Anda di halaman 1dari 21

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

Oleh:

I WAYAN DANA ATMAJA

KONSENTRASI TANAH DAN LINGKUNGAN


PS. AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
KATA PENGANTAR

Penuntun praktikum Mikrobiologi Pertanian ini dimaksudkan sebagai pedoman kerja


mahasiswa dalam melakukan praktikum khususnya praktikum di labolatorium.Dalam upaya
meningkatkan keterampilan mahasiswa diperlukan adanya sistem kerja yang sistematis. Oleh
karena itu sebelum praktikum mahasiswa sebaiknya memahami terlebih dahulu langkah-
langkah kerja seperti yang disajikan pada buku penuntun praktikum ini.

Dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menyeterilkan alat-alat praktikum


dan media tumbuh beberapa mikroorganisme dalam tanah yang berperan dalam
meningkatkan produktivitas tanah, serta dapat memperbanyaknya di labolatorium.

Penuntun praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
sangat diharapkan. Akhirnya semoga penuntun praktikum ini ada manfaatnya.

Denpasar, September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PEMBUATAN DAN STERILISASI BEBERAPA


MEDIA MIKROBIOLOGI 1
II. SAMPLING DAN PENGHITUNGAN
MAKROORGANISME TANAH 7
III. PENGAMATAN BINTIL AKAR 12
IV.PENYIAPAN MEDIA TANAM PASIR DAN BIBIT 15
V.UJI INFEKTIVITAS DAN KESESUAIAN INANG INOKULAN
RHIZOBIUM SERTA PENGAMATAN BINTIL AKAR EFEKTIF
YANG TERBENTUK PADA TANAMAN LEGUM 17

VI.RESPON RESPIRASI TANAH TERHADAP APLIKASI PESTISIDA 19


I.PEMBUATAN DAN STERILISASI BEBERAPA
MEDIA MIKROBIOLOGI

1.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu membuat dan mensterilkan media mikrobiologi yang diperlukan.

1.2. Pendahuluan

Dalam proses isolasi beberpa organisme tanah yang berukuran mikro dan meso
diperlukan media media tumbuh dan larutan pengenceran yang steril atau terbebas dari mikro
dan meso organisme. Walaupun mikroorganisme umumnya dapat ditumbuhkan dalam
beragam komposisi media, namun setiap jenis mikro dan meso organisme terutama dari
golongan fungsional tertentu akan memerlukan media selektif. Beberapa contoh media
selektif adalah media Pikovskaya untuk mikroba pelarut P, mikroba tanpa nitrogen untuk
mikroba penambat N, media Carboxy Methyl Cellullose untuk mikroba perombak selulose,
media agar nutrisi untuk bakteri umum, dan media agar martin untuk jamur.

Preparasi masing-masing media memerlukan komposisi yang berbeda tetapi harus


disterilkan. Sterilisasi adalah proses pembebasan suatu alat atau bahan dari mahluk hidup.
Metode sterilisasi yang umumnya dilakukan untuk media mikrobiologi adalah dengan
sterilisasi basah dalam autoklav dengan suhu 121oC selama 10 – 15 menit. Dalam proses
tersebut, mikro dan meso organisme yang terdapat di dalam media atau bahan dimatikan
dengan suhu 121oC dan tekanan 15 psi. Beberapa bahan yang tidak tahan panas seperti
antibiotik tertentu dapat disterilkan dengan metode filtrasi membran dengan ukuran pori
membran sebesar 0,45 – 0,22 µm. Dalam proses filtrasi, media atau bahan disaring dengan
membran berukuran pori di atas sehingga terbebas dari mikro dan meso organisme.

1.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan adalah autoklav, kompor, neraca, gelas beaker, botol media
atau erlenmeyer, sumbat kapas, kertas aluminium, serta sendok dan kertas timbang. Bahan-
bahan yang diperlukan adalah media dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan
mikroorganisme yang akan diisolasi. Beberapa contoh komposisi media selektif dalam
volume 1 liter adalah sebagai berikut:
1. Media agar nutrisi untuk bakteri :
Nutrient Agar : 23 gram

2. Media Agar Martin untuk Jamur :


K2HPO4 : 1 gram
MgSO4. 7H2O : 0,05 gram
Pepton : 5,0 gram
Dekstrosa : 10 gram
Agar : 20 gram
Rose Bengal : 0,035 gram
Larutan Streptomisin (300mg/100 ml air) : 10 ml

3. Media seleksi Mikroba Pelarut Fosfat (Pikovskaya)


Glukosa : 10 gram
NaCl : 0,2 gram
KCl : 0,2 gram
MgSO4. 7H2O : 2,5 gram
Mn SO4. 7H2O : 0,2 gram
FeSO4. 7H2O : 2,5 gram
Ca5(PO4)3 O4 : 5 gram
(NH4)3O4 : 0,5 gram
Agar : 15 gram
Aquadest : 1000 ml
pH : 6.8

Larutan yang umumnya digunakan untuk proses pengenceran adalah larutan fisiologis dengan
komposisi 0,85 % NaCl. Masing-masing media dilarutkan dalam akuadest atau akuabidest
untuk jenis media tertentu.

1.4. Tahapan Praktikum

Pelaksanaan praktikum diawali dengan penyiapan alat-alat yang diperlukan. Setiap


media atau larutan yang dibuat memerlukan wadah dalam bentuk gelas beaker atau
erlenmeyer atau botol penyimpan media tersendiri sehingga tidak tercampur dengan media
atau larutan lainnya. Setelah semua alat dan bahan tersedia, maka bahan-bahan ditimbang
sesuai dengan komposisi masing-masing media di atas :

1. Media agar nutrisi :


- Timbang 23 g Nutrient Agar dan larutkan dengan1 liter akuades dalam botol
media.
- Tutup setengah rapat botol media dan selubungi bagian luar tutup dan leher botol
dengan kertas aluminium dan media siap untuk diautoklaf.
2. Media Martin Agar :
- Timbang masing-masing bahan yang diperlukan (kecuali streptomisin), tempatkan
di dalam botol media kemudian larutkan dalam 1 liter akuadest.
- Tutup setengah rapat botol media dan selubungi bagian luar botol dengan kertas
aluminum. Media ini siap diautoklaf dengan menutup botol media .
- Larutkan 300 mg Streptomisin dalam 100 ml akuadest dan saring dengan
membran berukuran pori 0,45µ. Tempatkan hasil saringan dalam botol steril.
- Campurkan larutan streptomisin ke dalam media steril yang hangat.
3. Media Pikovskaya :
- Timbang masing-masing bahan yang diperlukan kecuali agar, larutkan dengan 900
ml akuadest dan aduk merata dalam botol media. Atur pH media menjadi 7
dengan menambahkan larutan HCl 0,1 N atau KOH 0,1 N.
- Tambahkan tambahkan akuadest sampai mencapai total volume 1 liter.
- Tutup setengah rapat botol media dan bungkus bagian luar tutupnya dengan kertas
aluminium. Media siap untuk diautoklaf.
4. Larutan fisiologis :
- Timbang 8,5 g NaCl dan larutkan dalam 1 liter akuadest. Pipet masing-masing 9
ml larutan tersebut ke dalam tabung reaksi atau tuangkan 90 ml ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Jumlah larutan fisiologis dalam tabung dan erlenmeyer
tergantung kepada jumlah seri pengenceran dan sampel yang akan diencerkan.
- Tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan setiap 15 tabung reaksi
dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 1 kg dan ikat bagian atas kantong
dengan kuat.
- Sumbat erlenmeyer dengan kapas dan tutupi dengan kertas aluminium.
- Larutan fisiologis dalam tabung reaksi dan erlenmeyer siap diautoklaf.
Sebelum diautoklaf, ambil masing-masing 10 ml sampel media dan tempatkan di
dalam petridish steril. Masing-masing bahan yang diautoklaf dan sampel yang tidak
diautoklaf disimpan dalam suhu ruang selama 1 minggu.

1.5. Data Pengamatan

Setelah waktu inkubasi selama 1 minggu, sampel media dan larutan fisiologis yang
diautoklaf dan tidak diautoklaf diamati. Perubahan yang terjadi pada media dicatat dalam
tabel berikut.

Data Pengamatan

Jumlah koloni pada media


No Media/Larutan Fisiologis Diautoklaf Tidak diautoklaf
Bakteri Jamur Bakteri Jamur
1. Agar nutrisi
2. Agar Martin
3. Pikovskaya
4. Larutan Fisiologis

Pembahasan:
II.SAMPLING DAN PENGHITUNGAN
MAKROORGANISME TANAH

2.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel organisme tanah dan menghitung


keragaman organisme di dalam tanah

2.2. Pendahuluan

Organisme tanah adalah setiap jenis organisme dari yang berukuran mega sampai
dengan mikro yang sepanjang hidupnya atau sebagian besar waktu hidupnya berada di dalam
tanah. Beberapa jenis organisme yang dapat ditemukan di dalam tanah adalah ular tanah,
kelabang, kalajengking, cacing tanah, larva serangga, semut, bakteri, jamur, nematoda,
amoeba, dan lain-lain.

Setiap jenis atau taksa organisme tanah memiliki peranan penting di dalam ekosistem
tanah. Cacing tanah merupakan pembangun ekosistem tanah karena melalui aktivitas
fisiknya dapat membentuk lubang draenasi di dalam tanah dan melalui aktivitas biokimianya
mampu menyuburkan tanah dengan feses yang dihasilkan. Beberapa kelompok jamur dan
bakteri yang tergolong selulolitik mampu merombak bahan organik secara kimia. Jenis
cacing tanah, semut, dan rayap mampu mendegradasi serasah organik secara fisik. Jenis
bakteri tertentu misalnya rhizobium dan azospirillum dapat menambat N2 dari atmosfer,
sedangkan beberapa kelompok bakteri dan jamur mampu melarutkan P dan K di dalam tanah.

Organisme tanah umumnya hidup berkelompok. Jumlah jenis organisme tanah dalam
suatu tempat dan waktu di dalam tanah dinyatakan dengan istilah keragaman organisme
tanah. Keragaman organisme tanah yang tinggi umumnya menyebabkan kondisi ekosistem
tanah yang lebih baik. Penghitungan keragaman organisme tanah dapat dilakukan melalui
kegiatan survei dengan pengambilan sampel dari dalam monolit atau perangkap jebak.

2.3. Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan meliputi gelas akua, empat batang lidi, sungkup plastik, pinset,
pipet tetes, cangkul, mistar, sekop, kantong atau stoples plastik, kertas label, dan alat-alat
tulis. Bahan-bahan yang diperlukan adalah alkohol 70% dan asam asetat 5 %.
2.4. Tahapan Praktikum

Pengambilan sampel dengan perangkap jebak dilakukan untuk memperoleh


organisme yang berada di permukaan tanah yang dikerjakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Perangkap gelas akua diisi dengan larutan alkohol 70% dan ditambahkan larutan asam
asetat 5% sebanyak 1 tetes.
2. Perangkap dipasang di dalam tanah dengan bagian mulut gelas akua sejajar dengan
permukaan tanah.
3. Perangkap dibiarkan selama 7 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan.
Sampling dengan monolith dilakukan untuk mengambil sampel organisme tanah yang
terdapat di dalam lapisan tanah melalui tahapan kerja berikut :
1. Monolith dibuat dengan ukuran 25 x 25 cm x 30 cm :
Sampel

fauna
30 cm

Sampel

tanah

2. Setiap monolith dibatasi dengan menancapkan empat tonggak kecil di setiap ujungnya
dengan jarak antar tonggak sebesar 25 cm. Bahan organik yang terdapat di permukaan
bidang monolith diangkat, dan makrofauna yang terdapat di dalamnya segera disortir.
3. Daerah di luar tonggak kemudian digali untuk membuat lubang dengan kedalaman 40
cm yang berjarak 40 cm dari sisi-sisi monolith.
4. Tanah dibagian terluar sisi monolith dengan tebal 5 cm kemudian diambil untuk
isolasi mikroorganisme dengan jumlah sekitar 0,5 kg.
5. Tanah sampel kemudian dikemas di dalam polybag berlabel dan dibawa ke
laboratorium.
6. Fauna yang terdapat di dalam serasah dan monolith diambil dengan teknik sortasi
(hand sorting) atau di ayak dengan ayakan 5 mm.
7. Jenis dan jumlah fauna yang ditemukan dihitung dan dicatat dalam tabel pengamatan
2.5.Data pengamatan

No Jenis Fauna Jumlah


Di atas tanah
1 Cacing tanah
2 Kelabang
3 Kalajengking
4 Rayap
5 Ulat
6 Larva
7 Semut
8 Keong
9 Jengkerik
10 dll

Di dalam tanah tanah


1 Cacing tanah
2 Kelabang
3 Kalajengking
4 Rayap
5 Ulat
6 Larva
7 Semut
8 Keong
9 Jengkerik
10 dll

Untuk mengetahui indeks keanekaragaman digunakan rumus Shannon-Wienner (Magurran,


1988) :
H’ = -ΣPi ln Pi
Pi = ni/N
Keterangan :
H = indeks keanekaragaman
ni = jumlah suku yang didapat
N = jumlah total suku yang didapat

Pembahasan:
III.PENGAMATAN BINTIL AKAR

3.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu mengenali bintil akar dari beberapa jenis leguminose serta mampu
membedakan bintil akar efektif dan tidak efektif.

3.2. Pendahuluan

Tanaman leguminose selain memiliki nilai ekonomis juga memberikan layanan yang
baik terhadap ekosistem tanah melalui simbiosis mutualismenya dengan bakteri rhizobium.
Rhizobium dapat melakukan penambatan N2 atmosfer dari dalam struktur bakteroid yang
terbentuk di dalam bintil akar tanaman leguminose. Tanaman legum yang terinfeksi oleh
bakteri rhizobium dicirikan oleh adanya bintil akar. Bentuk dan sebaran bintil akar dalam
sistem perakaran tanaman berbeda antar jenis tanaman legum. Tidak semua bintil akar
mampu secara efektif menambat N2. Bintil akar efektif umumnya berada di bagian akar
utama dan memiliki warna merah gelap atau pink dibagian dalam.

Kedelai Kacang panjang Kacang tanah

Gambar 3.1. Bentuk dan Sebaran Bintil Akar


Bintil Efektif

Bintil Tidak Efektif

Gambar 3.2. Contoh Bintil Akar Efektif dan Tidak Efektif

3.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah silet, mistar, petridish dan alat-
alat tulis. Bahan yang diperlukan adalah akar tanaman legum yang berumur lebih dari 6
minggu.
3.4. Tahapan Praktikum

1. Akar tanaman legum dicuci bersih


2. Potong dan hitung jumlah bintil akar dibagian akar utama dan pisahkan dengan bintil
akar yang tumbuh dari cabang akar
3. Belah masing-masing bintil akar dan amati warna di bagian dalamnya
4. Jumlah bintil akar efektif dari akar utama dan akar cabang dihitung dan dicatat terpisah

3.5. Data Pengamatan

Bintil dari akar utama Bintil dari cabang akar


No Jenis Legum Jumlah Jumlah
Jumlah Ukuran Jumlah Ukuran
efektif efektif
1 Kacang tanah
2 Kacang panjang
3 Kedelai

Pembahasan:
IV.PENYIAPAN MEDIA TANAM PASIR DAN BIBIT

4.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu menyiapkan media tanam pasir dan bibit tanaman legum untuk
penelitian skala rumah kaca

4.2. Pendahuluan

Penelitian mikrobiologi tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman


biasanya memerlukan media tanam dan bibit tanaman yang steril. Sterilisasi media tanam
dapat dilakukan dengan autoklaf, radiasi atau fumigasi, sedangkan sterilisasi benih umumnya
dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan larutan alkohol, hipokhlorit, atau hidrogen
peroksida.

Untuk penelitian inokulasi rhizobium menggunakan tanah yang belum pernah


ditanami dengan tanaman legum, tidak diperlukan sterilisasi tanah. Inokulasi tanaman legum
dengan rhizobium untuk melihat potensi infektivitas, efektivitas dan kesesuaian inang dapat
dilakukan dengan menggunakan media tanam campuran pasir dan tanah.

4.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan adalah pot plastik, bak plastik, dan alat-alat tulis. Bahan
yang akan digunakan adalah pasir sungai, tanah tegalan, dan bibit tanaman kacang-kacangan
(kedelai, kacang panjang dan kacang tanah).

4.4. Tahapan Praktikum

Penyiapan media tanam :

1. Campur tanah pasir dengan tanah tegalan dan kompos dengan perbandingan 1: 2: 1
2. Siram campuran media tanam dengan air secukupnya dan inkubasikan selama 1
minggu
3. Masukan media tanam ke dalam polybag dengan volume 2 kg
Penyiapan bibit legum :

1. Cuci bersih benih dengan air keran.


2. Sterilisasi benih dengan mencelupkan selama 1 menit ke dalam etanol 70 %.
dilanjutkan dengan perendaman selama 3 menit dalam hidrogen peroksida 4 %.
3. Cuci bersih benih steril secara aseptik dengan air steril.
4. Semaikan benih di atas kertas tisue basah dalam cawan petri.

4.5. Data Pengamatan

No Tanaman Jumlah benih tumbuh Jumlah benih tidak tumbuh


1 Kacang tanah
2 Kacang panjang
3 Kedelai

Pembahasan:
V.UJI INFEKTIVITAS DAN KESESUAIAN INANG
INOKULAN RHIZOBIUM SERTA PENGAMATAN
BINTIL AKAR EFEKTIF YANG TERBENTUK
PADA TANAMAN LEGUM

5.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu melakukan inokulasi rhizobium pada bibit tanaman kacang-kacangan,


menilai infektivitas dan kesesuaian inang inokulan rhizobium serta menghitung jumlah bintil
akar efektif dan tidak efektif yang terbentuk

5.2. Pendahuluan

Simbiosis mutualisme antara tanaman legum dengan rhizobium telah dikenal luas
sejak beberapa abad yang lalu. Terdapat beberapa genus dan spesies bakteri rhizobium yang
mampu menginfeksi beragam jenis tanaman legum. Namun, masing-masing spesies
rhizobium memiliki spesifikasi jenis inang yang paling disukai untuk proses simbiosis,
misalnya Rhizobium leguminosarum lebih sesuai untuk lentil dan buncis, R. Galegae sesuai
untuk gamal, Sinorhizobium fredii sesuai untuk kedelai, dan Azorhizobium caulinodans
sesuai untuk kaliandra.

5.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan adalah gelas beaker, batang pengaduk kaca, polibag, dan
alat-alat tulis. Bahan-bahan yang diperlukan adalah media tanam, bibit tanaman legum, bintil
akar steril sebagai sumber inokulan dan air untuk menyiram tanaman.

5.4. Tahapan Praktikum

1. Penyiapan inokulan :

- Sterilkan bintil akar dari kacang panjang, kedelai dan kacang tanah secara terpisah
dengan cara yang sama dengan sterilisasi benih dalam bab IX.
- Hancurkan masing-masing jenis bintil akar dengan mortar porselin.
- Larutkan masing-masing hancuran bintil akar dalam 50 ml akuadest steril.
1. Inokulasi bibit tanaman kacang-kacangan dengan inokulan rhizobium :
- Rendam akar masing-masing bibit tanaman kacang-kacangan di dalam salah satu
larutan bintil akar (inokulasi vertikal dan inokulasi silang) selama 10 menit.
- Tanam masing-masing bibit dalam media tanam secara terpisah dan pelihara selama 6
minggu.

5.5. Data Pengamatan

Jumlah bintil akar


No Tanaman Sumber inokulan Akar Cabang Total Tidak
Efektif
utama akar efektif
Kacang tanah
1 Kacang tanah Kacang panjang
Kedelai
Kacang tanah
Kacang
2 Kacang panjang
panjang
Kedelai
Kacang tanah
3 Kedelai Kacang panjang
Kedelai
Keterangan :

Infektif : inokulan mampu membentuk bintil akar


Inang sesuai : terbentuk bintil akar yang efektif
Inang tidak sesuai : tidak terbentuk bintil akar atau tidak terbentuk bintil akar efektif
Bintil akar efektif : bagian dalam berwarna merah atau pink

Pembahasan:
VI.RESPON RESPIRASI TANAH TERHADAP
APLIKASI PESTISIDA

6.1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa dapat menilai perubahan intensitas respirasi tanah akibat perlakuan


pestisda di dalam tanah.

6.2. Pendahuluan

Organisme hidup memerlukan suplai energi tetap selama hidupnya. Mikroorganisme tanah
yang sebagian besar tergolong heterotrof menggunakan bahan organik tanah sebagai sumber
energinya. Melalui proses respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan sejumlah
energi dan 40 % bahan organik diubah menjadi CO2. Dengan demikian, respirasi adalah
parameter biologi yang sangat sensitif menggambarkan aktivitas mikroba di dalam tanah.
Respon respirasi tanah sangat berbeda terhadap perubahan lingkungan sehingga sering
digunakan sebagai parameter dalam penelitian dampak negatif bahan kimia dan pestisida
terhadap lingkungan tanah.

6.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan adalah stoples plastik, botol film, buret, pipet tetes, dan alat-
alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah kapasitas lapang, insektisida (lindane
dan karbofuran), akuadest, KOH 0,01 N dan HCl 0,1 N.

6.4. Tahapan Praktikum

Persiapan inkubasi :

1. Siapkan kontrol perlakuan dengan meletakan botol film berisi 10 ml air di dalam stoples
plastik pertama.
2. Timbang 100 g tanah kapasitas lapang dan tempatkan di dalam stoples plastik kedua dan
letakkan botol film berisi 10 ml air di sampingnya.
3. Timbang lindane sesuai dosis anjuran kemudian aduk dalam 100 g tanah kapasitas
lapang di dalam stoples ketiga, dan letakkan botol film berisi 10 ml air di sampingnya.
4. Timbang karbofuran sesuai dosis anjuran kemudian aduk dalam 100 g tanah kapasitas
lapang di dalam stoples keempat, dan letakkan botol film berisi 10 ml air di sampingnya.
5. Timbang masing-masing ½ lindane dan karbofuran kemudian aduk dalam 100 g tanah
kapasitas lapang di dalam stoples kelima, dan letakkan botol film berisi 10 ml air di
sampingnya.
6. Tutup rapat dan inkubasi semua stoples tersebut di tempat gelap selama 1 hari
7. Letakkan botol film berisi 5 ml KOH 0,01 N di setiap stoples pada hari berikutnya.
8. Inkubasi stoples dalam ruang gelap selama 6 hari dan lakukan pengukuran kadar CO2
dan larutan KOH.

Pengukuran respirasi :

1. Ambil setiap botol film yang berisi KOH dari stoples dan tambahkan 1 tetes larutan
phenolpthalein sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
2. Titrasi masing-masing sampel dengan HCl 0,1 N sampai warna merah muda berubah
menjadi bening.
3. Tambahkan 1 tetes metil orange pada setiap sampel sehingga terjadi perubahan warna
menjadi orange.
4. Titrasi kembali dengan HCl 0,1 N sehingga terjadi perubahan warna menjadi pink yang
dimulai dari kontrol dan diikuti dengan sampel perlakuan pestisida.
5. Hitung respirasi tanah dengan rumus berikut :

(ml HCl blanko – ml HCl sampel)


mgC-CO2/g/6 hari = x 1,1
berat kering mutlak tanah

6.5. Data Pengamatan

No Perlakuan Respirasi mgC-CO2/g/6 hari


1 Kontrol
2 Tanah tanpa pestisida
3 Tanah dengan lindane
4 Tanah dengan karbofuran

Pembahasan:

Anda mungkin juga menyukai