Kelompok :6
TAHUN 2016
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Landasan Teori
2.1. Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin, ferment yang artinya adalah enzim. Pengertian
fermentasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian zat menggunakan fasilitas
enzim pengurai untuk menghasilkan energi. Seperti yang sudah disebutkan, penguraian
zat ini dari zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana. Untuk dapat mengurai zat-zat
kompleks tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri ataupun ragi.
Keduanya merupakan golongan organisme tingkat rendah yang dapat mengurai zat
kompleks. Beberapa orang juga menyebut fermentasi sebagai peragian karena prosesnya
yang menggunakan ragi.
Fermentasi dalam biologi dapat diartikan sebagai proses perubahan gula menjadi
alkohol atau asam dengan adanya bantuan ragi atau bakteri. Ragi membantu perubahan
atau konversi gula tersebut menjadi alkohol, sedangkan bakteri mengubahnya menjadi
asam. Fermentasi tersebut berlangsung dalam kondisi anaerobik, yaitu prosesnya tidak
melibatkan oksigen. Awalnya, proses fermentasi ini hampir sama dengan proses
glikolisis. Namun, untuk makanan yang di fermentasi, biasanya akan bertahan lebih
lama.
Scleroglucan merupakan senyawa polimer yang terdiri dari rantai lurus unit -D-1(1-
3)-glukopyranosyl dan mengandung cabang -D-1(1-6)-glukopyranosyl pada setiap unit
ke tiga d, jari -D-1(1-3)-glukopyranosyl. Scleroglucan dihasilkan dalam bentuk cairan,
namun demikian zat ini mempunyai viskositas dan berat molekul yang sangat tinggi
yaitu masing-masing sekitar 300 Cps dan 1.000.000 Cps. Selain itu, scleroglucan
mempunyai kisaran pH, kadar salinitas dan suhu yang cukup tinggi.
BAB III
Metodologi Percobaan
75 mlPDB ke dalam erlenmeyer 100 ml kemudian disterilkan lalu didiamkan pada suhu
ruang
Menambahkan 1gr nutrient agar, 1gr dextrose, dan 0,07gr tartaric acid.
Menimbang _(4.) 7 _2 0,025% sebanyak
0,10625gr
Masukan masing-masing 5ml ke tabung reaksi yang akan dijadikan media tanam jamur
Menimbang _2 _4 0,13% sebanyak 0,5525gr
Timbang berat kosong centrifuge tube, lalu masukkan larutan yang telah
dipasteurisasi ke dalam centrifuge tube. Pisahkan larutan memakai sentrifuge
sehingga akan didapat sel dan supernatan (timbang berat sel dan ukur pH serta
viskositas).
Tunggu selama satu hari, sehingga akan didapatkan endapan (gum). Untuk
memisahkan endapan dan larutan digunakan centrifuge kembali (jangan lupa untuk
menimbang berat kosong centrifuge tube).
Setelah terpisah simpan larutan IPA yang terpisah pada tempat khusus dan endapan
kemudian dioven pada suhu 5060 ^ hingga kering (tidak gosong).
Gum yang didapat ditimbang, kemudian dilarutkan pada aquades sebanyak 1%.
Tentukan massa jenisnya lalu mengukur viskositas gum.
BAB IV
Tanggal Ph
26 Oktober 2016 4
28 Oktober 2016 4
30 Oktober 2016 4
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan scleroglucan atau disebut juga gum
dengan cara fermentasi aerob menggunakan mikroba Sclerotium Rolfsii dengan substrat
berbahan dasar gula. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses fermentasi aerobik
dalam memproduksi metabolit dan mempelajari proses hilir dalam suatu proses produksi.
Sclerotium Rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang menyebabkan beberapa
penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu serta rebah kecambah. Namun, pada
praktikum ini, Sclerotium Rolfsii dimanfaatkan sebagai fermentor yang menghasilkan
scleroglucan. Scleroglucan merupakan senyawa polimer yang terdiri dari rantai lurus yang
banyak digunakan sebagai moisturizer, thickening agent, stabilizer pada industri kosmetik,
medis, makanan dan industri recovery minyak.
Langkah pertama adalah pembuatan PDB (potato dextrose broth) sebagai medium
pertumbuhan khusus untuk jamur yang nantinya akan dicampurkan dengan media produksi,
sehingga totalnya menjadi 500 ml. Kemudian larutan tersebut dibagi kedalam tiga wadah
dengan volume yang berbeda,yaitu 5 ml, 70 ml, dan 425 ml. Dimasukkan 5 ml kedalam
tabung reaksi yang berperan sebagai media starter karena terdapat proses penggesekan
Sclerotium Rolfsii murni , media sterter dimasukkan kedalam 70 ml yang berperan sebagai
media intermediet dimana tahap ini merupakan tahap bakteri dapat bekembang dengan cepat
dan baik, dan media intermediet dimasukkan kedalam 425 ml yang berperan sebagai media
fermentasi. Dihubungkan leher angsa yang telah diisi larutan H2SO4 pada reaktor yang berisi
medium fermentasi untuk menghindari masuknya kontaminan kedalam reaktor, selain itu
dipasang selang untuk menghubungkan reaktor berisi larutan H2SO4 26 % dengan labu leher
angsa, dimana larutan H2SO4 26 % berperan sebagai sumber udara mengingat proses ini
merupakan fermentasi aerob yang membutuhkan udara . Selanjutnya, sukrosa digunakan
sebagai sumber karbon untuk produksi biopolimer scleroglucan. Pembentukan scleroglucan
dapat dibuat seiring berkurangnya kandungan nitrogen pada medium yang dimanfaatkan oleh
mikroba sebagai kebutuhan metabolisme.
Tujuan dari praktikum pembuatan schleroglucan ini adalah untuk mempelajari proses
fermentasi aerobic dalam memproduksi metabolit dan mempelajari suatu proses hilir dalam
suatu produksi. Tahap pertama dalam praktikum ini adalah pembuatan PDA dimana PDA ini
berfungsi sebagai tempat mengembangbiakkan bakteri berupa agar dan juga Ph pada PDA
harus diperhatikan agar tetap stabil dan untuk menjaga Ph pada PDA agar tetap stabil
biasanya dilakukan penambahan tartaric acid. PDA yang dihasilkan pada praktikum kali ini
berupa agar miring. Selanjutnya, dilakukan pembuatan PDB sebagai starter dimana setelah
PDB selesai dibuat, dilakukan penanaman bakteri pada PDB tersebut kemudian dicampurkan
ke media fermentasi dan media fermentasi tersebut dibagi ke dalam Erlenmeyer yang telah
ditentukan.
Pengamatan dilakukan setelah bakteri ditanam pada PDB. pada pengamatan yang
dilakukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari pembentukkan gum
diantaranya adalah suhu tidak stabil, alat yang digunakan untuk mengambil sampling tidak
steril dan juga udara yang dialiri dari scrubber tidak mencukupi untuk fermentasi. Pada
pengamatan Ph yang kami lakukan di hari terakhir pengamatan didapat Ph sebesar 4 sehingga
kondisi pada proses fermentasi tersebut cukup asam dan secara teori semakin asam kondisi
fermentasi maka produksi asam oxalic nya semakin tinggi sehingga polisakarida nya
terbentuk. Polisakarida dalam hal ini adalah gum. Gum yang diperoleh kelompok kami
sebanyak 1,75 gram.
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Dalam membuat PDA dan PDB harus sangat berhati-hati dalam menimbang
komposisi bahan-bahan yang digunakan. Saat menanam atau menggesek Sclerotium Rolfsii
dilakukan pada inkubator yang terdapat sinar UV agar tidak terdapat mikroba kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA
Magenda. 2011. Karakteristik Isolat Jamur Schlerotium Rolfsii Pada Tanaman. http ://
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/bioslogos/article/download/369/292 [13 November 2016]