Anda di halaman 1dari 6

TOPIK IV

MENGAMATI KELEMBABAN UDARA DI DALAM KULKAS

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat alat-alat yang
menggunakan energi listrik. Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki
cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang mengalir pada
kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Kalor merupakan jumlah
energi yang dipindahkan dari suatu benda ke benda yang lain karena
adanya perbedaan temperatur. Dengan teknologi yang semakin maju,
manusia mampu merancang dan membuat suatu alat yang mampu
memindahkan kalor dari daerah yang bertemperatur rendah ke daerah
yang bertemperatur lebih tinggi, yaitu refrigerator atau kulkas.
Lemari Es atau yang lebih dikenal dengan nama kulkas adalah
sebuah alat rumah tangga yang umum digunakan untuk mendinginkan
makanan dan minuman. Lemari Es ini berfungsi untuk mendinginkan
atau menjaga kondisi makanan dan minuman agar lebih tahan lama
dan tetap segar dengan mengatur suhu dan kelembapan udara di dalam
kulkas.
Kegunaan kulkas yang lain adalah dapat menyimpan berbagai
jenis makanan yang mudah rusak (perishable), seperti sayur, buah,
kue, dan berbagai jenis makanan lainnya. Jenis makanan yang
perishable memiliki kandungan air yang tinggi, disertai bahan
makanan protein, karbohidrat, dan lemak. Semuanya adalah media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur yang merupakan
sumber kerusakan makanan. Berbeda dengan makanan kering yang
kadar airnya kurang dari 10%.
Dalam bidang pertanian, kelembapan udara sangatlah
berpengaruh dalam proses pertumbuhan maupun dalam proses hasil
pertaniannya. Contoh, dalam pembudidayaan jamur, kelembapannya
harus disesuaikan dengan jenis tanamannya. Dalam kehidupan sehari
hari kelembaban udara adalah sesuatu yang sangat penting, karena ini
akan sangat mempengaruhi temperatur. Dalam atmosfer (lautan udara)
senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut
kelembaban (lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung
pada temperatur udara setempat. Kelembaban udara adalah persentase
kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara ditentukan oleh
jumlah uap air yang terkandung di dalam udara.
2. Tujuan
Tujuan dari percobaan Topik IV “Mengamati Kelembapan
Udara di Dalam Kulkas” adalah untuk mengetahui bagaimanakah
kondisi kelembapan udara di dalam kulkas (lemari pendingin) bila
dibandingkan dengan kondisi kelembapan udara di luar kulkas.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum topik IV Mengamati Kelembapan Udara di Dalam
Kulkas dilaksanakan pada hari Senin, 1 Desember 2014 pada pukul
11.00 – 12.00 WIB bertempat di Perumahan Klodran Indah RT 01 RW
09, Colomadu, Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka
Kelembaban udara terbagi menjadi dua macam yaitu kelembaban
udara absolut dan kelembaban udara relatif. Kelembaban udara absolut
adalah nilai jumlah kandungan uap air dalam 1 kilogram udara atau gr/m3.
Panas thermal udara sangat berpengaruh terhadap nilai kelembaban udara
absolut, tetapi tidak akan berubah meskipun dipanaskan atau didinginkan.
Pada temperatur tinggi, udara cenderung menghisap kelembaban
dibandingkan dengan udara bertemperatur rendah. Sedangkan kelembaban
udara relatif adalah jumlah persentase kandungan air yang dihitung atas
dasar udara berkandungan air maksimum (udara jenuh). Kelembaban
udara relati pada udara jenuh harus selalu 100%. Kelembaban udara relatif
akan menurun bila udara dipanaskan dan akan meningkat persentasenya
bila udara didinginkan (Budianto, 1996).
Refrigerasi atau mesin pendingin adalah suatu usaha untuk
mencapai atau memperoleh dan menjaga temperatur lebih rendah dari
temperatur atmosfer lingkungan. Refrigerasi juga merupakan suatu usaha
untuk memindahkan panas dari temperatur rendah ke temperatur tinggi
dengan melakukan kerja terhadap sistem. Dalam sistem refrigerasi dikenal
dua siklus, yaitu refrigerasi siklus kompresi uap dan refrigerasi absorbsi
(Negara et al., 2010).
Prinsip operasi lemari es adalah kebalikan dari mesin karnot.
Masing-masing dioperasikan untuk mentransfer kalor dari lingkungan
dingin ke lingkungan panas. Dengan melakukan kerja W, kalor diambil
dari daerah suhu rendah T2 (suhu bagian dalam kulkas) lalu sejumlah besar
kalor dilepaskan pada suhu tinggi T1 (ruangan) (Giancoli, 1997).
Penggunaan mesin pendinginan yang paling umum yaitu untuk
pegkondisian ruangan dan pengawetan bahan makanan atau minuman.
Tujuan utama sistem pengkondisian udara adalah mempertahankan
keadaan udara didalam ruangan yang meliputi pengaturan temperatur,
kelembapan relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara.
Sistem pengkondisian udara yang dipasang harus mempunyai kapasitas
pendinginan yang tepat dan dapat dikendalikan dalam pengoperasiannya
(Anwar, 2010).
Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi
sehari-hari saat ini adalah mesin pendingin yang bekerja berdasarkan
siklus pendingin kompresi uap. Pada sistem ini terdapat refrigeran, yakni
suatu senyawa yang dapat berubah fase secara cepat dari uap ke cair dan
sebaliknya. Pada saat terjadi perubahan fase dari cair ke uap, refrigeran
akan mengambil kalor (panas) dari lingkungan. Sebaliknya saat berubah
fase dari uap ke cair, refrigeran akan membuang kalor (panas) ke
lingkungan sekelilingnya. Komponen utama dari suatu sistem refrigeran
kompresi uap adalah evaporator, kompresor, kondensor, alat ekspansi serta
refrigeran sebagai fluida kerja yang bersirkulasi pada bagian-bagian
tersebut (Tampubolon dan Samosir, 2005)
Sistem kerja pada mesin pendingin adalah saat refrigeran mengalir
melalui evaporator, perpindahan panas dari ruangan yag didinginkan
menyebabkan refrigeran menguap. Refrigeran meninggalkan evaporator
kemudian dikompresi hingga tekanan dan temperatur menjadi tinggi oleh
kompresor. Kemudian, refrigeran mengalir melalui kondensor dimana
refrigeran mengembun dan memberikan panas ke udara sekitar yang lebih
rendah temperaturnya. Akhirnya refrigeran pada state 3 masuk katup
ekspansi (bisa berupa pipa kapiler) dan berekspansi ke tekanan evaporator.
Tekanan refrigeran turun dalam ekspansi yang ireversibel dan diikuti
dengan adanya kenaikan entropy jenis. Refrigeran keluar katup eksansi
pada state 4 yang berupa fase campuran uap-air (Handoyo, 2002).
Dalam upaya memperpanjang umur simpan tablet effervescent
diperlukan kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan dan
menjaga kualitas tablet. Sebagaimana dilaporkan dalam beberapa jurnal
dan teks bahwa tablet effervescent, seperti halnya produk pangan lainnya,
mudah mengalami kerusakan apabila disimpan terlalu lama dan biasanya
kerusakan tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga ditolak oleh
konsumen. Kerusakan ini terutama disebabkan oleh karena produk ini
bersifat higroskopis, sehingga sangat rentan terhadap pengaruh suhu dan
kelembaban udara, maka aternatif pemilihan penyimpanannya adalah pada
suhu dan kelembaban udara yang rendah (Ansar, 2006).

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat
a. Kulkas
2. Bahan
a. Kerupuk
b. Biskuit
c. Wafer
3. Cara Kerja
a. Memasukkan 3 buah kerupuk ke dalam kulkas di 3 tempat berbeda.
b. Meletakkan 3 buah kerupuk di luar kulkas atau di ruangan terbuka.
c. Mendiamkan kerupuk yang ada di dalam kulkas maupun di
ruangan terbuka selama 10 jam.
d. Mengamati perubahan kecrispy’an yang terdapat pada kerupuk di
dalam kulkas maupun di ruangan terbuka.
e. Mengulangi percobaan tersebut dengan menggunakan biskuit dan
wafer

Kulkas
A

1m 1m
C A B C

Gambar 4.1 Lokasi Peletakkan Sampel di Dalam dan di Luar Kulkas


DAFTAR ISI

Ansar, Budi R., Zuheid Noor, dan Rochmadi.2006. Pengaruh Temperatur dan
Kelembaban Udara Terhadap Kelarutan Tablet Effervescent. Vol. 17,
No. 02: 63-68.
Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem Mesin
Pendingin. Jurnal SMARTek. Vol. 08, No. 03: 203-214.
Budianto, A. D. 1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Giancoli, Douglas C. 1997. FISIKA Jilid 1 Edisi Empat. Erlangga Jakarta.
Handoyo, Ekadewi A., dan Agus Lukito. 2002. Analisis Pengaruh Pipa Kapiler
yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin
Pendingin. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 04, No. 02: 94-88.
Negara, Komang M. T., Hendra Wijaksana, Nengah Suarnadwipa, dan Made
Sucipta. 2010. Analisa Preformansi Sistem Pendingin Ruangan dan
Efisiensi Energi Listrik Pada Sistem Water Chiller dengan Penerapan
Metode Cooled Energy Storage. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CokroM.
Vol. 04, No. 01: 43-50.
Tambubolon, Darwis., dan Robert Samosir. 2005. Jurnal Teknik SIMETRIKA.
Vol. 04, No.01: 312-316.

Anda mungkin juga menyukai