Anda di halaman 1dari 25

1

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

LABORATORIUM ANATOMI HEWAN DAN MIKROTEKNIK


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Halaman

Daftar Isi

BAB I Kalibrasi Mikrometer 4

BAB II Metode Supravital Staining (Mukosa Mulut) 6

BAB III Metode Apusan Darah (Smear Preparation) 7

BAB IV Pembuatan Preparat Awetan Spora Tumbuhan Paku 9

BAB V Whole Mount Embrio Ayam 10

BAB VI Metode Parafin Hewan 12

BAB VII Metode Whole mount tumbuhan 16

BAB VIII Maserasi Tumbuhan 19

BAB IX Metode Remasan (Squash) 21

BAB X Metode Irisan (Sectioning) 23


3

KATA PENGANTAR

Penuntun praktikum Mikroteknik ini disusun untuk memenuhi kebutuhan


para mahasiswa yang mengikuti praktikum Mikroteknik di Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman,
Samarinda. Penuntun praktikum ini diharapkan dapat memberikan bekal teori dan
petunjuk-petunjuk untuk kelancaran pelaksanaan praktikum.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyusun penuntun praktikum ini.

Samarinda, Februari 2022

Penyusun
4

BAB I
KALIBRASI MIKROMETER

1.1 Tujuan Praktikum


- Melakukan kalibrasi micrometer okuler dengan menggunakan mirkometer
objektif
- Mengukur panjang diameter bidang pandang dan luas bidang pandang

1.2 Alat
- Mikrometer okuler
- Micrometer objektif
- Mikroskop binokuler

1.3 Bahan
- preparat histologi

1.4 Cara Kerja


a. micrometer Okuler
- micrometer okuler diletakkan pada perangkat lensa okuler dan dicari
bayangan skalanya pada perbesaran 4x10, 10x10 dan 40x10
- digambar hasil pengamatan

b. micrometer Objektif
- micrometer objektif diletakkan di meja objektif dan dicari bayangan
skalanya dengan perbesaran 4x10, 10x10 dan 40x10
- hasil pengamatan dari masing-masing perbesaran digambar di lembar
hasil pengamatan

c. Mikroskop Binokuler
KALIBRASI
- micrometer okuler diletakkan kembali pada perangkat lensa okuler
dengan perbesaran 40x10
- skala pada ujung kiri dari kedua micrometer, diusahakan saling
sejajar, lalu dicari skala terdekat lainnya, dimana skala pada kedua
micrometer berhimpitan untuk pertama kalinya.
- Banyaknya anak skala pada micrometer objektif yang terdapat
diantara 2 skala micrometer okuler yang sejajar dihitung dan nilai
kalibrasi micrometer okuler dihitung dengan rumus :
5

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓


𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒 = 𝑥 0,0 𝑚𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑜𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟
- Lalu garis skala micrometer objektif ditempatkan tepat di bidang pendang
- Dihitung jumlah skala micrometer objektif yang menempati diameter
bidang pandang dan kalikan dengan 0,01 mm untuk memperoleh panjang
diameter bidang pandang
- Dihitung juga luas bidang pandang (LBP) dengan rumus ¼ µ x d2.

PENGUKURAN SEL
- Micrometer okuler dikalibrasi terlebih dahulu dengan mirkometer objektif
- Preparat awetan diletakkan dibawah lensa objektif dan pada lensa okuler
disisipkan mikrometr okuler
- Pada perbesaran yang telah dipilih, ditentukan 3 bidang pandang secara
acak
- Diukur diameter setiap bidang pandang yang dipilih
- Dikalikan hasilnya dengan hasil kalibrasi micrometer okuler
- Dari ke-3 pengukuran diambil nilai rata-rata, sehingga dengan demikian
untuk setiap bidang pandang mempunyai nilai rata-rata
- Diameter pada setiap bidang pandang dinyatakan dalam d1, d2, dan d3 dan
dirata-ratakan dengan rumus :
𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3
𝑟=
3
- Hitung standar deviasi :
(𝛴𝑑1 )²
√𝛴(𝑑12 ) −
𝑁
𝑆𝐷 =
𝑁−1
- Hitung galat
𝑆𝐷
∆𝑟 =
√𝑁

- Kisaran diameter preparat ditentukan dengan rata-rata diameter preparat ±


galat
= r ± ∆𝑟
6

BAB II
METODE SUPRAVITAL STAINING
(MUKOSA MULUT)

1.1 Tujuan Praktikum


- Untuk melihat struktur sel hewan dalam keadaan hidup.
- Untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode supravital
staining.

1.2 Alat
- Stik eskrim (untuk mengambil jaringan mukosa mulut)
- Object glass
- Mikroskop
- Alat tulis
- Kertas label

1.3 Bahan
- Selaput lendir mulut (mukosa mulut)
- Larutan methylen blue

1.4 Cara Kerja


- Diambil jaringan selaput lendir mulut dengan menggunakan stik eskrim
dan dioleskan di atas object glass.
- Ditetesi dengan larutan methylen blue.
- Diamati dibawah mikroskop
- Untuk penyimpanan, preparat ditetesi dengan canada balsam/entelan lalu
ditutup dengan cover glass.
7

BAB III
METODE APUSAN DARAH
(SMEAR PREPARATION)

1. Tujuan Praktikum
- Untuk mengamati struktur jaringan dengan preparat apus.
- Untuk melihat corpuscular darah/komponen sel-sel bagian-bagiannya

2. Alat
- Jarum francke
- Autoklik
- Mikroskop
- Object glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Alat tulis
- Kertas label

3. Bahan
- Darah probandus (pria/wanita)
- Methanol
- Larutan pewarna Giemsa
- Larutan pewarna Wright
- Larutan buffer fosfat pH 6.4
- Aquades

4. Cara Kerja
- Diambil darah probandus (pria/wanita) dengan menggunakan autoklik,
kemudian darah diteteskan di atas gelas benda.
- Dibuat apusan darah dengan menggunakan objek glass dengan sudut 45°
sehingga terbentuk film darah/selaput darah yang tipis dan rata.

Pewarnaan Giemsa
- Dikeringanginkan preparat kemudian difixir dengan methanol selama 5
menit.
- Diwarnai dengan menggunakan metode giemsa 2 % (diberi 2-3 tetes dan
dibiarkan selama 45 menit – 2 jam).
- Dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu dikeringanginkan
- Diamati dibawah mikroskop.
8

- Untuk penyimpanan, preparat ditetesi dengan canada balsam/entelan lalu


ditutup dengan cover glass.

Pewarnaan Wright
- Dikeringanginkan preparat kemudian ditetesi dengan pewarna wright
selama 3-5 menit hingga menutupi semua bagian
- Ditetesi dengan larutan buffer fosfat pH 6.4 selama 15-20 menit
- Dicuci dengan menggunakan air mengalir (aquades) lalu dikeringanginkan
- Diamati dibawah mikroskop.
- Untuk penyimpanan, preparat ditetesi dengan canada balsam/entelan lalu
ditutup dengan cover glass.
9

BAB IV
PEMBUATAN PREPARAT AWETAN SPORA
TUMBUHAN PAKU

1.1 Tujuan Praktikum


- Untuk mengetahui pembuatan preparat awetan spora dari tumbuhan paku.
- Untuk mengetahui jenis-jenis spora yang terdapat pada tumbuhan paku.

1.2 Alat
- Cawan petri
- Shaker
- Pinset
- Pipet tetes
- Object glass
- Cover glass
- Bekker glass
- Kertas label
- Mikroskop
- Tissue
- Camera digital

1.3 Bahan
- Alcohol 70%
- Canada balsam
- Tumbuhan paku

1.4 Cara Kerja


- Dilakukan pengoleksian tumbuhan paku yang memiliki spora (spora yang
sudah matang).
- Diambil spora dari tumbuhan paku, kemudian diletakkan di dalam cawan
petri.
- Ditambahkan alkohol 70% sampai spora terendam, kemudian dishaker
selama 30 menit.
- Disiapkan object glass kemudian ditetesi dengan spora yang sudah
dishaker dengan alkohol 70%
- Ditutup dengan cover glass yang telah diolesi canada balsam
- Diberi kertas label dan diamati di bawah mikroskop
- Diambil gambar spora yang diamati dengan menggunakan camera digital
- Dibuat herbarium dari tumbuhan paku yang dikoleksi.
10

BAB V
WHOLE MOUNT EMBRIO AYAM

1.1 Tujuan Praktikum


Mempelajari cara pembuatan preparat utuh (whole mount) embrio ayam
dengan pewarnaan HE

1.2 Alat
- Inkubator
- Alat peneropong telur
- Disecting set
- Gelas arloji besar
- Gelas arloji kecil
- Staining jar
- Pipet
- Silet
- Jarum preparat
- Bejana
- Mikroskop
- Kotak preparat

1.3 Bahan
- Telur ayam berembrio umur 24-48 jam
- Larutan bouin
- Etanol 30, 40, 50,60,70, 80, 90, 96% dan absolut
- NaCl 0,9% suhu 40°C
- Pewarna Hematoksilin
- Pewarna Eosin Y 1%
- Aquades
- Canada balsam
- Meyers albumin
- Kertas saring
- Kasa
- Karet gelang
- Object glass
- Cover glass

1.4 Cara Kerja


- Diinkubasi telur ayam dalam incubator selama 24-48 jam (suhu 39-40°C)
- Diteropong telur dengan alat peneropong telur
11

- Ditandai dengan pensil tempat embrio yang akan dikupas


- Disiapkan bejana berisi larutan NaCl 0,9% hangat
- Dimasukan telur ke dalam bejana hingga tenggelam
- Ditusuk bagian tumpul telur (rongga udara pada telur) sampai gelembung
udara di dalam telur dapat keluar, hal ini dilakukan agar vitelus dapat turun
dan terlepas dari cangkang telur
- Digunting bagian telur yang telah ditandai pensil dengan menggunakan
gunting bedah dan dibuka bagian tersebut
- Digunting membran vitelin telur dengan menggunakan gunting
- Ditarik/diangkat blastoderm dengan pinset
- Diletakan blastoderm di atas kaca arloji yang telah berisi larutan NaCl
0,9%, direntangkan perlahan
- Dilekatkan pada kertas saring berbentuk lingkaran yang telah dilubangi
bagian tengahnya
- Di fiksasi dengan larutan bouin selama 30-60 menit (tergantung ukuran
embrio)
- Dicuci dengan etanol (alcohol 70%) sampai warna kuning berkurang
- Dilakukan proses pewarnaan dengan pewarnaan HE
- Di dehidrasi dalam etanol (60, 50, 40, 30%) dan akuades masing-masing 5
menit.
- Di rendam dalam pewarna HE selama 10-20 detik
- Di cuci dengan air mengalir selama 10 menit
- Didehidrasi kembali dalam akuades alcohol (30, 40, 50, 60, 70, 80, 90,
96% dan absolut) masing-masing 5 menit
- Di clearing dengan toluol selama 10 menit
- Di rendam dalam xylol minimal 30 menit
- Di mounting menggunakan Canada balsam
12

BAB VI
METODE PARAFIN HEWAN

1.1 Tujuan Praktikum


- Untuk mengetahui pembuatan preparat dengan metode parafin hewan.
- Untuk mengetahui struktur jaringan hewan.

1.2 Alat
- Dissecting set
- Botol film
- Botol durham
- Shaker
- Oven
- Bekker glass
- Pinset
- Kaset parafin
- Cetakan besi
- Mikrotom
- Kertas karbon
- Kuas
- Object glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Cutton bud
- Hot plate
- Gelas kaca
- Staining jar
- Kertas label
- Tissue
- Mikroskop
- Kamera digital
- Alat tulis
- Alumunium foil
- Tissue-tek DRS

1.3 Bahan
- Organ yang akan dipreparasi (mis: cor, intestinum, hepar, ventriculus,
pulmo, testis, ren, dll).
13

- Larutan bouin (As.Pikrat 70 ml + As.Asetat glacial 5 ml + formalin 40%


25ml)
- Formalin 10%
- Alkohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolute
- Larutan xylol
- Larutan toluol
- Paraffin
- Pewarnaan eosin (eosin 0,5 gram + alkohol 70% 100ml)
- Pewarnaan hematoxilin (hematoxilin 0,67 gram + alkohol absolute 33ml +
aquades 33ml + glycerol 33ml + asam asetat glacial 3,3ml)
- Aquades
- Canada balsam
- Meyer albumin (albumin (putih telur) + glycerin (1:1))

1.4 Cara Kerja


1. Pembedahan / pengambilan organ
Dengan menggunakan dissecting set diambil organ yang akan dipreparasi
2. Pencucian organ
Dicuci organ yang telah diambil dengan larutan NaCl 0,9% sampai bercak
darah atau kotoran yang menempel berkurang.
3. Fiksasi
Direndam dalam larutan bouin selama 3-5 jam untuk organ kecil dan
lunak, 24 jam untuk organ yang keras seperti tulang. Bisa juga direndam
dalam larutan formalin 10% selama 24 jam.
Untuk preparat insang setelah difiksasi dengan larutan bouin,
dilakukan dekalisifikasi sebagai berikut:
Larutan asam formiat / Larutan A (As.formiat 250ml +Aquades 250ml)
Larutan natrium sitrat / Larutan B (Natrium sitrat 100gr + Aquades 500ml)
Larutan penetral / Larutan C (Natrium sulfat/Natrium hiposulfit 50gr +
Aquades 500ml).
Prosedur kerja:
a. Dicampur larutan A (25ml), larutan B (25ml) dan aquades 50 ml
b. Dimasukkan jaringan terfiksasi pada larutan campuran tsb selama 3-4
hari atau tergantung ukuran jaringan
c. Dicuci pada air mengalir
d. Dipindahkan jaringan tersebut ke dalam larutan netral selama 3-4 hari
e. Dicuci jaringan pada air mengalir selama 2-3 jam.
14

4. Washing
Dilakukan dengan alkohol 70% selama 3-4 hari (lebih) sampai larutan
fiksatif memudar/menghilang (dalam proses ini organ dapat didiamkan
dalam alkohol 70% selama beberapa hari/bulan)
Nb: sebelum berpindah larutan (dari alcohol ke toluol), organ sebaiknya
dikeringkan dengan tissue)
5. Dehidrasi (alkohol bertingkat)
Alkohol 70% → 1 kali @ 60 menit
Alkohol 80% → 2 kali @ 30 menit
Alkohol 90% → 2 kali @ 30 menit
Alkohol 95% → 1 kali @ 30 menit
Alkohol absolute → 1 kali @ 30 menit
6. Dealkoholisasi
Direndam dalam Toluol (overnight) / 24 jam (sampai organ transparan)
7. Infiltrasi paraffin
Dilakukan didalam oven dengan suhu maks 61°C menggunakan kaset
paraffin (jangan lupa diberi tanda dengan pensil), dicelupkan ke dalam :
Parafin + toluol → 60 menit
Parafin I → 60 menit
Parafin II → 60 menit
Parafin III → 40 menit
Nb: paraffin harus cair dan tidak berkabut
8. Embedding
Dimasukkan masing-masing organ ke dalam cetakan besi yang telah diisi
dengan parafin murni cair dan kemudian di tutupi dengan kaset paraffin
9. Sectioning
Dilakukan pemotongan blok-blok parafin dengan menggunakan mikrotom
hingga mendapatkan coupes yang bagus.
10. Affixing
Diletakkan coupes kedalam waterbath dengan suhu 60-80°C tunggu
sampai terentang dengan sempurna kemudian diangkat dengan
menggunakan kaca preparat yang telah diberi 1 tetes albumin meyer
sebagai perekat dan diinkubasi kedalam oven dengan suhu 30°C selama
overnight (bisa 24 jam)
11. Deparafinasi
Direndam dalam larutan xylol selama 30 menit
Nb: dikeringkan dengan tissue sebelum masuk ke alkohol
12. Staining
Dimasukkan ke dalam alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,
30% dan aquades ± 10 detik sambil dicelup-celup secara perlahan, lalu
15

dimasukkan ke dalam hematoxylin selama 7-15 detik, dicuci dengan


aquades lalu dialiri dengan air mengalir selama 10 menit (bisa diamati
dibawah mikroskop untuk melihat inti, jika kurang terwarnai maka bisa
diulang dari pewarna HE), dicelupkan ke dalam aquades, alkohol 30%,
40%, 50%, 60%, 70%, Eosin (1-2 menit), alkohol 70%, (bisa diamati
dibawah mikroskop untuk melihat sitoplasma, jika kurang terwarnai maka
bisa diulang dari pewarna Eosin) 80%, 90%, 95% (masing-masing ± 10
detik), jangan lupa dikeringkan dengan tissue terlebih dahulu dan terakhir
direndam dalam larutan xylol selama 30 menit.
13. Mounting
Ditempel menggunakan canada balsam dan ditutup dengan cover glass.
14. Labeling
Ditulis keterangan organ apa, tanggal pembuatan, dan kelompok yang
membuat preparat tersebut.
15. Pengamatan
Diamati di bawah mikroskop kemudian didokumetasikan dengan
menggunakan camera digital, dan jika telah selesai dapat disimpan di
dalam map khusus penyimpanan preparat.
16

KEGIATAN VII
METODA WHOLE MOUNT
(Metode Sediaan Utuh)
I. Dasar Teori

Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan

diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan (Joyner,

2008). Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik

itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh

preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme

tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas

terhadap morfologi secara umum saja.

Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman

dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini

hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa

tanaman yang besar

II. Tujuan Praktikum : Membuat sediaan organisme/bagian tumbuhan secara

utuh

III. Bahan Praktikum: Spora/polen tumbuhan berbunga, daun (sayatan

paradermal) dan alga.

IV. Cara Kerja :

a. Fiksasi : daun, spora serta polen difiksasi dalam alkohol 70% selama 24

jam, sedangkan algae difiksasi selama 24 jam dalam komposisi larutan

seperti berikut :
17

Formaldehid : 5 bagian

Asam asetat glasial : 2 bagian

Akuades : 93 bagian

b. Pencucian : larutan fiksatif dibuang, diganti beberapa kali dengan akuades.

c. Daun direndam dalam larutan HNO3 25% selama 15-30. Tujuannya untuk

melunakkan jaringan.

d. Bahan dicuci dengan akuades

e. Pewarnaan : sayatan epidermis daun, spora, polen diwarnai dengan

safranin 1% selama 24 jam, sedangkan alga diwarnai dengan perwarna

ganda yaitu Safranin 1% selama 24 jam dan fast green 0.5% (dalam etanol

95%) selama 10 menit.

f. Dehidrasi : bahan direndam dalam gliserin bertingkat yaitu 10% dan 25%.

Untuk mempercepat proses, bahan disimpan dalam oven (suhu 35-40oC).

Kemudian dicuci dengan gliserin dan etanol 95% 2x, masing-masing 15

menit. Untuk alga dilanjutkan dengan pewarnaan fast green selama 10

menit. Selanjutnya bahan direndam dalam etanol absolut selama 10 menit.

g. Bahan kemudian direndam dalam campuran etanol absolut dan xilol

dengan perbandingan 1:1, 1:3 masing-masing selama 5 menit (proses

Dealkoholisasi). Selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan xilol murni

sebanyak 2x, masing-masing selama 10 menit.

h. Selanjutnya bahan ditaruh pada gelas objek dan ditambahkan entellan atau

canada balsam dan ditutup dengan kaca penutup.


18

i. Bahan diberi label untuk sebagai petunjuk yang diletakkan di bagian

kanan.
19

KEGIATAN VIII
MASERASI TUMBUHAN

I. Dasar Teori

Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan

untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini

adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Hal ini

bertujuan untuk memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa

dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat danbanyak dilakukan

dengan tujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel

tumbuhan.

Teknik ini juga dikenal sebagai teasing yaitu menguraikan. Teknik teasing

ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memisahkan komponen suatu jenis

jaringan maupun organ tisu atau jaringan diuraikan dengan menggunakan jarum

penguraian. Metoda ini dikenal dengan metoda Schultze

II. Tujuan Praktikum : Membuat sediaan preparat dengan cara menghancurkan

lamela tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya

sehingga diperoleh bentuk utuh dari sel-sel tersebut.

III. Bahan Praktikum : Batang kayu Bambusa sp, Bauhinia sp dan Pinus sp.

IV. Cara Kerja :

a. Potongan kayu dipotong kecil sebesar korek api


20

b. Potongan kayu tersebut direbus dalam larutan asam nitrat (HNO3) pekat

yang ditambah sedikit kristal kalium klorat (KClO3) sampai bahan

berwarna putih dan lunak.

c. Material di cuci dengan air mengalir

d. Material dihancurkan dengan jarum dan batang pengaduk sehingga sel-sel

terlepas.

e. Diwarnai dengan Safranin 1% selama 24 jam

f. Cuci dengan air (material diendapkan dengan cara sentrifugasi)

g. Dehidrasi dengan etanol bertingkat dimulai dari 30%, 50%, 70%, 95% dan

100% masing-masing selama 10 menit

h. Dilanjutkan dengan proses Dealkoholisasi menggunakan campuran etanol

dan xilol bertingkat dengan perbandingan 3:1, 1:1, 1:3. Dilanjutkan

dengan Xilol murni. Masing-masing proses dilakukan selama 5 menit.

i. Objek diletakkan di gelas objek dan ditambahkan Canada Balsam lalu

ditutup dengan gelas penutup.

j. Diberi label sebagai petunjuk disebelah kanan gelas objek.


21

KEGIATAN IX
METODA REMASAN
(SQUASH)

I. Dasar Teori

Metode remasan banyak dikakukan untuk penyaiapan pengamatan

kromosom baik hewan maupun tumbuhan. Dengan metoda ini bahan diremas atau

dihancurkan sehingga masing-masing sel akan terlepas yang memudahkan

pengamatan selanjutnya. Jadi tujuan peremasan ini bukan berarti menghancurkan

sel-selnya, tapi masing-masing sel bebas terlepas satu sama lain dengan tetap

dipertahankan bentuk aslinya.

Kromosom adalah struktur yang terdapat di dalam sel organisme yang

mengandung materi genetik yang disebut sebagi gen, yang berperan dalam proses

pewarisan sifat dan mempengaruhi pertumbuhan perkembangan tiap organisme.

Kromosom dapat terlihat jelas pada tahap-tahap tertentu pembelahan inti dan

umumnya kromosom dapat terlihat dengan baik pada fase prometafase dan

metafase.

II. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara pembuatan preparat kromosom

hewan dan tumbuhan

III. Bahan Praktikum : Akar bawang, akar tumbuhan paku-pakuan

IV. Cara kerja :

a. Fiksasi : akar yang telah tumbu, dipotong dengan pisau silet sepanjang 2-5

mm pada bagian meristem ujung akar. Kemudian bahan tersebut difiksasi

dengan larutan asam asetat glasial 45% pada suhu 4 oC selama 15 menit.
22

b. Hidrolisis/Maserasi : Ujung akar tanaman yang sudah difiksasi, dicuci

bersih dengan akuades sebanyak 3x dengan tujuan untuk menghilangkan

perlakuan sebelumnya. Kemudian di maserasi dengan asam klorida 1 N

pada suhu 55oC selama 15 menit. Selanjutnya dicuci kembali dengan

akuades sebanyak 3x.

c. Pewarnaan : dilakukan dengan cara merendam ujung akar dalam larutan

aseto orcein 1% pada suhu 25oC selama 24 jam.

d. Akar yang sudah diwarnai kemudian diletakkan pada gelas objek dengan

kuas. Aceto orcein pada akar kemudian diserap menggunakan tisue,

kemudian bagian yang berwarna lebih gelap dipotong.

e. Kemudian ujung akar tersebut ditetesi gliserin dan ditutup dengan gelas

penutup. Saat menutup usahakan tidak terbentuk gelembung udara.

f. Kemudian cuplikan ujung akar tersebut dipencet dengan ujung kuas

sehingga terbentuk satu lapis sel. Setelah terbentuk satu lapis sel, tepi gelas

penutup diberi kutek dengan tujuan supaya tidak kering.

g. Sampel diamati dan diberi label dibagian kanan gelas penutup.


23

KEGIATAN X
METODA IRISAN
(SECTIONING)
I. Dasar Teori

Cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan ini dianggap sebagai teknik

rutin ataupun teknik bagi penyiapan spesimen histologi amaupun patologi. Tebal

tipisnya sayatan bergantung pada pengalaman serta tujuan penyiapan spesimen.

Tebal sayatan yang umum berkisar antara 6-15 mikron (1 mikron = 0,001 mm).

Ukura sayatan juga sangat bervariasi, mulai dari sayatan pembuluh darah yang

sangat kecil hingga sayatan otak. Ukuran sayatan biasanya terbatas pada ukuran

panjang lebar 2x3 cm karena ukuran yang demikian paling sesuai untuk

direkapkan pada kaca preparat yang umum digunakan. Tentu saja ukuran

spesimen yang cukup kecil akan menghasilkan sayatan juga juga jauh lebih kecil

dari ukuran sayatan tersebut.

Pengirisan atau penyayatan umumnya dilakukan dengan bantuan

mikrotom, walau seringkali dilakukan penyayatan dengan tangan saja untuk jenis

spesimen seperti tulang, gigi ataupun benda-benda fosil seringkali diperlukan

gergaji untuk memotongnya. Mikrotom adalah jenis mesin khusus dirancang dan

dipasarkan untuk tujuan mikroteknik. Mesin tersebut dirancang sedemikian rupa

sehingga mampu untuk melakukan penyayatan sesuatu spesimen dengan

ketebalan yang sama atau paling kurang mendekati sama.

II. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara pembuatan preparat permanen

dengan metoda Irisan.

III. Bahan Praktikum : daun, tangkai daun dan akar tanaman Colocasia sp.
24

IV. Cara Kerja :

Hari I Fiksasi, (Larutan FAA) :


- Formalin 5 bagian
- Asam asetat glasial 5 bagian
- Alkohol 70% 90 bagian
Diamkan selama 24 jam

Hari II Pencucian dan dehidrasi,


Fiksatif dibuang dan diganti berturut-turut dengan :
Alkohol 70% 30 menit
Alkohol 80% 30 menit
Alkohol 95% 30 menit
Alkohol 100% 30 menit
Alkohol 100% 30 menit
Dealkoholisasi :
Alkohol/xilol 3 : 1 30 menit
Alkohol/xilol 1 : 1 30 menit
Alkohol/xilol 1 : 3 30 menit
Xilol 30 menit
Xilol 30 menit
Campuran Xilol/parafin 1:9 dengan temperatur
57oC selama 24 jam

Hari III Infiltrasi :Campuran xilol / paraffin dibuang


diganti dengan paraffin murni. Temperatur tetap 24 jam
57oC
Hari IV
Penyelubungan :Parafin dibuang diganti dengan
paraffin murni yang baru. Setelah ± 1 jam dibua
tbalok.
Hari V
Pengirisan: Dibuat irisan-irisan dengan
menggunakan Rotary microtome dengan ketebalan
6-12 µm (mikronmeter)
Perekatan: Irisan direkatkan pada gelas benda
dengan campuran Gliserin : Albumin yang dibubuhi
air, kemudian gelas benda ditaruh diatas Hot plate
dengan temperatur 45oC sampai pita paraffin
merenggang.
Hari VI
Pewarnaan : dengan Safranin 1% dalam Alkohol
70% dan Fast Green 1% dalam Alkohol 95%.
Berturut-turut gelas benda dimasukkan dalam :
Xilol 3 menit
Xilol 3 menit
25

Alkohol/xilol 1:3 3 menit


Alkohol/xilol 1:1 3 menit
Alkohol/xilol 3:1 3 menit
Alkohol 100% 3 menit
Alkohol 100% 3 menit
Alkohol 95% 3 menit
Alkohol 80% 3 menit
Alkohol 70% 3 menit
Safranin 1% dalamAlkohol 70% 1 jam
Alkohol 70% 1 menit
Alkohol 80% 1 menit
Alkohol 95% 1 menit
Fast Green dalam 1% alkohol 95% 30 detik
Alkohol 100% 1 menit
Alkohol 100% 1 menit
Alkohol/xilol 3:1 1 menit
Alkohol/xilol 1:1 1 menit
Alkohol/xilol 1:3 1 menit
Xilol 1 menit
Xilol 1 menit

Penutupan : Irisan ditutup dengan gelas penutup


dengan pemberian Balsem Kanada terlebih dahulu.
Preparat dikeringkan diatas Hot Plate dengan
temperatur 45oC hingga Balsam Kanada kering

Pemberian nama :Di sebelah kiri gelas penutup


dilekatkan etiket dan diberi keterangan : nama
pesies, organ, penampang dsb.

Anda mungkin juga menyukai