Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI TANAMAN

“PEMBUATAN MEDIA MURASHIGE & SKOOG (MS)”

Oleh:

Nama : Atikah Rahmah

Praktikum : Bioteknologi Tanaman

Asisten : Teguh Fajar Prasetya

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik
mengambil bagian-bagian tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok
sel, jaringan dan organ yang ditumbuhkan dilingkungan dan medium
buatan yang sesuai dengan kondisi steril. Medium atau media buatan
memiliki komposisi yang bermacam-macam, tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur jaringan terdiri dari
beberapa jenis antara lain, (a) media dasar B5 yaitu media yang
menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, (b) media dasar Vacint
dan Went merupakan media yang terdiri atas unsur hara makro dan
mikro dalam bentuk garan-garam anorganik dengan jumlah yang
sesuai, (c) media dasar Nitsch & Nitsch yaitu menggunakan NO3- dan
K+ dengan kadar yang tinggi, (d) media dasar Schenk & Hedilbrandt
yang digunakan untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil, (e)
media Woody Plant Medium merupakan medium dengan konsentrasi
yang lebih rendah, (f) media N6 dengan ciri khas perbedaan yang jauh
antara NH4+ dan NO3-, dan yang terakhir adalah (g) media dasar
Murhasige dan Skoog (MS) (Harahap et al., 2019).
Media kultur jaringan terdiri dari berbagai bahan diantaranya
yaitu; unsur hara makro, unsur hara mikro, vitamin, zat pengatur
tumbuh, media agar, dan gula. Bahan pada media kultur angat
diperlukan karena memiliki peranan penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Unsur hara makro dan unsur hara mikro
dibutuhkan oleh setiap tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang meliputi unsur hara makro seperti N, P,
K, Ca Mg, S dan unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, B, Cu, Cl, Mo.
Vitamin dibutuhkan untuk mendorong atau mempercepat laju
pembelahan sel dan jaringan tanaman. Zat pengatur tumbuh
dibutuhkan untuk menstimulasi pertumbuhan tanaman seperti auksin,
sitokinin, dan giberelin. Media agar dibutuhkan untuk bahan pemadat
media untuk tempat berdiri eksplan. Gula dibutuhkan untuk sumber
energi tanaman dalam melakukan fotosintesis. Dengan demikian
media merupakan tempat dimana tanaman ditanam dan akan tumbuh,
sehingga mempengaruhi keberhasilan proses kultur jaringan, sehingga
penting untuk dipelajari dan difahami.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun media
tanam kutur jaringan beserta fungsinya masing-masing dalam media
kultur jaringan. Mahasiswa mampu mengetahui serta dapat
mempraktikkan cara membuat media MS yang akan dipergunakan
dalam membuat media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang
diinginkan.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dalam pembuatan
media kultur jaringan beserta komposisi dan konsentrasinya, sehingga
dapat mempraktikannya atau menerapkannya secara langsung.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media Murhasige dan Skoog (MS)


Media Murhasige dan Skoog dikenalkan pada tahun 1962.
Media ini bisa dugunakan dihampir semua jenis kultur, tertutama pada
tanaman herbaceous. Media MS mengandung 40 mM nitrogen (N)
dalam bentuk NO3 dan 29 mM nitrogen (N) dalam bentuk NH4.
Kandungan nitrogen (N) ini 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hidelbrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Pertama kali
unsur-unsur makro dalam media MS dibuat kultur kalus tembakau,
tetapi komposisi MS ini sudah umum untuk digunakan kultur jaringan
tanaman lain (Harahap et al., 2019).

Menurut Yuliarti (2010) media MS juga merupakan media


yang memiliki konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi daripada
media lainnya. Untuk inisiasi kalus, 2,4-D ditambahkan ke media
dengan konsentrasi1—5 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, dilakukan
penambahan sitokini seperti BAP dan auksin seperti NAA pada
konsentrasi rendah. Sementara untuk inisiasi akar, ditambahkan IBA
pada konsentrasi 1—2 mgL-1.

2.2 Pembuatan Larutan Stok

Menurut Anse dan Prince (2004) larutan stok merupakan zat


yang relatif pekat dan digunakan sebagai sumber zat tersebut untuk
membuat larutan yang konsentrasinya lebih kecil. Selain itu larutan
stok adalah cara yang sederhana dan mudah untuk memperoleh bahan
dalam sediaan produk cair secara akurat. Larutan stok dapat dihitung
dan dibuat pada basis bobot-dala-volume (b/v) atau volume-dalam-
volume (v/v).

Menurut Harahap et al. (2019) umumnya larutan stok berisi


zat pengatur tumbuh, karena jumlah yang dibutuhkannya sangat
sedikit. Biasanya larutan stok zat pengatur tumbuh memiliki
kepekatan 1 hingga 10 mg/ml. Berikut merupakan langkah pembuatan
larutan stok pengatur tumbuh Kinetin atau BAP sebanyak 200ml
dengan dosis 1.000 ppm (1 mg/ml),
• Kinetik atau BAP ditimbang sebanyak 200 mg dan
dimasukkan ke dalam botol penyimpanan larutan stok yang
berisi aquades sebanyak 200 ml.
• Lalu larutkan dengan menggunakan spatula dan teteskan
HCL 1 N dengan hati-hati hingga larut.
• Setelah larut, dapat ditambahkan aquades kembali hingga
volume mencapai 200 ml.
• Selanjutnya botol larutan stok ditutup rapat dan diberi label
stok Kinetik (1 mg/ml) dan BAP (1 mg/ml)
• Untuk membuat zat pengatur tumbuh jenis sitokinin pada
media 1 ml stok setara dengan 1 ppm sitokinin.

Pembuatan media Murashige and Skoog (MS) diawali dengan


pembuatan larutan stok berdasarkan komposisi media. Langkah
pembuatan larutan stok media yaitu dengan menimbang bahan-bahan
kimia, hara makro, hara mikro maupun zat pengatur tumbuh serta
penambahan sukrosa sesuai konsentrasi. Kemudian bahan-bahan
tersebut dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga homogen
dengan menggunakan magnetic stirrer. pH media diatur berkisar pada
kisaran 5,7-5,8 yang diukur menggunakan pH meter. Apabila pH
terlalu rendah, maka ditambahkan dengan sodium hydroxide (NaOH)
dan bila pH terlau tinggi ditambahkan dengan hydrochloric acid
(HCl). Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol kultur
dan diberi label (Fauzy et al., 2016).

2.3 Fungsi Masing-Masing Larutan Stok


Larutan stok terdiri dari berbagai macam larutan, seperti
larutan stok makro, larutan stok mikro, larutan stok vitamin, dan
larutan stok ZPT. Stok hara dapat disimpan hingga 2 bulan ditempat
gelap bertemperatur rendah, sedangkan stok ZPT hanya 1 bulan saja
(Mastuti, 2017). Fungsi masing-masing larutan stok menurut Daisy
et al. (1994) yaitu;
1. Larutan Stok Makro
Larutan stok makro merupakan larutan yang mengandung
unsur hara makro yaitu yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Unsur
hara makro meliputi unsur hara N, P, K, Ca, Mg, dan S yang memiliki
fungsi yang berbeda-beda pada kultur jaringan. Unsur N digunakan
untuk pembentukan enzim, asam amino, dan asam nukleat. Unsur P
untuk pembentukan ATP, asam nukleat, ko-enzim, dan phospholipida.
Unsur S untuk sintesis asam amino dan protein serta ko-enzim A.
Unsur K untuk ion pembantu meninggikan aktivitas enzim-enzim,
pembawa energi, sintesis enzim, asam amino, pembukaan dan
penutupan stomata. Unsur Ca untuk pembentukan dinding sel,
kofaktor enzim, dan permeabilitas sel. Unsur Mg untuk aktivator
enzim, sintesis protein, dan pembentukan klorofil dan pektin.
2. Larutan Stok Mikro
Larutan stok mikro merupakan larutan yang mengandung
unsur hara mikro yaitu yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Unsur
hara mikro meliputi unsur hara tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe),
boron (B), Molybdenum (Mo), seng (Zn), dan Chlor (Cl) yang
memiliki fungsi yang berbeda-beda pada kultur jaringan. Unsur Fe
untuk pembentukan klorofil dan sitokrom, unsur Fe tidak dapat
diberikan secara individu melainkan harus berikatan dalam bentuk
kelat atau Na/Fe-EDTA. Unsur Cl untuk mengendalikan tekanan
osmosis dan keseimbangan ion. Unsur Cu, Mn, Zn untuk aktifator
enzim. Unsur B untuk mempengaruhi kalsium.
3. Larutan Stok Vitamin
Larutan stok vitamin yang sering digunakan yaitu thiamin (vit
B1), nicotic acid (niacin), pyridoxine (vit B6), dan myo-inositol.
Vitamin digunakan untuk menstimulate pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Vitamin yang sering digunakan yaitu thiamin
yang berfungsi untuk perbanyakan kalus dan akar, dan myo-inositol
yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
kultur jaringan (Shofa, 2012).
4. Larutan Stok ZPT
ZPT merupakan suatu zat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
menstimulasi pertumbuhan bagian tanaman seperti kalus, embrio, atau
organ lainnya. ZPT yang digunakan kebanyakan yaitu jenis auksin dan
sitokinin.
3. METODOLOGI
a. Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan media MS
yaitu;
No. Nama Alat Fungsi
1. Neraca Analitik Untuk menimbang bahan
2. Pipet ukur dan bola Untuk mengambil larutan
hisap
3. Gelas ukur Untuk mengukur larutan
4. Erlenmeyer Untuk meletakkan bahan
5. pH meter Untuk mengukur asam basa
6. Autoclave Untuk sterilisasi media kultur
7. Botol ukur Untuk meletakkan media kultur
8. Spatula Untuk mengambil bahan
9. Hot plate stirrer Untuk memanaskan dan
menghomogenkan larutan
10. Oven Untuk sterilisasi media
11. Gelas beaker Untuk wadah larutan
12. Mikrowive Untuk memanaskan larutan

b. Bahan dan Fungsi


Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan media MS
yaitu;
No. Nama Alat Fungsi
1. Plastik Untuk penutup botol
2. Karet gelang Untuk mengikat plastik
4. Aquades Sebagai pelarut
5. Agar-agar Sebagai bahan media kultur
6. Sukrosa Sebagai penyedia nutrisi
7. Unsur Hara Makro Kebutuhan nutrisi
8. Unsur Hara Mikro Kebutuhan nutrisi
9. Vitamin Sebagai kebutuhan nutrisi
tanaman
11. NaOH 0,1 N Larutan yang digunakan untuk
menambahkan apabila larutan
bersifat terlalu asam
12. HCl 0,1 N Larutan yang digunakan untuk
menambahkan apabila larutan
bersifat terlalu basa.

c. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Membilas alat dengan aquadest

Menyiapkan larutan stok

Mengambil larutan stok hara makro 20 ml, stok hara mikro 2 ml,
vitamin 2 ml, Fe-EDTA 2 ml.

Menambahkan aquadest (174 ml) hingga 200ml dan


dihomogenkan

Menambahkan gula 6 gram

Mengukur pH (pH antara 5,6-5,8) sambil distirer (Pemanas OFF)

Mengamati larutan, jika pH sudah sesuai ditambahkan agar-agar


1,5 gr/200ml dan dihomogenkan

Memanaskan media kedalam microwave 1-2 menit sampai media


mendidih

Menuangkan 20 ml pada setiap botol kultur

Menutup dengan plastik dan karet

Mensterilkan media dengan autoklave selama 15-20 menit


dengan suhu 121oC

Memindahkan media ke ruang kultur jaringan dan selanjutnya


siap untuk digunakan sebagai media tanam.
Pada pembuatan media tanam MS bahan-bahan diambil dari
larutan stok. Larutan stok merupakan larutan berisi satu atau lebih
komponen media yang konsentrasinya lebih tinggi (pekat) dari pada
konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi yang sesuai dengan
media. Larutan stok hara makro diambil 20 ml, stok hara mikro
diambil 2 ml, vitamin diambil 2 ml, Fe-EDTA diambil 2 ml sehingga
memiliki total larutan sebanyak 26 ml.
Pengenceran atau titrasi merupakan suatu keadaan
menurunkan molaritas dengan menambahkan volume larutan.
Pengenceran atau titrasi pada pembuatan media MS dilakukan dengan
menambahkan aquades hingga larutan bervolume 200 ml. Sehingga
pengenceran atau penambahan aquades dilakukan sebanyak 174 ml,
dikarenakan volume larutan yang dibutuhkan yaitu 200 ml dan
volume larutan stok yang telah diambil tadi yaitu 26 ml.
Pengukuran pH dilakukan setelah larutan ditetrasi atau
diencerkan. Pengukuran pH dilakukan menggunakan alat pH meter.
pH meter ujungnya dicelupkan pada larutan media MS sampai
mencapai pH yang dikehendaki yaitu 5,6-5,8. Jika pH terlalu masam,
maka perlu penambahan NaOH 0,1 N dikarenakan NaOH bersifat
basa. Jika pH terlalu basa, maka perlu penambahan HCl 0,1 N
dikarenakan HCl bersifat masam.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Media MS
Media MS yang telah dibuat ketika praktikum diamati dua kali
dalam seminggu. Setelah pengamatan tersebut didapati bahwa media
MS yang dibuat tidak mengalami kontaminasi apapun. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi patogen jamur, virus maupun
bakteri pada media karena tidak tampak gejala koloni atau bercak pada
media, menurut Oratmangun et al. (2017) media yang terkontaminasi
oleh patogen jamur menunjukkan koloni yang berwarna putih atau
biru pada permukaan media, sedangkan gejala busuk ditunjukkan
apabila terinfeksi bakteri.. Selain itu media masih memiliki kondisi
yang sama seperti ketika media baru dibuat. Dengan demikian media
MS dapat dinyatakan sebagai media yang baik dan siap digunakan
untuk kultur media selanjutnya

4.2 Pembahasan
Berdasarkan kegiatan praktikum pembuatan media kultur
jaringan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat sterilisasi
merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pembuatan media.
Menurut Yuniastuti (2012) Media yang telah ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca selanjutnya dapat disterilkan dengan cara
memanaskan menggunakan autoclave agar selanjutnya media tersebut
dapat digunakan sebagai media tumbuh eksplan. Selain itu komposisi
dalam media kultur jaringan juga menjadi penentu keberhasilan
pembuatan media kultur jaringan. Menurut Nugroho (2004) bahwa
faktor penentu dalam pembuatan media tumbuh eksplan adalah
komponen atau komposisi garam organic, ZPT, dan bentuk fisik
media. Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah media MS
dimana media ini cocok digunakan pada media kultur jaringan karena
terdiri dari komposisi bahan campuran aquades, agar-agar, sukrosa,
makro, mikro, vitamin, ZPT. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Inkiriwang et al. (2016) bahwa media MS merupakan media yang
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro seperti
myoinositol, niacin, pyridoxine HCl, thiamin HCl, glycine dan
glukosa, selain itu media MS merupakan media kultur yang digunakan
karena memiliki kandungan garam dan nitrat yang tinggi.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum pembuatan media kultur
jaringan dapat diketahui bahwa pembuatan media tanam menentukan
keberhasilan saat penanaman ekplan nantinya juga merupakan bagian
dari media tersebut. Pembuatan media tanam harus dilakukan dengan
teliti dikarenakan ukuran dari setiap bahan media hanya
membutuhkan ukuran yang sangat kecil. Media Murashige & Skoog
(MS) merupakan media yang cocok digunakan dalam kultur jaringan
hampir semua eksplan, karena media Murashige & Skoog (MS)
memberikan komposisi yang lengkap seperti hara makro dan mikro,
vitamin, agar-agar, zat pengatur tumbuh, dan sukrosa.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam kegiatan praktikum dijelaskan terlebih
dahulu mengenai cara kerja dan alat-alat yang akan digunakan,
sehingga pada saat melakukan praktik langsung praktikan tidak
kebingungan dan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anse, H. C., dan S. J. Prince. 2004. Kalkulasi Farmasetik: Panduan


Untuk Apoteker. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Daisy, P., Sriyanti H., dan Ari W. 1994. Teknik Kultur Jaringan.
Yogyakarta: Kanisius.
Fauzy, E., Mansyur., Ali Husni. 2016. Pengaruh Penggunaan Media
Murashige dan Skoog (MS) dan Vitamin terhadap Tekstur,
Warna dan Berat Kalus Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
CV. Hawaii Pasca Radiasi Sinar Gamma pada Dosis LD50 (In
Vitro). Bandung: Universitas Padjadjaran.
Harahap, F., A. Hasanah, H. Insani, N. K. Harahap, M. D. Pinem, S.
Edi, H. Sipahutar, R. Silaban. 2019. Kultur Jaringan Nanas.
Surabaya: Media Sahabat Cendikia
Inkiriwang, A.E.B., Jeany, M dan Semuel, R. 2016. Substitusi Media
Murashige dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun
Majemuk Pada Pertumbuhan Anggrek Dendrodium secara in
vitro (in vitro Growth of Dendrodium Orchids under
Substitution Murashige dan Skoog/MS Medium with Coconut
Water and Compound Leaf Fertilizer). Jurnal Bioslogos. Vol 6
(1).
Mastuti, Retno. 2017. Dasar-dasar Kultur Jaringan Tumbuhan.
Malang: UB Press.
Nugroho. 2004. Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Oratmangun, K. M., Dingse Pandiangana., Febby E. K. 2017.
Deskripsi Jenis-Jenis Kontaminan dari Kultur Kalus
Catharanthus roseus (L.) G. Don. Jurnal Mipa Unsrat Online.
6(1): 47-52.
Shofa, A. 2012. Tanaman In Vitro. Bogor: IPB Press.
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Yogyakarta:
LILY Publisher
Yuniastuti, E. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta:
Penebar Swadaya.
DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan

Mengambil larutan stok


dari masing-masing
1. bahan media sesuai
takaran (Makro, mikro,
vitamin, Fe-EDTA).

Menambahkan air
2. sebanyak 174 ml pada
larutan stok.

Menimbang gula
sebanyak 6 gr lalu
3.
menambahkan pada
larutan.

Menghomogenkan
larutan dengan magnetic
4.
stirer (pemanas keadaan
OFF)

Mengukur pH larutan
5. sampai sesuai yaitu 5,6-
5,8.
Menimbang agar-agar
sebanyak 1,5 gr lalu
6.
menambahkan pada
larutan.

Memanaskan media
dengan microwave
7.
selama 1-2 menit sampai
larutan mendidih.

Mengisi botol kultur


dengan media sebanyak
8.
kurang lebih 20 ml
setiap botol.

Menutup botol kultur


dengan plastik dan karet
9.
gelang dan ditarik
sampai rapat/kencang.

Anda mungkin juga menyukai