Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP BIOTA AIR

Disusun oleh :

1. Faizal Abdillah Baharudin (09.2020.1.00673)


2. Muhammad Naufal Ath Thoriq (09.2020.1.00679)
3. Fitria Ummuzzahra (09.2020.1.00680)
4. Faradiska Nofa Rafidasari (09.2020.1.00683)
5. Nadia Rana Abiyya Kholish (09.2020.1.00686)

Dosen Pengampu :
Annisa Nur Ramadhani, S.T., M.Ars.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
SURABAYA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sebagai tempat hidup ikan memegang peranan yang sangat penting dalam
sistem budi daya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air didefinisikan
sebagai faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan
pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran tertentu,
sedangkan kuantitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain, terutama
senyawa-senyawa kimia, baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik
(Achmad, 2004). Salah satu senyawa kimia yang memengaruhi kualitas dan
kuantitas air adalah detergen.
Detergen adalah bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau
surfaktan sintetik lainya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang
terdapat dalam deterjen. Penggunaan deterjen terus berkembang selama 20 tahun
terakhir karena efisiensinya serta pembersih yang baik terutama di air. Komposisi
deterjen terdiri dari bermacam-macam komponen yang dapat dibedakan menjadi
tiga grup yaitu, surfaktan, bahan pembentuk dan bahan lain-lain (Fardiaz,
1992).sadah atau air yang mengandung ion-ion mineral.
Penggunaan deterjen semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan berdampak pada pencemaran lingkungan. Produksi deterjen
Indonesia rata-rata pertahun sebesar 380 ribu ton (Anonim, 2009). Menurut hasil
survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di wilayah Jabotabek, tingkat
konsumsi deterjen pada tahun 2002 rata-rata per kapita adalah sebesar 8,232 kg.
Sopiah (2004) menambahkan bahwa penggunaan deterjen perkapita bergerak
sejalan dengan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) setiap tahun, artinya
semakin meningkat pendapatan masyarakat, maka konsumsi deterjen juga
meningkat. Berpedoman pada data Departemen Perindustrian selama tiga tahun
terakhir, maka laju pertumbuhan konsumsi deterjen secara keseluruhan di Indonesia
untuk masa depan rata-rata naik sebesar 10% per tahun (Pandjaitan, 2002). Dengan
meningkatnya penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih dalam masyarakat
berpotensi mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan perairan.
Buangan limbah deterjen masyarakat di badan perairan tidak menutup
kemungkinan dapat mengganggu kehidupan ikan. Hal ini disebabkan buangan
limbah deterjen yang dibuang melalui saluran pembuangan yang masuk ke badan-
badan perairan. Selanjutnya limbah deterjen tadi akan mengalir menuju tempat-
tempat budi daya ikan seperti kolam, sungai, danau, waduk, dan tambak. Bila
limbah deterjen tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu maka akan bersifat
racun bagi ikan dan menghambat masuknya oksigen. Limbah deterjen menyebabkan
suplai oksigen ikan dari udara sangat lambat (Puspasari, 2000). Kondisi ini
diakibatkan oleh busa deterjen yang menutupi permukaan air (Effendi, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh limbah detergen terhadap Ikan Nila ?
2) Bagaimana pengaruh konsentrasi deterjen terhadap Ikan Nila ?
3) Apakah terdapat perbedaan perlakuan limbah detergen dan konsentrasi detergen
terhadap Ikan Nila ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat persamaan matematis untuk


menggambarkan hubungan antara jumlah kematian organisme akuatik yang disebabkan
oleh air limbah deterjen dengan waktu pengamatan, menganalisis pencegahan dan
pengendalian pencemaran deterjen, serta mengusulkan gagasan untuk teknologi
pengendalian pencemaran deterjen sederhana.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1) Sebagai informasi bagi masyarakat tentang nilai dan konsentrasi detergen yang
memengaruhi mortalitas ikan nila (Oreochromis niloticus).
2) Sebagai pengetahuan tentang lingkungan, ekologi, dan iktiologi.
3) Sebagai informasi mengenai dampak atau efek yang akan terjadi pada ikan nila
berdasarkan kuantitas detergen yang mencemari perairan.
4) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh
kehidupan ikan nila terhadap pengaruh limbah detergen dengan metode
perhitungan rumus Goddard.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Dalam penelitian ini, subjek yang diamati adalah biota perairan berupa ikan nila

1.5.2 Secara keseluruhan, variabel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup 3
variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah jumlah limbah detergen dalam satuan liter atau milimeter,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi biota perairan (ikan nila)
yang ditinjau dari analisa kelangsungan hidup berdasarkan rumus dari Goddard (1996).
Lalu yang terakhir, variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis dan kandungan
detergen yang sama.

1.5 Hipotesis
Hipotesis sementara yang dapat diambil adalah jika kandungan atau konsentrasi
detergen semakin tinggi dalam perairan, maka semakin tinggi pula risiko atau dampak
yang akan diterima oleh biota perairan yang dalam penelitian ini berupa ikan nila.
Semakin tinggi konsentrasi limbah deterjen yang dipaparkan pada perairan, maka akan
menurunkan kelangsungan hidup ikan nila dikarenakan ikan tidak mampu beradaptasi
dengan kondisi semakin menipisnya ketersediaan oksigen terlarut dalam air. Hal ini
akan menganggu proses respirasi ikan dan berlanjut pada kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Detergen

Detergen digunakan sebagai bahan pembersih untuk membersihkan kotoran


pada pakaian, perabot rumah tangga, atau untuk menghilangkan kotoran dari benda lain
(Said dan Marsidi, 2004), merupakan produk sampingan dari penyulingan minyak bumi
dan mengandung bahan kimia lain seperti fosfat, silikat, dan pewarna. Dan bahan
bumbu (Hardini, 2012). Detergen mengandung sekitar 25 bahan, terbagi menjadi
surfaktan, builder, pemutih dan aditif (Smulders, 2002). komponen terbesar dari
detergen yaitu bahan builders antara 70-80%, bahan dasar sekitar 20-30%, dan bahan
aditif relatif yang paling sedikit dan hanya mencakup 2-8%.

Surfaktan adalah senyawa yang larut dalam air dan terbagi menjadi surfaktan
anionik, surfaktan nonionik, surfaktan kationik dan surfaktan amfoter (Nasir dan Budi,
2011). komponen terbesar dari detergen yaitu bahan builders antara 70-80%, bahan
dasar sekitar 20-30%, dan bahan aditif relatif yang paling sedikit dan hanya mencakup
2-8%. Pemakaian detergen akan menghasilkan limbah karena setelah pemakaian, air
bekas cucian yang telah mengandung deterjen dibuang ke lingkungan. Formulasi awal
detergen mengandung surfaktan non-biodegradabel. Air limbah detergen termasuk
polutan bagi lingkungan karena mengandung zat ABS (Alkyl Benzene Sulphonate)
yang tergolong keras. Surfaktan sebagai komponen utama dalam detergen memiliki
rantai kimia yang sulit didegradasi alam (Susanto, 1996).

Pemakaian detergen akan menghasilkan limbah karena setelah pemakaian, air


bekas cucian yang telah mengandung deterjen dibuang ke lingkungan. Formulasi awal
detergen mengandung surfaktan non-biodegradabel. Air limbah detergen termasuk
polutan bagi lingkungan karena mengandung zat ABS (Alkyl Benzene Sulphonate)
yang tergolong keras. Surfaktan sebagai komponen utama dalam detergen memiliki
rantai kimia yang sulit didegradasi alam (Susanto, 1996).
2.2 Ikan Nila

Ikan nila yang memiliki nama ilmiah Orheochromis niloticus ini merupakan
salah satu ikan air tawar yang paling berkembang di Indonesia selain ikan mas
(Noviantoro et al., 2015). Ikan nila dapat dipelihara secara optimal pada suhu 25-30 oC,
dengan DO berkisar 3-5 mg/L, dan pH berkisar 5-8 (Ath-thar et al., 2010).

Ikan nila adalah salah satu jenis ikan nila yang berasal dari perairan Cekungan
Nil di Afrika, yang masing-masing diimpor dari Taiwan, Thailand dan Filipina ke
Indonesia pada tahun 1969, 1990, dan 1994. Ikan nila termasuk dalam subclass Filum
Chordata, Pisces, Teleostei, Ordo Percomorphi, suborder percoidea, Cichlid,
Oreochromis dan Speceo Oreochromis Sp. (Sucipto dan Prihartono, 2007).

Secara umum ikan nila memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuk tubuh agak
pipih; ada garis vertikal gelap hingga enam buah pada sirip ekor; tubuhnya memiliki
banyak garis vertikal sepuluh buah dan delapan baris di bagian ekor; warnanya hitam
dengan tepi horizontal; matanya sedikit menonjol; tepinya berwarna biru kehijauan;
posisi mulut terminal; benang luar dipotong menjadi dua bagian, posisinya memanjang
di atas sirip dada; terdapat 34 tanda di garis rusuk; terdapat 17 jari-jari keras di sirip;
memiliki enam buah di bagian punggung dan sirip perut; kelemahan 15 jari pada sirip
dada; tiga jari-jari sirip dubur keras; dan memiliki jari-jari sepuluh ekor lemah dan tegak
(Kordi, 1997).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Ditinjau dari jenis datanya, pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007). Sedangkan jenis pendekatan
penelitian ini adalah deskriptif yang berarti penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi ikan nila setelah diberi
limbah detergen dengan jumlah yang berbeda-beda. Dengan demikian, diharapkan dapat
ditemukan solusi terhadap limbah detergen yang ada di rumah tangga agar tidak
memberi dampak terhadap ikan nila dan biota perairan lainnya.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang memperlukan
sampel dan data-data untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan kondisi atau
perubahan tingkah laku ikan nila di dalam akuarium setelah diberi tambahan limbah
detergen.
Penelitian ini dimulai dengan pemindahan beberapa ikan nila dari habitat aslinya
ke dalam tiga akuarium dengan ukuran sama. Selanjutnya dengan pembuatan tiga
sampel limbah detergen yang kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing
akuarium. Proses terakhir adalah dengan mengamati kondisi ikan nila setelah menerima
cemaran limbah detergen dalam akuariumnya.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak yang dilakukan dengan tiga
perlakuan, yaitu :
Perlakuan A : 5 gram/L
Perlakuan B : 10 gram/L
Perlakuan C : 15 gram/L
Parameter yang diamati adalah kondisi dan kelangsungan hidup ikan nila setelah
beberapa hari diamati dan parameter komposisi larutan detergen yang dibuat berbeda-
beda.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium rekayasa Teknik Lingkungan dan
dikerjakan selama tiga pekan.

3.5 Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu akuarium ukuran 60x30x35 cm,
selang air, dan gelas beker. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu ikan nila, larutan
detergen dengan komposisi A, B, dan C, serta air bersih.

3.6 Metode Analisis


Untuk menghitung kelangsungan hidup (SR) digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Goddard (1996) yaitu :
3.7 Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Memasukkan ikan nila ke tiga akuarium yang berbeda.

Membuat tiga larutan detergen dengan jumlah komposisi yang berbeda-beda.

Menuangkan ketiga larutan detergen ke dalam tiga akuarium yang berbeda


(masing-masing akuarium mendapatkan satu larutan detergen).

Mengamati perubahan yang terjadi terhadap kondisi ikan nila di dalam


akuarium.

Mencatat data-data yang didapat dan melakukan analisis menggunakan


rumus Goddard.

Membuat laporan penelitian.


Daftar Pustaka

Apriyani, Nani. 2017. Penurunan Kadar Surfaktan dan Sulfat dalam Limbah Laundry.
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/mitl/article/view/132
(diakses 5 April 2021

Arifin, MY. 2016. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain
Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. Vol.16 : 159-166. https://jurnalsda.pusair-
pu.go.id/index.php/JSDA/article/download/60/394 ( diakses 10 April 2021 )

Hidayat, YM. 2016. Model Kematian Biota Air Sebagai Fungsi Waktu Kontak Pada Air
Limbah Deterjen Dan Gagasan Sederhana Pengendaliannya. Balai Lingkungan Keairan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. https://jurnalsda.pusair-
pu.go.id/index.php/JSDA/article/download/60/394 ( diakses 10 April 2021 )

Manullang, HM. Khairul. 2019. Pengaruh Pencemaran Limbah Deterjen Terhadap


Derajat Kelulusan Hidup Benih Ikan Mas. Jurnal Pendidikan Biologi Nukleus.Vol 5:1-7
https://www.researchgate.net/publication/339170508_PENGARUH_PENCEMARAN
_LIMBAH_DETERJEN_TERHADAP_DERAJAT_KELULUSAN_HIDUP_BENIH_
IKAN_MAS_Cyprinus_carpio_Linn ( diakses 10 April 2021 )

Sahetapy, JMF dkk. 2018. The Effect of Different Surfactant to Frequency of Openings
Operculum and Survival Rate of Grass Carp (Cyprinus Carpio). Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Pattimura.
https://www.neliti.com/id/publications/286875/pengaruh-perbedaan-konsentrasi-
deterjen-bubuk-terhadap-frekuensi-bukaan-operkulu ( diakses 14 April 2021 )

Anda mungkin juga menyukai