MIKROTEKNIK
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Penyusun
4
BAB I
KALIBRASI MIKROMETER
1.2 Alat
- Mikrometer okuler
- Micrometer objektif
- Mikroskop binokuler
1.3 Bahan
- preparat histologi
b. micrometer Objektif
- micrometer objektif diletakkan di meja objektif dan dicari bayangan
skalanya dengan perbesaran 4x10, 10x10 dan 40x10
- hasil pengamatan dari masing-masing perbesaran digambar di lembar
hasil pengamatan
c. Mikroskop Binokuler
KALIBRASI
- micrometer okuler diletakkan kembali pada perangkat lensa okuler
dengan perbesaran 40x10
- skala pada ujung kiri dari kedua micrometer, diusahakan saling
sejajar, lalu dicari skala terdekat lainnya, dimana skala pada kedua
micrometer berhimpitan untuk pertama kalinya.
- Banyaknya anak skala pada micrometer objektif yang terdapat
diantara 2 skala micrometer okuler yang sejajar dihitung dan nilai
kalibrasi micrometer okuler dihitung dengan rumus :
5
PENGUKURAN SEL
- Micrometer okuler dikalibrasi terlebih dahulu dengan mirkometer objektif
- Preparat awetan diletakkan dibawah lensa objektif dan pada lensa okuler
disisipkan mikrometr okuler
- Pada perbesaran yang telah dipilih, ditentukan 3 bidang pandang secara
acak
- Diukur diameter setiap bidang pandang yang dipilih
- Dikalikan hasilnya dengan hasil kalibrasi micrometer okuler
- Dari ke-3 pengukuran diambil nilai rata-rata, sehingga dengan demikian
untuk setiap bidang pandang mempunyai nilai rata-rata
- Diameter pada setiap bidang pandang dinyatakan dalam d1, d2, dan d3 dan
dirata-ratakan dengan rumus :
𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3
𝑟=
3
- Hitung standar deviasi :
(𝛴𝑑1 )²
√𝛴(𝑑12 ) −
𝑁
𝑆𝐷 =
𝑁−1
- Hitung galat
𝑆𝐷
∆𝑟 =
√𝑁
BAB II
METODE SUPRAVITAL STAINING
(MUKOSA MULUT)
1.2 Alat
- Stik eskrim (untuk mengambil jaringan mukosa mulut)
- Object glass
- Mikroskop
- Alat tulis
- Kertas label
1.3 Bahan
- Selaput lendir mulut (mukosa mulut)
- Larutan methylen blue
BAB III
METODE APUSAN DARAH
(SMEAR PREPARATION)
1. Tujuan Praktikum
- Untuk mengamati struktur jaringan dengan preparat apus.
- Untuk melihat corpuscular darah/komponen sel-sel bagian-bagiannya
2. Alat
- Jarum francke
- Autoklik
- Mikroskop
- Object glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Alat tulis
- Kertas label
3. Bahan
- Darah probandus (pria/wanita)
- Methanol
- Larutan pewarna Giemsa
- Larutan pewarna Wright
- Larutan buffer fosfat pH 6.4
- Aquades
4. Cara Kerja
- Diambil darah probandus (pria/wanita) dengan menggunakan autoklik,
kemudian darah diteteskan di atas gelas benda.
- Dibuat apusan darah dengan menggunakan objek glass dengan sudut 45°
sehingga terbentuk film darah/selaput darah yang tipis dan rata.
Pewarnaan Giemsa
- Dikeringanginkan preparat kemudian difixir dengan methanol selama 5
menit.
- Diwarnai dengan menggunakan metode giemsa 2 % (diberi 2-3 tetes dan
dibiarkan selama 45 menit – 2 jam).
- Dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu dikeringanginkan
- Diamati dibawah mikroskop.
8
Pewarnaan Wright
- Dikeringanginkan preparat kemudian ditetesi dengan pewarna wright
selama 3-5 menit hingga menutupi semua bagian
- Ditetesi dengan larutan buffer fosfat pH 6.4 selama 15-20 menit
- Dicuci dengan menggunakan air mengalir (aquades) lalu dikeringanginkan
- Diamati dibawah mikroskop.
- Untuk penyimpanan, preparat ditetesi dengan canada balsam/entelan lalu
ditutup dengan cover glass.
9
BAB IV
PEMBUATAN PREPARAT AWETAN SPORA
TUMBUHAN PAKU
1.2 Alat
- Cawan petri
- Shaker
- Pinset
- Pipet tetes
- Object glass
- Cover glass
- Bekker glass
- Kertas label
- Mikroskop
- Tissue
- Camera digital
1.3 Bahan
- Alcohol 70%
- Canada balsam
- Tumbuhan paku
BAB V
WHOLE MOUNT EMBRIO AYAM
1.2 Alat
- Inkubator
- Alat peneropong telur
- Disecting set
- Gelas arloji besar
- Gelas arloji kecil
- Staining jar
- Pipet
- Silet
- Jarum preparat
- Bejana
- Mikroskop
- Kotak preparat
1.3 Bahan
- Telur ayam berembrio umur 24-48 jam
- Larutan bouin
- Etanol 30, 40, 50,60,70, 80, 90, 96% dan absolut
- NaCl 0,9% suhu 40°C
- Pewarna Hematoksilin
- Pewarna Eosin Y 1%
- Aquades
- Canada balsam
- Meyers albumin
- Kertas saring
- Kasa
- Karet gelang
- Object glass
- Cover glass
BAB VI
METODE PARAFIN HEWAN
1.2 Alat
- Dissecting set
- Botol film
- Botol durham
- Shaker
- Oven
- Bekker glass
- Pinset
- Kaset parafin
- Cetakan besi
- Mikrotom
- Kertas karbon
- Kuas
- Object glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Cutton bud
- Hot plate
- Gelas kaca
- Staining jar
- Kertas label
- Tissue
- Mikroskop
- Kamera digital
- Alat tulis
- Alumunium foil
- Tissue-tek DRS
1.3 Bahan
- Organ yang akan dipreparasi (mis: cor, intestinum, hepar, ventriculus,
pulmo, testis, ren, dll).
13
4. Washing
Dilakukan dengan alkohol 70% selama 3-4 hari (lebih) sampai larutan
fiksatif memudar/menghilang (dalam proses ini organ dapat didiamkan
dalam alkohol 70% selama beberapa hari/bulan)
Nb: sebelum berpindah larutan (dari alcohol ke toluol), organ sebaiknya
dikeringkan dengan tissue)
5. Dehidrasi (alkohol bertingkat)
Alkohol 70% → 1 kali @ 60 menit
Alkohol 80% → 2 kali @ 30 menit
Alkohol 90% → 2 kali @ 30 menit
Alkohol 95% → 1 kali @ 30 menit
Alkohol absolute → 1 kali @ 30 menit
6. Dealkoholisasi
Direndam dalam Toluol (overnight) / 24 jam (sampai organ transparan)
7. Infiltrasi paraffin
Dilakukan didalam oven dengan suhu maks 61°C menggunakan kaset
paraffin (jangan lupa diberi tanda dengan pensil), dicelupkan ke dalam :
Parafin + toluol → 60 menit
Parafin I → 60 menit
Parafin II → 60 menit
Parafin III → 40 menit
Nb: paraffin harus cair dan tidak berkabut
8. Embedding
Dimasukkan masing-masing organ ke dalam cetakan besi yang telah diisi
dengan parafin murni cair dan kemudian di tutupi dengan kaset paraffin
9. Sectioning
Dilakukan pemotongan blok-blok parafin dengan menggunakan mikrotom
hingga mendapatkan coupes yang bagus.
10. Affixing
Diletakkan coupes kedalam waterbath dengan suhu 60-80°C tunggu
sampai terentang dengan sempurna kemudian diangkat dengan
menggunakan kaca preparat yang telah diberi 1 tetes albumin meyer
sebagai perekat dan diinkubasi kedalam oven dengan suhu 30°C selama
overnight (bisa 24 jam)
11. Deparafinasi
Direndam dalam larutan xylol selama 30 menit
Nb: dikeringkan dengan tissue sebelum masuk ke alkohol
12. Staining
Dimasukkan ke dalam alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,
30% dan aquades ± 10 detik sambil dicelup-celup secara perlahan, lalu
15
KEGIATAN VII
METODA WHOLE MOUNT
(Metode Sediaan Utuh)
I. Dasar Teori
2008). Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik
itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh
preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme
tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas
hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa
utuh
a. Fiksasi : daun, spora serta polen difiksasi dalam alkohol 70% selama 24
seperti berikut :
17
Formaldehid : 5 bagian
Akuades : 93 bagian
c. Daun direndam dalam larutan HNO3 25% selama 15-30. Tujuannya untuk
melunakkan jaringan.
ganda yaitu Safranin 1% selama 24 jam dan fast green 0.5% (dalam etanol
f. Dehidrasi : bahan direndam dalam gliserin bertingkat yaitu 10% dan 25%.
h. Selanjutnya bahan ditaruh pada gelas objek dan ditambahkan entellan atau
kanan.
19
KEGIATAN VIII
MASERASI TUMBUHAN
I. Dasar Teori
untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini
adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Hal ini
bertujuan untuk memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa
dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat danbanyak dilakukan
dengan tujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel
tumbuhan.
Teknik ini juga dikenal sebagai teasing yaitu menguraikan. Teknik teasing
ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memisahkan komponen suatu jenis
jaringan maupun organ tisu atau jaringan diuraikan dengan menggunakan jarum
lamela tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya
III. Bahan Praktikum : Batang kayu Bambusa sp, Bauhinia sp dan Pinus sp.
b. Potongan kayu tersebut direbus dalam larutan asam nitrat (HNO3) pekat
terlepas.
g. Dehidrasi dengan etanol bertingkat dimulai dari 30%, 50%, 70%, 95% dan
KEGIATAN IX
METODA REMASAN
(SQUASH)
I. Dasar Teori
kromosom baik hewan maupun tumbuhan. Dengan metoda ini bahan diremas atau
sel-selnya, tapi masing-masing sel bebas terlepas satu sama lain dengan tetap
mengandung materi genetik yang disebut sebagi gen, yang berperan dalam proses
Kromosom dapat terlihat jelas pada tahap-tahap tertentu pembelahan inti dan
umumnya kromosom dapat terlihat dengan baik pada fase prometafase dan
metafase.
a. Fiksasi : akar yang telah tumbu, dipotong dengan pisau silet sepanjang 2-5
dengan larutan asam asetat glasial 45% pada suhu 4 oC selama 15 menit.
22
d. Akar yang sudah diwarnai kemudian diletakkan pada gelas objek dengan
e. Kemudian ujung akar tersebut ditetesi gliserin dan ditutup dengan gelas
sehingga terbentuk satu lapis sel. Setelah terbentuk satu lapis sel, tepi gelas
KEGIATAN X
METODA IRISAN
(SECTIONING)
I. Dasar Teori
Cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan ini dianggap sebagai teknik
rutin ataupun teknik bagi penyiapan spesimen histologi amaupun patologi. Tebal
Tebal sayatan yang umum berkisar antara 6-15 mikron (1 mikron = 0,001 mm).
Ukura sayatan juga sangat bervariasi, mulai dari sayatan pembuluh darah yang
sangat kecil hingga sayatan otak. Ukuran sayatan biasanya terbatas pada ukuran
panjang lebar 2x3 cm karena ukuran yang demikian paling sesuai untuk
direkapkan pada kaca preparat yang umum digunakan. Tentu saja ukuran
spesimen yang cukup kecil akan menghasilkan sayatan juga juga jauh lebih kecil
mikrotom, walau seringkali dilakukan penyayatan dengan tangan saja untuk jenis
gergaji untuk memotongnya. Mikrotom adalah jenis mesin khusus dirancang dan
III. Bahan Praktikum : daun, tangkai daun dan akar tanaman Colocasia sp.
24