Anda di halaman 1dari 29

ACARA I

PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROBA DENGAN METODE


PERHITUNGAN HAEMOCYTOMETER

A. Tujuan
Tujuan praktikum Teknologi Fermentasi Acara I: Penentuan Jumlah Sel
Mikroba dengan Metode Perhitungan Haemocytometer adalah:
1. Menentukan perhitungan jumlah sel dengan menggunakan metode
haemocytometer.
2. Mengetahui kecepatan pertumbuhan spesifik () dan waktu penggandaan
(td) Streptococcus thermophillus pada masing-masing media fermentasi.

B. Tinjauan Pustaka
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah satu jenis bakteri yang
mampu memproduksi metabolit sebagai antibakteri. Bakteri asam laktat dinilai
tidak berbahaya, sehingga baik digunakan sebagai bahan pengawet alami atau
probiotik melawan bakteri patogen. Kelompok bakteri asam laktat merupakan
bakteri yang memiliki peran utama dalam proses fermentasi. Bakteri ini akan
memulai proses pengasaman secara cepat pada bahan baku dengan
memproduksi asam laktat (Safitri dkk., 2016). Fermentasi timbul sebagai hasil
metabolisme tipe anaerobik. Proses fermentasi yang terjadi pada bakteri asam
laktat yaitu substrat karbohidrat (glukosa) dipecah menjadi fosfogliseraldehid
yang kemudian diubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat ini kemudian
menghasilkan produk utama yakni asam laktat dan produk sampingannya
berupa alkohol, ester, dan asam-asam volatil lainnya (Buckle et al., 2010).
Menurut Noori et al. (2016), LAB adalah gram positif, asam toleran,
nonsporagenik, berbentuk basil atau coccus. LAB sukar tumbuh, sehingga
unsur seperti karbohidrat, asam amino, peptida, asam nukleat, dan vitamin
dibutuhkan untuk pertumbuhan optimalnya. Lactobacillus plantarum
merupakan salah satu jenis bakteri asam laktat
heterofermentatif dengan temperatur optimal lebih rendah
dari 37 . Lactobacillus plantarum berbentuk batang dan

memiliki sifat katalase negatif, fakultatif anaerob, toleran


terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Kondisi
fermentasi termasuk pH, suhu, aerasi, standardisasi dan komponen media
kultur merupakan faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam
pertumbuhannya. Perbandingan konsentrasi karbon dan nitrogen
juga berpengaruh terhadap pembentukan biomassa bakteri.
Selain itu, media dengan pH 2,5 sampai 4 merupakan media
dengan kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan bakteri
Lactobacillus plantarum (Novirisandi, 2012).
Penentuan jumlah angka mikroorganisme sangat penting dilakukan
untuk menetapkan keamanan makanan. Berbagai metode telah dikembangkan
untuk menghitung jumlah mikroorganisme. Metode tersebut berupa
menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel.
Terdapat empat macam cara umum untuk memperkirakan besar populasi
mikroorganisme, yaitu perhitungan langsung, pengukuran langsung,
perhitungan tidak langsung, dan perkiraan tidak langsung (Harmita 2006).
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis
yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil.
Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.
Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume
tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga
tertentu. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm dimana
satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2
mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian
satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini
adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang
hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui
(Wijaya dkk., 2015).
Kelemahan dari metode ini adalah pengukuran dengan metode-metode
ini sangat melelahkan, membutuhkan tenaga yang ahli dan berpengalaman, ban
yak menggunakan asumsi-asumsi dan banyak menghabiskan waktu dan
kadangkala terdapat ketidakpastian bahwa semua mikroorganisme yang ada
telah dihitung atau telah diukur (Djajakirana, 2003). Sedangkan keuntungan
dari metode ini adalah tidak diperlukan waktu inkubasi sehingga metode
penentuan jumlah sel ini banyak digunakan untuk menghitung sel mikroba
dalam sampel jika kecepatan waktu menjadi pertimbangan utama. Prinsip
perhitungan sel menggunakan haemocytometer adalah dengan cara
menempatkan 1 tetes suspense bahan atau biakan mikroba pada alat tersebut.
Kemudian ditutup dengan kaca penutup lalu diamati dengan mikroskop.
Dengan menentukan jumlah sel rata-rata setiap petak (ruangan) yang telah
diketahui volumenya dari alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikroba
setiap ml (Tortorra, 2013; Benson, 2001; Hayes,1992).
Kurva pertumbuhan bakteri umumnya memiliki empat tahap: fase lag,
fase log (eksponensial), fase stasioner, dan fase kematian. Selama fase lag,
bakteri tidak menunjukkan pertumbuhan, meskipun sel meningkat dalam
ukuran. Selama fase log, biomassa bakteri meningkat secara linear seiring
waktu, dengan jumlah sel bakteri dua kali lipat dengan setiap satuan waktu.
Fase ini didefinisikan sebagai tahap pertumbuhan yang seimbang karena
komposisi rata-rata sel tetap konstan dengan sifat kultur bakteri meningkat
pada tingkat yang sama. Bila fase stasioner tercapai, tidak ada lagi peningkatan
pada jumlah sel bakteri dan aktivitas metabolik seluler menurun yang berarti
tingkat pertumbuhan sama dengan tingkat kematian. Pertumbuhan bakteri
terhambat selama fase stasioner karena nutrisi penting yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri habis dan produk samping penghambat metabolik
terakumulasi. Akhirnya, fase kematian tercapai di mana sel bakteri dipecah
(lisis sel) karena penambahan akumulasi produk samping penghambat,
penipisan energi seluler, dan perubahan pH (Al-Qadiri et al., 2008).
Nutrisi utama yang dibutuhkan oleh BAL adalah sumber karbon dan
nitrogen. Bakteri asam laktat menggunakan sumber karbon sebagai sumber
energi dan bahan pembentuk asam laktat, sedangkan nitrogen digunakan
sebagai bahan pembentuk biomassa sel. Sumber karbon yang baik
untuk pertumbuhan bakteri asam laktat adalah glukosa.
Glukosa sebagai monosakarida merupakan senyawa yang
langsung dapat digunakan secara penuh oleh bakteri (Safitri
dkk., 2016).
Sumber karbon yang banyak digunakan untuk media
produksi adalah molase tebu, molase beet, biji-bijian, tepung,
sukrosa, laktosa, whey, minyak nabati, metana, methanol dan
n-alkana. Nitrogen organik maupun anorganik dapat digunakan dalam proses
fermentasi. Sumber nitrogen anorganik adalah garam ammonium (NH4Cl,
(NH4)2SO4, NH4NO3) dan urea. Nitrogen organik dapat pula berupa senyawa
nitrogen yang kompleks seperti corn steep liquor, kacang kedelai, kacang
tanah, yeast ekstrak, olahan ikan, dan limbah pemotongan hewan. Nitrogen
organik menghasilkan pertumbuhan biomassa lebih cepat dibandingan nitrogen
anorganik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan asam amino yang lebih
mudah untuk dihidrolisis dan dicerna oleh bakteri, sehingga akan memberikan
efektifitas yang lebih besar pada pertumbuhan jumlah sel mikrobia (Manfaati,
2010).
Air kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan
akan tetapi kebutuhan akan substrat makro seperti sumber C dan N masih harus
tetap ditambah agar hasil fermentasi yang dihasilkan optimal, sehingga
kekurangan nutrisi yang diperlukan harus ditambahkan dalam proses
fermentasi. Dengan sebagai sumber karbon dapat ditambahkan sukrosa,
glukosa, fruktosa, dan tepung (Hamad dan Kristiono, 2013).
Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian dan
juga jenis tanaman tertentu. Proses pengambilan nira bisa dilakukan dengan
cara digiling, diperas, dan disadap. Nira umumnya digunakan sebagai bahan
dasar dalam pembuatan gula atau pemanis. Cukup banyak jenis tanaman yang
dapat menghasilkan nira diantaranya aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma,
nipah, siwalan, mapel, dan sorgum. Pada proses fermentasi nira kandungan
gula akan menurun dengan cepat, sementara kandungan asam seperti asam
asetat, laktat, dan tartarat cenderung meningkat. Perubahan ini ditandai dengan
penurunan pH dan kadar gula (Jaya dkk., 2016).
C. Metode Penelitian
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Autoklaf
c. Botol UC
d. Haemocytometer
e. Cover glass
f. Kapas
g. Mikropipet
h. Tip
i. Mikroskop
j. Plastik PP 0,8
k. Tabung reaksi
l. Rak tabung reaksi
m. Pipet volume
n. Propipet
o. Tissue
2. Bahan
a. Aquades
b. Alkohol 70%
c. NaCl
d. Lactobacillus plantarum
e. Media
1. Nira tebu + 1 gr ZA
2. Nira tebu + 1 ml ekstrak tauge
3. Air kelapa + 1 gr ZA
4. Air kelapa + 1 ml ekstrak tauge
3. Cara Kerja
Penentuan Jumlah Sel dengan Metode Perhitungan Haemocytometer

bersihan permukaan hitung haemocytometer dan cover glass dengan alkohol dan dikeringkan deng

Peletakan cover glass diatas permukaan hitung haemocytometer

Peletakan haemocytometer di atas meja objek pada mikroskop dengan perbesaran 400 kali

omogenisasi sampel dengan vortex dan pengambilan sampel sebanyak 0,1 ml menggunakan mikro

ukan 0,1 ml sampel ke dalam tabung reaksi dan pengenceran sampel dengan menambahkan 0,9 m

Sampel dimasukkan ke permukaan hitung haemocytometer

Perhitungan jumlah sel pada kotak sedang

Pengambilan 1 ml sampel

Pelarutan dan homogenisasi dalam 9 ml akuades steril

Pengulangan langkah praktikum hingga jumlah sel dapat dihitung

Ditentukan jumlah sel/ml dengan rumus:


Jumlah sel (sel/ml) = x fp

Gambar 1.1 Diagram Alir Penentuan Jumlah Sel dengan Metode Perhitungan
Haemocytometer

D. Hasil dan Pembahasan


Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Proses
fermentasi yang terjadi pada bakteri asam laktat yaitu substrat karbohidrat
(glukosa) dipecah menjadi fosfogliseraldehid yang kemudian diubah menjadi
asam piruvat. Asam piruvat ini kemudian menghasilkan produk utama yakni
asam laktat dan produk sampingannya berupa alkohol, ester, dan asam-asam
volatil lainnya (Buckle et al., 2010).
Dalam praktikum ini, bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus
plantarum. Lactobacillus plantarum merupakan salah satu jenis
bakteri asam laktat heterofermentatif dengan temperatur

optimal lebih rendah dari 37 yang berbentuk batang dan

memiliki sifat katalase negatif, fakultatif anaerob, toleran


terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Kondisi
fermentasi termasuk pH, suhu, aerasi, standardisasi dan komponen media
kultur merupakan faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam
pertumbuhannya. Perbandingan konsentrasi karbon dan nitrogen
juga berpengaruh terhadap pembentukan biomassa bakteri.
Selain itu, media dengan pH 2,5 sampai 4 merupakan media
dengan kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan bakteri
Lactobacillus plantarum (Novirisandi, 2012). Pada praktikum ini
digunakan nira tebu dan air kelapa sebagai sumber karbon serta ekstrak tauge
dan ZA sebagai sumber nitrogen dalam media fermentasi
Haemocytometer yang digunakan pada percobaan ini adalah
Haemocytometer Neubauer dengan kedalaman 0,1 mm. Pada Haemocytometer
Neubauer terdapat 2 ruang hitung, masing-masing terdapat 9 kotak besar
dengan luas 1 mm2 . Pada kotak dibagian tengah, kotak dibagi menjadi 25
kotak berukuran sedang dengan luas 0,04 mm2 , dan kotak-kotak ini kemudian
dibagi kembali menjadi 16 kotak kecil berukuran 0,05 mm x 0,05 mm. Metode
direct microscopic count dengan haemocytometer ini digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri dalam suatu sel, namun pada metode ini, populasi
minimal dalam suatu sampel ialah 600 dan jumlah bakteri per kotak nya 5
sampai 15 sel saja, dengan tujuan menjaga agar perhitungan tetap akurat.
(Aneja, 2003; Laboffe, 2010; Tortorra, 2013).

Gambar 1.2 Ukuran ruang-ruang pada heamocytometer (b)

Berikut ini adalah cara penghitungan luas kotak sedang :


Luas kotak sedang = panjang x lebar
= 0,2 x 0,2 = 0,04 mm2
Volume kotak sedang = luas x kedalaman
= 0,04 mm2 x 0,1 mm
= 0,004 mm3
Karena 1 ml = 1 cm3, maka 0,004 mm3 = 0,000004 cm3 = 4x10-6 ml
Jadi, rumus menghitung jumlah sel/ml dalam kotak sedang adalah sebagai
berikut :
Jumlah sel/4x10-6 ml = (rata-rata jumlah sel/4) x 106 x faktor pengencer
= rata-rata jumlah sel x () x 106 x faktor pengencer
Jumlah sel/ml = rata-rata jumlah sel x 2,5 x 105 x faktor pengencer
(Chenoweth and Lorton, 2014).
Menurut Mahreni dan Sri (2011), fase pertumbuhan sel dapat dibagi
menjadi beberapa tahap yaitu: (i) fase lag (pertumbuhan sama dengan nol), (ii)
fase percepatan pertumbuhan, (iii) fase stagnan (kecepatan pertumbuhan tetap)
dan, (iv) fase kematian (pertumbuhan semakin lambat dan sebagian sel mati).
Pada fase lag jumlah sel tetap, tetapi sel dapat bertambah besar pada periode
ini. Selama fase percepatan pertumbuhan atau fase log, biomassa bakteri
meningkat secara linear seiring waktu, dengan jumlah sel bakteri dua kali lipat
dengan setiap satuan waktu. Fase ini didefinisikan sebagai tahap pertumbuhan
yang seimbang karena komposisi rata-rata sel tetap konstan dengan sifat kultur
bakteri meningkat pada tingkat yang sama. Bila fase stasioner tercapai, tidak
ada lagi peningkatan pada jumlah sel bakteri dan aktivitas metabolik seluler
menurun yang berarti tingkat pertumbuhan sama dengan tingkat kematian.
Pertumbuhan bakteri terhambat selama fase stasioner karena nutrisi penting
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri habis dan produk samping
penghambat metabolik terakumulasi. Akhirnya, fase kematian tercapai di mana
sel bakteri dipecah (lisis sel) karena penambahan akumulasi produk samping
penghambat, penipisan energi seluler, dan perubahan pH (Al-Qadiri et al.,
2008). Fase-fase tersebut digambarkan pada Gambar 1.2 sebagai berikut:

Gambar 1.3 Kurva Pertumbuhan Mikroba (Manfaati, 2011)


Tabel 1.1 Data Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Haemocytometer pada jam ke-0
hingga ke-24
JAM Log Jumlah sel/ml pada Jam ke-
KE- Nira + ZA Nira + Tauge Air Kelapa + ZA Air Kelapa + Tauge
0 6,799340549 6,096910013 5,176091259 5,544068044
0.5 6,230448921 6,607455023 5,740362689 6,096910013
1 7,662757832 0 7,204119983 7,832508913
1.5 8,421603927 8,625826713 8,528273777 7,511883361
2 8,424881637 8,374748346 8,374748346 8,36361198
2.5 8,084576278 7,982271233 8,176091259 7,966141733
3 8,47348697 8,173186268 8,029383778 8,029383778
4 8,66133934 8,644438589 7,829303773 8,01911629
5 8,100370545 8,42894429 8,593286067 8,221414238
6 8,44870632 8,416640507 8,1430148 8,322219295
7 8,645913275 8,321184027 8,344392274 8,356981401
8 8,630427875 8,547774705 7,832508913 8,368286885
9 8,16879202 8,379305518 8,012837225 7,792391689
10 8,80140371 8,534026106 8,29666519 8,322219295
11 8,617524535 8,54961624 8,181843588 8,131939295
12 8,424881637 8,103803721 8,28780173 8,517195898
13 8,356981401 8,325310372 7,934498451 8,244277121
14 8,470557485 8,547774705 8,433769834 8,319106059
15 8,405687787 8,372912003 8,204119983 8,347330015
16 8,326335861 8,214843848 8,239299479 8,302114377
17 8,50242712 8,532117116 8,254064453 8,306425028
18 8,131939295 8,393575203 8,247973266 8,027349608
19 8,283301229 8,383815366 8,303196057 8,405687787
20 8,482158695 8,505149978 8,540329475 8,974511693
21 8,605843539 8,319106059 8,213517757 8,258876629
22 8,27989498 8,356981401 8,263636069 8,283301229
23 8,281033367 8,329397879 8,174641193 8,301029996
24 0 0 0 0
Sumber : Laporan Sementara
Data log perhitungan mikroba dari empat sampel yaitu nira dengan
penambahan ZA, nira dengan penambahan ekstrak tauge, air kelapa dengan
penambahan ZA, dan air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge dapat
dilihat pada Tabel 1.1. Dari data tersebut diketahui bahwa pada jam ke-0 log
jumlah mikroba terendah terdapat pada sampel air kelapa dengan penambahan
ZA yaitu 5,176 dan yang tertinggi adalah nira dengan penambahan ZA yaitu
6,799; sedangkan pada sampel nira dengan penambahan ekstrak tauge adalah
sebesar 6,097 dan pada sampel air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge
adalah sebesar 5,544. Pada jam-jam berikutnya juga dilakukan penghitungan
mikroba dan didapatkan data yang sangat fluktuatif di setiap sampel yang
diamati. Pada jam terakhir pengamatan didapatkan data log jumlah mikroba
terendah yaitu pada sampel air kelapa dengan penambahan ZA yaitu sebesar
8,175 dan yang tertinggi pada sampel nira dengan penambahan ekstrak tauge yaitu
sebesar 8,329; sedangkan pada sampel nira dengan penambahan ZA adalah
sebesar 8,281 dan pada sampel air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge
adalah sebesar 8,301.

Nira + ZA
10
8
6
log jumlah sel 4
2
0
0 5 10 15 20 25 30

waktu

Gambar 1.4 Grafik Hubungan Log Jumlah Sel Terhadap Waktu pada Media Nira
dengan Penambahan ZA
Nira + Tauge
10
8
6
Log Jumlah Sel 4
2
0
0 5 10 15 20 25 30

Waktu

Gambar 1.5 Grafik Hubungan Log Jumlah Sel Terhadap Waktu pada Media Nira
dengan Penambahan Ekstrak Tauge
Air Kelapa + ZA
10
8
6
Log Jumlah Sel 4
2
0
0 5 10 15 20 25 30

Waktu

Gambar 1.6 Grafik Hubungan Log Jumlah Sel Terhadap Waktu pada Media Air
Kelapa dengan Penambahan ZA

Air Kelapa + Tauge


10
8
6
Log Jumlah Sel 4
2
0
0 5 10 15 20 25 30

Waktu
Gambar 1.7 Grafik Hubungan Log Jumlah Sel Terhadap Waktu pada Media Air
Kelapa dengan Penambahan Tauge
Gambar 1.4, Gambar 1.5, Gambar 1.6, dan Gambar 1.7
menunjukkan pola pertumbuhan Lactobacillus plantarum yang telah diamati.
Dari grafik tersebut diketahui bahwa pertumbuhan Lactobacillus plantarum
pada keempat media rata-rata mengalami fase log dari jam ke-0,5 hingga jam
ke-1,5 dan selanjutnya mengalami fase stasioner. Pada pengamatan keempat
media hingga jam ke-24, pertumbuhan Lactobacillus plantarum belum
mengalami fase kematian. Grafik yang didapat ini tidak sesuai teori dimana
seharusnya grafik pertumbuhan mikroba sama/hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Mahreni dan Sri (2011), dimana pertumbuhan mikroba
mengalami beberapa fase yaitu fase lag, fase percepatan pertumbuhan, fase
stationer dan fase kematian. Sedangkan pada praktikum ini fase lag dan fase
kematian tidak terbentuk. Penyimpangan ini kemungkinan besar dikarenakan
oleh ketidaktelitian pengamat/praktikan dalam menghitung mikroba
menggunakan haemocytometer, sehingga terjadi error berupa bakteri yang
tidak terhitung maupun kotoran lensa yang ikut terhitung.
Menurut Safitri dkk. (2016), nutrisi utama yang dibutuhkan oleh BAL
adalah sumber karbon dan nitrogen. Bakteri asam laktat menggunakan sumber
karbon sebagai sumber energi dan bahan pembentuk asam laktat, sedangkan
nitrogen digunakan sebagai bahan pembentuk biomassa sel. Sumber karbon
yang baik untuk pertumbuhan bakteri asam laktat adalah
glukosa. Glukosa sebagai monosakarida merupakan senyawa
yang langsung dapat digunakan secara penuh oleh bakteri.
Menurut Barlina (2004), air kelapa muda mengandung total gula 5,6%
dan karbohidrat sebesar 4%. Sedangkan nira tebu mengandung gula sebanyak
50%, baik dalam bentuk sukrosa 20-30% maupun gula pereduksi 10-30%
(Novirisandi, 2012). Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat sampel dengan media
nira tebu menghasilkan jumlah mikrobia yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan jumlah mikrobia yang difermentasi pada media air kelapa. Hal ini
dikarenakan jumlah BAL yang rendah pada media air kelapa disebabkan
karena sedikitnya sumber karbon yang terkandung dalam media, sehingga
sedikit pula kandungan gula yang difermentasikan oleh bakteri (Safitri dkk.,
2016). Didukung pula oleh El-Sheekh et al. (2014), yang menyatakan bahwa
kenaikan kadar karbohidrat berkorelasi dengan peningkatan pembelahan sel
yang lebih tinggi.
Nitrogen organik maupun anorganik dapat digunakan dalam proses
fermentasi. Sumber nitrogen anorganik adalah garam ammonium (NH4Cl,
(NH4)2SO4, NH4NO3) dan urea. Nitrogen organik dapat pula berupa senyawa
nitrogen yang kompleks seperti corn steep liquor, kacang kedelai, kacang
tanah, yeast ekstrak, olahan ikan, dan limbah pemotongan hewan. Nitrogen
organik menghasilkan pertumbuhan biomassa lebih cepat dibandingan nitrogen
anorganik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan asam amino yang lebih
mudah untuk dihidrolisis dan dicerna oleh bakteri, sehingga akan memberikan
efektifitas yang lebih besar pada pertumbuhan jumlah sel mikrobia (Manfaati,
2010). Berdasarkan Tabel 1.1, sampel pada media nira dengan penambahan
ZA menghasilkan jumlah mikrobia yang lebih tinggi dibandingan dengan
penambahan ekstrak tauge. Namun sampel pada media air kelapa dengan
penambahan ekstrak tauge menghasilkan jumlah mikroba yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penambahan ZA.
Tabel 1.2 Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Spesifik dan Doubling Time
Nira + Air Kelapa Air Kelapa +
Parameter Nira + ZA
Tauge + ZA Tauge
Laju Pertumbuhan
0,3356 0,6862 1,152 1,0194
Spesifik
Doubling Time (jam) 2,064958 1,00991 0,601563 0,679812
Sumber : Laporan Sementara

Parameter ( ) menyatakan kecepatan pertumbuhan

spesifik per jam. Kecepatan pertumbuhan spesifik ( )


didasarkan pada persamaan yang berlaku pada fase
pertumbuhan logaritmik. Hal ini akan berlaku jika
perbandingan kondisi biomassa dan kondisi lingkungan
konstan (Pramono dkk., 2003). Berdasarkan Tabel 1.2,
didapatkan hasil perhitungan kecepatan pertumbuhan spesifik
Lactobacillus plantarum pada media nira tebu yang ditambahkan ZA sebesar
0,3356; nira tebu dengan penambahan ekstrak tauge 0,6862; air kelapa dengan
penambahan ZA 1,152; dan air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge
sebesar 1,0194.
Waktu generasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menggandakan jumlah sel. Waktu generasi, juga disebut
sebagai waktu penggandaan (doubling time). Waktu generasi
sangat bervariasi mulai dari beberapa menit sampai beberapa
jam atau beberapa jam sampai beberapa hari. Populasi
mikroba menunjukkan pola pertumbuhan karakteristik yang
dikenal sebagai pertumbuhan eksponensial, di mana jumlah
sel dua kali lipat selama setiap periode waktu unit (Srivastava,
2003). Oleh karena itu waktu untuk menggandakan jumlah sel
(doubling time) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
= ln2 / atau = 0,693 /
dimana merupakan tingkat pertumbuhan spesifik (Wang et
al., 2015). Berdasarkan Tabel 1.2, doubling time atau waktu
generasi Lactobacillus plantarum pada pada media nira tebu yang
ditambahkan ZA adalah sebesar 2,064958 jam; nira tebu dengan penambahan
ekstrak tauge sebesar 1,00991 jam; air kelapa dengan penambahan ZA
0,601563 jam; dan air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge sebesar
0,679812 jam.

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jumlah sel pada fase logaritmik mikroba sampel air kelapa dengan
penambahan ZA memberikan hasil terendah dibandingkan dengan sampel
nira dengan penambahan ekstrak tauge
2. Kecepatan pertumbuhan spesifik Lactobacillus plantarum pada media nira
tebu yang ditambahkan ZA adalah sebesar 0,3356; nira tebu dengan
penambahan ekstrak tauge 0,6862; air kelapa dengan penambahan ZA
1,152; dan air kelapa dengan penambahan ekstrak tauge sebesar 1,0194.
3. Doubling time Lactobacillus plantarum pada pada media nira
tebu yang ditambahkan ZA adalah sebesar 2,064958 jam; nira tebu dengan
penambahan ekstrak tauge sebesar 1,00991 jam; air kelapa dengan
penambahan ZA 0,601563 jam; dan air kelapa dengan penambahan ekstrak
tauge sebesar 0,679812 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qadiri, Hamzah M., Nivin I. Al Alami, Mengshi Lin, Murad Al-Holy, Anna G.
Cavinato, and Barbara A. Rasco. 2008. Studying of the Bacterial Growth
Phases Using Fourier Transform Infrared Spectroscopy and Multivariate
Analysis. Journal of Rapid Methods & Automation in Microbiology, Vol.
16 : 73-89.
Aneja, K.R. 2003. Experiments in Microbiology, Plant Pathology, and
Biotechnology. New Age International Publishers. New Delhi.
Barlina, Rindengan. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan
Pengolahannya. Perspektif, Vol. 3, No. 2, hal : 46-60.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, and M. Wootton. 2010. Ilmu Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Chenoweth, Peter J., and Steven P. Lorton. 2014. Animal Andrology: Theories and
Applications. CABI. London.
Djajakirana, G. 2003. Metode-Metode Penetapan Biomassa Mikroorganisme
Tanah Secara Langsung dan Tidak Langsung: Kelemahan dan
Keunggulannya. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 5 (1) : 29-38.
El-Sheekh, Mostafa M., Mohamed Y. B., Mohamed E. O., and Mona M. Ismail.
2014. Influence of Molasses on Growth, Biochemical Composition and
Ethanol Production of the Green Algae Chlorella vulgaris and
Scenedesmus obliquus. Journal of Agricultural Engineering and
Biotechnology, Vo. 2(2), Pg. : 20-28.
Hamad, Alwani, dan Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen
terhadap Hasil Fermentasi Nata De Coco. Momentum, Vol. 9, No. 1, hal : 62-65.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayat Edisi Ke-3. EGC. Jakarta.
Jaya, Riko S., Sentosa Ginting, dan Ridwansyah. 2016. Pengaruh Suhu Pemanasan dan
Lama Penyimpanan terhadap Perubahan Kualitas Nira Aren (Arenga
pinnata). Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, Vol. 4, No. 1.
Mahreni, Sri Suhenry. 2011. Kinetika Pertumbuhan Sel Sacharomyces cerevisiae
dalam Media Tepung Kulit Pisang. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
ISSN : 1411-4216.
Manfaati, Rintis. 2010. Kinetika dan Variabel Optimum Fermentasi Asam Laktat
dengan Media Campuran Tepung Tapioka dan Limbah Cair Tahu Oleh
Rhizopus oryzae. [Tesis] Program Studi Teknik kimia. Program Magister
Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang.
Noori, Faranak, Maryam Tajabadi E., and Parvaneh Jafari. 2016. Growth
Optimization of Lactobacillus plantarum T5jq301796.1, an Iranian
Indigenous Probiotic in Lab Scale Fermenter. Applied Food
Biotechnology, Vol. 3 (3) : 188-193.
Novirisandi, Rochma. 2012. Kajian Viabilitas dan Pola Pertumbuhan
Lactobacillus plantarum pada Variasi Konsentrasi Molase dan Waktu
Inkubasi. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlngga
Pramono, Yoyok B., Eni Harmayani, dan Tyas Utami. 2003. Kinetika
Pertumbuhan Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus sp. pada Media
MRS Cair. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 1.
Rukmi, Widya Dwi, Elok Zubaidah, dan Monika Maria. 2012. Pembuatan Starter
Kering Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Saccharomyces
cereviceae untuk Proses Fermentasi Produk Sereal Instan. Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol. 4 (1), hal : 56-69.
Safitri, Nurlaela, Titi Candra S., dan Anja Meryandini. 2016. Formula Media
Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Pediococcus pentosaceus
Menggunakan Substrat Whey Tahu. Jurnal Sumberdaya Hayati, Vol. 2,
No. 2, hal : 31-38.
Srivastava, Sheela, and P. S. Srivastava. 2003. Understanding Bacteria. Kluwer
Academic Publishers. The Netherlands.
Tortora, Gerard J. 2013. Microbiology: An Introduction. Pearson. San Francisco.
Wang, Liyun, Damin Fan, Wei Chen, and Eugene M. 2015. Bacterial Growth,
Detachment and Cell Size Control on Polyethylene Terephthalate
Surfaces. Scientific Reports, Vol. 2 : 15159.
Wijaya, Raden C., Evrita Lusiana U., dan Yudianingsih. 2015. Perancangan Alat
Penghitung Bakteri. Jurnal Teknologi Informasi, Vol. X, No. 29.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan kecepatan pertumbuhan spesifik () Lactobacillus plantarum


a. Pada media Nira yang ditambah ZA
NIRA + ZA
0 6,799340549
1 7,662757832
1.5 8,421603927
2 8,424881637
2.5 8,47348697
4 8,66133934

Nira + ZA
10

8 f(x) = 0.34x + 6.9


R = 0.78
6
log junlah sel 4 Linear ()

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Waktu

Gambar 1.8 Regresi Fase Logaritmik Mikroba pada Media Nira dengan
Penambahan ZA

Diketahui:
Persamaan regresi y= 0,3356x + 6,8994
Slope = 0,3356

Laju Pertumbuhan Spesifik ( ) : 0,3356/jam

0,693
Doubling Time (td) : max

0,693
: 0,3356

: 2,064958 jam
b. Pada media Nira yang ditambah Tauge
NIRA + TAUGE
0 6,096910013
0.5 6,607455023
1.5 8,625826713
2 8,374748346
4 8,644438589

Nira + TAUGE
10
8 f(x) = 0.69x + 5.61
6 R = 0.79
Log jumlah sel 4
Linear ()
2
0
0 1 2 3 4 5 6

Waktu

Gambar 1.9 Regresi Fase Logaritmik Mikroba pada Media Nira dengan
Penambahan Tauge

Diketahui:
Persamaan regresi y= 0,6862x + 5,6112
Slope = 0,6862

Laju Pertumbuhan Spesifik ( ) : 0,6862/jam

0,693
Doubling Time (td) : max
0,693
: 0,6862

: 1,00991 jam
c. Pada media Air Kelapa yang ditambah ZA
Air Kelapa + ZA
0 5,176091259
0.5 5,740362689
1 7,204119983
1.5 8,528273777

Air Kelapa + ZA
10

f(x) = 1.15x + 3.78


5 R = 0.97
Log jumlah sel
Linear ()
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu

Gambar 1.10 Regresi Fase Logaritmik Mikroba pada Media Air Kelapa
dengan Penambahan ZA
Diketahui:
Persamaan regresi y= 1,152x + 3,7821
Slope = 1,152

Laju Pertumbuhan Spesifik ( ) : 1,152/jam

0,693
Doubling Time (td) : max

0,693
: 1,152
: 0,601563 jam
d. Pada media Air Kelapa yang ditambah Tauge
Air Kelapa + Tauge
0 5,544068044
0.5 6,096910013
1 7,832508913
2 8,36361198

Air Kelapa + Tauge


10

8 f(x) = 1.02x + 4.41


R = 0.95
6
Log jumlah sel 4 Linear ()

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Waktu

Gambar 1.11 Regresi Fase Logaritmik Mikroba pada Media Air Kelapa
dengan Penambahan ZA
Diketahui:
Persamaan regresi y= 1,0194x + 4,4107
Slope = 1,0194

Laju Pertumbuhan Spesifik ( ) : 1,0194/jam


0,693
Doubling Time (td) : max

0,693
: 1,0194

: 0,679812 jam
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1.12 Media Nira Tebu Gambar 1.13 Media Air Kelapa

Gambar 1.14 Ekstrak Tauge sebagai Gambar 1.15 Kristal ZA sebagai


Sumber Nitrogen Sumber Nitrogen

Anda mungkin juga menyukai