Disusun Oleh :
NIM :201910070311068
Kelas :Biologi 4A
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Ekologi yang di bimbing oleh Bpk. Dr. Sukarsono, M.Si.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori belajar
CBL bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Makalah yang telah saya buat ini dapat terselesaikan dengan baik, namun tidak
lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami, sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi
kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka......................................................................
2.2 Masalah dan Gagasan (Solusi).................................................
2.3 Pengolahan Air Gambut...........................................................
2.3 Rencana Kegiatan.....................................................................
BAB III. PEMAHAMAN CBL
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................
4.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di bumi
termasuk manusia. Tidak ada kehidupan yang bisa berlangsung tanpa keberadaan air
sehingga setiap hari, jam, ataupun detik air selalu diambil untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperi minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Mungkin kita
tidak menyadari kalau jumlah air di bumi ini secara umum sama meskipun manusia,
binatang, dan tumbuhan selalu menggunakannya. Jumlah air bersih seakanakan tidak
terbatas.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari
berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada
setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang
terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa
seperti hampir pada daerah di Provinsi Kalimantan Selatan kesulitan memperoleh air
bersih untuk keperluan rumah tangga. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut
adalah air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi
persyaratan kualitas air bersih, karena air gambut mempunyai pH rendah (3-5), berwarna
merah kecoklatan, dan kandungan zat organik yang tinggi (Kusnaedi, 2006). Di sejumlah
wilayah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah,
air gambut merupakan satu-satunya sumber air permukaan yang tersedia bagi
masyarakat.
Air gambut di Indonesia merupakan salah satu sumber daya air yang masih
melimpah, menurut kajian pusat Sumber Daya Geologi Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral melaporkan bahwa sumber daya lahan gambut di Indonesia mencakup luas
26 juta ha yang tersebar di pulau kalimantan (± 50 %), Sumatera (± 40 %) sedangkan
sisanya tersebar di papua dan pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan gambut Indonesia
menempati posisi ke-4 terluas setelah Canada, Rusia dan Amerika Serikat (Tjahjono,
2007).
Air gambut mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi
berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum
digunakan. Senyawa organik tersebut adalah humus yang terdiri dari asam humat, asam
fulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan
berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan hewan,
sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama (Mahmud dan
Notodarmojo, 2006). Berdasarkan data di atas, air gambut di Indonesia secara kuantitatif
sangat potensial untuk dikelola sebagai sumber daya air yang dapat diolah menjadi air
bersih atau air minum. Namun secara kualitatif penggunaan air gambut masih banyak
mengalami kendala. Beberapa kendala penggunaannya sebagai air bersih adalah warna,
tingkat kekeruhan, dan zat organik yang tinggi sehingga sangat tidak layak untuk
digunakan sebagai air bersih.
Penelitian untuk mengubah karakteristik air gambut menjadi layak konsumsi,
telah dilakukan oleh banyak penelitian sebelumnya yang berhasil mengubah air gambut
menjadi air yang memenuhi persyaratan air bersih. Dari penelitian terdahulu tersebut
telah dilakukan terhadap air gambut yang dapat disimpulkan bahwa Secara kuantitatif air
gambut merupakan sumber air baku yang sangat potensial untuk dikelola sebagai sumber
daya air yang dapat diolah menjadi air bersih maupun air bersih, terutama di sebagian
besar pulau Kalimantan dan sebagian pulau Sumatera. Perlu pengolahan terlebih dahulu
dalam pemanfaatan air gambut sebagai air bersih, karena pada umumnya kualitas air
gambut mempunyai kandungan organik, warna dan derajat keasaman yang tinggi.
Ditinjau dari persyaratan kualitas air yang ditetapkan pada dasarnya penelitian-penelitian
terdahulu sudah dapat menurunkan beberapa karakteristik penting dari air gambut, namun
ditinjau dari segi ekonomis masih kurang memuaskan.
Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang dikonsumsi
sehari-hari, seperti untuk memasak, mandi, mencuci dan lain-lain. Akan tetapi untuk
masyarakat yang tinggal didaerah gambut sangat sulit mendapatkan air bersih (Ashari
dan Frengki, 2012). Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan teknologi tepat guna dan sederhana. Pada prinsipnya penelitian ini
bertujuan untuk membuat satu unit instalasi pengolahan air gambut menjadi air bersih
yang memenuhi baku mutu air bersih.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik air gambut?
2. Bagaimana pengolahan air gambut menjadi bersih?
1.3 Tujuan
1. Mengolah air gambut menajadi air bersih
1.4 Manfaat
1. Sebagai suatu alternatif pengolahan air gambut menjadi air bersih dengan
menggunakan filter
2. Memperoleh alat filter air yang lebih ekonomis dan aplikatif bagi masyarakat sehingga
dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Pembelajaran
No
Non CBL CBL
1. Identifikasi Masalah Identifikasi Penguatan Konsep
Menetapkan masalah (berpikir tentang
2. masalah dan menyeleksi informasi yang Integrasi Nilai
relevan)
Mengembangkan solusi melalui
3. Masalah – Gagasan (Solusi)
identifikasi dan tukar pikiran
Rencana Kegiatan – Rencana
4. Melakukan tindakan strategis
Tindakan
Melihat ulang dan mengevaluasi
5. Tindak Lanjut dan Evaluasi
pengaruh dan solusi yang dilakukan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disimpulkan bahwa untuk mengolah air gambut menjadi air bersih dapat
dilakukan dengan proses yang sederhana dengan kombinasi proses netralisasi, aerasi,
flokulasi-koagulasi, pengendapan dan penyaringan. Pengolahan air gambut diwilayah
lahan gambut menjadi air bersih dapat dilakukan dengan proses penyaringan yang
sederhana hanya menambahai beberapa bahan kimia yang tidak berbahaya.
Pengolahan air gambut sangat bermanfaat membantu masyarakat pedesaanyang
mengalami kelangkaar air bersih untuk memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan
mandi dan cuci. Sedangkan untuk kebutuhan air minum perlu dilakukan pemasakkan
terlebih dahulu.
4.2 Saran
Pengolahan air baku dari gambut dapat dirancang ulang yang lebih sederhana
lagi untuk memudahkan masyarakat pedesaan. Karena pada perancangan ini masih
membutuhkan proses yang agak rumit.
DAFTAR PUSTAKA
Alqadrie, R., Sudarmadji dan T. Yunianto. 2000. Pengolahan Air Gambut untuk
Persediaan Air Bersih. Teknosains, 13(2): 193-204.
Amani, F dan K. Prawiroredjo. 2016. Alat Ukur Kualitas Air Minum dengan Parameter
Ph, Suhu, Tingkat Kekeruhan dan Jumlah Padatan Terlarut. JETri, 4(1): 49-62.
Apriani, W., I. Perdana dan S. P. Saraswati. 2014. Pengaruh Jenis Arang Aktif Ampas
Tebu, Tatal Kayu dan Tempurung Kelapa Terhadap Penyerapan Warna Air
Sungai Sambas. Jurnal Of Sistem Enginering, 2(2): 59-64.
Edahwati. 2000. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan Filtrasi pada Pengolahan Air
Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1(2): 79 –83.
Edwardo, A., Darmayanti dan L. Rinaldi. 2014. Pengolahan Air Gambut dengan Media
Filter Batu Apung. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 1(1): 1-12.
Febriana, L dan A. Astrid. 2015. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik. Jurnal Teknologi, 7(1): 35-44.
Fitria, D dan N. Suprihanto. 2007. Penurunan Warna dan Kandungan Organik Air
Gambut dengan Cara Two Stage. Jurnal Teknik Lingkungan, 13(1): 17-26.
Fauziah, A. 2010. Efektifitas Saringan Pasir Cepat dalam Menurunkan Kadar Mangan
(Mn) pada Air Sumur dengan Penambahan Kalium Permanganat (KMnO4) 1%.
Skirpsi. Fakultas Kimia USU. Medan.
Haslinda, A dan Zulkifli. 2012. Analisis Jumlah Koagulan (Tawas/AL2(SO4)3) yang
Digunakan dalam Proses Penjernihan Air pada PDAM Instalasi I Ratulangi
Makassar. ILTEK, 7(13): 974-976.
Jamilatun, S dan M. Setyawan. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa
dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Spectrum Industri, 12(1): 73-86.
Ma’ruf, M. A dan F. E. Yulianto. 2016. Tanah Gambut Berserat: Solusi dan
Permasalahannya dalam Pembangunan Insfastruktur yang Berwawasan
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Geoteknik, Banjarmasin, 1 Oktober,
2016: 279-292.
Mirwan, A dan H. Wijayanti. 2011. Penurunan Ion Fe dan Mn Air Tanah Kota
Banjarbaru Menggunakan Tanah Lempung Gambut Sebagai Absorben. Info
Teknik, 14(1): 45-51.
Nainggolan, A. H., A. P. M. Tarigan dan H. Khair. 2017. Pengaruh Aerasi Bertingkat
dengan Kombinasi Saringan Pasir, Karbon Aktif dan Zeolit dalam Menyisihkan
Parameter Fe dan Mn dari Air Tanah di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Jurnal
Teknik Lingkungan, 14(1): 1-12.
Nurdin, S. 2011. Analisis Perubahan Kadar Air dan Kuat Geser Tanah Gambut Lalumbi
Akibat Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemanasan. Jurnal SMARTek, 9(2): 88-
108.
Nurhasni, Firdiyono, F dan Q. Sya’ban. 2012. Penyerapan Ion Aluminium dan Besi
dalam Larutan Sodium Silikat Menggunakan Karbon Aktif. Valensi, 2(4): 516-
525.
Panjaitan, N dan Hardjoamidjojo. 1999. Kajian Sifat Fisik Lahan Gambut dalam
Hubungan dengan Drainase untuk Lahan Pertanian. Buletin Keteknikan
Pertanian, 13(3): 89-96.