Anda di halaman 1dari 15

Pentunjuk Praktikum Enzimologi Mikroorganisme

Nama : ....................................................
NIM : ....................................................

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
2020
Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... 1

Tata Tertib Praktikum Enzimologi ............................................................................................ 2

Acara 1. Isolasi Kapang Selulolitik Indegenous ........................................................................ 3

Acara 2. Optimasi Inokulum Produksi Selulase ........................................................................ 5

Acara 3. Produksi Selulase Dari Kapang Selulolitik Menggunakan Metode Fermentasi Padat
(Solid State Fermentation) ........................................................................................... 7

Acara 4. Uji Aktivitas Selulase Hasil Produksi Bakteri dan Kapang Selulolitik Dengan
Metode Nelson-Somogyi ............................................................................................ 9

Acara 5. Presipitasi Selulase Dengan Menggunakan Garam Ammonium Sulfat ................... 11

Acara 6 Pemurnian Parsial Selulase Dari Isolat Kapang Selulolitik Terpilih dengan
Menggunakan Kromatografi Penukar Anions (Anions Exchanger Cromatography) 13

1
Tata Tertib Praktikum Enzimologi
1. Praktikan diwajibkan mengikuti setiap acara praktikum enzimologi hingga selesai jika
praktikum dilakukan via online menggunakan zoom
2. Jika pada beberapa acara praktikum dilakukan dengan menggunakan video simulasi kerja
oleh asisten, maka praktikan diwajibkan mengunduh semua video yang diberikan
3. Praktikan diharuskan mengerjakan pre-test / post-test setiap minggu pada saat setiap
kegiatan praktikum dimulai melalui link google form yang akan diberikan oleh asisten
4. Praktikan diwajibkan mengumpulkan laporan praktikum yang teridiri atas
a) Laporan acara praktikum
- Laporan tiap acara praktikum harus dikumpulkan tepat sebelum kegiatan
praktikum selanjutnya akan dimulai.
- Laporan diketik dalam kertas A4 dengan font times new roman 12, spasi 1.5 dan
margin kiri 4 cm; atas 4 cm; kanan 3 cm; bawah 3 cm.
- Laporan harus disertai dengan referensi pendukung berupa jurnal penelitian 10
tahun terakhir minimal sebanyak 5 buah.
- Susunan laporan terdiri atas 1. Judul acara praktikum, 2. Metode Praktikum (alat
dan bahan serta langkah kerja), 3. Hasil dan Pembahasan, dan 4. Daftar pustaka.
- Langkah kerja disusun secara skematis

- Pengumpulan laporan dilakukan secara online via e-learning dan kepada asisten
praktikum enzimologi sebelum batas akhir waktu pengumpulan

- Laporan yang telat untuk dikumpulkan tidak akan diterima oleh asisten
praktikum.
b) Laporan akhir praktikum
- Laporan akhir praktikum dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah semua acara
praktikum enzimologi terselesaikan (sebelum responsi).
- Laporan akhir merupakan gabungan dari semua tahapan praktikum enzimologi
yang telah dilakukan.
- Laporan akhir praktikum disusun dengan ketentuan mengikuti template Jurnal
Ilmu Dasar (JID) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
UNEJ atau Jurnal Berkala Sainstek UNEJ.
- Pengumpulan laporan dilakukan secara online via e-learning dan kepada asisten
praktikum enzimologi sebelum batas akhir waktu pengumpulan.

2
Acara 1. Isolasi Kapang Selulolitik Indegenous

Dasar teori
Selulosa merupakan salah satu polimer organik yang jumlahnya sangat melimpah di
Alam. Polimer ini tersusun dalam stukrtur amorf dan kristalin yang biasanya ditemukan
sebangai penyusun utama dinding sel tanaman dan fungi. Selulosa terdiri atas beberapa unit
D-glukosa (D-glukopiranosa) yang dihubungkan dengan ikatan β 1,4 glikosidik seperti
gambar berikut ini

Gambar 1. Stuktur selulosa


Sebagai senyawa organik, selulosa mengandung unsur karbon (C), Oksigen (O), dan
Hidrogen (H). Adanya senyawa karbon pada rantai selulosa ini menyebabkan polimer ini
sangat potensial sebagai substrat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme akan
menghidrolisis polimer selulosa menjadi monomer dalam bentuk glukosa untuk memenuhi
kebutuhan sumber karbon sederhananya. Hidrolisis tersebut memanfaatkan selulase yang
diproduksi oleh mikroorganisme selulolitik pada subtrat. Kompleks enzim selulase terdiri
atas endo-β-1,4-glukanase yang membantu memecah polisakarida rantai panjang menjadi
oligosakarida dengan rantai glukopiranosa lebih pendek, ekso-β-1,4-glukanase yang
membantu memecah oligosakarida menjadi disakarida (2 unit glukopiranosa), dan β-
glukosidase yang membantu memecah disakarida menjadi monosakarida dalam bentuk
glukosa.

Alat dan bahan


- Aluminium foil
- Perangkat kerja mikrobiologi standar
- Sampel serasah daun yang telah
(bunsen, alkohol 70%, tisu, ose. dsb.)
terdekomposisi
- Tabung erlenmayer 250 ml
- Tabung reaksi 15 cm - Medium 0,5% CMC + mineral M9 +

- Micropipet dan microtip streptomycin

- Vortex - Larutan NaCl 0,85%.

- Timbangan digital - Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

3
- Mineral M9 terdiri atas ( 6 gr/L Na2HPO4, 3 gr/L KH2PO4, 0.5 gr/L NaCl, 1 gr/L
NH4Cl, 0.25 gr/L MgSO4

Metode
A. Isolasi kapang selulolitik
1. Ditimbang sampel serasah daun yang telah terdekomposisi secara alami sebanyak 2,5
gram dan dimasukkan kedalam 25 ml larutan garam fisiologis (0,85% NaCl) secara
aseptis. Campuran ini kemudian divortex secara perlahan selama 5 menit.
2. Diambil 1 ml sampel (dari langkah 1) kemudian dimasukkan kedalam 9 ml larutan
NaCl 0,85% sehingga tebentuk pengenceran 100 kali.
3. Hasil pengenceran sampel pada langkah 1 kemudian diambil 1 ml untuk dimasukkan
kedalam 9 ml NaCl 0,85% kembali hingga terbentuk pengenceran 1000x. Langkah 2-
3 terus dilakukan hingga terbentuk pengenceran 105 kali.
4. Diambil 100 μl dari masing-masing seri pengenceran untuk kemudian diinokulasikan
dengan metode taburan (spread method) pada 0,5% CMC + mineral M9 + 1%
streptomycin dan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan.
5. Medium 0,5% CMC+ mineral M9 + 1% streptomycin yang telah diinokulasikan
diinkubasi pada suhu 30oC selama 3-7 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai
batas akhir inkubasi.

B. Pemurnian Isolat
1. Diinokulasikan isolat kapang pada medium PDA + 1% streptomycin dengan metode
titik (dot method) dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 3x24 jam.
2. Masing-masing isolat yang telah membentuk koloni tunggal diinokulasikan kembali
PDA miring sebagai stock isolat untuk tahap kerja selanjutnya

C. Skrining kapang dan bakteri selulolitik potensial

1. Skrining isolat selulolitik dilakukan dengan menumbuhkan pada medium cawan 0,5%
CMC + mineral M9 dan dilakukan inkubasi 3x24 jam pada suhu 30oC untuk kapang.
2. Ditambahkan ±5 ml larutan iodin 0,33% dan diukur zona bening yang terbentuk untuk
menentukan indeks zona beningnya. Dipilih 1 isolat kapang dengan indeks zona
bening tertinggi untuk digunakan dalam produksi selulase pada acara praktikum
selanjutnya.

4
Acara 2. Optimasi Kultur Awal Produksi Selulase

Dasar teori
Kultur awal (starter cultures) merupakan mikoorganisme dengan jumlah tertentu yang
disiapkan untuk dipakai sebagai agen utama dalam kegiatan bioproses di dalam sistem
fermentasi. Secara umum, kultur awal dapat dibagai menjadi 3 jenis yaitu (1) kultur strain
tunggal yaitu kultur yang hanya mengandung 1 spesies dengan strain yang sama, (2) kultur
multi-strain, yaitu kultur yang menggunakan lebih dari 1 strain dari spesies yang sama, (3)
kultur multi-strain campuran (multi-strain mixed culture) yaitu kultur yang menggunakan
strain yang berbeda dari spesies yang berbeda pula. Ukuran kultur awal merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan agar produksi enzim bisa dilakukan dengan efektif dan
efisien. Ukuran inokulum akan berpengaruh terhadap komposisi senyawa kimia produk yang
dihasilkan dalam fermentor, jumlah mikroorganisme dalam sistem fermentasi, suhu dan
lamanya waktu fermentasi yang dibutuhkan.

Alat dan Bahan


- Medium PDA miring sebanyak 16
- Perangkat kerja mikrobiologi standar
buah per isolat kapang
(bunsen, alkohol 70%, tisu, ose, dsb.)
- Larutan 5 ml 0,05% tween 80
- Laminar air flow
sebanyak 14 buah
- Haemacytometer
- Hand Counter
- Akuadest
- Isolat kapang selulolitik pada medium
PDA terpilih dengan inkubasi 3x24
jam

Metode
1. Diinokulasi 1 ose isolat kapang selulolitik terpilih umur 3x24 jam pada medium PDA
miring 16 buah dan inkubasi 0-7 hari pada suhu 30oC. Perhitungan spora dilakukan
secara lansung setiap hari menggunakan haemacytometer.

5
2. Perhitungan spora dilakukan dengan menambahkan 5 ml larutan 0,05% tween 80
kedalam media miring yang mengandung kapang. Kemudian dilakukan pengerikan
untuk mendapatkan sporanya. Sebanyak 20 μl dituang ke dalam haemacytometer untuk
dilakukan perhitungan sporanya.
3. Hasil perhitungan sel pada ruang hitung haemacytometer dikonversi ke dalam jumlah
sel/ml untuk bakteri dan jumlah spora/ml untuk kapang.
n
S (Spora ml) ....................................................... (i)
h d

Keterangan :
S = Jumlah spora/ml
n = Rerata jumlah spora pada bidang hitung (kotak sedang)
L = Luas bidang hitung
h = Kedalaman bidang hitung
d = Faktor pengenceran
4. Dibuat kurva sigmoid berdasarkan hasil perhitungan jumlah sel beserta masing-masing
waktu inkubasinya.

6
Acara 3. Produksi Selulase Dari Kapang Selulolitik Menggunakan
Metode Fermentasi Padat (Solid State Fermentation)

Dasar Teori
Fermentasi padat (SSF) merupakan salah satu metode fermentasi untuk memproduksi
substansi dari mikroorganisme (produk metabolit, biomassa mikroorganisme) dengan
memanfaatkan substrat yang memiliki kadar air dengan kisaran 12-85% atau yang pada
umumnya dipakai adalah sekitar 60%. Teknik fermentasi sangat sesuai digunakan untuk
mikoorganisme yang sifatnya tidak motil dan membutuhkan substrat dengan kadar air tidak
terlampau tinggi seperti kapang. Beberapa keuntungan dari teknik fermentasi ini yaitu biaya
lebih murah baik dalam penyediaan substrat maupun peralatan, konsumsi energi rendah,
konsumsi penggunaan substrat oleh kultur berlangsung lebih lama dibandingkan fermentasi
cair.

Alat dan Bahan


- Perangkat kerja mikrobiologi standar - 200 ml H2O steril yang mengandung
(bunsen, alkohol 70%, tisu, ose, dsb.) 0,01% Na Azide + 0,1% NaCl
- Laminar air flow - 10 ml H2O steril
- Inokulum kapang selulolitik terpilih - Pipet volume 10 ml steril 8 buah
dengan kepadatan spora optimum - Kain kasa sintetik
pada media PDA miring - Alat penyaring
- 10 gram media serbuk gergaji + 23 ml - Tube centrifuge 15 ml
H2O sebanyak 8 buah x 2 ulangan (16 - Micropipet dan microtip 1 ml
buah) pada erlenmayer 250 ml.

Metode
a. Optimasi Produksi Selulase
1. Sebanyak 5 ml H2O steril dimasukkan ke dalam isolat kapang selulolitik pada media
miring, kemudikan dikerik untuk mendapatkan sporanya.
2. Diinokulasikan 1 ml H2O steril yang mengandung spora isolat terpilih ke dalam 10 gram
media fermentasi padat.
3. Dinkubasi 0-8 hari pada suhu 30oC, dan dilakukan pemanenan crude selulase setiap hari.

7
4. Pemanenan dilakukan dengan menambahkan 20 ml H2O steril yang mengandung 0,01%
Na Azide + 0,1% NaCl ke dalam sistem fermentasi padat untuk kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada mesin shaker dengan kecepatan 150 rpm.
5. Dilakukan penyaringan dengan kain kasa sintetis dan alat penyaring untuk memisahkan
komponen cair dan sebagian besar padatan.
6. Dilakukan sentrifugasi pada komponen cair dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10
menit dan diambil supernatannya.
7. Supernatan yang berisi crude selulase disimpan pada suhu 5oC untuk kegiatan praktikum
uji aktivitas enzim.

b. Produksi Skala Besar

1. Sebanyak 5 ml H2O steril dimasukkan ke dalam isolat kapang selulolitik pada media
miring, kemudikan dikerik untuk mendapatkan sporanya.

2. Diinokulasikan 4 ml H2O steril yang mengandung spora isolat terpilih ke dalam 40


gram media fermentasi padat.

3. Dinkubasi sesuai waktu inkubasi optimum hasil tahapan optimasi produki dan
diinkubasi pada suhu 30oC, dan dilakukan pemanenan crude.

4. Pemanenan dilakukan dengan menambahkan 80 ml H2O steril yang mengandung


0,01% Na Azide + 0,1% NaCl ke dalam sistem fermentasi padat untuk kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada mesin shaker dengan kecepatan 150 rpm.

5. Tahapan 5 hingga 7 dilakukan sesuai dengan tahapan optimasi produksi selulase


(Langkah a.)

8
Acara 5. Uji Aktivitas Selulase Hasil Produksi Bakteri dan Kapang
Selulolitik Dengan Metode Nelson-Somogyi

Dasar Teori
Metode Nelson-Somogyi merupakan salah satu metode kuantifikasi yang sering dipakai
untuk mengkuantifikasi jumlah gula reduksi yang terdapat pada suatu substansi cair. Reagen
Somogyi berfungsi untuk memicu proses reduksi ion Cu+ oleh gugus aldehid atau keton
bebas pada gula sehingga terbentuk Tembaga oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata.
Reagen Nelson yang mengandung arsenomolibdat berfungsi mengoksidasdi Cu2O yang
tebentuk setelah penambahan reagen Somogyi menjadi kompleks berwarna biru kehijauan
dan warna biru inilah yang akan diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm.
Nilai absrobansi yang dihasilkan kemudian dikonversi kedalam kurva standar gula reduksi
sehingga diketahui konsentrasinya dalam sampel.

Alat dan Bahan


- Tabung reaksi uji aktivitas enzim (10 - Akuadest
cm) dan rak tabung reaksi - Media CMC 0,5% dalam 20 mM
- Waterbath buffer asetat pH 5
- Micropipet + microtip 1 ml dan 100 μl - Crude selulase dari kapang dan
- Tube centrifuge 1,5 ml bakteri selulolitik terpilih
- Penutup tabung reaksi - Reagen Nelson-Somogyi
- Pemanas air

Metode
1. Sebanyak 500 μl substrat CMC 0,5% dalam 20 mM buffer asetat pH 5 diinkubasi 37oC
selama 20 menit pada waterbath.
2. Ditambahkan 100 μl crude selulase kapang pada subtrat tersebut dan diinkubasi selama 2
jam (perlakuan uji). Untuk perlakukan kontrol, substrat CMC 0,5%

9
dalam 20 mM buffer asetat pH 5 diinkubasi kembali selama 2 jam tanpa penambahan
crude selulase.
3. Ditambahkan 500 μl reagen Somogyi baik pada perlakuan uji maupun kontrol.
4. Ditambahkan 100 μl crude selulase pada kontrol untuk kemudian dididihkan selama 15
menit.
5. Setelah dingin, sampel kemudian ditambahkan 500 μl reagen Nelson dan dilakukan
vortex selama 1 menit.
6. Ditambahkan 2,5 ml akuades pada sampel dan dilakukan vortex kembali selama 2 menit
7. Sebanyak 1,3 ml sampel diambil dan dimasukan ke dalam tube centrifuge 1,5 ml untuk
kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit.
8. Supernatan diambil dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm.
9. Nilai absorbansi kemudian dikonversi ke dalam konsentrasu gula reduksi dan unit
aktivitas enzim.

kurva standar glukosa


0,45
0,4 y = 0,005x - 0,003
Absorbansi 500 nm)

0,35 R² = 0,997
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05

0 20 40 60 80

konsetrasi (μg/ml)

U Kadar gula reduksi x faktor pengenceran


Aktivitas selulase = ...........................(iii)
ml V x t x BM

Keterangan V = Volume enzim (0,1 ml)


t = Waktu inkubasi (120 menit)
BM = Berat molekul glukosa (180 g/mol)

10
Acara 6. Presipitasi Selulase Dengan Menggunakan Garam Ammonium
Sulfat

Dasar teori
Presipitasi ammonium sulfat merupakan metode yang dilakukan untuk mengendapkan
protein target dengan konsentrasi tertentu garam ammonium sulfat. Prinsip metode ini adalah
penambahan ammonium sulfat akan menyebabkan perubahan kekuatan ion disekitar protein.
Semakin besar konsentrasi ammonium sulfat yang ditambahkan, maka terjadi peningkatan
muatan disekitar protein yang menyebabkan tertariknya molekul air dari protein. Interaksi
hidrofobik antar sesama molekul protein menyebabkan menurunya tingkat kelarutan protein
atau disebut sebagai kondisi salting out sehingga protein dapat dipisahkan dari komponen
terlarut lainnya.

Alat dan bahan


- Tube centrifuge 1,5 ml - Crude selulase dari kapang
- Micropipet dan microtip 1 ml selulolitik terpilih
- Sentrifugator - Ammonium sulfat (NH2 SO4) serbuk
- Batang pengaduk - 20 mM buffer asetata pH 5
- Beaker glass 50 ml - Padatan es

Metode
A. Optimasi % jenuh ammonium sulfate
1. Dimasukkan 1 ml crude selulase pada tube centrifuge 1,5 ml sebanyak 10 buah
2. Dimasukkan serbuk (NH4)2SO4 pada masing-masing tube centrifuge hingga diperoleh %
jenuh (NH4)2SO4 sebesar 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, dan 75%. Proses ini
dilakukan pada kondisi dingin (on ice). Kemudian dilakukan vortex selama 3 menit.
3. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 25 menit untuk
mengendapkan protein terlarut termasuk selulase.
4. Pellet yang terbentuk kemudian ditambahkan 1 ml buffer asetat 20 mM pH 5 untuk
kemudian diukur aktivitasnya dengan metode Nelson-Somogyi serta diukur absorbansi
protein yang terpresipitasi pada panjang gelombang 280 nm.

B. Presipitasi crude selulase dengan volume lebih besar

11
1. Sebanyak 30 ml sampel crude selulase kapang dimasukkan ke dalam beaker glass 50 ml
pada kondisi dingin (on ice)
2. Ditambahkan serbuk ammonium sulfat hingga diperoleh % jenuh optimum (langkah A)
dan kemudian dilakukan pengadukan secara perlahan selama 2 menit.
3. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 25 menit.
4. Pellet kemudian ditambahkan dengan 10 ml buffer asetate pH 5 20 mM sehingga sampel
mengalami pengkonsentrasian 3 kali untuk selulase kapang.

Tabel 1. Persentase jenuh ammonium sulfat.

12
Acara 7. Purifikasi Parsial Selulase Dari Isolat Kapang Selulolitik
Terpilih Dengan Menggunakan Kromatografi Penukar Anions (Anions
Exchanger Cromatography)

Dasar teori
Purifikasi parsial merupakan pemisahan suatu subtansi yang menjadi target tanpa
memisahkan dan mengidentifikasi setiap bagian dari seluruh substansi dalam campuran.
Purifikasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah dengan
kromatografi penukar anion. Kromatografi penukar anion merupakan teknik pemisahan yang
didasarkan pada muatan ioniknya. Muatan dengan ion negatif (anion) akan berikatan dengan
fasa diam yang mengandung mutan positif (kation) yang sebelumnya telah diseimbangkan
muatannya dengan buffer.
Protein yang merupakan biomolekul amfoterik memiliki 3 kemungkinan muatan
berdasarkan perubahan nilai pH disekitarnya yaitu pertama zwiter ion yaitu kondisi yang
mana protein memiliki muatan netral (bermuatan positif dan negatif sekaligus) atau berada
pada titik isoelektriknya yang disebabkan karena pengaruh pH lingkungan sekitar, kedua
ketika pH lingkungan berada diatas pH titik isoeletriknya yang menyebabkan protein akan
bermuatan negatif dan mampu berikan dengan mendium yang bermuatan positif , dan ketiga
ketika suatu pH lingkungan menyebabkan protein berada dibawah titik isoelektriknya yang
menyebabkan protein akan lebih bermuatan positif.
Pada kromatografi penukar anions, matriks atau fasa diam yang memiliki muatan
positif akan berikatan terlebih dahulu dengan larutan buffer pH tertentu dengan konsentrasi
rendah yang berfungsi sebagai counter ion yang bersifat reversible, hal ini disebut sebagai
Equilibration. Pada tahap selanjutnya, sampel protein enzim dalam buffer yang sama dengan
konsentrasi tertentu akan dialirkan ke dalam kolom untuk dipasangkan dengan fasa diam
menggantikan counter ions. Protein yang pada pH tersebut bermuatan positif ataupun yang
bermuatan netral akan langsung terelusi. Sedangkan protein yang berada bermuatan negatif
akan terikan pada fasa diam menggantikan counter ion. Protein yang telah terikat pada fasa
diam kemudian dilepaskan dengan eluen variasi konsentrasi garam dalam buffer.

Alat dan bahan

13
- Crude selulase kapang selulolitik Q75) sebagai fase diam anions
terpilih exchanger chromatography
- Erlenmayer 50 ml - Tube centrifuge 1,5 ml
- Tabung reaksi uji - Micropipet dan microtip 1,5 dan 100
- Pharmacia pump P-500 μl
- Macroporous Adsorber Membrane - 20 mM buffer asetat pH 5
Quartenary Ammonium 75 cm2 (MA - 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 NaCl dalam
buffer asetat
Metode
a. Tahap preparasi membran
1. Tahap persiapan membran MA Q75 dilakukan dengan mengalirkan beberapa cairan
berikut dengan kecepatan alir (flow rate) 60 ml/jam
- H2O 20 ml
- 20 ml NaOH 1 M
- 20 ml H2O
- HCl 1 N 20 ml
- H2O 20 ml
- 20 ml buffer asetat pH 5 20 mM
2. Dialirkan crude 50 ml selulase dalam 20 ml buffer asetat 20 mM pH5 dengan
kecepatan alir 60 ml/jam
3. Dialirkan eluen yang terdiri atas
- 20 ml buffer asetat pH 5 20 mM dengan kecepatan alir 60 ml/jam
- NaCl 0,1-0,5 M dalam buffer asetat pH 5 20 mM dengan volume masing-masing
10 ml dan kecepatan alir 30 ml/jam.
4. Ditampung tiap eluat yang dihasilkan dengan volume masing-masing fraksi sebesar 5
ml.
5. Dilakukan uji aktivitas selulase dengan metode Nelson-Somogyi dan diukur
absorbansi proteinnya pada panjang gelombang 280 nm.

14

Anda mungkin juga menyukai