah paling kecil sehingga membuktikan
bahwa air yang dihasilkan lebih jernih dari perlakuan yang lainnya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses koagulasi flokulasi:
1. Suhu
2. Bentuk koagulan
3. Tingkat kekeruhan
4. Kecepatan pengadukan
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pada pratikum kali ini praktikan dapat mengetahui metode dan
proses dari koagulasi dan flokulasi dalam pengolahan air limbah. Pada saat
flokulasi ditambah dengan flokulan yang berupa curiflok hal ini untuk
mempercepat pembentukan flok-flok atau gabungan dari partikel-partikel
sehingga akan membuat partikel menjadi besar dan tentunya akan cepat
dalam mengandap. Pada saat proses flokulasi ini dilakuan pengaduan
karena fungsi dari pengadukan itu sendiri adalah untuk mempercepat proses
terbentuknya flok-flok karena partikel-partikel akan saling bertubrukan.
Berdasarkan hasil data limbah yang diolah secara Kimiawi
(Flokulasi), dosis optimum untuk pemberian tawas pada sampel 300 ml air,
minyak 5 ml, dan CaCO3 2 gr adalah curiflok sebanyak 15 ml dengan
pengadukan selama 15 menit dimana menghasilkan air yang lebih jernih
dari yang lain dengan TDS 224 meskipun warnanya masih keruh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Buku Petunjuk Praktikum Utilitas. Yogyakarta: Universitas


Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Fathatun, Nurul. 2015. Koagulasi Flokulasi. Diakses dari


https://www.academia.edu/11967406/Lap_koagulasi_flokulasi_kel_6_fina
l. Diakses pada 19 September 2021.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai