Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ANALISIS DETERGEN

OLEH:

NAMA : DHANIL
NO BP : 2110941014
HARI/ TGL PRAKTIKUM : SELASA/ 20 SEPTEMBER 2022
KELOMPOK / SHIFT : II (DUA) / II (DUA)
REKAN KERJA : 1. SABILLA GITHA A (2110941025)
2. ZYQRI CYURISMA H (2110941038)
3. UMMIL KHAIR H (2110943014)

ASISTEN:
NADIYAH DZAKIYYAH

LABOLATORIUM AIR
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan analisis detergen adalah menentukan kadar surfaktan anionik


pada sampel.

1.2 Metode Percobaan

Metode percobaan yang digunakan pada praktikum analisis detergen adalah metode
ektraksi spektrofotometri.

1.3 Prinsip Percobaan

Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu


pembersihan yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Menurut Fardiaz
(1992) detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang
terdapat dalam detergen. Dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air yang disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium
pada air. Surfaktan anionik beraksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion
biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur
setara dengan kadar surfaktan anionik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Detergen merupakan produk pembersih yang merupakan penyempurnaan dari


sabun. Kelebihan detergen dibandingkan sabun adalah kemampuannya dalam
mengatasi air sadah dan larutan asam. Detergen sering disebut dengan istilah
detergen sintetis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis (Zoller dalam Apriyani,
2017).

Pemakaian detergen akan menghasilkan limbah, karena setelah pemakaian air


bekas cucian yang telah mengandung detergen dibuang ke lingkungan. Formulasi
awal detergen mengandung surfaktan non-biodegradabel. Air limbah detergen
termasuk polutan bagi lingkungan karena mengandung zat ABS (Alkyl Benzene
Sulfonate) yang tergolong keras. Surfaktan dalam detergen memiliki rantai kimia
yang sulit terdegradasi di alam (Sutanto dalam Apriyani, 2017).

2.2 Pengertian Detergen

Detergen merupakan molekul amfipatik, yaitu suatu senyawa yang mengandung


gugus polar dan nonpolar dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga
dikenal juga sebagai surfaktan karena dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Detergen cair terdiri dari surfaktan, sabun, zat pembangun (builders), hydrotopes,
bahan-bahan lainnya/bahan aditif (enzim, pemutih, pencerah, parfum, dan/atau
pewarna). Berdasarkan gugus hidrofiliknya, detergen secara umum
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu;
a. Detergen ionik, memiliki gugus muatan yang terdiri dari detergen anionik
bermuatan negatif dan detergen kationik bermuatan positif. Detergen ini efisien
untuk memecah ikatan protein-protein.
b. Detergen nonionik, tidak memiliki muatan, secara umum detergen ini lebih
baik untuk memecah ikatan lemak-lemak atau lemak-protein dibandingkan
dengan ikatan protein-protein.
c. Detergen zwitterionik, merupakan kombinasi antara detergen ionik dengan
detergen nonionik (Octaviani, 2017).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

2.3 Sumber Detergen

Kegiatan jasa pencucian (laundry) di Indonesia semakin meningkat setiap


tahunnya. Jasa ini memiliki manfaat besar bagi masyarakat, baik bagi penyedia
maupun pengguna jasa laudry tersebut. Seiring bertambahnya kegiatan jasa ini
maka perlu diikuti dengan pengelolaan guna mencegah terjadinya pencemaran
akibat limbah yang dihasilkan. Dalam prakteknya, jasa laundry banyak
menggunakan detergen sebagai bahan pencuci dikarenakan detergen mempunyai
sifat–sifat pembersih yang efektif dibandingkan dengan sabun biasa. Zat utama
yang terkandung dalam detergen adalah senyawa ionik berupa natrium tripolifospat
yang berfungsi sebagai builder dan surfaktan (Apriyani, 2017).

Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:


1. Surfaktan (surface active agent); merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan ini
baik berupa anionik (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene
Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium),
Non-ionic (Nonyl Phenol Polyethoxyle), dan Amphoterik (Acyl
Ethylenediamines). Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan
dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat
dalam detergen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi
pengolahan air minum PDAM.
2. Builder (pembentuk); berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Posfat
(Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene
Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (Asam sitrat).
3. Filler (pengisi); merupakan bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh:
Sodium sulfat.

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

4. Additives (aditif); merupakan bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk


lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, dan sebagainya
yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci detergen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh: Enzyme,
Borax, Sodium Chloride, dan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar
kotoran yang telah dibawa oleh detergen kedalam larutan tidak kembali ke bahan
cucian pada waktu mencuci (anti redeposisi). Wangi-wangian atau parfum
dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
(Rahimah dkk, 2016).

2.4 Dampak Detergen di Perairan

Pencemaran menyebabkan mahluk hidup melakukan berbagai reaksi, mulai dari


pengaruh yang sangat kecil seperti perubahan tingkah laku sampai pengaruh
berkurangnya pertumbuhan dan kematian yang nyata. Detergen merupakan bahan
kimia yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap lingkungan sebagai limbah
rumah tangga. Bahan aktif dari detergen seperti Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
dapat menghancurkan sel, kemudian mengganggu proses yang penting pada
organisme. Insang sebagai organ yang penting memiliki sifat sensitif yang tinggi
terhadap racun di perairan. Kerusakan organ respirasi ini disebabkan karena
terjadinya iritasi pada permukaan insang sehingga mengganggu proses respirasi.
Selain merusak insang, detergen juga merusak indra perasa ikan sehingga ikan akan
kesulitan dalam mencari makan (Wulansari, 2013).

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut, sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam
air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga
menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-
bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada
air limbah juga terhambat. Dengan demikian air limbah menjadi sulit terurai. Panas
dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air
limbah tidak didinginkan dahulu (Wulansari, 2013).

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam
pembuatan detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier
Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian
terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa
dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai
LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diuraikan (Wulansari, 2013).

2.5 Pengolahan Detergen

Pengolahan detergen dapat dilakukan dengan menggunakan metode jar test untuk
mengetahui tingkat kekeruhan air. Cara ini menetapkan pengujian koagulasi
flokuasi dengan koagulan yaitu kapur dan PAC. Pengujian ini mengevaluasi
pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak
dapat untuk mengendap dalam air menggunakan bahan kimia dalam proses
koagulasi-flokuasi. Pada proses selanjutnya akan dilanjutkan dengan pengendapan
secara gravitasi (Rahimah, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh masa koagulan terhadap nilai penurunan


kadar COD pada limbah detergen buatan. Bertambahnya massa koagulan baik pada
koagulan kapur maupun koagulan PAC maka makin bertambah tinggi nilai
penurunan COD-nya karena semakin banyak partikel koloid yang menggumpal dan
mengendapkan zat-zat organik sehingga COD terendapkan juga banyak. Di antara
koagulan kapur dan PAC, koagulan kapurlah (Ca(OH)2) yang paling efektif dalam
menurunkan nilai BOD maupun COD dikarena pada detergen terdapat fosfor yang
sangat memengaruhi nilai BOD dan COD yang terdapat pada air limbah sehingga
penggunaan koagulan kapurlah yang bagus karena pada penggunaan kapur, baik
kalsium maupun hidroksida akan bereaksi dengan orthophosphorus hingga
terbentuk endapan hydrocyaptite. Fosfor organik dan polyphosphate dipisahkan
dengan reaksi yang lebih kompleks dengan adsorpsi dan akan membentuk flok,
sehingga untuk proses pengolahan koagulasi-flokulasi pada limbah detergen
penggunaan kapurlah yang paling baik. Menurut Tjokokusumo ion kalsium tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi tetapi dari hasil dari

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

penelitian yang dilakukan penggunaan koagulan kapurlah yang efektif menurunkan


nilai BOD dan COD dibandingkan koagulan PAC (Rahimah, 2016).

2.6 Peraturan Terkait

Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Menurut PP No. 22 Tahun 2021 menetapkan
mutu air diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas :

Tabel 2.1 PP Nomor 22 Tahun 2021


Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Detergen total mg/L 0,2 0,2 0,2 -
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021.
Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Menurut PP No. 22 Tahun 2021 menetapkan
mutu air diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas :
1. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021


parameter detergen total (mg/L) untuk kelas 1, 2, dan 3 bernilai 0,2 sementara untuk
kelas 4 tidak ada (-) (PP No 22 Tahun 2021).

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

2.7 Metode Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Hasibuan,
2015).

Spektrofotometer dapat dianggap perluasan suatu pemeriksaan visual yang dengan


studi lebih mendalam dari absorsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia
memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan
ketelitiannya yang lebih besar. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, ataupun celah optis. Pada fotometer
filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai
filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu (Hasibuan, 2015).

Pada sprektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat


diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spekrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini
memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat
kecil. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi
cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang
radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang
gelombang tertentu (Hasibuan, 2015).

DHANIL 2110941014
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Corong pisah 100 ml 2 buah;
Berfungsi sebagai alat sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen
yang terkandung dalam suatu campuran;
2. Spektrofotometer;
Berfungsi untuk mengukur absorban yang terkandung dalam air;
3. Beaker glass 100 ml;
Berfungsi sebagai wadah larutan untuk mereaksikan atau menampung larutan
kimia;
4. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml;
Berfungsi untuk mengukur volume larutan;
5. Corong;
Berfungsi untuk membantu menuangkan larutan atau memindahkan larutan
dari suatu wadah ke wadah lain;
6. Kuvet spektro 2 buah;
Berfungsi sebagai wadah larutan yang akan diukur dengan spektrofotometer;
7. Pipet Tetes;
Berfungsi untuk memipet larutan dalam jumlah kecil;
8. Spatula;
Berfungsi untuk mengambil bahan berbentuk padat dan mengaduk larutan;
9. Statip.
Berfungsi sebagai tempat meletakkan corong dan corong pisah.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Larutan Biru Metilen;
Berfungsi untuk mewarnai sel-sel atau memberi warna ke suatu objek;
2. Larutan Indikator Fenolftalein;
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

Berfungsi sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat asam atau basa;
2. NaOH 1 N;
Berfungsi sebagai basa dalam suatu percobaan;
3. H2SO4 1 N dan 6 N;
Berfungsi sebagai reagent atau pereaksi yang menyebabkan perubahan warna
pada sampel menjadi bening kembali;
4. Na2SO4 Anhidrat;
Berfungsi untuk menyaring larutan dengan kertas saring;
5. Aquadest.
Berfungsi sebagai pelarut dalam percobaan.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :


1. Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam corong pisah. Agar netral
ditambahkan 2–3 tetes indikator fenolftalein dan NaOH 1 N sampai warna
larutan merah muda;
2. H2SO4 ditambahkan sampai warnanya hilang;
3. Kemudian larutan metilen biru ditambahkan sebanyak 25 ml;
4. Setelah itu larutan diekstraksi dengan 10 ml CH2Cl2 (diklorometan) pada lemari
asam, biarkan selama 30 detik. Pemisahan fase dibiarkan terjadi. Digoyang
perlahan, apabila terbentuk emulsi isopropil alkohol ditambahkan;
5. Lapisan bawah (CH2CL2) dipisahkan dan selanjutnya dilakukan ektraksi
dengan menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat;
6. Ektraksi dilakukan sebanyak 3 kali dan kedua hasil ekstraksi digabungkan;
7. Langkah 1-6 juga diberlakukan pada blanko;
8. Larutan sampel dan blanko dimasukkan ke dalam kuvet spektro, dibaca pada
panjang gelombang 652 nm dan dicatat hasilnya.

DHANIL 2110941014
KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

3.4 Rumus Perhitungan

Rumus Regresi Linear Kurva:


y = a + bx

a =
( )
(y i ) x 2 − (x )(x y )
nxi − (xi )
i 2 i 2 i i

nxi yi − (xi )(yi )


b =
nx i2 − (xi )2

Keterangan:
a = intersep
b = koefisian regresi slop
n = jumlah data
y = nilai absorban
x = konsentrasi larutan (ppm)

DHANIL 2110941014
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1 Data Larutan Standar MBAS


Larutan standar (mg/L) (x) Absorban (y)
0,00 0,000
0,01 0,111
0,02 0,227
0,04 0,528
0,08 0,967
0,10 1,242
Sumber: Modul Praktikum Kimia Lingkungan 2022

Tabel 4.2 Data Larutan Sampel Detergen


Konsentrasi (ppm) Absorban
x 0,31
Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkunga 2022

4.2 Perhitungan

Tabel 4.3 Perhitungan Larutan Standar MBAS


Larutan standar (mg/L) (x) Absorban (y) x2 x.y
0,00 0,000 0,00 0,000
0,01 0,111 0,0001 0,00111
0,02 0,227 0,0004 0,00454
0,04 0,528 0,0016 0,02112
0,08 0,967 0,0064 0,07736
0,10 1,242 0,0100 0,1242
∑x = 0,25 ∑y = 3,075 ∑x = 0,0185
2
∑xy = 0,22833
Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan 2022

4.2.1 Regrasi Linear Kurva


Berikut grafik hubungan konsentrasi terhadap absorban yang telah dilakukan.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Absorban dan konsentrasi


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
4.2.2 Sampel

Kurva kalibrasi yang telah dibuat, didapatkan persamaan:


y = 12,3964948x – 0,0040206
Maka perhitungan konsentrasi untuk sampel, yaitu:
y = 12,3964948x – 0,0040206
0,667 = 12,3964948x – 0,0040206
0,667 + 0,0040206 = 12,3964948x
0,6710206 = 12,3964948x
x = 0,054 mg/L
Jadi, konsentrasi surfaktan yang terkandung dalam sampel adalah 0,054 mg/L.

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

4.3 Pembahasan

Praktikum analisis deterjen ini menggunakan sampel yang diambil dari badan
sampling Badan Air Cucian Mobil/Motor di Pasar Ambacang. Pengambilan sampel
air dilakukan diselokan berada disamping cucian mobil/motor didaerah Pasar
Ambacang, dimana air tersebut berasal dari hasil pembuangan limbah cucian mobil
atau motor. Nilai pH yang didapatkan dari sampel adalah 7,4 dan nilai DO yang
didapatkan sebesar 3,6 mg/L. kondisi ketika pengambilan sampel cerah berawan
dengan suhu 29°C dan arus yang mengalir pada daerah sampling adalah arus
turbulen.

Berdasarkan grafik regresi linear dapat diketahui hubungan antara konsentrasi dan
absorban berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasinya maka nilai absorban
juga akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Nilai R2 yang didapatkan yaitu
sebesar 0,99827. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan konsentrasi surfaktan
yang terkandung pada sampel adalah 0,0253314 mg/L dan nilai absorban yang
didapatkan adalah 0,31.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ditetapkan standar baku mutu
kandungan detergen di perairan sebesar 0,2 mg/L. Maka dapat disimpulkan hasil
yang didapatkan memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Jadi kandungan
detergen pada sampel tidak berbahaya dan tidak merusak perairan.

Sumber deterjen dapat dibagi 2 yaitu, sumber instansional adalah sumber yang
penanggung jawabnya jelas seperti hotel, rumah sakit, usaha laundry yang telah
terdaftar, gedung/instansi resmi. Deterjen pada instansi tersebut jelas
kepemilikannya karena telah terdaftar izin usahanya. Selanjutnya yaitu, sumber non
instansional adalah sumber yang kepemilikannya tidak jelas. Deterjen yang berasal
dari limbah rumah tangga dan limbah laundry kecil-kecilan tidak memilikisumber
kepemilikan yang jelas.

Salah satu metode yang banyak digunakan dalam pretreatment dari industri
laundry adalah teknik koagulasi dan flokulasi. Teknik koagulasi merupakan
pengolahan yang sudah dikenal lama dikenal dengan cara menambahkan senyawa

DHANIL 2110941014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

kimia seperti garam-garam Al3+ dan Fe3+ atau senyawa polimer organik. Proses
laundry menghasilkan air limbah yang berasal dari bleaching (pemucat), water
softener, dan surfactant. Konsentrasi, jenis dan jumlah zat kimia yangditambahkan
selama proses laundry tergantung pada jenis item yang akandibersihkan dan
jumlah item yang akan dibuang kepermukaan tanah. Selanjutnyalimbah tersebut
akan diolah secara koagulasi dengan penambahan senyawa kimia yang akan
menghasilkan residu, lalu residu yang bersih akan dibuang ke perairan. Peran
Sarjana Teknik Lingkungan ialah dapat melakukan penelitian, pengujian,dan
menganalisis kualitas air berdasarkan parameter kualitas air yang adakhususnya
detergen sehingga dapat diketahui kelayakan air tersebut untukdigunakan sesuai
dengan parameter yang ada. Sarjana Teknik Lingkungan jugadapat melakukan
riset untuk menemukan teknologi baru dalam pengolahandetergendi perairan yang
lebih efektif dan efisien daripada teknologi pengolahan yang telah ada
sebelumnya. Hal lain yang juga dapat dilakukan adalah mensosialisasikan
bagaimana dampak yang akan terjadi jika kadar detergen melebihi baku mutu
yang telah ditetapkan dan dampakmengkonsumsi air dengan konsentrasi deterjen
yang melebihi baku mutu.

DHANIL 2110941014
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Nilai absorban yang didapatkan saat praktikum sebesar 0,31 sehingga diperoleh
kadar surfaktan anionik dari sampel adalah 0,025 mg/L. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 kadar surfaktan anionik yang terdapat dalam
sampel berada di bawah baku mutu yaitu 0,2 mg/L;
2. Kandungan surfaktan detergen yang tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi,
rendahnya difusi oksigen pada air, serta dapat menyebabkan rusaknya
ekosistem pada perairan;
3. Pengolahan terhadap pencemaran limbah detergen dapat dilakukan dengan
proses sublasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan adalah:


1. Masyarakat sebaiknya memilih detergen yang lebih ramah lingkungan untuk
digunakan agar dampak surfaktan anionik dapat diminimalisir;
2. Pemerintah sebaiknya mengawasi pembuangan limbah masing-masing usaha
supaya tidak terjadi pencemaran pada lingkungan;
3. Mahasiswa sebagai calon Sarjana Teknik Lingkungan sebaiknya memahami
cara pengukuran dan analisa surfaktan anionik dalam suatu sampel air,
sehingga dapat ditentukan apakah sampel tersebut membutuhkan pengolahan
atau tidak dan dapat juga ditentukan pengolahan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Nani. (2017). Penurunan Kadar Surfaktan dan Sulfat dalam Limbah
Laundry. Vol 2 No 1. hal 1-2.
Hasibuan, Elliwati. (2015). Pengenalan Spektrofotometri pada Mahasiswa yang
Melakukan Penelitian di Labolatorium Terpadu Fakultas Kedokteran
USU. hal 10-12. Medan.
Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta.
Octaviani, Ervina. (2017). Formulasi Deterjen Cuci Cair Sebagai Penyuci Najis
Mughalladzah dengan Variasi Tanah Kaolin-Nano Bentonit. hal 24, 26.
Jakarta.
Rahimah, Zikri dkk. (2016). Pengolahan Deterjen dengan Metode Koagulasi
Flokuasi Menggunakan Koagulan Kapur dan PAC. Vol 5 No 2. hal 13-14
& 17-18.
Wulansari, Fitri Diana dkk. (2013). Pengaruh Deterjen Terhadap Mortalitas Benih
Ikan Patin Sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan. Vol 1 No 2.
hal 7.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN VI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAKU MUTU AIR NASIONAL

I. BAKU MUTU AIR SUNGAI DAN SEJENISNYA

No Parameter Unit Kelas I Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan

OC
1 Temperatur Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Perbedaan
dengan suhu
udara di atas
permukaan air

2 Padatan terlarut rJl.glL 1.000 1.000 1.000 2.000 Tidak berlaku


total (TDS) untuk muara
3 Padatan rJr,clL 40 50 100 400
tersuspensi total
(TSS)

4 Warna Pt-Co Unit 15 50 100 Tidak berlaku


untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)

5 Derajat 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak berlaku


keasaman (pH) untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)

6 Kebutuhan rnClL 2 3 6 I2
oksigen
biokimiawi
(BOD)

7. Kebutuhan

SK No 097089 A
PRES I DEN
REPUEUK INDONESIA
-3-
No Parameter Unit Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan

27 Kobalt (Co) rJ]c/L 0 2 o,2 0 2 o,2


terlarut
28. Mangan (Mn) mglL 0,1
terlarut
29 Nikel (Ni) mg/L 0,05 0,05 0,05 0 1
terlarut
30 Seng (Zn) mglL 0,05 0,05 0,05 2
terlarut
31 Tembaga (Cu) mclL o,o2 o,o2 o,o2 0 2
terlarut
32 Timbal (Pb) mglL 0,03 0 03 0,03 0,5
terlarut
33 Kromium Il]clL 0 , 05 0 05 0,05 1
heksavalen (Cr-
(VI))
34 Minyak dan mg/L 1 1 1 10
lemak
35 Deterjen total rnglL 0 ,2 0 2 o,2
36. Fenol rJrglL 0,002 0,005 0,01 o,o2
37 Aldrin/ vc/L t7
Dieldrin
38 BHC lu,clL 2to 2to 2ro
39 Chlordane lu'slL 3
40 DDT ]u'slL 2 2 2 2
4t Endrin lu.clL 1 4 4
42 Heptachlor Vg/L 18
43 Lindane lu'elL 56
44 Methoxychlor ]u.clL 35
45 Toxapan ]u.clL 5
46 Fecal Coliform MPN/ 100 100 1.000 2.000 2.000
mL
47. Total Coliform MPN/ 100 1.000 5.000 10.000 10.000
mL
48. Sampah nihil nihil nihil nihil
49 Radioaktivitas
Gross-A Bq,lL 0 1 0,1 0 1 0 1

Gross-B Bq,/L 1 1 1 1

II. BAKU .

SK No 065357 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Kelas
No Parameter Unit Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan
1

28 Seng (zn) r.nglL 0,05 0 , 05 0,05 2 ,0


terlarut
29 Tembaga (Cu) rJJs/L o,o2 o,o2 o,o2 0 ,2
terlarut
30 Timbat (Pb) rne/L o,03 0,03 0 03 0,5
terlarut
31 Kromium rng/L 0,05 0,05 0,05 1

heksavalen
(cr-(vI))
32 Minyak dan mg/L 1 1 1 10
lemak
33 Deteden total IJ]g/L o,2 0,2 0,2
34 Fenol m.g/L o,oo2 0,005 0,01 0 , o2
35 Aldrin/ ]u.slL 17
Dieldrin
36 BHC lu.s/L 2tO 2to 2to
37. Chlordane ]u.slL 3
38. DDT vs/L 2 2 2 2
39. Endrin lu.slL 1 4 4
40 Heptachlor lu.s/L 18
4l Lindane vslL 56
42 Methoxychlor lu.s/L 35
43 Toxapan vslL 5
44 Fecal Coliform MPN/ lOO 100 1.000 2.000 2.000
mL
45 Total Coliform MPN/ 100 1.000 5.000 10.000 10.000
mL
46 Klorofil-a mg/m3 10 50 100 200
47. Sampah nihil nihil nihil nihil
48 Radioaktivitas
Gross-A Bq,/L o, 1 0,1 o, 1 0t 1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1

Keterangan .

SK No 065360 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-7 -
Keterangan:
Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, danlatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana. rekreasi air, pembudidayaan ikan aiitawar,"peternakan,
air
untuk mengairi pertanaman, danf atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas tiga meru-pakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk melgairi tanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERTAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Perundang-undangan dan
strasi Hukum,

Djaman

SK No 097107 A

Anda mungkin juga menyukai