DOSEN PENGAMPU :
SYAIFUL BAHRI, S.P., M. Agric. Sc.
“MEDIA KULTUR JARINGAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Jenis-Jedis Media
01 Kultur Jaringan
03 Kandungan Media
Kultur Jaringan
04 Bedah Artikel Jurnal
JENIS-JENIS MEDIA
KULTUR JARINGAN
JENIS-JENIS MEDIA
Media Murashige-Skoog (MS)
Media Knop
Media White
Media Knudson
Media Gamborg B5
MEDIA MURASHIG-SKOOG (MS)
Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam
anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan
tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO 3 dan 29 mM N
dalam bentuk NH4 +
Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media
Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih
tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan
Phospor 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan sedikit.
MEDIA LIN STABA
Media Lin Staba dikembangkan setelah penemuan media MS. Lin & Staba,
menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan
memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2
PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari
media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian
embryogenesis kultur jaringan wortel.
MEDIA KNUDSON
Media Schenk & Hildebrant (SH) merupakan media yang juga cukup
terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi
ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada
media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca 2+, Mg2+, dan PO4-
yang lebih tinggi.
MEDIA WPM
Media WPM (Woody Plant Medium) yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc
Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang
lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman
berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan
lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak
digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan
pohon-pohon.
PEMILIHAN JENIS MEDIA
KULTUR JARINGAN
Media tanam kultur jaringan terdiri dari dua jenis yaitu, media cair dan
media padat. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan sampai
terbentuk PLB (protocorm like body) yaitu eksplan yang akan tumbuh
jaringan seperti kalus berwarna putih. Media padat digunakan untuk
menumbuhkan PLB sampai terbentuk planlet
(Rahardja dan Wahyu, 2003).
Beberapa media dasar yang banyak digunakan dalam kultur jaringan antara lain
media dasar Murashige dan Skoog (1962) yang dapat digunakan untuk hampir
semua jenis kultur, media dasar B5 untuk kultur sel kedelai dan legume lainnya,
media dasar White (1934) sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat, media
dasar Vacin dan Went (1949) digunakan untuk kultur jaringan anggrek, media
dasar Nitsch dan Nitsch (1969) digunakan dalam kultur tepung sari (pollen) dan
kultur sel, media dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) untuk kultur jaringan
tanaman monokotil, media dasar WPM (Woody Plant Medium, 1981) khusus untuk
tanaman berkayu.
Dari sekian banyak media dasar di atas, yang paling banyak
digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) (Widyastuti,
2002). Media yang cocok untuk tanaman tahunan menurut
Mariska dan Ragapadmi (2001) adalah media WPM, hal ini
disebabkan tanaman tahunan yang berkayu seperti tanaman
manggis. Dengan media WPM maka diharapkan akan memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan media MS.
Media yang tepat untuk digunakan dalam kultur jaringan
belum dapat dipastikan karena masih ada faktor-faktor
yang berpengaruh, seperti jenis tanaman yang
dikulturkan, umur tanaman induk, umur eksplan, jenis
eksplan yang digunakan, kebutuhan zat pengatur tumbuh,
dan proses yang dilakukan dalam kultur jaringan
(Wetherell, 1982).
KANDUNGAN MEDIA
KULTUR JARINGAN
Kandungan media tanam kultur jaringan terdiri dari sejumlah unsur yang
diperlukan untuk pertumbuhan bahan tanam/eksplan dalam lingkungan buatan, dengan
pengelompokan sebagai berikut :
1. Hara Makro (Macro Nutrient).
2. Hara Mikro (Micro Nutrient).
3. Myo-inositol.
4. Zat pengatur tumbuh.
5. Vitamin.
6. Gula.
7. Asam amino.
8. Pemadat media.
BEDAH ARTIKEL JURNAL
ARTIKEL JURNAL MENGENAI
MEDIA KULTUR JARINGAN
Kentang dapat diperbanyak secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif
dengan umbi. Teknik kultur jaringan dapat menjadi metode alternatif untuk perbanyakan
vegetatif tanaman dengan kelebihan memiliki tingkat multiplikasi yang sangat cepat dalam
waktu yang relatif singkat.
Media Murashige dan Skoog (MS) merupakan media yang sangat luas pemakaiannya karena
kelebihan dari medium MS ini memiliki kandungan nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
ZPT meta-Topolin sebagai golongan sitokinin berperan penting dalam pembelahan
dan perkembangan sel sehingga mampu meningkatkan pembentukan tunas dengan
konsentrasi tertentu pada tanaman tertentu. Pada media ¾ MS dan MS penuh, terjadi
penurunan rata-rata tinggi planlet, panjang tunas, jumlah tunas, dan jumlah daun
dengan penambahan mT pada semua konsentrasi (1 ppm hingga 3 ppm) sehingga
pertumbuhan eksplan yang lebih baik diperoleh pada perlakuan media tanpa meta-Topolin.
Efek hambatan pertumbuhan yang ditimbulkan pemberian meta-Topolin tersebut menunjukkan
bahwa kebutuhan sitokinin untuk pembentukan tunas telah terpenuhi dari sitokinin endogen
yang dihasilkan eksplan secara alami.
Hasil Analisis Varians (Anava) menunjukkan bahwa kombinasi media modifikasi MS
dengan ZPT meta-Topolin berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang tunas,
jumlah tunas dan jumlah daun.