Anda di halaman 1dari 18

ACARA V

FERMENTASI CAIR
Tujuan Praktikum
Praktikum fermentasi cair bertujuan untuk mengetahui optical
density (OD) pertumbuhan mikrobia selama proses fermentasi,
mengetahui perubahan pH selama proses fermentasi, dan produksi asam
laktat.

Tinjauan Pustaka
Fermentasi adalah teknik biologi untuk mengubah substrat yang
kompleks menjadi yang lebih sederhana oleh bantuan mikroorganisme
seperti bakteria dan jamur. Selama proses pemecahan substrat
mikroorganisme akan melepaskan beberpa senyawa tambahan selain
produk fermentasi. Produk tambahan itu disebut sebagai metabolit kedua.
Metabolit keuda bermacam macam dari beberapa antibiotik sampai
pepsin, enzim dan faktor pertumbuhan. Fermentasi juga disebut sebagai
senyawa bioaktif karena mempunyai aktivitas biologis. Fermentasi dapat
dilakukan dengan 2 cara berdasarkan medianya yaitu dengan cara
fermentasi padat dan cair (Subramaniyam dan Vimala, 2012).
Fermentasi cair dilakukan dengan menggunakan substrat yang
berbentuk cairan seperti molasses dan kaldu. Senyawa bioaktif akan di
campurkan dalam cairan medium fermentasi. Substrat akan digunakan
secara cepat sehingga diperlukan penggantian substrat secara berkala
untuk mengganti nutrisi yang tergunakan oleh mikroorganisme. Teknik
fermentasi ini cocok dilakukan untuk bakteri yang memerlukan
kelembapan tinggi. Kelebihan fermentasi cair adalah pemisahaan produk
lebih mudah . Kekurangan fermentasi cair adalah harus seing dilakukan
penambahan nutrisi karena nutrisi akan lebih cepat habis (Subramaniyam
dan Vimala, 2012).
Salah satu bakteri yang dapat digunakan dalam pembuatan
fermentasi cair adalah Lactobacillus plantarum yang mempunyai
kemampuan untuk menghambat mikroorganisme patogen pada bahan
pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan
bakteri asam laktat lainnya. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri
Gram positif berbentuk batang yang mempunyai warna biru atau ungu
setelah mengalami pewarnaan Gram. Lactobacillus plantarum merupakan
salah satu jenis bakteri asam laktat (BAL) homofermentatif dengan
temperatur optimal lebih dari 37 oC. Lactobacillus plantarum berbentuk
batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 µm) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri
tersebut memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob,
mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi
nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat.
Lactobacillus plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna
putih opaque, conveks, dan membentuk asam laktat.
Lactobacillus plantarum mampu merombak senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam
laktat. asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada substrat
sehingga menimbulkan suasana asam. Lactobacillus plantarum memiliki
kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan bakteri pembusuk
pada keadaan asam. Lactobacillus plantarum merupakan penghasil
hidrogen peroksida tertinggi di antara bakteri asam laktat lainnya pada
medium pepton water 1% konsentrasi minimal yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri perusak atau patogen. Besarnya
diameter zona hambat berkisar antara 7,46 mm hingga 18,00 mm.
Lactobacillus plantarum mulai menghasilkan antimikroba pada saat
berumur 14 jam inkubasi dengan diameter zona hambat sebesar 6,42 mm
dan mencapai puncaknya pada saat kultur berumur 24 jam. Lactobacillus
plantarum dapat tumbuh dengan waktu inkubasi selama 48 jam
(Syahroni, 2014).
Kandungan bakteri asam laktat yang banyak akan menaikkan
produksi asam laktat. Semakin banyak bakteri asam laktat yang ada maka
produksi asam laktat akan meningkat karena jumlah bakteri semakin
banyak dan bakteri yang banyak akan lebih banyak menggunakan
substrat yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan asam laktat yang
lebih banyak (Wolski et.al, 2009). Mikrobia dalam larutan akan dibaca
dalam spektofotometer, cahaya dalam spektofotometer akan terserap oleh
mikrobia sehingga cahaya yang lewat akan berkurang. Semakin banyak
mikrobia maka cahaya yang akan lewat akan semakin sedikit sehingga
pembacaan pada spektofotometer akan semakin besar (Junio et.al, 2016).
Fase pertumbuhan bakteri terbagi menjadi 4 yaitu fase lag, fase
log, fase stationary, dan fase kematian. Fase lag bakteri akan beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Fase log atau eksponensial sel bakteri akan
mulai berkembang biak. Fase stationary jumlah sel yang berkembang biak
dan sel yang mati berjumlah sama sehingga tidak ada perkembangan
jumlah baktteri atai penurunan jumlah bakteri, hal ini dapat terjadi karena
bakteri sudah mulai kehabisan nutrisi untuk berkembangbiak. Fase
kematian bakteri akan kehilangan kemampuan untuk berkembangbiak
karena nutrisi sudah habis dan sel yang mati akan melebihi sel yang hidup
(Wang et al, 2015)
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum fermentasi cair antara
lain tabung reaksi, gelas ukur, mikro pipet, inkubator, pH meter,
spektrofotometer.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum fermentasi antara
lain Minera I, Mineral II, yeast extract, aquades, glukosa, (NH4)2SO4,
MgSO4.7H2O, NaCl, K2HPOU4.

Metode
Pembuatan medium. Tabung erlenmeyer disiapkan dan kemudian
diisi reagen sesuai dengan tabel 1.
Tabel 1. Reagen pembuatan medium
Reagen Medium aerob (100 ml)
(NH4)2S)4 0,1 g
MgSO4.7H2O 0,01 g
NaCl 0,2 g
K2HPO4 0,7 g
Yeast extract 0,5 g
Glukosa 1g
Aquades 100 ml

Medium pH kemudian diukur dan diatur pada pH 6,8. Pengaturan


pH dilakukan dengan menggunakan NaOH 1N untuk meniakkan pH dan
HCL 1 N untuk menurunkan pH. Tabung hungate masing masing ditunang
8 ml medium dan kemudian di autoklaf medium pada suhu 121o C selama
15 menit, larutan glukosa disterilkan terpisah. Glukosa 1%, 2%, dan 3%
kemudian ditambahkan ke dalam tabung dan kemudian larutan inokulum
bakteri asam laktat (BAL) sebanyak 10% dari volume medium
ditambahkan ke dalam larutan medium. Sampel kemudian diambil
sebanyak 2.5 ml untuk peneraan pH jam ke-0. Inkubasi larutan medium
pada suhu optimal pertumbuhan mikrobia (38-40 C).
Pengujian optical density. Setiap sampel diambil setiap 1 jam
dari fermenter dan ditera absorbansinya dengan menggunakan
spektofotometer pada 600nm.
Pengukuran pH. Setiap sampel diambil 2.5 ml pada jam ke 0, 3,
6, 9, dan 12. PH sampel kemudian ditera menggunakan pH meter.
Penentuan asam laktat. Satu ml hasil fermentasi BAL ditambah
TCA 10% sebanyak 4ml. larutan kemudia di sentrifuge 3000 rpm selama
15 menit. Ambil supernatan sebanyak 1ml dan dimasukkan ke dalam
tabung sentrifuge. CuSO4 10% ditambahkan sebanyak 0,5 gram lalu di
tepatkan 5ml dengan larutan aquades. Sebanyak 0,5 gram Ca(OH) 2
dimasukkan dan kemudian tutup rapat dan di gojok selama 30 menit.
Larutan kemudian di sentrifuge 3000rpm selama 15 menit. 0,5 ml filtrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kemudian ditambahkan 0,025
ml CuSO4 20% dan 3 ml H2SO4 pekat. Tabung reaksi kemudian
dimasukkan kedalam air mendidih selama 5 menit. Larutan kemudian
didinginkan denagn air es sampai suhu <20 C. Tabung kemudian
ditambahkan 0,5 ml reagen p-hidroksibiphenil. Tabung kemudian di
pindahkan ke waterbath suhu 30 C selama 30 menit dan kemudian
dipanaskan pada air mendidih selama 90 detik. Larutan kemudian di
dinginkan dan kemudian absorbansi larutan pada panjang gelombang 560
nm.
Abs-0,0868
Kadar asam laktat (mg/ml) = x pengenceran x volume larutan
12.8198
Hasil dan Pembahasan

Pembuatan medium
Pembuatan medium bertujuan membuat tempat yang cocok pH dan
suhunya untuk berkembang biaknya bakteri yang akan di fermentasikan.
Fungsi setiap larutan adalah (NH4)2SO4 berfungsi sebagi sumber mineral,
MgSO4.7H2O sebagai sumber mineral, NaCl sebagai sumber mineral,
K2HPO4 sebagai buffer, yeast ektrak sebagai sumber probiotik, glukosa
sebgai sumber energi, aquades sebagai pelarut. . Dewi et al (2014)
menyatakan bahwa gula akan mengalami karamelisasi pada suhu di atas
70o C. Zinno (2017) menyatakan bahwa NaCl dapat digunakan sebagai
sumber mineral untuk pertumbuhan bakteri, MgSO 4 dapat digunakan
sebagai sumber mineral. Lee (2014) menyatakan bahwa yeast ekstrak
dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme.
Sterilisasi medium berfungsi agar untuk membunuh berbagai
macam mikroorganisme yang ada dalam medium sehingga bakteri yang
akan ditumbuhkan tidak mengalami kontaminasi. Tahapan sterillisasi
adalah dengan cara mendidihkan medium sebanyak 3 kali lalu medium di
autoklaf selama 15 menit denagn suhu 121 o C. Glukosa di sterilisasi
secara terpisah agar tidak merusak kandungan glukosa, glukosa
mengalami karamelisasi pada suhu di atas 70 o C. Syahroni (2014)
menyatakan bahwa strilisasi medium dapat dilakukan dengan cara
autoclaf dengan suhu 121o C selama 15 menit.
Pengamatan optical density (OD)
Pengamatan OD bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
mikrobia selama proses fermentasi. Pengamatan OD dilakukan dengan
alat spektofotometer setiap jam. Junio et.al (2016) menyatakan bahwa
mikrobia dalam larutan akan dibaca dalam spektofotometer. Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan bahwa pertumbuhan bakeri disajikan pada
gambar 2.
Optical Density (OD)
0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jam ke-

Gkukosa 1% Glukosa 2 % Glukosa 3 %

Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus plantarum


Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa hasil akhir yang
menunjukkan jumlah bakteri paling banyak adalah pada perlakuan
glukosa 1% pertumbuhan bakteri meningkat, perlakuan glukosa 2%
pertumbuhan bakteri tidak meningkat dan perlakuan glukosa 3% jumlah
bakteri tidak meningkat. Hasil praktikum jumlah bakteri yang paling
banyak adalah glukosa 1% dan yang paling sedikit adalah glukosa 3%.
Berdasarkan literatur seharusnya bakteri dengan pemberian glukosa 3%
menunjukkan jumlah bakteri yang paling tinggi dibandingkkan denga
glukosa 1% dan 2% karena glukosa 3 % mempunyai sumber energi yang
paling banyak dibandingkan dengan perlakuakan lain, hal tersebut dapat
terjadi karena ada jumlah energi pada glukosa 3% mempunyai sumber
energi yang paling banyak dibandingkan dengan perlakuan pada glukosa
1% dan 2%. Syahroni (2014) menyatakan bahwa Jumlah bakteri asam
laktat setelah inkubasi 18 jam berkisar 108 -109 cfu/g Syahroni (2014)
menyatakan bahwa bakteri membutuhhkan selang waktu agar sel untuk
membelah diri untuk mengubah populasi menjadi 2 kali lipat dan
peningkatan koloni bakteri yang juga didukung oleh kandungan energi
yang ada pada medium dan suhu medium. Widjaja dan gunawan 2012
menyatakan bahwa kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri dapat
meningkatkan laju pertumuhan bakter dan kondisi yan tidak sesuai dapat
menghambat pertumbuhan bakteri untuk hidumHasil praktikum tidak
sesuai dengan literatur. He (2018) menyatakan bahwa faktor yang
memepengaruhi fermentasi adalah medium karena setiap medium
mempunyai kandungan sumber energi dan mineral yang berbeda, suhu
karena bakteri mempunyai titik optimal dimana bakteri akan menunjukkan
aktifitas yang tinggi, pH karena bakteri mempunyai titik optimal dimana
bakteri akan menunjukkan aktifitas yang tinggi, substrat karena setiap
bakteri mempunyai sifat dan aktifasi yang berbeda, dan inokulan karena
setiap inokulan mempeunyai jumlah bakteri dan sumber bakteri yang
berbeda karena bakteri yang berbeda mempunyai hasil produk yang
berbeda.
Fase hidup terdiri dari 4 fase yaitu fase la, eksponensial, stationer,
dan kematian. Fase lag adalah fase dimana bakteri akan menyesuaikan
dengan lingkungannya pertumbuhan bakteri pada fase ini sangat sedikit.
Fase eksponensial adalah fase dimana kecepatan pembelahan sel
maksimal dengan waktu yang pendek dan tetap. Fase stationer dalah fase
banyak bakteri yang berkembang biakan sama dengan banyak nya bakteri
yang mati. Junior et.al (2016) menyatakan bahwa mikrobia dalam larutan
akan dibaca dalam spektofotometer, cahaya dalam spektofotometer akan
terserap oleh mikrobia sehingga cahaya yang lewat akan berkurang.
Semakin sedikit mikrobia maka cahaya yang akan lewat akan semakin
sedikit sehingga pembacaan pada spektofotometer akan semakin besar.
Uji pH
Uji pH bertujuan untuk mengetahu perubahan pH selama proses
fermentasi. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak
asam laktat ang dihasilkan oleh bakteri mempengaruhi pH di dalam
medium fermentasi. Syachroni (2014) menyatakan bahwa kandungan
asam laktat dipengaruhi oleh kadar asam dalam inokulum terutama oleh
bakteri penghasil asam laktat, semakin tinggi kadar asam laktat maka
suasana akan semakin asam. Berikut ini hasil pengujian ph selama
fermentasi pada gambar 2.

7.1

6.9

6.8
pH

6.7

6.6

6.5
0 3 6 9
Jam ke-

Gkukosa 1% Glukosa 2 % Glukosa 3 %

Gambar2. Pengamatan pH Hasil Fermentasi


Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa pH yang paling
rendah dihasilkan oleh glukosa 2% dan yang paling tinggi dihasilkan oleh
glukosa 3%. Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori yang di pelajari,
seharusnya semakin tinggi kandungan glukosa maka bakteri asam laktat
akan semakin aktif dan menghasilkan lebih banyak asam laktat sehingga
pH akan semakin rendah, seharusnya glukosa 3% mempunyai pH yang
paling rendah dan kemudian di atasnya glukosa 2% dan selanjutnya
glukosa 1 %. Hasil praktikum Syachroni (2014) menyatakan bahwa pH
bakteri asam laktat setelah inkubasi selama 18 jam adalah 4,91. Nilai pH
yang belum mencapai 4,91 dapat dikarenakan produksi asam latat dalam
medium belum jenuh dan bakteri masih berada dalam fase lag. Syachroni
(2014) menyatakan bahwa nilai ph dapat dipengaruhi oleh sifat sifat asam
organik yang dihasilakn oleh bakteri selama fermentasi. Syachroni (2014)
menyatakan bahwa semakin tinggi kadar asam laktat maka pH akan
semakin turun karena akan terjadi fermentasi kedua.
Penentuan kadar asam laktat
Penentuan kadar asam laktat betujuan mengetahui kandungan
asama laktat yang di hasilkan selama fermentasi. Prinsip kerjanya adalah
glukosa akan hidrolisi menjadi asam piruvat dan kemudian diubah menjadi
asam laktat oleh bakteri Lactobacillus plantarum. Rahman (2017)
menyatakan bahwa bakteri Lactobacillus plantarum akan mengubah
glukosa menjadi asam laktat.
Perlakuan dan fungsi reagen pada saat praktikum yaitu TCA 10%
berfungsi untuk mengendapkan protein. CuSO 4 dan Ca(OH)2 berfungsi
untuk mengendapkan protein. Sentrifuge berfungsi untuk mempercepat
pengendapan protein. p-hidroksibiphenil. Luis (2016) menyatakan bahwa
TCA dapat digunakan untuk mengektrak protein. National Center for
Biotechnology Information (2018) menyatakan bahwa CuSO 4 dapat
mengendapkan protein karena merupakan senyaw tembaga Berikut ini
kadar asam laktat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kadar asam laktat
Parmeter Kadar asam laktat
Glukosa 1% 0.198
Glukosa 2% 0.1
Glukosa 3% 0.09

Berdasarkan hasil praktikum diketahui hasil pengujian kadar asam


laktat yang paling tinggi adalah perlakuan glukosa 1% dan yang paling
rendah adalah glukosa 3%. Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori
yang di pelajari, seharusnya semakin banyak sumber energi semakin
tinggi aktifitas bakteri dan produksi asam laktat akan meningkat.
Syachroni (2014) menyatakan bahwa kandungan asam laktat dalam
fermentasi selama 18 jam adalah 0,36%. Syachroni (2014) menyatakan
bahwa faktor yang memepengaruhi kadar asam laktat selama fermentasi
adalah jumlah, macam, dan kemampuan starter yang digunakan dalam
pembentukan asam laktat. Syachroni (2014) menyatakan bahwa kadar
normal kadar asam laktat pada bakteri Lactobacillus plantarum pada
media susu kedelai yaitu 0,33 %. Kandungan asam laktat pada produk
fermetasi Lactobacillus berkisar 0,33-0,35%. Sharma (2017) menyatakan
bahwa fermentasi cair sering di gunakan dalam industri makan, detergent,
obat obatan, kertas, farmasi, kosmetik, kulit, dan daur ulang limbah
industri. Syachroni (2014) menyatakan bahwa faktor yang memepengruhi
kadar asam laktat adalah jumlah bakteri selam waktu fermentasi, waktu
fermentasi, sumber energi..
Kesimpulan

Pertumbuhan nakteri terbagi dalam 4 fase yaotu lag, log , stationer,


dan kematian. Nilai PH yang yang baik untuk aktifitas bakteri asam laktat
adalah 4,2 sampai 4,5.. Faktor yang memepengaruhi pertumbuhan bakteri
adalah adalah medium, suhu, pH, substrat, dan inokulan. Faktor yang
memepengaruhi fermentasi cair adalah sifat sifat asam organik yang
dihasilakan oleh bakteri selama fermentasi, jumlah, macam, dan
kemampuan starter yang digunakan dalam pembentukan asam laktat.
Daftar Pustaka

Dewi, S.R., N. Izza, D.A. Agustiningrum, D.W. Indriano, Y. Sugiarto, D.M.


Maharani, R. Yulianingsih. 2014. Pengaruh suhu pemasakan nira
dan kecepatan pengadukan terhadap kualitas gula merah tebu.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15:3 149-158
He., T., H. Wang, Z. Yu, W. Niu, Q. Qui, H. Su, B. Cao. 2018. Effects of
the gender differences in cattle rumen fermentation on anaerobic
fermentation of wheat straw. Journal of Cleaner Production
205:845-853.
Junior, W.G.d.M., E.S. Kamimura, E.J. Ribeiro, B.C. Pessela, V.L.
Cardoso, M.M.d. Resende. 2016. Optimization of the production
and characterization of lipase from Candida rugosa and Geotrichum
candidum in soybean molasses by submerged fermentation.
Protein Expression and Purification 123:26-34.
Luis, M.I., B.M. Alezandre, M.M. Oliveria, I.S. Abreu. 2016. Selection of an
appropriate protein extraction method to study the
phosphoproteome of maize photosynthetic tissue. PLOS ONE.
DOI:10.1371/journal.pone. 0164387
Rahman, N.A, M.R.A. Halim, N. Mahawi, H. Hasnudin, J.R. Al-Obaidi, N.
Abdullah. 2017. Determination of the Use of Lactobacillus
plantarum and Propionibacterium freudenreichii Application on
Fermentation Profile and Chemical Composition of Corn Silag.
BioMed Research International Volume 2017, Article ID 2038062
https://doi.org/10.1155/2017/2038062.
Sharma, P., N. Sharma, S. Pathania, S. Handa. 2017. Purification and
characterization of lipase by Bacillus methylotrophicus PS3 under
submerged fermentation and its application in detergent industry.
Journal of Genetic Engineering and Biotechnology 15:369–377.
Subramaniyam, R. dan R. Vimala,.2012. Solid state and submerged
fermentation for the production of bioactive substances: a
comparative study. International Journal Of Science and Nature
Vol. 3:3 480-486.
Syachroni. 2014. Pengaruh kombinasi starter kultur Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus acidophilus terhadap karakteristik
mokrobiologis dan kimiawi pada minuman fermentasi. Skripsi.
Universitas Hassanuddin. Makassar.
Wang. L., D. Fan, W. Chen, E.M. Terentjev. 2015. Bacterial growth,
detachment and cell size control on polyethylene terephthalate
surfaces. Scientific Reports 5:15159 1-11. DOI: 10.1038/srep15159
Widjaja, Arief dan Setyo Gunawan. 2010. Pengembangan Teknologi
Produksi Bioetanol Generasi 2 Melalui Pemanfaatan Selulosa dan
Hemiselulosa Dalam Jerami Padi. Prosiding InSINas.
Wolski, E., E. Menusi, D. Remonatto, R. Vardanega, F. Arbter, E. Rigo, J.
Ninow, M.A. Mazutti, M. D. Luccio, D.D. Oliveira, H. Treichel. 2009.
Partial characterization of lipases produced by a newly isolated
Penicillium sp. in solid state and submerged fermentation: A
comparative study. LWT - Food Science and Technology 42:1557–
1560.
Zinno, P., B. Guantario, G. Perozzi, G. Pastore, C. Devirgiliis. 2017.
Impact of NaCl reduction on lactic acid bacteria during fermentation
of Nocellara del Belice table olives. Food Microbiology 63:239-247
Lampiran 5. Tabel data grafik dan perhitungan asam laktat fermentasi
cair

Perlak Jam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
uan Ke-
6.5 7.5 8.5 9.5 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
T
4 4 4 4 54 54 54 54 52 54 54
Glukos 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2
OD
a 1% 88 84 89 91 92 97 95 95 95 07
6,7
PH 6,83 6,77 6,82
7
6.3 7.3 8.3 9.3 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
T
4 4 4 4 34 34 34 34 34 34 34
Glukos 0,1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
OD
a 2% 84 81 88 88 89 78 86 82 94 95
6.6
PH 7.01 6.79 6.76
9
6.4 7.4 8.4 9.4 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
T
5 5 5 5 45 45 45 45 45 45 45
Glukos 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
OD
a 3% 77 75 73 68 76 8 82 8 8 84
6.8 6.8
PH 6.87 6.8
6 5

Perhitungan

Kelompok 1
Kadar asam laktat = 0.0868/12.8198 x pengenceran x volume larutan
= 0.595 – 0.0868 / 12.8189 x 1 x 5
= 0.198 mg/ml
Kelompok 2
Kadar asam laktat = 0.356 – 0.0868 / 12.8198 x 1 x 3
= 0.10 mg/ml
Kelompok 3
Kadar asam laktat = 0,218 – 0,0868/ 12,8198 x 1 x 5
= 0,09 mg/ml

Anda mungkin juga menyukai