Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

Pembuatan Scleroglucan Secara Fermentasi dengan Sclerotium rolfsii

Dosen Pembimbing : Bintang Iwhan Moehady, IR., M.Sc., DR.

Kelas : 2A D3 TEKNIK KIMIA

Nama 1. Nabila Fatin Kamilasari (151411021)

2. Nabila Nisa Mukarom (151411022)

3. Noorma Nurmalasari (151411023)

4. Rahmawati Sri (151411024)

Kelompok :6

Tanggal Praktikum : 24 Oktober 2016

Tanggal Pengumpulan Laporan : 14 November 2016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2016
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Produk hasil fermentasi adalah scleroglucan.

Pendayagunaan fermentasi mikroba telah banyak menyokong produktivitas berbagai


bidang industri. Produk-produk hasil rekayasa yang diproduksi dengan banyak varietas
mikroorganisme secara kimiawi telah menarik perhatian dunia luas. Produk-produk
tersebut diaplikasikan di industri pangan, farmasi, kosmetika, dan lain-lain.
Salah satu produk fermentasi mikroba ialah scleroglucan yang aplikasinya diperlukan
di bidang farmasi dan kosmetika. Scleroglucan dibuat dengan cara fermentasi aerob
menggunakan mikroba Sclerotium ralfsii. Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur
patogen yang menyebabkan beberapa penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu
serta rebah kecambah. Namun, dalam kasus ini Sclerotium rolfsii dimanfaatkan untuk
pembuatan scleroglucan yang berbahan utama larutan gula murni.
Dengan mempelajari proses pembuatan produk tersebut, diharapkan dapat mewakili
pembelajaran proses fermentasi dengan mikroba serta teknik-teknik pengendalian
produksi dalam bioproses.

1.2. Tujuan Praktikum Pembuatan Scleroglucan


Secara khusus mahasiswa diharapkan:
1. Mempelajari proses fermentasi aerob dalam memproduksi metabolit.
2. Mempelajari proses hilir dalam suatu proses produksi.

BAB II

Landasan Teori
2.1. Fermentasi

Fermentasi berasal dari bahasa latin, ferment yang artinya adalah enzim. Pengertian
fermentasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian zat menggunakan fasilitas
enzim pengurai untuk menghasilkan energi. Seperti yang sudah disebutkan, penguraian
zat ini dari zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana. Untuk dapat mengurai zat-zat
kompleks tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri ataupun ragi.
Keduanya merupakan golongan organisme tingkat rendah yang dapat mengurai zat
kompleks. Beberapa orang juga menyebut fermentasi sebagai peragian karena prosesnya
yang menggunakan ragi.
Fermentasi dalam biologi dapat diartikan sebagai proses perubahan gula menjadi
alkohol atau asam dengan adanya bantuan ragi atau bakteri. Ragi membantu perubahan
atau konversi gula tersebut menjadi alkohol, sedangkan bakteri mengubahnya menjadi
asam. Fermentasi tersebut berlangsung dalam kondisi anaerobik, yaitu prosesnya tidak
melibatkan oksigen. Awalnya, proses fermentasi ini hampir sama dengan proses
glikolisis. Namun, untuk makanan yang di fermentasi, biasanya akan bertahan lebih
lama.

2.2. Pembuatan Scleroglucan

Scleroglucan merupakan senyawa polimer yang terdiri dari rantai lurus unit -D-1(1-
3)-glukopyranosyl dan mengandung cabang -D-1(1-6)-glukopyranosyl pada setiap unit
ke tiga d, jari -D-1(1-3)-glukopyranosyl. Scleroglucan dihasilkan dalam bentuk cairan,
namun demikian zat ini mempunyai viskositas dan berat molekul yang sangat tinggi
yaitu masing-masing sekitar 300 Cps dan 1.000.000 Cps. Selain itu, scleroglucan
mempunyai kisaran pH, kadar salinitas dan suhu yang cukup tinggi.

Di beberapa negara scleroglucan banyak digunakan sebagai moisturizer, thickening


agent, stabilizer pada industri kosmetik, medis, makanan dan industri recovery minyak.
Bila dilihat dari sifat dan karakteristiknya scleroglucan mempunyai kesamaan dengan
xanthan gum. Perbedaannya adalah di Indonesia zat ini belum dikenal, sedangkan
xanthan gum sudah banyak digunakan walaupun masih harus di import. Scleroglucan
dipasarkan dalam bentuk serbuk, hal ini menunjukkan bahwa dalam proses
pemurniannya telah mengalami beberapa tahapan seperti, homogenisasi, netralisasi,
sentrifugasi, presipitasi dan pengeringan. (Review of food technol. Biotechnol.2007)

Scleroglucan dihasilkan dari hasil fermentasi (submerged fermentation) S.


glucanicum dan S. Roflsii menggunakan berbagai jenis substrat berbahan dasar
karbohidrat atau gula. Dalam proses metabolismenya, S.glucanicum dan S.roflsii akan
menghasilkan beberapa enzim diantaranya selulase, fosfatidase, arabinose,
eksogalaktanase, poligalakturanase, galaktosidase dan eksomanase. Melalui proses
fermentasi enzim-enzim tersebut dapat mengubah bahan baku menjadi scleroglucan. Di
beberapa negara penelitian mengenai manfaat ke dua jamur ini sudah banyak khususnya
S.Roflsii. dari penelusuran literatur disebutkan bahwa untuk menghasilkan scleroglucan
dapat menggunakan bahan baku sukrosa, condensed corn solubles (CSS), air kelapa,
molase, air jus, dan glukosa. (Jl Farina et all.2000:Arlene et all. 2010: Shrikant A et all.
2010)

BAB III

Metodologi Percobaan

3.1 Pembuatan PDB


Merebus kentang sebanyak 10gr dalam 70ml air yang dipanaskan diatas hotplate

Menambahkan 1gr dextrose; 0,001gr CaCO3; dan 0,001gr MgSO4. Bahan-bahan


tersebut dilarutkan dalam 50ml aquades

75 mlPDB ke dalam erlenmeyer 100 ml kemudian disterilkan lalu didiamkan pada suhu
ruang

Inokulasi pada 28 ^ , 180rpm selama 2hari

Bahan-bahan tersebut akan menjadi inokulum aktif

3.2 Pembuatan PDA

Menimbang _3 0,3% sebanyak 1,275gr


Melarutkan 10gr kentang dalam 50ml air yang dipanaskan diatas hotplate.

Menimbang yeast extract 0,1% sebanyak 0,425gr

Menambahkan 1gr nutrient agar, 1gr dextrose, dan 0,07gr tartaric acid.
Menimbang _(4.) 7 _2 0,025% sebanyak
0,10625gr

Masukan masing-masing 5ml ke tabung reaksi yang akan dijadikan media tanam jamur
Menimbang _2 _4 0,13% sebanyak 0,5525gr

Menimbang asam sitrat 0,01% sebanyak 0,315gr

Menimbang KCl 0,05% sebanyak 0,2125gr


3.3 MediaProduksiSchleroglucan(400mldan50ml)

Menimbang _4 0,005% sebanyak 0,02125gr

Kemudian semua bahan dicampurkan dalam 75 ml PDB. Kemudian


campuran seluruhnya 5 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi (sebagai
starter) ,70 ml ke dalam erlenmeyer 100 ml (sebagai intermediet), dan
425 ml kedalam erlenmeyer 500 ml (sebagai media fermentasi),.
3.4 SentrifugasiProduk
Timbang berat kosong centrifuge tube, lalu masukkan larutan yang telah
dipasteurisasi ke dalam centrifuge tube. Pisahkan larutan memakai sentrifuge
sehingga akan didapat sel dan supernatan.

Setelah fermentasi, pasteurisasi larutan tersebut pada suhu 90 ^ selama


20-25 menit menggunakan stirrer.

Timbang berat kosong centrifuge tube, lalu masukkan larutan yang telah
dipasteurisasi ke dalam centrifuge tube. Pisahkan larutan memakai sentrifuge
sehingga akan didapat sel dan supernatan (timbang berat sel dan ukur pH serta
viskositas).

Supernatan yang diperoleh ditambahkan isopropil alkohol(IPA) sebanyak 3kali


jumlah volume supernatan (1:3).

Tunggu selama satu hari, sehingga akan didapatkan endapan (gum). Untuk
memisahkan endapan dan larutan digunakan centrifuge kembali (jangan lupa untuk
menimbang berat kosong centrifuge tube).

Setelah terpisah simpan larutan IPA yang terpisah pada tempat khusus dan endapan
kemudian dioven pada suhu 5060 ^ hingga kering (tidak gosong).

Gum yang didapat ditimbang, kemudian dilarutkan pada aquades sebanyak 1%.
Tentukan massa jenisnya lalu mengukur viskositas gum.
BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Data Pengamatan

Tanggal Ph
26 Oktober 2016 4
28 Oktober 2016 4
30 Oktober 2016 4

Berat Gum : 1,75 gram

4.2 Pembahasan

Pembahasan oleh Nabila Fatin K (151411021) dan Nabila Nisa M (151411022)

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan scleroglucan atau disebut juga gum
dengan cara fermentasi aerob menggunakan mikroba Sclerotium Rolfsii dengan substrat
berbahan dasar gula. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses fermentasi aerobik
dalam memproduksi metabolit dan mempelajari proses hilir dalam suatu proses produksi.
Sclerotium Rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang menyebabkan beberapa
penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu serta rebah kecambah. Namun, pada
praktikum ini, Sclerotium Rolfsii dimanfaatkan sebagai fermentor yang menghasilkan
scleroglucan. Scleroglucan merupakan senyawa polimer yang terdiri dari rantai lurus yang
banyak digunakan sebagai moisturizer, thickening agent, stabilizer pada industri kosmetik,
medis, makanan dan industri recovery minyak.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, didapatkan ukuran diameter sklerotia


0,05-2 mm dan bentuk perkecambahan sklerotia dispersif seperti kapas berwarna putih.
Ukuran terkecil dari diameter koloni Sclerotium adalah 0,61 cm dan ukuran terbesarnya 1,71
cm sedangkan untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan miselium yang terlambat adalah 3,1
mm/hari dan yang tercepat adalah 8,54 mm/hari yang dapat dilihat pada hari kedua dan hari
ketujuh penelitian (Magenda,2011).

Mekanisme pembuatan scleroglucan dengan memanfaatkan Sclerotium Rolfsii ialah substrat


berbahan dasar gula atau karbohidrat akan diuraikan dengan berbagai enzim diantaranya
selulase, fosfatidase, arabinose, eksogalaktanase, poligalakturanase, galactosidase,
dehidrogenase glyoxalate, dan eksomanase (Maxwell and Bateman,1968). Melalui proses
fermentasi enzim-enzim tersebut dapat mengubah bahan baku menjadi asam oksalat sebagai
produk utama yang nantinya setelah ditambahkan isopropil alkohol dan didiamkan selama
sehari akan terbentuk gum atau scleroglucan.

Langkah pertama adalah pembuatan PDB (potato dextrose broth) sebagai medium
pertumbuhan khusus untuk jamur yang nantinya akan dicampurkan dengan media produksi,
sehingga totalnya menjadi 500 ml. Kemudian larutan tersebut dibagi kedalam tiga wadah
dengan volume yang berbeda,yaitu 5 ml, 70 ml, dan 425 ml. Dimasukkan 5 ml kedalam
tabung reaksi yang berperan sebagai media starter karena terdapat proses penggesekan
Sclerotium Rolfsii murni , media sterter dimasukkan kedalam 70 ml yang berperan sebagai
media intermediet dimana tahap ini merupakan tahap bakteri dapat bekembang dengan cepat
dan baik, dan media intermediet dimasukkan kedalam 425 ml yang berperan sebagai media
fermentasi. Dihubungkan leher angsa yang telah diisi larutan H2SO4 pada reaktor yang berisi
medium fermentasi untuk menghindari masuknya kontaminan kedalam reaktor, selain itu
dipasang selang untuk menghubungkan reaktor berisi larutan H2SO4 26 % dengan labu leher
angsa, dimana larutan H2SO4 26 % berperan sebagai sumber udara mengingat proses ini
merupakan fermentasi aerob yang membutuhkan udara . Selanjutnya, sukrosa digunakan
sebagai sumber karbon untuk produksi biopolimer scleroglucan. Pembentukan scleroglucan
dapat dibuat seiring berkurangnya kandungan nitrogen pada medium yang dimanfaatkan oleh
mikroba sebagai kebutuhan metabolisme.

Dilakukan pengecekan pH dengan mengambil sampel pada reaktor, diperoleh pH 4


dari awal proses fermentasi hingga proses fermentasi berakhir selama lima hari. Dari data
dapat diketahui bahwa kondisi pH stabil dan asam karena memproduksi asam oksalat sesuai
dengan literature dimana pH 4-5,5 merupakan pH optimum untuk jamur memproduksi
polimer (Kang and Cottrel,1979). Temperatur proses dijaga stabil pada 28-30oC sehingga
disimpan pada inkubator sesuai dengan temperatur optimum untuk laju pertumbuhan jamur
(Farina,2000).

Setelah dilakukan fermentasi, dilakukan pasteurisasi untuk membunuh mikroba atau


menghambat pertumbuhan pada mikroba, kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring
untuk memisahkan cairan dengan sel mikroba, setelah itu dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan
gum dengan supernatant. Cairan yang terpisah disebut supernatant yang kemudian ditambahkan
isopropil alkohol (IPA) sebanyak tiga kali jumlah supernatant (supernatant 30 ml dan IPA 90 ml)
kemudian larutan disimpan selama sehari. Supernatant disimpan dalam botol penyimpanan sedangkan
gum yang berbentuk gel kemudian di oven pada suhu 40 oC hingga kering dan didapat berat gum
sebanyak 1,75 gram.

Pembahasan oleh Noorma Nurmalasari (151411023) dan Rahmawati Sri (151411024)

Pada praktikum pembuatan scleroglucan /gum , dilakukan fermentasi secara aerob


dengan cara mengembangbiakkan jamur Schlerotium Rolfsii dalam media fermentasi .
produk yang dihasilkan pada praktikum ini berupa gum yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan diantaranya adalah sebagai bahan campuran untuk pelembap dan oil recovery
industry.

Tujuan dari praktikum pembuatan schleroglucan ini adalah untuk mempelajari proses
fermentasi aerobic dalam memproduksi metabolit dan mempelajari suatu proses hilir dalam
suatu produksi. Tahap pertama dalam praktikum ini adalah pembuatan PDA dimana PDA ini
berfungsi sebagai tempat mengembangbiakkan bakteri berupa agar dan juga Ph pada PDA
harus diperhatikan agar tetap stabil dan untuk menjaga Ph pada PDA agar tetap stabil
biasanya dilakukan penambahan tartaric acid. PDA yang dihasilkan pada praktikum kali ini
berupa agar miring. Selanjutnya, dilakukan pembuatan PDB sebagai starter dimana setelah
PDB selesai dibuat, dilakukan penanaman bakteri pada PDB tersebut kemudian dicampurkan
ke media fermentasi dan media fermentasi tersebut dibagi ke dalam Erlenmeyer yang telah
ditentukan.

Pengamatan dilakukan setelah bakteri ditanam pada PDB. pada pengamatan yang
dilakukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari pembentukkan gum
diantaranya adalah suhu tidak stabil, alat yang digunakan untuk mengambil sampling tidak
steril dan juga udara yang dialiri dari scrubber tidak mencukupi untuk fermentasi. Pada
pengamatan Ph yang kami lakukan di hari terakhir pengamatan didapat Ph sebesar 4 sehingga
kondisi pada proses fermentasi tersebut cukup asam dan secara teori semakin asam kondisi
fermentasi maka produksi asam oxalic nya semakin tinggi sehingga polisakarida nya
terbentuk. Polisakarida dalam hal ini adalah gum. Gum yang diperoleh kelompok kami
sebanyak 1,75 gram.
BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, praktikan dapat menyimpulkan:

1. Scleroglucan dapat dihasilkan dengan metoda feermentasi aerobic dalam


produksi biomassa menggunakan jamur Sclerotium Rolfsii .
2. Proses yang dilakukan dalam pembuatan scleroglucan antara lain fermentasi,
pasteurisasi, sentrifugasi,dan pengeringan.
3. Kadar pH 4 dengan temperatur 28-30oC

5.2. Saran

Dalam membuat PDA dan PDB harus sangat berhati-hati dalam menimbang
komposisi bahan-bahan yang digunakan. Saat menanam atau menggesek Sclerotium Rolfsii
dilakukan pada inkubator yang terdapat sinar UV agar tidak terdapat mikroba kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA

Magenda. 2011. Karakteristik Isolat Jamur Schlerotium Rolfsii Pada Tanaman. http ://
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/bioslogos/article/download/369/292 [13 November 2016]

Mangunwidjadja, Djumal.1991. Produksi Polisakarida Mikrobial Sebagai Bahan Baku


Industri. [http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42138/prosiding%20seminar
%20bioteknologi%20perkebunan22.pdf?sequence=1&isAllowed=y]. Diunduh pada 13
November 2016.

Shrikant A. Survase, dkk. 2006. Scleroglucan Fermentative Production,Downstream


Processing and Applicatios.Institute Chemical and Technolog.Mumbai, India.
No name. Review of food technol. Biotechnol.2007

Anda mungkin juga menyukai