TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengukur kadar surfaktan
anionik yang terkandung dalam detergen pada sampel uji.
Metode yang digunakan dalam praktikum analisis detergen ini adalah metode
ekstraksi dan spektrofotometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Percobaan analisis detergen ini dilakukan dengan menggunakan sampel air yang
berasal dari Rumah Makan Talago di Pasar Baru. Titik koordinat tempat
pengambilan sampel berada pada 0°55’45” LS dan 100°25’42” BT. Elevasi
tempat pengambilan sampel adalah 89 meter di atas permukaan laut dengan
kondisi cuaca ketika pengambilan sampel berawan pada suhu 28°C dan arus yang
mengalir pada daerah sampling adalah arus laminer. Pengambilan sampel
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 30 Oktober 2021 pukul 11.09 WIB. Nilai DO
yang didapatkan pada sampel yaitu 7,3 mg/L dan nilai pH yaitu 6,6.
2.2 Teori
2.2.1 Umum
Detergen dalam arti luas merupakan bahan yang digunakan sebagai pembersih
termasuk detergen cuci piring alkali dan cairan pembersih. Secara spesifik
detergen yaitu bahan pembersih yang mengandung petrokimia, surfaktan dan
bahan sintetik lainnya. Detergen merupakan sebuah produk penyempurnaan dari
sabun, detergen merupakan bahan-bahan turunan minyak bumi yang sering
disebut dengan istilah detergen sintetis. Komponen utama detergen adalah
surfaktan, selain itu juga terdapat bahan pembangun (builder) dan bahan aktif lain
yang menarik konsumen. Detergen memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya
Detergen merupakan salah satu bahan pembersih yang umum digunakan oleh
masyarakat, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, dan lain-
lain. Bahan yang terutama detergen adalah garam natrium (Sodium Lauryl Sulfat)
dan alkyl hydrogen sulfat. Berdasarkan bentuknya, detergen yang beredar di
pasaran dapat berupa detergen cair, detergen krim, dan detergen serbuk. Pada
umumnya ketiga jenis detergen ini memiliki fungsi yang sama. Hal yang
membedakan keduanya adalah bentuknya. Pada awalnya detergen cair lebih
banyak digunakan dalam pembersih alat-alat dapur. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, detergen cair juga banyak diaplikasikan untuk kebutuhan
industri serta pembersih pakaian. Hal ini dikarenakan detergen cair lebih mudah
cara menanganinya dan lebih praktis dalam penggunaannya (Wibisono, 2018).
Limbah detergen merupakan salah satu limbah yang banyak mencemari badan
perairan dan sumber utama dari limbah detergen ini berasal dari aktivitas rumah
tangga. Hal ini dikarenakan peran detergen dalam kegiatan rumah tangga sangat
beragam, selain digunakan untuk mencuci pakaian, detergen juga digunakan untuk
mencuci peralatan rumah tangga. Limbah atau sisa pemakaian detergen yang
masuk ke lingkungan perairan akan mempengaruhi kualitas perairan dan akan
berpengaruh terhadap keadaan ekosistem di perairan tersebut. Pencemaran air
oleh detergen diakibatkan dari bahan utama penyusun detergen yaitu Natrium
Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphospat (STPP) dimana
kedua bahan bahan tersebut sulit untuk didegradasi secara alamiah. Selain NaDBS
dan STPP, pencemaran detergen di perairan juga disebabkan oleh adanya
kandungan surfaktan dalam detergen seperti alkil benzen sulfonat (ABS) dan
linear alkil sulfonat (LAS) (Suasturi, 2015).
Upaya pengolahan limbah detergen dapat dilakukan dengan berbagai metode baik
secara fisik, kimia maupun biologis. Secara fisik pengolahan limbah detergen
dapat dilakukan dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben. Contoh pengolahan
limbah detergen secara kimia dalah menggunakan pereaksi kimia untuk
mengendapkan limbah detergen tersebut. Metode pengolahan limbah detergen
secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan biofilter dimana tanaman
air digunakan sebagai medianya. Metode ini dapat menjadi salah satu alternatif
dalam mengolah air limbah karena efisien dalam menurunkan senyawa organik
dengan biaya yang relatif murah. Biofilter merupakan salah satu cara dalam
pengolahan limbah cair dengan menggunakan tanaman yang memiliki kelompok
mikroorganisme rhizosfer. Mikroorganisme rhizosfer merupakan kelompok
mikroba yang hidup bersimbiosis di sekitar akar tanaman, baik tanaman pada
habitat tanah atau air. Mikroba rhizosfer ini memiliki kemampuan untuk
melakukan penguraian terhadap benda-benda organik ataupun benda anorganik
yang terdapat pada limbah (Suastuti, 2015).
Pencemaran air akibat limbah detergen bekas mencuci dapat dikurangi dengan
melakukan pengolahan limbah sebelum membuangnya ke saluran air. Salah satu
cara sederhana untuk mengolahnya adalah dengan menambahkan serbuk tawas
pada air detergen bekas mencuci pakaian. Tawas akan mengendapkan partikel-
partikel pada detergen sehingga air yang terpisah dari endapan tersebut memiliki
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menurut baku mutu air nasional baku mutu kadar detergen total untuk perairan
dapat dilihat seperti Tabel 2.1.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
Keterangan:
a = intersep
b = koefisien regresi slop
n = jumlah data
y = nilai absorban
x = konsentrasi larutan (ppm)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.2 Perhitungan
y = a + bx
Keterangan :
y = Nilai Absorban
x = Konsentrasi Larutan (ppm)
a=
b=
a =
3,0750,0185 0,250,22833
60,0185 0,25
2
1,95 x10 4
=
0,0485
= - 0,004
60,22833 0,253,075
b =
60,0185 0,25
2
1,36998 0,76875
=
0,111 0,0625
0,60123
=
0,0485
= 12,396
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Nilai Absorban dan Nilai Standar
Konsentrasi
Percobaan analisis detergen ini dilakukan dengan menggunakan sampel berupa air
yang diambil dari Rumah Makan Talago di Pasar Baru. Pengambilan sampel
dilakukan pada hari Sabtu 30 Oktober 2021, pada pukul 11.09 WIB. Elevasi
tempat pengambilan sampel adalah 89 mdpl. Sampel ditampung dengan
menggunakan ember terlebih dahulu, kemudian dipindahkan ke botol sampel yang
akan dijadikan sampel. Kondisi cuaca saat pengambilan sampel berawan dan arus
yang mengalir pada daerah sampel adalah arus laminer. Nilai DO yang didapatkan
dari sampel, yaitu 7,3 mg/L dan nilai pH dari sampel, yaitu 6,6.
Praktikum kali ini adalah analisis detergen yang bertujuan untuk menentukan
kadar surfaktan anionik pada detergen yang terkandung dalam sampel dengan
menggunakan metode ekstraksi dan spektrofotometri. Hasil yang di dapatkan dari
praktikum analisis detergen ini, di mana yang diuji adalah kandungan surfaktan
dalam detergen didapatkan hasil bahwa nilai absorban larutan sampel yang
terukur oleh spektrofotometer sebesar 0,030. Setelah itu, dilakukan perhitungan
untuk menentukan konsentrasi larutan sampel, sehingga didapatkan hasil bahwa
konsentrasi larutan sampel adalah 0,003 mg/L.
Salah satu pengolahan yang dapat dilakukan untuk pencemaran detergen yang
berlebihan di lingkungan adalah dengan proses sublasi. Proses sublasi adalah
proses pemisahan senyawa dari campuran berdasarkan adsorpsi senyawa tersebut
pada gelembung gas dan proses ini lebih unggul dari proses adsorbsi biasa karena
hanya surfaktan yang dapat terambil atau dipisahkan. Proses sublasi ini bertujuan
untuk mengurangi kandungan surfaktan pada limbah atau untuk menggambil
kembali surfaktan dari larutan detergen dan surfaktan yang terambil dapat
digunakan kembali.
Sarjana teknik lingkungan sangat berperan dalam analisis detergen ini terutama
dalam penentuan kualitas air dan kandungan deterjen dalam suatu sampel air.
Selain itu, juga untuk mengetahui suatu sampel air apakah sudah tercemar
detergen atau masih layak untuk digunakan. Setelah itu, dapat ditentukan langkah
pencegahan untuk menghindari pencemaran detergen atau langkah pengolahan
dan pengendalian untuk memperbaiki kualitas air yang telah tercemar deterjen
agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
seorang sarjana teknik lingkungan untuk mencegah tercemarnya air akibat limbah
detergen adalah melakukan pengolahan sebelum membuang limbah yang
memiliki kandungan detergen ke perairan dan beralih menggunakan produk yang
ramah lingkungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Nur Indah. 2019. Pengolahan Air Limbah Detergen dengan Tawas.
Jurnal Kimia, 1-5.
Greenberg, Arnold E, dkk. 1992. Standard Methods for the Examination of Water
and Wastewater. Washington DC: Victor Graphics, Inc.
Permatasari, Resti Dian. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut pada Analisa Zat
Anthosianin dari Kulit Manggis (Gacinia mangostana L.) dengan Metode
Spektrofotometer Visible Genesys 20. Tugas Akhir. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Yuliani, Rifky Luvia, dkk. 2015. Pengaruh Limbah Detergen Industri Laundry
terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Biologi, Sains dan Lingkungan, 822-828.