Anda di halaman 1dari 7

Nama : Tini Marlina

Npm : 186510978

Kelas :VB

JENIS-JENIS MEDIA KULTUR JARINGAN

1. Apakah yang dimaksud dengan media pada kultur jaringan?


Jawab :
Media kultur jaringan adalah media tanam yang terdiri dari berbagai komposisi dan
macam unsur hara dan sebagainya yang merupakan tempat hidup jaringan tumbuh dan
tempat mendapatkan nutrisi bagi jaringan tersebut. Media tanam pada kultur jaringan
berisi kombinasi dari asam amino essensial, garam-garam anorganik, vitamin-vitamin,
larutan buffer, dan sumber energi (glukosa). Media kultur jaringan merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Dikarenakan
media merupakan faktor penting dalam penentu keberhasilan in vitro maka menurut
Rahardja (1994) untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan,
diperlukan penimbangan dan penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat
menyebabkan terjadinya proses yang tidak dikehendaki.
Media tanam kultur jaringan terdiri dari dua jenis yaitu, media cair dan media
padat. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB
(protocorm like body) yaitu eksplan yang akan tumbuh jaringan seperti kalus berwarna
putih. Media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB sampai terbentuk planlet
(Rahardja dan Wahyu, 2003).

2. Jelaskan perbedaan antara media dasar dan media perlakuan dalam kultur
jaringan!
Jawab :
Media dasar merupakan media kombinasi yang mengandung hara esensial (makro
dan mikro), senyawa sumber karbon asam amino, dan vitamin. Penamaan media dasar
ini diambil dari penemunya yang memperoleh sesuatu hasil yang penting.Sedangkan
media perlakuan merupakan media yang sudah mengalami penambahan zat pengatur
tubuh (ZPT) sesuai dengan jenis tanaman yang akan di kultur.
3. Ada beberapa jenis media kultur jaringan, jelaskan satu persatu beserta komposisi
dan jenis tanaman apa saja yang cocok pada media tersebut!
Jawab :
Kebutuhan setiap jenis tumbuhan memiliki kesamaan dan perbedaan. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya variasi medium yang digunakan dalam kultur jaringan.
Beberapa jenis media yang dikenal dalam kultur jaringan antara lain:
1) Media Murashige-Skoog
Media Murashige-Skoog merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama
kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur
jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29
mM N dalam bentuk NH4+ . Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total
yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan
sampai 20 mM, sedangkan Phospor 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya
dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk
kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur
jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai
tujuan kultur.
Contoh tanaman : Tembakau
2) Media Lin Staba
Media Lin Staba dikembangkan setelah penemuan media MS. Lin & Staba,
menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan
memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2
PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari
media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian
embryogenesis kultur jaringan wortel.
Contoh tanaman : Wortel
3) Media Knop
Media Knop dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus,
biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah
seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine,
thiamine, cysteine-HCl dan IAA.
Contoh tanaman : Wortel
4) Media White
Media White dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor
bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut,
lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S
pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan
normal yang dikembangkan kemudian. Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan
Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada
media-media lain yang umum digunakan sekarang.
Contoh tanaman : Bunga Matahari
5) Media Knudson
Media Knudson dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang
ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya
mengandung N dari Nitrat. Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6
mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3- , sangat baik untuk perkencambahan dan
pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk
perkembangan protocorm.
Contoh tanaman : Anggrek
6) Media Gamborg
Media Gamborg B5 (media B5) pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus
kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media
MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi,
serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman..
Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini
dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+
yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat
pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM,
sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM.
Contoh tanaman : Kedelai
7) Media Schenk & Hildebrant
Media Schenk & Hildebrant (SH) merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk
kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi ion-ion dalam komposisi
media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan
kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant
mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan
mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik,
19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi
karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media
SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume (kacang-
kacangan).
Contoh tanaman : Legume (Kacang-kacangan)
8) Media WPM (Woody Plant Medium)
Media WPM (Woody Plant Medium) yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen
pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari
media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh
ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat
ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu
dan pohon-pohon. Pada umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media
dasar dan media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin.
Contoh tanaman : Tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon

4. Dari sekian banyak jenis media, manakah yang paling sering digunakan? Jelaskan
dan kenapa?
Jawab :
Bedasarkan berbagai media kultur jaringan. Jenis media yang sering digunakan
adalah Media Murashige dan Skoog (MS). Media Murashige dan Skoog (MS)
merupakan media yang sangat luas pemakaiannya karena kelebihan dari medium MS ini
memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman (Wetter dan Constabel, 1991). Meskipun demikian, kandungan
garam yang tinggi dalam media tidak selalu optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan eksplan dan plantlet in vitro (Pierik, 1997).

5. Jelaskan komposisi yang harus terdapat pada media kultur jaringan!


Jawab :
Komposisi yang harus terdapat pada media kultur jaringan, yaitu:
1) Hara Makro (macro nutrient)
Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh
tanaman, yaitu nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
dan sulfur (S). N merupakan komponen dalam pembentukan protein dan asam amino
dalam tubuh tanaman, juga merupakan elemen pada beberapa koenzim. P merupakan
komponen pembentukan asam nukleat (DNA dan RNA) serta dibutuhkan sebagai
sumber energi transfer. K dibutuhkan untuk mengatur potensial osmotik sel tanaman.
Ca untuk sintesis dinding sel, fungsi membran dan berperan dalam aktifnya signal
sel. Mg merupakan kofaktor enzim dan komponen klorofi l. S adalah komponen
beberapa asam amino dan beberapa kofaktor enzim.
2) Hara Mikro (micro nutrient)
Hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh
tanaman, yaitu ferum/zat besi(Fe), manganese (Mn), zink (Zn), cobalt (Co), copper
(Cu) dan molybdenum (Mo). Fe merupakan komponen cytochrome yang berperan
dalamtransfer electron. Mn adalah kofaktor enzim, Zn berperan dalam sintesis
klorofil dan juga merupakan kofaktor enzim. Co adalah komponen beberapa vitamin.
Cu merupakan kofaktor enzim dan berperan dalam reaksi transfer elektron. Mo juga
merupakan kofaktor enzim dan komponen dari enzim nitrate reductase. Baik hara
makro maupun hara mikro, keduanya diberikan dalam bentuk garam inorganik.
3) Zat Pengatur Tumbuh
Umumnya ada dua golongan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan dalam
kultur in-vitro, yakni golongan auksin dan sitokinin. ZPT golongan auksin yang biasa
digunakan dalam kultur in-vitro adalah: indole-3- acetic acid (IAA), indole-3-
butricacide (IBA), 2,4-dichlorophenoxy-acetic acid (2,4-D) dan naphthalene- acetic
acid (NAA). ZPT dari golongan sitokinin adalah: BA (Benzyladenine), BAP (6-
benzyloaminopurine), 2-iP (isopentenyl adenine), kinetin (6-furfurylaminopurine),
Zeatin (6-4-hydroxy-3-methyl-trans-2-butenylaminopurine) dan TDZ (thidiazuron).
Rasio kedua golongan ZPT ini akan mempengaruhi arah morfogenesis yang terjadi
pada kultur. Rasio auksin yang lebih tinggi dari sitokinin akan menstimulasi
terbentuknya akar, sedangkan rasio sitokinin yang lebih tinggi dari auksin akan
menginduksi terbentuknya tunas. Jika auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang
sama (rasio 1) maka akan terbentuk kalus. Untuk pembentukan kalus juga dapat
digunakan 2,4-D. Ada beberapa jenis ZPT lainnya yang digunakan dalam kultur in
vitro. ZPT tersebut yaitu gibberellin (GA3) untuk pembentukan tunas pada spesies
tertentu, dan asam absisik (ABA) untuk pematangan embrio pada proses
embriogenesis somatik. Dalam proses pembuatan larutan stok ZPT, untuk IAA, 2,4-
D dan NAA dapat dilarutkan awal dengan beberapa tetes alkohol 95% atau NaOH.
1N, sedangkan untuk golongan sitokinin umumnya digunakan beberapa tetes HCL
1N atau dimethylsulfoxide (DMSO). Jika bahan sudah terlarut oleh pelarut awal,
maka baru kemudian ditambah DD water (Double distilled water) untuk mencapai
volume yang diinginkan. Penggunaan pelarut awal ini diperlukan untuk menghindari
terjadinya penggumpalan akibat tidak larutnya ZPT tersebut.
4) Asam Amino
Asam amino tidak selalu harus ditambahkan pada media kultur, namun diperlukan
untuk kultur sel dan kultur protoplas. Penggunaannya secara tunggal atau campuran
dari beberapa asam amino. Asam amino menyediakan sumber nitrogen untuk
pertumbuhan sel. Senyawa nitrogen ini lebih mudah diserap oleh sel tanaman
dibandingkan sumber nitrogen dari garam inorganik. Asam amino yang biasa
digunakan adalah casein hydrolysate, L-glutamine, L-asparagine, adenine, glycine,
glutamine, asparagine, L-arginine, cysteine dan L-tyrosine.
5) Gula
Jenis gula yang umum digunakan dalam kultur in vitro adalah sukrosa, jumlahnya
berkisar 2-3 % atau 20-30 gram/liter media. Selain sukrosa, beberapa jenis gula
lainnya adalah laktosa, galaktosa, maltosa , glukosa dan fruktosa. Gula diberikan
pada media kultur sebagai sumber karbohidrat untuk respirasi karena tanaman kultur
bersifat heterotroph, tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan
karbohidrat. Respirasi menghasilkan energi yang digunakan oleh sel tanaman untuk
melakukan pembelahan sel. Dengan demikian gula ditambahkan pada media kultur
sebagai sumber energi.
6) Vitamin
Vitamin dibutuhkan tanaman sebagai katalisator dalam berbagai proses metabolisme.
Vitamin digunakan untuk pertumbuhan sel serta proses diferensiasi sel dan jaringan
yang ditanam secara in vitro. Beberapa jenis vitamin yang digunakan dalam kultur in
vitro adalah thiamin, nicotinic acid dan pyridoxine. Diantara ketiganya, yang bersifat
esensial adalah thiamin (vitamin B1) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel
tanaman. Nicotinic acid dan pyridoxine (vitamin B6) dibutuhkan hanya oleh spesies
tanaman tertentu. Ada beberapa jenis vitamin lainnya yang digunakan dalam kultur in
vitro namun bersifat tidak umum atau spesifik hanya untuk kultur tertentu, yakni
biotin, folic acid, ascorbic acid, pantothenic acid, tocopherol (vitamin E), riboflavin,
dan p-aminobenzoic acid.
7) Myo-inositol
Myo-inositol adalah senyawa golongan karbohidrat yang ditambahkan pada media
kultur dalam jumlah sedikit untuk menstimulasi pertumbuhan sel pada banyak
spesies tanaman. Meskipun bukan tergolong vitamin, namun senyawa ini akan
terpecah menjadi vitamin C dan pectin. Myo-inositol memiliki peran dalam
pembelahan sel, digunakan dalam konsentrasi berkisar 50-5000 ppm. Pada kultur
kalus tembakau, dibuktikan bahwa hanya thiamin (dari kelompok vitamin) dan myo-
inositol yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal kalus tembakau.
8) Senyawa Organik Alami
Senyawa organik alami seperti air kelapa, santan kelapa, ekstrak tomat, ekstrak
pisang, ekstrak kentang dan lainsebagainya seringkali ditambahkan pada media
kultur untuk menstimulasi pertumbuhan sel/jaringan kultur. Kebutuhan akan jenis
dan jumlahnya tergantung spesies tanamannya. Misalnya, untuk menstimulasi
perkecambahan biji anggrek Vanda tricolor dari Bali dibutuhkan 100-200 gram
ekstrak tomat per-liter media, sedangkan anggrek Phalaenopsis amabilis
membutuhkan 100 gram ekstrak tomat yang dicampur dengan 150 ml air kelapa (per-
liter media) untuk menstimulasi perkecambahan bijinya. Selain itu, penambahan
arang aktif/active charcoal kadangkadang juga digunakan dalam kultur in vitro untuk
tujuan tertentu, misalnya untuk mengatasi browning (pencoklatan) pada kultur organ
tanaman yang banyak mengandung senyawa fenol. Arang aktif juga ditambahkan
pada media kultur untuk merangsang perakaran, karena perakaran tumbuh lebih baik
pada media yang berwarna gelap.

Anda mungkin juga menyukai