“PEMBUATAN MEDIA”
Disusun oleh:
Nama : Muhammad Daffa Surya Hermawan
NIM : 215040201111093
Kelas :O
Asisten : Adlina hanania
1.2 Tujuan
Tujuan adanya penulisan laporan ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari media Murashige Skoog
2. Mengetahui pembuatan larutan stok
3. Mengetahui fungsi masing-masing dari larutan stok.
1.3 Manfaat
Manfaat dari adanya praktikum serta penulisan laporan ini, yaitu praktikan
dapat mengetahui komponen penyusun beserta fungsi masing-masing dalam media
kultur jaringan dan juga dapat mempraktikan cara membuat larutan stok yang sesuai
dengan medium yang diinginkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan stok dari ZPT dibagi menjadi dua, yaitu stok auksin dan stok
sitokinin. Pembuatan larutan stok auksin menggunakan 100 mg auksin dan
dilarutkan kedalam 70 ml aquades steril, serta ditetesi larutan KOH 1
N.Ditetapkan volumenya hingga 100 ml dengan menambahkan aquades
steril, kemudian disimpan pada lemari pendingin. Sedangkan, untuk
pembuatan larutan stok sitokinin caranya sama dengan pembuatan larutan
stok auksin.
Larutan stok hara terdiri dari stok hara mikro dan stok hara makro. Larutan
stok hara mikro biasanya hanya sedikit diperlukan pada saat pembuatan media.
Larutan stok hara mikro biasanya dapat dijadikan sebagai stok campuran.
Selanjutnya, ada larutan stok vitamin. Larutan stok ini berfungsi untuk oenambahan
nutrisi atau vitamin yang dibutuhkan eksplan dalam kultur jaringan. Larutan stok
yang terakhir yaitu stok ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Stok ZPT dapat berfungsi
sebagai stok yang digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur karena
larutan stok ini mengandung hormone yang memicu pertumbuhan sel-sel atau
jaringan (Syahid & Hadipoentyanti, 2010).
BAB III
METODOLOGI
Alat Fungsi
Neraca analitik Untuk mengukur massa dengan akurat
Pipet ukur Untuk menambahkan zat cair dengan volume
tertentu yang dapat dilihat dengan skala pada
saat penambahan cairan.
Gelas ukur Wadah yang digunakan untuk mengukur
larutan sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan.
Labu takar Untuk membuat larutan berdasarkan volume
tertentu secara teliti.
Beaker glass Wadah untuk mereaksikan bahan atau larutan,
serta dapat juga digunakan untuk
memanaskan bahan.
Erlenmeyer Wadah untuk mengukur volume larutan
dengan tingkat ketelitian rendah.
pH meter Untuk mengukur tingkat keasaman atau
kebasaan dari suatu larutan.
Autoclave Untuk membunuh endospora.
Botol kultur Digunakan sebagai wadah media tanam
Plastik Digunakan untuk menutup botol kultur
Karet Untuk mengikat plastik
Kertas label Untuk menamai botol kultur
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan Fungsi
Unsur hara mikro dan Sebagai stok media kultur jaringan
makro
Vitamin Sebagai stok media kultur jaringan
Zat Pengatur Tumbuh Sebagai stok media kultur jaringan
(ZPT)
Media MS Sebagai tempat untuk menanam eksplan
NaOH 0,1 N Untuk menaikkan pH
HCl 0,1 N Untuk menurunkan pH
Gula Pasir Berfungsi sebagai bahan pembangun untuk
memproduksi molekul
Agar Berfungsi untuk agen pengental media
kultur jaringan
3.3 Diagram Alir
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 1. kondisi dari media tanam
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah media MS atau Media
Murashige and Skoog. Media Murashige dan Skoog (MS) merupakan suatu
media yang mengandung unsur hara organik yang berpengaruh baik kepada
pertumbuhan tanaman dalam kultur jaringan. Media MS disebut juga sebagai
media dasar yang digunakan pada kultur jaringan yang mengandung unsur hara
dan mikro, seperti NH4NO3, KNO3, CaCl2.6H2O, MgSO4.7H2O, KH2PO4,
dan masih banyak lagi (Aminah, 2021).
Setelah dilakukan pengamatan media tanam selama 1 minggu didapatkan
bahwa keadaan media tanam Ms tidak mengalami kontaminasi baik dari jamur
maupun bakteri. Media tanam tidak mengalami perubahan warna menjadi keruh
ataupun berwarna kuning yang merupakan indikasi terjadi kontaminasi akibat
bakteri, media tanam juga tidak terindikasi terkontaminasi oleh jamur yang di
tandai dengan adanya hifa jamur yang berbentuk gumpalan kapas berwarna
putih keruh.
4.2 Pembahasan
Media tanam harus steril dan tidak mengalami kontaminasi, Jika keadaan
tidak steril maka media akan terkontaminasi dan terjadi kegagalan dalam
pembuatan media kultur jaringan. media kultur jaringan merupakan media yang
sangat mendukung bagi mikroba. Mikroba tersebut tumbuh dengan cepat dan akan
menutupi permukaan media dan eksplan yang ditanam ( Oratmangun,2013).
Kontaminasi yang terjadi pada media kultur jaringan dapat disebebkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah adanya mikroorganisme yang masuk dalam
media kultur jaringan, tidak sterilnya botol dan alat-alat yang digunakan selama
pembuatan media kultur jaringan, serta tidak sterilnya ruangan yang digunakan
saat pembuatan media kultur jaringan. Mikroba yang umumnya menyebabkan
kontaminasi pada media adalah jamur (Wati et al., 2020).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Media tanam sangat mempengaruhi keberhasilan dari suatu kultur
jaringan. Media tanam pada kultur jaringan berisi kombinasi dari asam amino
esensial, garam-garam anorganik, vitamin-vitamin, larutan buffer, dan sumber
energi (glukosa). Media berbahan dari agar biasanya ditambahkan untuk
mendapatkan media yang berbentuk semi padat, fungsinya adalah untuk
meletakkan dan membenamkan eksplan suatu tanaman. Media tanam harus
steril dan tidak mengalami kontaminasi, Jika keadaan tidak steril maka media
akan terkontaminasi dan terjadi kegagalan dalam pembuatan media kultur
jaringan.
Kontaminasi yang terjadi pada media kultur jaringan dapat disebebkan
oleh beberapa hal diantaranya adalah adanya mikroorganisme yang masuk
dalam media kultur jaringan, tidak sterilnya botol dan alat-alat yang digunakan
selama pembuatan media kultur jaringan, serta tidak sterilnya ruangan yang
digunakan saat pembuatan media kultur jaringan. Mikroba yang umumnya
menyebabkan kontaminasi pada media adalah jamur.
5.2 Saran
Aminah, A. (2021). Pemantapan Masa Inkubasi Kalus Kedelai Secara in Vitro Dalam
Media Ms (Murashige Dan Skoog) B5 (Gamborg). AGrotekMAS Jurnal
Ilmu Pertanian, 2(2), 60-70.
Fitri, M. S., Thomy, Z., & Harnelly, E. (2012). In-Vitro Effect of Combined
Indole Butyric Acid (IBA) and Benzil Amino Purine (BAP) on the Planlet
Growth of Jatropa curcas
L. Jurnal Natural, 12(1).
Harahap, E. R., Siregar, L. A. M., & Bayu, E. S. (2013). Pertumbuhan akar pada
perkecambahan beberapa varietas tomat dengan pemberian polyethylene
glikol (PEG) secara in vitro. AGROEKOTEKNOLOGI, 1(3).
Oratmangun K.M, Pandiangan D , Febby E. and Kandou F.E. 2017. Description
Types of Contaminants From Culture Callus Catharanthus roseus (L.) G.
Don. Jurnal MIPA Unsrat Online. 6 : 1. 47-- 52
Setiawati, T., Zahra, A., Budiono, R., & Nurzaman, M. (2018). Perbanyakan in
vitro tanaman kentang (Solanum tuberosum [L.] cv. Granola) dengan
penambahan meta-topolin pada media modifikasi MS (Murashige &
Skoog). Jurnal Metamorfosa, 5(1), 44-50.
Syahid, S. F., & Hadipoentyanti, E. (2010). Protokol Perbanyakan Benih
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Secara in Vitro.
Dokumentasi kegiatan :