Anda di halaman 1dari 17

JOBSHEET

KOAGULATOR (JAR TES)

Oleh:
IR. HARUNSYAH, M.ENG.SC

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI

KOAGULATOR (JAR TES)

Kegiatan Pengembangan Jobsheet ini Dibiayai dengan Sumber Dana DIPA Politeknik
Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Penulis,

Ir. Pardi, M.T. Ir. Harunsyah, M. Eng.Sc.


NIP. 196003011989021002 NIP. 197211181998032002

Mengetahui/Mengesahkan
Wakil Direktur Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan
Alumni
Politeknik Negeri Lhokseumawe

Zamzami, S.T., M.Eng.


NIP. 197911122003121003

ii
HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER

Jobsheet Koagulator (Jar Tes) yang disusun oleh:

Nama : Ir. Harunsyah, M. Eng.Sc.


NIP : 19650330 199303 1 001
Jurusan : Teknik Kimia

Telah memenuhi syarat-syarat penulisan Jobsheet yang dibiayai dengan sumber dana
DIPA Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020

Reviewer:

1. Ir. Harunsyah, M.Eng.Sc


NIP. .....................................

2. Reviewer 2
NIP. ......................................

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Pusat Pengembangan Ketua Departemen Pendidikan
Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Dan Pengembangan Pembelajaran

Ir. Herri Mahyar, M.T. Ir. Jufriadi, M.T.


NIP. 19621201 198902 1001 NIP.19641102 199303 1002

iii
LABORATORIUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
PRAKTIKUM: KOAGULASI DAN FLOKULASI

I. Capaian Praktikum/Kompetensi
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan:
1. Dapat menjelaskan prinsip koagulasi dan flokulasi
2. Menentukan dosis optimum untuk koagulan dan flokulan yang digunakan
3. Mengetahui pengaruh koaagulan terhadap pengurangan kekeruhan
4. Mengetahui pengaruh penambahan flokulan pada pengendapan
5. Dapat mengoperasikan alat koagulator atau jar tes

II. Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja yang harus diperhatikan mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Saat praktikum mahasiswa wajib menggunakan jas lab katun, handscoon, dan
memakai kacamata keselamatan.
2. Menjaga sikap saat praktikum: tidak berlari, tidak merokok, tidak sedang
makan/minum, tidak berteriak dan menjaga ketertiban lab.
3. Memastikan menggunakan bahan dan peralatan laboratorium sesuai kebutuhan
4. Memastikan menyimpana bahan kimia dalam tempat yang tepat
5. Menjaga kebersihan laboratorium, termasuk di dalamnya membersihkan area
kerja praktek setelah selesai praktikum.
6. Mahasiswa mengetahui MSDS bahan kimia yang digunakan.

III. Teori
3.1. Air Permukaan
Air permukaan aalah air yang bersumber dari air hujan yang mengalir di permukaan
bumi dan berkumpul di suatu tempat yang relatif rendah, termasuk di dalamnya air
buangan bekas aktifitas manusia (Kusumawati,2009).

1
Besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti air
sungai dan air danau. Air permukaan banyak digunakan sebagai sumber air baku karena
ketersediaannya yang melimpah dan murah.

Jenis air permukaan


Menurut Hendro David P (2010) air permukaan berdasarkan jenisnya dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. perairan darat
perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan
b. perairan laut
perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas

Karakteristik air permukaan


Karakteristik air permukaan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
1. berdasarkan kuantitas
a. dipengaruhi oleh musim
b. terpengaruh oleh sumber, sifat dan luas area
2. berdasarkan kualitas
a. mengandung zat organik dan zat anorganik
b. jenis dan kadar zat organik,anorganik tergantung pada :
- kadar pencemaran
- jenis tanah yang dilaui oleh sungai tersebut
3. sungai membawa zat padat yang berasal dari erosi dan penghancuran zat-zat
organis dan garam mineral sesuai dengan jenis tanah yang dilalui
4. pada saat melalui daerah pemukiman dan industri maka akan mengalami
pencemaran baik dari rumah tangga dan industri.

3.2 Parameter kualitas air


Mengacu pada peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa setiap kriteria
mutu air sesuai dengan kriteria mutu air.Kriteria mutu air adalah tolak ukur mutu air
untuk setiap kelas air.Baku mutu air ditetapkan berdasarkan kreiteria mutu air.

2
Sesuai dengan ruang lingkup penulisan penelitian ini, parameter kualitas air yang
diperiksa dilakukan terhadap parameter penting yang mempengaruhi terhadap proses
koagulasi dan flokulasi. Parameter yang dikaji adalah kekeruhan dan pH

a) Kekeruhan
Kekeruhan atau turbidity adalah kondisi keberadaan partikel koloid dan suspensi
dari suatu bahan pencemar.Bahan-bahan pencemar tersebut berupa bahan organik
da bahan anorganik yang terkandung dalam perairan. Kekerhan ini disebabkan zat-
zat tersuspensi dengan ukuran partikel antar koloid sampai dengan partikel lumpur
kasar (Hendro David P,2010).

Air keruh adalah air yang banyak mengandung partikel tersuspensi yang
dapat menghalangi penetrasi sinar ke dalam air (Hendro David P,2010). Semakin
banyak partikel tersuspensi semakin sedikit sinar yang dapat melewati partikel
tersebut.

Kekeruhan pada air sungai dapat disebabkan oleh adanya sedimen sehingga
menutupi substansi dasar air sungai.kekeruhan pada sungai juga tergantung pada
jenis dasar sungai, polutan, ataupun biota yang hidup di sungai.

Adapun partikel yang dapat menjadikan iar menjadi keruh adalah :

- tanah liat
- endapan
- zat organik dan bukan anorganik yang terbagi dalam butir-butir halus
- campuran warna organik yang bisa dilarutkan
- plankton
- jasad renik (makhluk hidup yang sangat kecil)

b) pH
Pembebasan pH (derajat keasaman) dilakukan karena akan mempengaryhi
rasa korosifitas air dan efisiensi penggunaan klorin. Beberapa senyawa asam dan
basa kebih toksik dalam bentuk molekuler dimana disosiasi senyawa-senyawa
tersebut dipengaruhi oleh pH. Selain itu pH air juga akan mempengaruhi efisiensi
proses pengolahan air (Hendro David P,2010).

3
3.3 Pengolahan air permukaan
Teknologi pengolahan yang digunakan untuk masing-masing sumber air baku yang
memanfaatkan air permukaan agak berlainan karena karakteristik pengotor juga
berbeda. Pada umumnya air sungai banyak mengandung padatan tersuspensi yang
menyebabkan air sungai terlihat keruh sehingga teknologi yang umumnya digunakan
adalah proses koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, adsorbsi karbon aktif.
Pengolahan ini akan menghasilkan air bersih secara visual dan akan didistribusikan ke
unit pabrik maupun untuk keperluan warga sipil.

Pembubuhan
koagulan

Pengadukan Pengadukan sedimentasi


Air baku cepat (koagulasi) lambat (flokulasi)

filtrasi

Gambar 3.1. Proses pengolahan air permukaan

3.4 Prinsip dasar koagulasi dan flokulasi


Koagulasi dapat didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan partikel
tersuspensi. Proses koagulasi dapat disebut juga flash mixing process karena proses
berlangsung secara cepat.

Agar terjadi tumbukan antar partikel koloid maka daya tolak menolak diantara
partikel yang bermuatan negatif harus dinetralkan dengan menambahkan koagulan yang
bermuatan positif (Linvil,1965). Proses penambahan koagulan tersebut disebut dengan
proses koagulasi.

4
Gambar 3.2. Proses koagulasi

Proses koagulasi berintegrasi langsung dengan proses flokulasi. Kontak antar


permukaan dapat terjadi kerena proses flokulasi. Flokulasi merupakan proses kontak
dan ahdesi antara partikel sehingga membentuk partikel yang memiliki ukuran partikel
yang lebih besar. Partikel yang berada dalam keadaan tidak stabil akan cepat
bergumpal. Akan tetapi apabila semua partikel dalam keadaan tidak stabil maka proses
flokulasi akan berjalan lambat.

Cara memperkecil jarak antar partikel atau menambah frekuensi tumbukan antar
partikel adalah dengan pemberian daya atau power input sehingga air tersebut
mengalami turbulensi.

Gambar 3.3. Proses flokulasi

Secara umum proses koagulasi bertujuan untuk :


- Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun
organik di dalam air
- Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid yang terkandung di
dalam air.

5
- Mengurangi jumlah bakteri patogen yang terkandung di dalam air, alga dan
organisme lain
- Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan adanya partikel koloid di dalam
air.

3.4.1 Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi adalah :


a. Jumlah tumbukan atau benturan
Jumlah benturan memungkinkan penggabungan flok sangat bergantung pada
diameter partikel serta besarnya gradien kecepatan.
b. Pengaruh gradien kecepatan
Gradien kecepatan rata-rata dikolerasikan dengan daya pengadukan
c. Pengaruh temperatur
Temperatur mempengaruhi besarnya viskositas. Semakin besar temperatur
maka semakin kecil nilai viskositasnya, maka kecepatan pengendapan akan
semakin tinggi.
d. Pengaruh pH
Destabilisasi partikel koloid dengan penambahan koagulan untuk
menghasilkan flok yang baik harus terjadi pada kondisi pH yang
optimum.Hal ini berkaitan dengan kelarutan koagulan tersebut di dalam air
dengan pH tertentu. Besarnya range pH dipengaruhi oleh jenis dan dosis
koagulan yang digunakan serta komposisi kimia dari air baku tersebut.
e. Pengaruh alkalinitas
Alkalinitas air seperti ion karbonat (HCO3) membantu pembentukan flok
dengan peran memproduksi ion-ion hidroksida pada reaksi hidrolisa
koagulan.
f. Pengaruh kekeruhan air
Tingkat kekeruhan air berpengaruh terhadap mekanisme pembentukan flok.
Pada air dengan kekeruhan rendah proses destabilisasi partikel koloid akan
semakin sulit. Pada air dengan kekeruhan tinggi ketidakstabilan koloid akan
terjadi dengan cepat.

6
3.5 Prinsip Jar Test
Untuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilai-nilai parameter lain seperti
pH,jenis flokulan yang digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya,dilakukan
proses jartest. Jartest merupakan model sederhana proses flokulasi.

Proses flokulasi sebenarnya tidak dapat terganggu (Alaerts,1987) . Namun efisiensi


proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar dan jenis zat
tersuspensi, pH larutan, kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan an
adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu ( contohnya posfat). Apabila faktor
tersebut tidak optimal dapat menghalangi proses flokulasi. Jar test dapat digunakan
untuk mencari nilai-nilai yang optimal melalui percobaan dalam laboratorium.

Sesuatu larutan kolodial yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :

a. Partikel kecil terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang lama
b. Partikel tersebut tidak dapat menyatu bergabung dan membentuk partikel
yang lebih besar dan berat. Karena muatan elektris pada permukaan parikel
setanda. Sehingga adddaaa repulsi antara partikel satu dengan yang lainnya.

Dengan pembubuhan flokulan maka stabilitas partikel akan terganggu. Hal ini
disebabkan :

a. Molekul dari flokulan dapat menempel pada permukaan koloid dan


mengubah muatan elektrisnya.
b. Flokulan dapat mengendap sebagai flok yang dapat mengurung koloid dan
menarik partikel tersebut ke bawah.

3.6 Bahan kimia ntuk proses koagulasi dan flokulasi


Secara umum bahan kimia untuk proses koagulasi dan flokulasi dapat dikategorikan
menjadi:

7
3.6.1 Koagulan
Bahan kimia yang dignakan pada proses koagulasi disebut dengan koagulan. Funsi
dari koagulan adalah untuk mengurangi kekeruhan warna dan bau dalam air yang
mempengaruhi kualitas air.
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel
di dalam suspensi. Zat ini merupkan donor muatan positif yang digunakan untuk
mendestabilisasi muatan partikel ( Hendro david P,2010).
Saat ini banyak koagulan yang dapat digunakan dalam proses koagulasi,
diantaranya :

Nama Formula Bentuk Reaksi dengan air pH optimum


Aluminium Al2(SO4)3.xH2O Bongkah Asam 6,0-7,8
sulfat, alum bubuk
sulfat,salum
Sodium NaAlO2 atau bubuk Basa 6,0-7,8
aluminat Na2Al2O4
Poli Aln(OH)mCl3n-m Cairan,bubuk Asam 6,0-7,8
aluminium
klorida
(PAC)
Ferri sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 4,0-9,0
Ferri klorida FeCl3.6H2O Bongkah,cairan Asam 4,0-9,0
Ferri sulfat FeSO4.7H2O Kristal halus Asam >8,5
Sumber : hendro david P,2010

3.6.2 Flokulan
Flokulan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam proses flokulasi yang
dapat menggumpalkan partkel-partikel kecil menjadi gumpalan. Bahan yang biasa
digunakan adalah polimer dengan molekul panjang dari bahan alami atau sintetik yang
mempunyai gugus aktif dan kemampuan untuk disosiasi.

8
Polimer - Mahal
- terdiri atas beberapa jenis :
 polimer kationik, bermuatan positif,contohnya poliamin
 polimer anionik,bermuatan negatif,contohnya poliakrilik,
untuk pH basa
 polimer nonionik, tidak bermuatan, contohnya
poliakrilamid,untuk pH netral
- bentuk : padatan,cairan emulsi,cairan kental,cairan basa
- kemurnian dan kelarutan tinggi
- endapan sangat sedikit
- dosis rendah antara 1-3 ppm

IV. Alat/Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah


Turbidimeter 1 unit Limbah pertanian atau air waduk 15 liter
pH meter 1 unit PAC 1%
Peralatan jartest 1 unit Flokulan quaclear 0,1%
Gelas kimia 1000 mL 8 buah
Gelas kimia 100 mL 2 nuah
Gelas ukur 1000mL 1 buah
Pipet Volum 10 ml 1 buah
Kerucut inhoff 12 buah
Bola hisap 1 buah

9
4.1. Gambar Peralatan

Gambar 2. Koagulator (Alat Jar Tes)

V. Prosedur Praktikum
4.1 Langkah Kerja
a) Penentuan Dosis Optimum Koagulan
1) mengukur pH sampel
2) mengukur kekeruhan sampel
3) memasukkan 800 mL sampel ke dalam gelas kimia 1000 mL (6 buah)
4) menambahkan koagulan masing-masing 2 mL, 6 mL, 10 mL, 14 mL, 18 mL, 22
mL
5) melakukan pengadukan dengan pengaduk JARTEST pada kecepatan 100 rpm
selama 1 menit
6) menuangkan sampel ke dalam kerucut secara bersamaan (6 buah), dan biarkan
selama 1 jam
7) mengukur kekeruhan masing-masing sampel
8) mencatat tinggi endapan dari masing-masing kerucut
9) membuat grafik hubungan volume koagulan terhadap kekeruhan dan grafik
hubungan koagulan terhadap tinggi endapan
10) menentukan dosis optimum koagulan

10
b) Penentuan Dosis Optimum Flokulan
1) memasukkan 800 mL sampel ke dalam gelas kimia 1000 mL (6 buah)
2) menambahkan koagulan masing-masing 18 mL
3) menambahkan flokulan masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6 mL.
4) melakukan pengadukan dengan pengaduk JARTEST pada kecepatan 100 rpm
selama 1 menit
5) melakukan pengadukan dengan pengaduk JARTEST pada kecepatan 60 rpm
selama 10 menit
6) menuangkan sampel ke dalam kerucut secara bersamaan (6 buah), dan biarkan
selama 1 jam
7) mengukur kekeruhan masing-masing sampel
8) mengukur pH masing-masing sampel
9) mencatat tinggi endapan dari masing-masing kerucut
10) membuat grafik hubungan volume flokulan terhadap kekeruhan dan grafik
hubungan flokulan terhadap tinggi endapan
11) menentukan dosis optimum flokulan

V. Data Percobaan
5.1 Penentuan Koagulan Optimum
Kondisi umpan:
Kekeruhan : …… NTU (diisi)
pH : ……. (diisi)

Tabel 1. Kondisi koagulan optimum (diisi dari hasil pengamatan)


Volume koagulan Volume Konsentrasi
Kekeruhan (NTU)
(ml) endapan (ml) koagulan (ppm)
2
6
10
14
18
22

11
5.2 Penentuan flokulan Optimum
Kondisi umpan:
Kekeruhan : …… NTU (diisi)
pH : 6,53 (awal)

Tabel 2. Kondisi flokulan optimum (diisi dari hasil pengamatan)


Volume Kekeruhan Volume Konsentrasi
pH
flokulan (ml) (NTU) endapan (ml) flokulan (ppm)
0 - - 6.53
1
2
3
4
5
6

Berdasarkan data pengamatan Tabel 1 dan 2 tersebut, buat grafik untuk melihat
kondisi optimum untuk koagulan dan flokulan.

14
Volume endapan
12
Kekeruhan
10

0
0 50 100 150 200 250 300
Konsentrasi koagulan (ppm)

Contoh 1. Grafik Hubungan Volume Koagulan terhadap Kekeruhan dan Tinggi


Endapan

12
14 Kekeruhan
Volume Endapan
12
pH
10

0
0 2 4 6 8
Konsentrasi Flokulan (ppm)

Contoh 2. Grafik Hubungan Volume Flokulan terhadap Kekeruhan dan Tinggi Endapan

VI. Analisa dan Kesimpulan


6.1 Analisa Data
Contoh analisa data dapat dibuat sebagai berikut berdasarkan data pengamatan
pada Tabel 1 dan 2 dapat dibuat grafik hubungan antara volume konsentrasi koagulan
atau flokulan terhadap volume endapan atau kekeruhan yang dihasilkan. Contoh table
seperti yang ditunjukan pada Tabel 1 dan 2 beserta grafiknya.

6.2 Kesimpulan
Mahasiswa menyebutkan berapa tingkat kekeruhan (NTU) awal sample yang dari
setiap sample yang diperoleh.
Mahasiswa menyebutkan berapa volume tingkat kekeruhan (NTU) produk yang
diperoleh dari setiap sample yang ditugaskan.
Mahasiswa menyebutkan berapa tingkat konsentrasi koagulan yang diperoleh dari
setiap sample yang ditugaskan.

13
VII. Daftar Pustaka
Anonimous, Air dan air limbah – Bagian 25 : Cara uji kekeruhan dengan nefelometer,
SNI 06-6989.25-2005, Badan Standarisasi Nasional, ICS 13.060.01
G. Alaerts, Sri Sumantri Santika. 1987, Metoda penelitian air, Publisher Usaha
Nasional, Surabaya.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
L.S.Clesceri, A.E.Greenberg, A.D.Eaton, Standard Methods for the Examination Of
Water and Wastewater, 20 th Edition (1998), 5540 A and 5540C, APHA,
AWWA and WPCF, Washington DC.
Patar, Hendro David. 2010. Evaluasi Pemakaian Koagulan untuk menentukan
kekeruhan air baku pada mini trestment Cibeureum PDAM kota Bandung.
Bandung.
Santika, Sri Sumestri. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional
Sawyer, C. N., McCarthy, P. L., and Parkin, G. F.,1967, “ Chemistry for the
Environmental Engineering and Science”, McGraw-Hill Company, Singapore

14

Anda mungkin juga menyukai