Anda di halaman 1dari 19

BAB I

MIKROSKOP

1.1. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan agar Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop
untuk melihat morfologi fungsi, yeast, bakteri, dan beberapa mikroorganisme
lainnya serta untuk mengetahui bentuk-bentuk mikroorganisme dan mampu
membuat preparat.

1.2. Tinjauan Pustaka


Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah
sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh
mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah
mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau
lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel (Rahman, A.,2015).
Mikroskop adalah alat utama dalam mempelajari struktur benda-benda kecil.
Mikrokskop optik dapat dibagi atas 2, yaitu mikroskop Biologi (monokuler) dan
mikroskop stereo (Binokuler) (Suripto. 1994). Mikroskop membuat benda-benda
kecil kelihatan lebih besar dari pada wujud sebenarnya, hal ini disebut perbesaran.
Mikroskop juga dapat membuat kita melihat pola-pola terperinci yang tidak
tampak oleh mata telanjang, hal ini disebut penguraian.
Mikroskop biologi adalah mikroskop yang digunakan pengamatan benda tipis
transparan. Penyinaran dilakukan dari bawah dengan sinar alam atau lampu.
Mikroskop binokuler adalah mikroskop yang digunakan untuk pengamatan benda-
benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari
atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu ( Rahman, A.,2015 ).
Mikroskop biologi umumnya memiliki lensa okuler dan lensa objektif dengan
kekuatan pembesaran yaitu Objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x ,
Objektif 10 dengan okuler 10x, pembesaran 100x, Objektif 40x dengan okuler
10x, Pembesaran 400x, Objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x.
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif emersi,
karena penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya khusus
pula. Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa
cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan
sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi
benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah
lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama
seperti bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar (Saras Dian Pramudita,
2012 ).
1.3. Alat dan Bahan
1.3.1. Alat
1. Mikroskop binokuler
2. Kaca preparat
3. Pipet tetes
4. Tusuk gigi
5. Deckglass
6. Cawan Porselen
1.3.2. Bahan
1. Lactobacillus casei shirota strain
2. Saccharomyces cerevisiae
3. Rhizopus oryzae
4. Alkohol 70 %
5. Aquades
6. Minyak imersi
1.4. Prosedur Kerja
1.4.1. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Lactobacillus
Casei Shirota Strain ( Yakult )
Tabel 1.1. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Lactobacillus
Casei  Shirota Strain ( Yakult )
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
1. Menyiapkan Mikroskop binokuler
mikroskop disiapkan untuk digunakan
binokuler. sebagai alat pengamatan pada
Lactobacillus Casei Shirota
Strain.

2. Membersihkan Kaca Preparate dan deckglass


kaca preparat dan dibersihkan terlebih dahulu
deckglass dengan alkohol 70 % dan
menggunakan digunakan tisu secara searah
alkohol 70 % untuk pembersihannya.
memakai tisu
secara searah.

3. Menuangkan Yakult atau Lactobacillus


yakult pada kaca Casei Shirota Strain
preparat dituangkan pada kaca preparat
menggunakan pipet dengan pipet tetes sebanyak 1-
tetes sebanyak 1-2 2 tetes, lalu kaca preparat
tetes, kemudian ditutup dengan deckglass.
ditutup
menggunakan
deckglass.
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
4. Meletakkan kaca Kaca preparat yang berisi
preparat yang bakteri Lactobacillus
berisikan bakteri casei shirota strain diletakkan
Lactobacillus pada mikropkop untuk
casei shirota dilakukan pengamatan
strain pada morfologinya.
mikroskop.

5. Melakukan Morfologi bakteri


pengamatan Lactobacillus casei shirota
morfologi bakteri strain diamati dengan
Lactobacillus mikroskop lensa perbesaran
casei shirota 40x, 100x, dan 400x agar
strain terlihat morfologi dari bakteri
menggunakan Lactobacillus casei shirota
mikroskop dengan strain.
lensa perbesaran
40x, 100x, dan
400x.
6. Meneteskan Pada pengamatan dengan
minyak imersi 1000x lensa perbesaran,
sebanyak 1 tetes deckglass ditetesi dengan
menggunakan pipet minyak imersi agar pada saat
tetes diatas pengamatan morfologi terlihat
deckglass jelas morfologi dari bakteri
kemudian Lactobacillus casei shirota
mengamati strain.
menggunakan
mikroskop dengan
lensa pembesaran
1000x.

7. Mencatat hasil Dilakukan pencatatan hasil


pengamatan. dari pengamatan Lactobacillus
Casei Shirota Strain ( Yakult )
dan didapatkan hasil
morfologinya yaitu pada lensa
perbesaran 40x bentuknya
berbintik, lensa perbesaran
100x bentuknya berbintik,
lensa perbesaran 400x
bentuknya berbintik, lensa
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
perbesaran 1000x bentuknya
berbintik dan terlihat jelas.

Sumber : Dokumentasi Pribadi


1.4.2. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Saccharomyces
Cerevisiae ( Fermipan )
Tabel 1.2. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Saccharomyces
Cerevisiae ( Fermipan )
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
1. Membersihkan Kaca preparat dan deckglass
kaca preparat dan dibersihkan dengan alkohol
deckglass 70% agar steril.
menggunakan
alkohol 70%
menggunakan tisu
secara searah.

2. Menuangkan Fermipan dan aquades dituang


aquades dan kedalam cawan porselin
fermipan kemudian diaduk
secukupnya ke menggunakan tusuk gigi lalu
dalam cawan didiamkan untuk
porselin kemudian mengaktifkan yeast
mengaduk dan Saccharomyces cerevisiae.
mendiamkannya.

3. Mengambil Fermipan yang sudah


fermipan yang dilarutkan diambil
sudah dilarutan menggunakan pipet tetes lalu
menggunakan dituangkan diatas preparat
tusuk gigi sebanyak 1-2 tetes lalu ditutup
kemudian dengan deckglass.
meneteskannya
diatas preparat
kemudian
menutupnya
menggunakan
deckglass.
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
4. Fermipan yang Kaca preparat yang berisi
sudah dilarutkan yeast Saccharomyces
diambil cerevisiae diletakkan pada
menggunakan pipet mikroskop binokuler untuk
tetes lalu diamati morfologinya.
dituangkan diatas
preparat sebanyak
1-2 tetes lalu
ditutup dengan
deckglass.
5. Melakukan Yeast Saccharomyces
pengamatan yeast cerevisiae diamati dengan
Saccharomyces mikroskop lensa perbesaran
cerevisiae 40x, 100x, dan 400x untuk
menggunakan memudahkan pengamatan.
mikroskop dengan
lensa perbesaran
40x, 100x, dan
400x.

6. Meneteskan Pada saat pengamatan dengan


minyak imersi lensa perbesaran 1000x,
sebanyak 1 tetes deckglass ditetesi dengan
menggunakan pipet minyak imersi agar
tetes diatas memudahkan pengamatan
deckglass sehinggs morfologi
kemudian Saccharomyces
mengamatinya
menggunakan
mikroskop dengan
lensa perbesaran
1000x.

7. Mencatat hasil Dilakukan pencatatan hasil


pengamatan. dari pengamatan Pada
Saccharomyces Cerevisiae
( Fermipan ) dan didapatkan
hasil morfologinya yaitu pada
lensa perbesaran 40x
bentuknya berbintik dan
bercabang, lensa perbesaran
100x bentuknya berbintik dan
bercabang, lensa perbesaran
400x bentuknya berbintik dan
bercabang, lensa perbesaran
1000x bentuknya berbintik
dan bercabang serta terlihat
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
jelas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

1.4.3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Rhizopus ( Tempe )


Tabel 1.3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Pada Rhizopus (Tempe)
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
1. Membersihkan Kaca Preparate dan deckglass
kaca preparate dan dibersihkan terlebih dahulu
deckglass dengan alkohol 70 % dan
menggunakan digunakan tisu secara searah
alkohol 70 % untuk pembersihannya.
memakai tisu
secara searah.

2. Mengambil jamur Jamur Rhizhopus oryzae


Rhizhopus oryzae diambil secukupnya dari
pada tempe tempe dengan tusuk gigi untuk
secukupnya nantinya akan di hancurkan.
menggunakan
tusuk gigi.

3. Meletakkan jamur Jamur Rhizhopus oryzae


Rhizhopus oryzae diletakkan di atas kaca
di atas kaca preparat dan ditambahkan
preparat dan aquades secukupnya, lalu
menambahkan Jamur Rhizhopus oryzae
aquades dihancurkan dengan tusuk
menggunakan pipet gigi, dengan cara menekan-
tetes secukupnya, nekan tusuk gigi pada jamur
kemudian Rhizhopus oryzae hingga rata
menghancurkan agar dengan mudah bisa
jamur Rhizhopus mengamatinya nanti pada
oryzae mikroskop lalu jika sudah
menggunakan selesai ditutup dengan
tusuk gigi deckglass.
kemudian menutup
No Prosedur Kerja Pengamatan Keterangan
dengan deckglass.
4. Meletakkan kaca Kaca preparat yang berisi
preparate berisi jamur Rhizhopus oryzae
jamur Rhizhopus diletakkan pada mikropkop
oryzae pada untuk dilakukan pengamatan
mikroskop. morfologinya.

5. Melakukan Morfologi jamur Rhizhopus


pengamatan oryzae diamati dengan
morfologi jamur mikroskop lensa perbesaran
Rhizhopus oryzae 40x, 100x, dan 400x agar
menggunakan terlihat morfologi dari bakteri
mikroskop dengan jamur Rhizhopus Oryzae.
lensa perbesaran
40x, 100x, dan
400x.

6. Meneteskan Pada pengamatan dengan


minyak imersi 1000x lensa perbesaran,
sebanyak 1 tetes deckglass ditetesi dengan
menggunakan pipet minyak imersi agar pada saat
tetes diatas pengamatan morfologi terlihat
deckglass jelas morfologi dari jamur
kemudian Rhizhopus oryzae.
mengamati
menggunakan
mikroskop dengan
lensa pembesaran
1000x.
7. Mencatat hasil Dilakukan pencatatan hasil
pengamatan dari pengamatan Rhizopus
oryzae ( Tempe ) dan
didapatkan hasil morfologinya
yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berserat dan
berakar, lensa perbesaran 100x
bentuknya berserat dan
berakar, lensa perbesaran 400x
bentuknya berserat dan
berakar, lensa perbesaran
1000x bentuknya berserat dan
berakar serta terlihat jelas.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

1.5. Hasil dan Pembahasan


Tujuan dari Praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menggunakan
mikroskop untuk melihat morfologi fungsi, yeast, bakteri, dan beberapa
mikroorganisme lainnya serta untuk mengetahui bentuk-bentuk mikroorganisme
dan mampu membuat preparat. Mikroskop adalah alat utama dalam mempelajari
struktur benda-benda kecil. Mikrokskop optik dapat dibagi atas 2, yaitu
mikroskop Biologi (monokuler) dan mikroskop stereo (Binokuler) (Suripto.
1994). Alat utama yang digunakan pada saat menggunakan mikroskop yaitu lensa
objektif dan lensa okuler.
Pada praktikum ini mikroskop yang digunakan yaitu mikroskop binokuler.
Mikroskop binokuler adalah mikroskop yang digunakan untuk pengamatan benda-
benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari
atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop ini cocok
digunakan untuk mengamati benda yang berukulan kecil seperti mikroorganisme
dengan kemampuan menunjukkan ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari suatu
benda atau mikroorganisme. Serta pada praktikum ini menggunakan bahan yaitu
Lactobacillus casei shirota strain, Saccharomyces cerevisiae, dan Rhizopus
oligosporus.

1.5.1. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Lactobacillus Casei  Shirota Strain


( Yakult )
Perusahaan Yakult Honsha juga telah mengembangkan Lactobacillus
casei strain Shirota sebagai probiotik yang diaplikasikan secara komersil dalam
minuman fermentasi yaitu Yakult. Bakteri Lactobacillus casei strain Shirota
pertama kali diisolasi oleh Dr. Minoru Shirota pada tahun 1930 dari feses
manusia. Hasil penelitian terhadap feses sukarelawan yang telah mengkonsumsi
produk susu fermentasi mengandung bakteri Lactobacillus casei strain Shirota
sebanyak 1010CFU/mL selama tiga hari berturut-turut hasilnya menunjukkan
bahwa pada feses sukarelawan tersebut mengandung Lactobacillus casei strain
Shirota sebanyak 107 CFU/mL per gram feses. Hal ini menunjukkan bahwa
Lactobacillus casei strain Shirota mampu melewati saluran pencernaan dalam
keadaan hidup (Yuki dkk., 1999).
Lactobacillus casei berbentuk batangan tunggal termasuk golongan bakteri
Heterofermentatif, Fakultatif, Mesofilik dan berukuran lebih kecil dari pada
Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus helvaticus,
Lactobacillus casei diinduksi oleh fase ketolase. Minuman Yakult tidak
mengandung bahan pengawet artinya bahan semua bahan baku Yakult bersifat
alami, dimana percepatan pertumbuhan bakteri ini berkisar antara 50 asam laktat
setelah 48 jam. Lactobacillus casei positif dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli adalah bakteri patogen yang sering menyebabkan penyakit pada
manusia misalnya diare pada anak dan juga menimbulkan infeksi pada jaringan
tubuh lain di luar usus (Widyarto, 2009).
Tidak semua BAL bersifat probiotik. Bakteri probiotik yang sudah melalui
uji klinis salah satunya adalah Lactobacillus casei strain Shirota yang terdapat
dalam yakult (Waspodo 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri
Lactobacillus casei strain Shirota menghasilkan zat antimikroba yang memiliki
kemampuan menghambat bakteri patogen relatif besar dengan luas zona hambat
12,56 mm2 terhadap Staphylococcus aureus dan 1,57 mm2 terhadap Escherichia
coli (Purwijantiningsih, 2013).
Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu mikroskop binokuler
disiapkan untuk digunakan sebagai alat pengamatan pada Lactobacillus
Casei Shirota Strain. Kemudian kaca preparate dan deckglass dibersihkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70 % dan digunakan tisu secara searah untuk
pembersihannya. Kemudian yakult atau Lactobacillus Casei Shirota Strain
dituangkan pada kaca preparat dengan pipet tetes sebanyak 1-2 tetes, lalu kaca
preparat ditutup dengan deckglass. Selanjutnya kaca preparat yang berisi bakteri
Lactobacillus casei shirota strain diletakkan pada mikropkop untuk dilakukan
pengamatan morfologinya. Lalu morfologi bakteri Lactobacillus casei shirota
strain diamati dengan mikroskop lensa perbesaran 40x, 100x, dan 400x agar
terlihat morfologi dari bakteri Lactobacillus casei shirota strain. Pada
pengamatan dengan 1000x lensa perbesaran, deckglass ditetesi dengan minyak
imersi agar pada saat pengamatan morfologi terlihat jelas morfologi dari bakteri
Lactobacillus casei  shirota strain. Terakhir, dilakukan pencatatan hasil dari
pengamatan Lactobacillus Casei Shirota Strain ( Yakult ).
Hasil dari praktikum Pengamatan Lactobacillus Casei Shirota Strain
( Yakult ) dapat dilihat pada tabel 1.4. Hasil dan Pembahasan Pengamatan
Lactobacillus Casei Shirota Strain ( Yakult ) :
Tabel 1.4. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Lactobacillus
Casei  Shirota Strain ( Yakult )
Lensa Pembesaran Analisis
40x

Berbintik
100x

Berbintik
400x
Berbintik
1000x

Berbintik dan terlihat jelas


Sumber : Data Kelompok
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berbintik, lensa perbesaran 100x bentuknya berbintik, lensa
perbesaran 400x bentuknya berbintik, lensa perbesaran 1000x bentuknya
berbintik dan terlihat jelas. Bakteri Lactobacillus Casei Shirota Strain terlihat
dengan jelas pada lensa perbesaran maksimum yaitu 1000x dengan bantuan dari
minyak imersi dan berbentuk berbintik.

1.5.2. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Saccharomyces Cerevisiae


( Fermipan )
Ragi atau yeast (dalam bahasa inggris) merupakan organisme bersel
tunggal berjenis eukariotik dan berkembang biak dengan cara membelah diri.
Berbeda dengan bakteri, ragi memiliki ukuran sel lebih besar, memiliki organ-
organ, memiliki membran inti sel, dan DNA terlokalisasi di dalam kromosom
dalam inti sel. Sehingga menyebabkan ragi bisa melakukan fungsi-fungsi sel yang
berbeda di setiap lokasi dalam selnya. Singkatnya, sel ragi lebih mirip organisme
tingkat tinggi seperti hewan. Maka dapat dikatakan, ragi secara evolusi lebih maju
dibandingkan dengan bakteri seperti E.coli.
Ragi Saccharomyces cerevisiae telah memiliki sejarah yang luar biasa di
industri fermentasi. Penyebabnya karena kemampuannya dalam menghasilkan
alkohol inilah Saccharomyces cerevisiae disebut sebagai mikroorganisme aman
yang paling komersial saat ini. Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat
melepaskan ikatan fospor dalam phitin, (Widodo, 2011). Penjelasan lebih lanjut
bahwa ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi
zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh ternak.
Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir jenis Ascomycetes yang banyak
mengandung protein, karbohidrat, dan lemak sehingga dapat dikonsumsi oleh
manusia dan hewan guna melengkapi kebutuhan nutriennya sehari-hari.
Saccharomyces cerevisiae juga mengandung vitamin, khususnya vitamin B
kompleks. Saccharomyces cerevisiae mudah dicerna, enak dan tidak menularkan
atau menimbulkan penyakit.
Sacharomyces cereviceae termasuk kelompok Ascomycotina. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut :
1. Bersel satu disebut kapang dan yang bersel banyak disebut tubuh buah
2. Miselium bersekat dan berinti banyak
3. Spora berjumlah delapan dalam satu kelompok, tiap kelompok dibentuk
dalam kantung khusus yang disebut ascus
4. Hidup pada kulit buah-buahan
5. Suhu 22-30 C
6. pH 3,8-5,6
7. Termasuk jenis mesofilik
Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu Kaca preparat dan deckglass
dibersihkan dengan alkohol 70% agar steril. Kedua, fermipan dan aquades dituang
kedalam cawan porselin kemudian diaduk menggunakan tusuk gigi lalu
didiamkan untuk mengaktifkan yeast Saccharomyces cerevisiae. Ketiga, fermipan
yang sudah dilarutkan diambil menggunakan pipet tetes lalu dituangkan diatas
preparat sebanyak 1-2 tetes lalu ditutup dengan deckglass. Keempat, kaca preparat
yang berisi yeast Saccharomyces cerevisiae diletakkan pada mikroskop binokuler
untuk diamati morfologinya. Kelima, yeast Saccharomyces cerevisiae diamati
dengan mikroskop lensa perbesaran 40x, 100x, dan 400x untuk memudahkan
pengamatan. Keenam, saat pengamatan dengan lensa perbesaran 1000x, deckglass
ditetesi dengan minyak imersi agar memudahkan pengamatan sehinggs morfologi
Saccharomyces cerevisiae terlihat dengan jelas.
Hasil dari praktikum Pengamatan Saccharomyces Cerevisiae ( Fermipan )
dapat dilihat pada tabel 1.5. Hasil dan Pembahasan Saccharomyces Cerevisiae
( Fermipan ) :
Tabel 1.5. Hasil dan Pembahasan Saccharomyces Cerevisiae ( Fermipan )
Lensa Perbesaran Analisis

40x

Berbintik, bercabang

100x

Berbintik, bercabang

400x

Berbintik, bercabang

1000x

Berbintik, bercabang, terlihat sangat


jelas
Sumber : Data Kelompok
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berbintik dan bercabang, lensa perbesaran 100x bentuknya
berbintik dan bercabang, lensa perbesaran 400x bentuknya berbintik dan
bercabang, lensa perbesaran 1000x bentuknya berbintik dan bercabang serta
sangat terlihat jelas. Saccharomyces cerevisiae terlihat dengan jelas pada lensa
perbesaran maksimum yaitu 1000x dengan bantuan dari minyak imersi dan
berbentuk berbintik dan bercabang serta sangat terlihat jelas.

1.5.3. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Rhizopus Oryzae ( Tempe )


Tempe adalah produk kedelai fermentasi asli Indonesia yang kaya akan
komponen nutrisi. Selama fermentasi, mikroorganisme menghasilkan beberapa
komponen bioaktif vital dan menurunkan agen anti- nutrisi. Perubahan biokimia
terjadi selama fermentasi kedelai dalam tempe yang meningkatkan kesehatan
manusia. Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein,
juga memiliki nilai obat. Seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi,
antioksidan untuk menangkap radikal bebas. Secara umum tempe berwarna putih,
dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai
sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas
dikarenakan adanya degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendiri (Dewi
& Aziz, 2011).
Secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan miselia
kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang
memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari
komponen-komponen dari kedelai itu sendiri. Tempe adalah salah satu produk
fermentasi yang umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan
mempunyai nilai gizi yang baik.
Awal (sebelum tahun 1875). Tempe mungkin berasal dari pulau Jawa
setidaknya beberapa abad yang lalu. Pada saat itu orang-orang Jawa, tanpa
pelatihan formal di bidang mikrobiologi atau kimia berhasil menegembangkan
sebuah makanan baru yang luar biasa dari proses fermentasi yang disebut tempe.
Makanan ini bis disebut ini produk pengganti daging, karena mereka memiliki
banyak tekstur yang sama dengan daging, rasa, dan kandungan protein yang tinggi
seperti makanan daging. Kata tempe diduga berasal dari bahasa jawa kuno. Pada
zaman jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang
disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan
dengan makanan tumpi tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2012).
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku
kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oryzae. Fermentasi
pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh
aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan
meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase
yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam
fitat menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam
fermentasi tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu melindungi tempe
dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa antibakteri yang diproduksi oleh
kapang tempe selama proses fermentasi (Cahyadi, 2007).
Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu kaca Preparate dan deckglass
dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 % dan digunakan tisu secara searah
untuk pembersihannya. Selanjutnya jamur Rhizhopus oryzae diambil secukupnya
dari tempe dengan tusuk gigi untuk nantinya akan di hancurkan. Kemudian jamur
Rhizhopus oryzae diletakkan di atas kaca preparat dan ditambahkan aquades
secukupnya, lalu Jamur Rhizhopus oryzae dihancurkan dengan tusuk gigi, dengan
cara menekan-nekan tusuk gigi pada jamur Rhizhopus oryzae hingga rata agar
dengan mudah bisa mengamatinya nanti pada mikroskop lalu jika sudah selesai
ditutup dengan deckglass. Selanjutnya kaca preparat yang berisi jamur Rhizhopus
oryzae diletakkan pada mikropkop untuk dilakukan pengamatan morfologinya.
Morfologi jamur Rhizhopus oryzae diamati dengan mikroskop lensa perbesaran
40x, 100x, dan 400x agar terlihat morfologi dari bakteri jamur Rhizhopus oryzae.
Pada pengamatan dengan 1000x lensa perbesaran, deckglass ditetesi dengan
minyak imersi agar pada saat pengamatan morfologi terlihat jelas morfologi dari
jamur Rhizhopus oryzae. Terakhir dilakukan pencatatan hasil dari pengamatan
Rhizopus oryzae ( Tempe ).
Hasil dari praktikum Pengamatan Rhizopus Oryzae ( Tempe ) dapat dilihat
pada tabel 1.6. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Rhizopus Oryzae ( Tempe ) :
Tabel 1.6. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Rhizopus Oryzae ( Tempe )
Lensa Pembesaran Analisis
40x

Berserat dan
Berakar

100x

Berserat dan
Berakar

400x

Berserat dan
Berakar
1000x

Bentuknya Berserat dan Berakar serta


Terlihat Jelas
Sumber : Data Kelompok
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berserat dan berakar, lensa perbesaran 100x bentuknya berserat
dan berakar, lensa perbesaran 400x bentuknya berserat dan berakar, lensa
perbesaran 1000x bentuknya berserat dan berakar serta terlihat jelas. Jamur
Rhyzopus oryzae terlihat dengan jelas pada lensa pembesaran maksimum yaitu
1000x dengan bantuan dari minyak imersi dan berbentuk berserat dan berakar.

1.6. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, teknik ini sudah tepat dan sesuai
prosedur. Selain itu, praktikum ini dapat dikatakan berhasil karena bakteri, yeast,
dan jamur terlihat jelas saat diamati menggunakan mikroskop binokuler pada
perbesaran lensa 40x, 100x, 400x dan dibantu dengan menggunakan minyak
imersi pada pengamatan lensa perbesaran 1000x. Pada Lactobacillus
Casei Shirota Strain ( Yakult ) hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berbintik, lensa perbesaran 100x bentuknya berbintik, lensa
perbesaran 400x bentuknya berbintik, lensa perbesaran 1000x bentuknya
berbintik dan terlihat jelas. Bakteri Lactobacillus Casei Shirota Strain terlihat
dengan jelas pada lensa perbesaran maksimum yaitu 1000x dengan bantuan dari
minyak imersi dan berbentuk berbintik. Pada Pengamatan Saccharomyces
Cerevisiae ( Fermipan ) bahwa hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran
40x bentuknya berbintik dan bercabang, lensa perbesaran 100x bentuknya
berbintik dan bercabang, lensa perbesaran 400x bentuknya berbintik dan
bercabang, lensa perbesaran 1000x bentuknya berbintik dan bercabang serta
sangat terlihat jelas. Saccharomyces cerevisiae terlihat dengan jelas pada lensa
perbesaran maksimum yaitu 1000x dengan bantuan dari minyak imersi dan
berbentuk berbintik dan bercabang serta sangat terlihat jelas. Serta pada Rhizopus
Oryzae ( Tempe ) hasil morfologinya yaitu pada lensa perbesaran 40x bentuknya
berserat dan berakar, lensa perbesaran 100x bentuknya berserat dan berakar, lensa
perbesaran 400x bentuknya berserat dan berakar, lensa perbesaran 1000x
bentuknya berserat dan berakar serta terlihat jelas. Jamur Rhyzopus oryzae terlihat
dengan jelas pada lensa pembesaran maksimum yaitu 1000x dengan bantuan dari
minyak imersi dan berbentuk berserat dan berakar.

1.7. Daftar Pustaka


[1] Badan Standardisasi Nasional.2012. SNI-1726-2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-
Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum
[2] Cahyadi, W., 2007. Kedelai khasiat dan teknologi, Jakarta: Bumi Aksara.
[3] Dewi, R.S. & Aziz, S., 2011. Isolasi Rhizopus oligosporus pada beberapa
inokulum tempe di kabupaten banyumas. Molekul, 6, pp.93–104.
[4] Rahman, A. (2015). Penggunaan Motor Servo Sebagai Pengatur Fokus Pada
Mikroskop Refleksi Digital Berbasis Modul Mikrokontroler Arduino
Uno (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
[5] Saras Dian Pramudita, Panas Lebur Es, Jurnal Laboratorium Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah, 2012.
[6] Suripto, A., Sugondo, S., Nasution, H., & Hofman, G. L.
(1994). Postirradiation examination of a low enriched U {sub 3} Si
{sub 2}-Al fuel element manufactured and irradiated at Batan,
Indonesia (No. ANL/TD/CP-85107; CONF-9409107-5). Argonne
National Lab., IL (United States).
[7] Widodo, W., (2011), Fermentasi Ragi Tape, http://far71.wordpress.com,
diakses : 3 Maret 2015.
[8] Widyarto, A. N. 2009. Uji aktifitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk
keprok (Citrus nobilis Lour.) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Skripsi Fakultas Farmasi, Universitas
Muahammadiyah Surakarta. Surakarta
[9] Yuki, N., K. Watanabe., A. Mike., Y. Tagami., R. Tanaka., M. Ohwaki and
M. Morotomi. 1999. Survival of a probiotic, Lactobacillus casei strain
Shirota, in the gastrointestinal tract: selective isolation from faeces
and identification using monoclonal antibodies. Journal Food
Microbiology, volume 48 : 51-57.

Anda mungkin juga menyukai