Anda di halaman 1dari 18

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN

TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengukur kadar surfaktan
anionik yang terkandung dalam detergen pada sampel uji.

1.2. Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam praktikum analisis detergen ini adalah metode
ekstraksi dan spektrofotometri.

1.3. Prinsip Percobaan

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu


pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Menurut Ferdiaz
(1992) detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang
terdapat dalam detergen. Dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air yang disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium
pada air. Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan
ion biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan
yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Percobaan analisis detergen ini dilakukan dengan menggunakan sampel air yang
berasal dari Rumah Makan Talago di Pasar Baru. Titik koordinat tempat
pengambilan sampel berada pada 0°55’45” LS dan 100°25’42” BT. Elevasi
tempat pengambilan sampel adalah 89 meter di atas permukaan laut dengan
kondisi cuaca ketika pengambilan sampel berawan pada suhu 28°C dan arus yang
mengalir pada daerah sampling adalah arus laminer. Pengambilan sampel
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 30 Oktober 2021 pukul 11.09 WIB. Nilai DO
yang didapatkan pada sampel yaitu 7,3 mg/L dan nilai pH yaitu 6,6.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menampung air buangan limbah rumah


makan yang mengalir dari pipa dengan menggunakan ember terlebih dahulu,
kemudian botol sampel dibuka tutupnya di dalam sampel air, kemudian botol
sampel ditenggelamkan ke dalam sampel air, tunggu sampai air masuk dan
memenuhi botol tersebut. Setelah penuh dan sudah tidak ada gelembung udara di
dalam botol, tutup mulut botol segera di dalam sampel air tersebut. Kondisi air
sampel yang diambil pada saat sampling dapat dikatakan dalam keadaan kurang
baik, warna sampel air tidak jernih dan airnya sedikit berbau.

2.2 Teori

2.2.1 Umum

Detergen dalam arti luas merupakan bahan yang digunakan sebagai pembersih
termasuk detergen cuci piring alkali dan cairan pembersih. Secara spesifik
detergen yaitu bahan pembersih yang mengandung petrokimia, surfaktan dan
bahan sintetik lainnya. Detergen merupakan sebuah produk penyempurnaan dari
sabun, detergen merupakan bahan-bahan turunan minyak bumi yang sering
disebut dengan istilah detergen sintetis. Komponen utama detergen adalah
surfaktan, selain itu juga terdapat bahan pembangun (builder) dan bahan aktif lain
yang menarik konsumen. Detergen memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
cuci yang baik dan tidak terpengaruh oleh kesadahan air dibanding dengan produk
detergen terdahulu (Wulandari, 2019).

Detergen merupakan salah satu bahan pembersih yang umum digunakan oleh
masyarakat, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, dan lain-
lain. Bahan yang terutama detergen adalah garam natrium (Sodium Lauryl Sulfat)
dan alkyl hydrogen sulfat. Berdasarkan bentuknya, detergen yang beredar di
pasaran dapat berupa detergen cair, detergen krim, dan detergen serbuk. Pada
umumnya ketiga jenis detergen ini memiliki fungsi yang sama. Hal yang
membedakan keduanya adalah bentuknya. Pada awalnya detergen cair lebih
banyak digunakan dalam pembersih alat-alat dapur. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, detergen cair juga banyak diaplikasikan untuk kebutuhan
industri serta pembersih pakaian. Hal ini dikarenakan detergen cair lebih mudah
cara menanganinya dan lebih praktis dalam penggunaannya (Wibisono, 2018).

2.2.2 Pengertian Detergen

Detergen merupakan salah satu produk komersial yang digunakan untuk


menghilangkan kotoran pada pencucian pakaian di industri laundry maupun
rumah tangga. Umumnya detergen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan
(sebagai bahan dasar detergen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar
70-80%, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relatif sedikit yairu 2-8%.
Surface Active Agent (surfaktan) pada detergen digunakan untuk proses
pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga sifat dari detergen dapat berbeda
tergantung jenis surfaktannya (Yuliani, 2015).

Pengertian detergen pada umumnya mencakup setiap bahan pembersih termasuk


sabun, namun kebanyakan dihubungkan dengan detergen sintetik. Detergen
mempunyai sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam
air sadah. Detergen adalah suatu bahan kimia organik sintesis yang dapat bereaksi
dengan air dan menyebabkan pembentukan busa yang digunakan untuk
membersihkan atau mencuci, baik dalam industri ataupun untuk tujuan rumah
tangga. Detergen umumnya mengandung bahan-bahan yang dapat dikelompokkan

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
menjadi surface-active agents atau surfaktan, builders atau zat pembangun dan
additive substances atau bahan tambahan (Wulansari, 2012).

2.2.3 Sumber Detergen

Limbah detergen merupakan salah satu limbah yang banyak mencemari badan
perairan dan sumber utama dari limbah detergen ini berasal dari aktivitas rumah
tangga. Hal ini dikarenakan peran detergen dalam kegiatan rumah tangga sangat
beragam, selain digunakan untuk mencuci pakaian, detergen juga digunakan untuk
mencuci peralatan rumah tangga. Limbah atau sisa pemakaian detergen yang
masuk ke lingkungan perairan akan mempengaruhi kualitas perairan dan akan
berpengaruh terhadap keadaan ekosistem di perairan tersebut. Pencemaran air
oleh detergen diakibatkan dari bahan utama penyusun detergen yaitu Natrium
Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphospat (STPP) dimana
kedua bahan bahan tersebut sulit untuk didegradasi secara alamiah. Selain NaDBS
dan STPP, pencemaran detergen di perairan juga disebabkan oleh adanya
kandungan surfaktan dalam detergen seperti alkil benzen sulfonat (ABS) dan
linear alkil sulfonat (LAS) (Suasturi, 2015).

2.2.4 Dampak Detergen

Limbah detergen industri laundry akan menyebabkan turunnya kualitas bahan


baku mutu perairan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan keanekaragaman
biota air salah satunya kematian beberapa spesies ikan yang berada di ekosistem
perairan. Pengaruh negatif limbah detergen laundry terhadap habitat perairan serta
kondisi fisik dan kimia yang teraliri limbah dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa pengaruhnya terhadap lingkungan antara lain gangguan
terhadap estetika oleh adanya busa putih di permukaan perairan, penurunan kadar
oksigen terlarut perairan, perubaham sifat fisik dan kimia air serta terjadinya
eutrofikasi. Kandungan fosfat yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya gulma
air. Peningkatan gulma air akan menyebabkan peningkatan penguraian fosfat, dan
penghambatan pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut
dalam air amat rendah (mikroaerofil) (Yuliani, 2015).

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Semakin tinggi akumulasi detergen maka semakin rendah pula suplai oksigen
terlarut di dalam air. Hal ini menyebabkan terganggunya proses respirasi pada
ikan. Dampak yang paling buruk adalah kematian pada ikan. Kematian yang
terjadi dikarenakan berhentinya fungsi kerja organ-organ tubuh pada ikan akibat
tidak terpenuhi oksigen pada proses respirasi. Kandungan detergen yang toksik
tidak bisa ditolerir oleh tubuh ikan (Yuliani, 2015). Kandungan detergen surfaktan
yang terakumulasi di perairan akan mengakibatkan difusi oksigen dari udara akan
berlangsung lambat, sehingga oksigen yang terlarut dalam air menjadi sedikit
(Suastuti, 2015).

2.2.5 Pengolahan Detergen di Perairan

Upaya pengolahan limbah detergen dapat dilakukan dengan berbagai metode baik
secara fisik, kimia maupun biologis. Secara fisik pengolahan limbah detergen
dapat dilakukan dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben. Contoh pengolahan
limbah detergen secara kimia dalah menggunakan pereaksi kimia untuk
mengendapkan limbah detergen tersebut. Metode pengolahan limbah detergen
secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan biofilter dimana tanaman
air digunakan sebagai medianya. Metode ini dapat menjadi salah satu alternatif
dalam mengolah air limbah karena efisien dalam menurunkan senyawa organik
dengan biaya yang relatif murah. Biofilter merupakan salah satu cara dalam
pengolahan limbah cair dengan menggunakan tanaman yang memiliki kelompok
mikroorganisme rhizosfer. Mikroorganisme rhizosfer merupakan kelompok
mikroba yang hidup bersimbiosis di sekitar akar tanaman, baik tanaman pada
habitat tanah atau air. Mikroba rhizosfer ini memiliki kemampuan untuk
melakukan penguraian terhadap benda-benda organik ataupun benda anorganik
yang terdapat pada limbah (Suastuti, 2015).

Pencemaran air akibat limbah detergen bekas mencuci dapat dikurangi dengan
melakukan pengolahan limbah sebelum membuangnya ke saluran air. Salah satu
cara sederhana untuk mengolahnya adalah dengan menambahkan serbuk tawas
pada air detergen bekas mencuci pakaian. Tawas akan mengendapkan partikel-
partikel pada detergen sehingga air yang terpisah dari endapan tersebut memiliki

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
kadar detergen sedikit. Dengan demikian, pencemaran air dapat dikurangi dan
ekosistem perairan akan terjaga (Apriyanti, 2019).

2.2.6 Metode Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk menganalisa suatu senyawa


baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan cara mengukur transmitan ataupun
absorban suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Penentuan secara
kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan pada spektrum suatu unsur
tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif
berdasarkan nilai absorbandi yang dihasilkan dari spektrum senyawa kompleks
unsur yang dianalisa dengan kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks
yang sesuai. Spektrofotometris dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual, lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-
macam zat (Permatasari, 2015).

Prinsip kerja spektrofotometer adalah warna ditentukan secara spektrofotometri


pada panjang gelombang antara 450 dan 465 nm dengan larutan platinum-kobalt
sebagai standar. Warna sebenarnya dari sampel nyata dan standar platinum-kobalt
mengikuti Hukum Beer. Metode spektrofotometri platinum-kobalt berlaku untuk
perairan alami, air minum, dan air limbah, baik domestik maupun industri
(Greenberg, 1992).

Panjang gelombang warna yang diserap warna spektrofotometri (Mustikaningrum,


2015):
1. 400-435 nm: ungu hijau kekuningan
2. 435-480 nm: biru kuning
3. 480-490 nm: biru kehijauan oranye
4. 490-500 nm: hijau kebiruan merah
5. 500-560 nm: hijau ungu
6. 560-580 nm: hijau kekuningan ungu
7. 580-595 nm: kuning biru
8. 595-610 nm: oranye biru kehijauan
9. 610-750 nm: merah hijau kebiruan

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2.2.7 Peraturan Terkait

Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menurut baku mutu air nasional baku mutu kadar detergen total untuk perairan
dapat dilihat seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Baku Mutu Kadar Detergen Total


Kelas
Parameter Unit Keterangan
1 2 3 4
Detergen total mg/L 0,2 0,2 0,2 -
Sumber: PP No. 22 tahun 2021

Keterangan untuk Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021:


1. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
4. Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Corong pisah 100 ml 2 buah
Berfungsi sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen yang
terkandung dalam suatu campuran;
2. Spektrofotometer
Berfungsi untuk mengukur absorban yang terkandung dalam air;
3. Beaker glass 100 ml
Berfungsi sebagai wadah larutan untuk mereaksikan atau menampung larutan
kimia;
4. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml
Berfungsi untuk mengukur volume larutan;
5. Corong
Berfungsi untuk membantu menuangkan larutan atau memindahkan larutan
dari suatu wadah ke wadah lain;
6. Kuvet spektro 2 buah
Berfungsi sebagai wadah larutan yang akan diukur dengan spektrofotometer;
7. Pipet tetes
Berfungsi untuk memipet larutan dalam jumlah kecil;
8. Spatula
Berfungsi untuk mengambil bahan berbentuk padat dan mengaduk larutan;
9. Statip
Berfungsi sebagai tempat meletakkan corong dan corong pisah.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Larutan Biru Metilen
Berfungsi untuk mewarnai sel-sel atau memberi warna ke suatu objek;

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
2. Larutan Indikator Fenolftalein
Berfungsi sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat asam atau basa;
3. NaOH 1 N
Berfungsi sebagai basa dalam suatu percobaan;
4. H2SO4 1 N dan 6 N
Berfungsi sebagai reagent atau pereaksi yang menyebabkan perubahan warna
pada sampel menjadi bening kembali;
5. Na2SO4 Anhidrat
Berfungsi untuk menyaring larutan dengan kertas saring;
6. Aquadest
Berfungsi sebagai pelarut dalam percobaan.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:


1. Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam corong pisah. Agar netral
ditambahkan 23 tetes indikator fenolftalein dan NaOH 1 N sampai warna
larutan merah muda;
2. H2SO4 ditambahkan sampai warnanya hilang;
3. Kemudian larutan metilen biru ditambahkan sebanyak 25 ml;
4. Setelah itu larutan diekstraksi dengan 10 ml CH2Cl2 (diklorometan) pada
lemari asam, biarkan selama 30 detik. Pemisahan fase dibiarkan terjadi.
Digoyang perlahan, apabila terbentuk emulsi isopropil alkohol ditambahkan;
5. Lapisan bawah (CH2Cl2) dipisahkan dan selanjutnya dilakukan ekstraksi
dengan menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat;
6. Ekstraksi dilakukan sebanyak 2 kali dan kedua hasil ekstraksi digabungkan;
7. Langkah 1-6 juga diberlakukan pada blanko;
8. Larutan sampel dan blanko dimasukkan ke dalam kuvet spektro, dibaca pada
panjang gelombang 652 nm dan dicatat hasilnya.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
3.4 Rumus Perhitungan

Rumus Regresi Linear Kurva:


y = a + bx

Keterangan:
a = intersep
b = koefisien regresi slop
n = jumlah data
y = nilai absorban
x = konsentrasi larutan (ppm)

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1 Larutan standar MBAS


Larutan standar (mg/L) (x) Absorban (y)
0,00 0,000
0,01 0,111
0,02 0,227
0,04 0,528
0,08 0,967
0,10 1,242
Sumber : Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan 2021

Tabel 4.2 Larutan Sampel


Konsentrasi (ppm) Absorban
X 0,030
Sumber : Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan 2021

4.2 Perhitungan

Tabel 4.3 Perhitungan Larutan Standar MBAS


Larutan Standar (mg/L) (x) Absorban (y) x² xy
0,00 0,000 0,0000 0,00000
0,01 0,111 0,0001 0,00111
0,02 0,227 0,0004 0,00454
0,04 0,528 0,0016 0,02112
0,08 0,967 0,0064 0,07736
0,10 1,242 0,0100 0,12420
 = 0,25  = 3,075  = 0,0185  = 0,22833
Sumber : Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan 2021

4.2.1 Rumus Regresi Linear Kurva

y = a + bx
Keterangan :
y = Nilai Absorban
x = Konsentrasi Larutan (ppm)

a=

b=

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Masukkan nilai x dan y ke dalam persamaan agar didapat nilai a dan b:

a =
3,0750,0185  0,250,22833
60,0185  0,25
2

5,68875x10 2  5,70825 x10 2


=
0,111  0,0625

 1,95 x10 4
=
0,0485
= - 0,004

60,22833  0,253,075
b =
60,0185  0,25
2

1,36998  0,76875
=
0,111  0,0625
0,60123
=
0,0485
= 12,396

Jadi, persamaan regresi linearnya:


y = 12,396x  0,004

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Nilai Absorban dan Nilai Standar
Konsentrasi

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
4.2.2 Sampel

Kurva kalibrasi yang telah dibuat, didapatkan persamaan :


y = 12,396x – 0,004
Maka dapat dihitung konsentrasi untuk sampel, yaitu :
y = 12,396x – 0,004
0,030 = 12,396x – 0,004
0,030 + 0,004 = 12,396x
x = 0,003 mg/L
Jadi, konsentrasi surfaktan yang terkandung dalam sampel adalah 0,003 mg/L.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
4.3 Pembahasan

Percobaan analisis detergen ini dilakukan dengan menggunakan sampel berupa air
yang diambil dari Rumah Makan Talago di Pasar Baru. Pengambilan sampel
dilakukan pada hari Sabtu 30 Oktober 2021, pada pukul 11.09 WIB. Elevasi
tempat pengambilan sampel adalah 89 mdpl. Sampel ditampung dengan
menggunakan ember terlebih dahulu, kemudian dipindahkan ke botol sampel yang
akan dijadikan sampel. Kondisi cuaca saat pengambilan sampel berawan dan arus
yang mengalir pada daerah sampel adalah arus laminer. Nilai DO yang didapatkan
dari sampel, yaitu 7,3 mg/L dan nilai pH dari sampel, yaitu 6,6.

Praktikum kali ini adalah analisis detergen yang bertujuan untuk menentukan
kadar surfaktan anionik pada detergen yang terkandung dalam sampel dengan
menggunakan metode ekstraksi dan spektrofotometri. Hasil yang di dapatkan dari
praktikum analisis detergen ini, di mana yang diuji adalah kandungan surfaktan
dalam detergen didapatkan hasil bahwa nilai absorban larutan sampel yang
terukur oleh spektrofotometer sebesar 0,030. Setelah itu, dilakukan perhitungan
untuk menentukan konsentrasi larutan sampel, sehingga didapatkan hasil bahwa
konsentrasi larutan sampel adalah 0,003 mg/L.

Berdasarkan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021


tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menetapkan bahwa kadar maksimum detergen total untuk mutu air kelas 2, yaitu
air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air
adalah bernilai 0,2 mg/L. Hasil konsentrasi surfaktan dari larutan sampel yang
didapatkan tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,003
mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan surfaktan yang terdapat pada
sampel tidak berbahaya dan dapat digunakan sesuai fungsinya.

Detergen bersumber dari aktivitas manusia yang menggunakan detergen dalam


kehidupan sehari-hari. Saat ini penggunaan detergen sudah sangat luas dan hampir
dapat menggantikan penggunaan sabun dalam keperluan rumah tangga karena
detergen sintesis mempunyai sifat pembersih yang baik dan tidak membentuk
endapan ion-ion seperti kalsium dan magnesium di dalam air sadah. Penggunaan

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
detergen sebagai bahan pembersih meningkat setiap tahunnya seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk. Sumber lainya dari berbagai kegiatan industri,
yang di dalamnya terdapat surfaktan sebagai komponen utama dalam detergen,
seperti industri sabun, detergen, produk komestik dan produk perawatan diri,
farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan industri
perminyakan dan lain sebagainya

Salah satu pengolahan yang dapat dilakukan untuk pencemaran detergen yang
berlebihan di lingkungan adalah dengan proses sublasi. Proses sublasi adalah
proses pemisahan senyawa dari campuran berdasarkan adsorpsi senyawa tersebut
pada gelembung gas dan proses ini lebih unggul dari proses adsorbsi biasa karena
hanya surfaktan yang dapat terambil atau dipisahkan. Proses sublasi ini bertujuan
untuk mengurangi kandungan surfaktan pada limbah atau untuk menggambil
kembali surfaktan dari larutan detergen dan surfaktan yang terambil dapat
digunakan kembali.

Sarjana teknik lingkungan sangat berperan dalam analisis detergen ini terutama
dalam penentuan kualitas air dan kandungan deterjen dalam suatu sampel air.
Selain itu, juga untuk mengetahui suatu sampel air apakah sudah tercemar
detergen atau masih layak untuk digunakan. Setelah itu, dapat ditentukan langkah
pencegahan untuk menghindari pencemaran detergen atau langkah pengolahan
dan pengendalian untuk memperbaiki kualitas air yang telah tercemar deterjen
agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
seorang sarjana teknik lingkungan untuk mencegah tercemarnya air akibat limbah
detergen adalah melakukan pengolahan sebelum membuang limbah yang
memiliki kandungan detergen ke perairan dan beralih menggunakan produk yang
ramah lingkungan.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan analisis detergen ini adalah:


1. Nilai absorban sampel yang didapatkan dari praktikum sebesar 0,030, sehingga
diperoleh nilai konsentrasi kadar surfaktan anionik dari sampel adalah 0,003
mg/L;
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kadar
detergen total yang telah ditetapkan untuk kelas 2 sebesar 0,2 mg/L, sehingga
kadar detergen total pada sampel tidak melebihi standar baku mutu yang telah
ditetapkan;
3. Metode pengolahan terhadap pencemaran limbah detergen dapat dilakukan
dengan metode sublasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan adalah:


1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam penggunaan alat ketika pembuatan
larutan sampel dan larutan standar dilakukan, agar tidak terjadi kontaminasi
dari tiap-tiap larutan;
2. Masyarakat sebaiknya memilih detergen yang lebih ramah lingkungan untuk
digunakan agar dampak surfaktan anionik dapat diminimalisir;
3. Pemerintah sebaiknya mengawasi pembuangan limbah masing-masing usaha
supaya tidak terjadi pencemaran pada lingkungan;
4. Sarjana teknik lingkungan sebaiknya memahami cara pengukuran dan analisa
surfaktan anionik dalam suatu sampel air, sehingga dapat ditentukan apakah
sampel tersebut membutuhkan pengolahan atau tidak dan dapat juga ditentukan
pengolahan yang tepat.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Nur Indah. 2019. Pengolahan Air Limbah Detergen dengan Tawas.
Jurnal Kimia, 1-5.

Greenberg, Arnold E, dkk. 1992. Standard Methods for the Examination of Water
and Wastewater. Washington DC: Victor Graphics, Inc.

Mustikaningrum, Mega. 2015. Aplikasi Metode Spektofotometri Visibel Genesys-


20 untuk Mengukur Kadar Curcuminoid pada Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza). Semarang: Jawa Tengah.

Peraturan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Permatasari, Resti Dian. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut pada Analisa Zat
Anthosianin dari Kulit Manggis (Gacinia mangostana L.) dengan Metode
Spektrofotometer Visible Genesys 20. Tugas Akhir. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Suastuti, Ni G. A. M Dwi Adhi, dkk. 2015. Pengolahan Larutan Detergen dengan


Biofilter Tanaman Kangkungan (Ipomoea crassicaulis) dalam Sistem
Batch (Curah) Teraerasi. Jurnal Kimia, 9(1), 98-104.

Wibisono, Ika Candrika. 2018. Penetapan Kadar Surfaktan Anionik pada


Detergen Cuci Cair Secara Metode Titrimetri. Jurnal Ilmu Kimia dan
Terapan, 2(2), 27-31.

Wulandari, Lisa Ayu. 2019. Pengaruh Jenis Detergen terhadap Ketahanan


Luntur Warna Naphtol pada Proses Pencucian Batik Tulis. Tugas Akhir
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024


KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
Wulansari, Fitri Diana dan Ardiansyah. 2012. Pengaruh Detergen terhadap
Mortalitas Benih Ikan Patin sebagai Bahan Pembelajaran Kimia
Lingkungan. Jurnal EduSains, 1(2), 23-43.

Yuliani, Rifky Luvia, dkk. 2015. Pengaruh Limbah Detergen Industri Laundry
terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Biologi, Sains dan Lingkungan, 822-828.

SITI FINNI VARUZSHA 2010941024

Anda mungkin juga menyukai