Anda di halaman 1dari 6

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia

Page 1

PENGARUH SUMBER DAN JENIS PENUTUP


KARBON, SUMBER TERHADAP PEMBUATAN
NITROGEN, PENDIDIHAN, NATA DE TUBEROSUM

Ari Purnomo, Fredy Arief Senjaya, Gabriella Ardhya Puspita*), Nur Haniza Roviqoh
Dewi

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses fermentasi nata dari bahan baku kentang (Nata de
Tuberosum) yang mengandung glukosa sebagai syarat utamanya. Kentang (Solanum tuberosum L.)
mengandung karbohidrat, Na, serat diet, protein, vitamin C, kalsium, zat besi dan vitamin B6 yang
cukup tinggi. Pembentukan nata membutuhkan bantuan bakteri Acetobacter xylinum, yang prosesnya
dipengaruhi oleh temperatur ruang inkubasi, jenis dan konsentrasi, alat-alat yang steril, waktu, derajat
keasaman (pH), tempat fermentasi yang gelap. Proses fermentasi nata dilakukan dengan beberapa
tahap, antara lain: pembuatan nata, dan analisa glukosa, yang terdiri dari standarisasi kadar glukosa
dan pembuatan glukosa standar. Proses pembentukan nata dilakukan selama 6x24 jam, dimana setiap
hari dilakukan pengukuran tinggi nata. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa kadar glukosa
berkurang akibat terpakai dalam pembentukan selulosa. Sedangkan pH turun karena penambahan
konsentrasi asam dalam tiap variabel. Densitas naik karena adanya pertambahan massa dari bakteri.
Sampel lebih baik jika ditutup dengan daun jati, diberi Tropicana Slim sebagai sumber karbon,
dididihkan setelah penambahan nutrien, dan diberi urea sebanyak 4 gram sebagai sumber nitrogen.
Kata kunci : Acetobacter xylinum; kentang; Nata de Tuberosum

Abstract

[The Impact of Carbon Source, Nitrogen Source, Boiling, and Type of Covertoward Nata de
Tuberosum] This research aims to review nata fermentation process from potato (Nata de Tuberosum)
which contains glucose as the main requirement. Potato (Solanum tuberosum L.) contains plentiful of
carbohydrate, Na, dietary fiber, protein, vitamin C, calcium, iron, and vitamin B6. Formation of nata
cellulose needs a help from Acetobacter xylinum, and the process is influenced by incubation
temperature, kind and concentration of bacteria and medium, sterility of equipments, pH, and how dark
the place when fermentation occurs. Fermentation process is done with a few steps, formation of nata,
and glucose analysis, that is divided into glucose concentration standardization and the making of
standard glucose. The fermentation of nata is accomplished in 6x24 hours, and the height of cellulose
formed must be measured between this time. The conclusions are if the pH decreases as the
concentration of acid increases, the density increases from the inceasing of bacteria mass, the sample
results in better nata if covered in djati leaf, added with Tropicana Slim as carbon source, boiled after
the addition of nutrients, and added with 4 grams of urea as nitrogen source.
Keywords: Acetobacter xylinum; Nata de Tuberosum; potato

1. Pendahuluan E-mail: ardhyagabriella@student.undip.ac.id


Nata termasuk produk fermentasi, yang dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada
-------------------------------------------------------------- permukaan cairan yang mengandung gula.
*) Penulis Korespondensi.
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Page 2

Bakteri yang paling banyak dipelajari adalah kamar (28oC), suhu yang terlalu rendah atau terlalu
Acetobacter xylinum. Sifat utama pada bakteri ini tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri
yaitu kemampuan mempolimerisasi glukosa menjadi pembentuk nata, nata juga dipengaruhi oleh jenis
selulosa dan kemudian membentuk matrik yang dan konsentrasi medium, kadar karbohidrat
dikenal sebagai nata. optimum untuk berlangsungnya fermentasi nata
Faktorfaktor dominan yang mempengaruhi adalah 10% (Palungkun, 1992), selain itu
sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah pembuatan nata juga dipengaruhi oleh jenis dan
ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, konsentrasi bakteri, pada umumnya
dan ketersediaan oksigen (Suwijah, 2011). Medium bakteri Acetobacter xylinum merupakan bakteri
fermentasi nata harus memiliki ketersediaan nutrisi yang lebih produktif dari jenis starter lainnya,
yang cukup, yakni mengandung karbohidrat (gula) sedang konsentrasi 5-10% merupakan konsentrasi
disamping vitamin dan mineral. Kadar karbohidrat yang ideal (Rahman, 1992), sterilisasi alat juga
yang optimum untuk berlangsungnya fermentasi sangat penting bagi proses pembuatan nata,
nata adalah 10%. Derajat keasaman (pH) yang sehingga tidak ada bakteri lain yang tumbuh dan
dibutuhkan dalam fermentasi nata adalah 3-5. Pada mengganggu jalannya proses. pH juga harus diatur
umumnya suhu fermentasi untuk pembuatan nata antara 3-5, yang merupakan pH optimum
adalah pada suhu kamar (28oC). fermentasi, waktu fermentasi berkisar antara 2-4
Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan minggu, serta tempat berlangsungnya fermentasi,
sebagai bahan dasar pembuatan nata adalah kentang. yang harus terhindar dari kontak langsung dengan
Kandungan karbohidrat kentang cukup tinggi sinar ataupun sumber panas.
apabila dibandingkan dengan komponen lain, yaitu Nata mengandung serat yang tinggi, sehingga
19,10 g dalam 100 g bahan (Direktorat Gizi dapat menyelubungi komponen penyebab kanker di
Departemen Kesehatan RI, 1996), yang cukup untuk dalam feses, dan mencegah kanker kolon. Makanan
memenuhi kebutuhan akan nutrisi (glukosa) bagi dengan kandungan serat kasar yang tinggi juga
pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum. dapat mengurangi berat badan, sehingga berguna
Sehingga kentang dapat dijadikan sebagai bahan bagi program diet.
dasar dalam proses pembuatan produk nata.
2. Bahan dan Metode
Setiap bakteri tentu mengalami dinamika Bahan yang dipakai dalam percobaan ini antara
pertumbuhan sel, termasuk bakteri Acetobacter lain: Sari kentang (1080 mL), MgSO4 (12 gram),
xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami KH2PO4 (12 gram), Glukosa anhidris (54,189 gram),
beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi Tropicana Slim (54,189 gram), daun jati dan daun
pisang, Urea (14 gram), Acetobacter xylinum (194,4
(lag phase), fase pertumbuhan eksponensial, dimana
mL), NaOH & CH3COOH secukupnya. Sedangkan
bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler polimerase alat yang dipakai dalam percobaan antara lain
sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer kompor listrik, beaker glass, autoclave, gelas ukur,
glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini timbangan digital, pengaduk, buret, statif, dan klem.
sangat menentukan kecepatan suatu strain Metode yang digunakan dalam percobaan ini
Acetobacter xylinum dalam membentuk nata, adalah fermentasi aerob fakultatif menggunakan
dilanjutkan dengan fase pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Sedangkan percobaan
tetap/stasioner, dan fase kematian. bagi menjadi 2 bagian besar, yakni pembentukan
nata dan analisis glukosa. Analisis glukosa dimulai
Menurut Thiman (1962) pembentukan nata dengan pembuatan glukosa standar, standardisasi
terjadi karena proses pengambilan glukosa dari glukosa, dan penghitungan kadar glukosa bahan
larutan gula dalam bahan dasar nata oleh sel-sel Analisa yang dilakukan dalam percobaan ini
Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut antara lain: Analisa kadar glukosa, pH, dan densitas.
digabungkan dengan asam lemak membentuk Kadar glukosa dapat dihitung menggunakan rumus:
precursor (penciri nata) pada membran sel.
Precursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk Vtotal Vpengenceran
( FM ) . . . 0,0025. 100
akskresi dan bersama enzim mempolimerisasikan Vtitrasi Vyang diambil
glukosa menjadi cellulose material diluar sel. %S=
Vtotal . medium fermentasi
Pembuatan nata dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting, antara lain temperatur fermentasi, ...(1)
dimana proses akan berjalan optimum pada suhu
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Page 3

3. 3. Hasil dan Pembahasan menurun seiring dengan penurunan sumber karbon


3.1 Fenomena kadar glukosa (%S) yang dimiliki dan asam- asam organik yang
dihasilkan. Tingginya kadar gula dan Total Soluble
20 Solid pada suatu larutan dapat menjadi penyebab
kematian pada bakteri, karena dapat terjadi proses
15 Kadar osmosis dari mikroba ke larutan. Hal ini
10 glukosa menyebabkan kadar glukosa akhir pada variabel 2
Kadar Glukosa (%) lebih besar dari kadar glukosa awal.
5 awal
Dapat disimpulkan bahwa fenomena pada
0 Kadar kadar glukosa dalam praktikum telah sesuai dengan
glukosa teori yang ada. Karena glukosa akan terpakai dalam
akhir pembentukan selulosa sehingga kadarnya akan
Variabel
berkurang, seperti pada sebagian besar variabel.
Akan tetapi juga terdapat penyimpangan, yakni
peningkatan kadar glukosa. Hal ini terjadi karena
Gambar 1. Perbandingan kadar glukosa awal dan petumbuhan bakteri Acetobacter xylinum tidak
akhir selalu berbanding lurus dengan penurunan glukosa,
karena adanya produksi zat-zat lain seperti alkohol,
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapat asam organik, dan lain-lain.
data kadar glukosa awal sebesar 11,75%.
Sedangkan kadar glukosa akhir yang didapat antara
lain: Variabel 1 = 4,98%, Variabel 2 = 14,42%,
Variabel 3 = 10,55%, Variabel 4 = 9,52%, Variabel 5
= 8,46 %, dan Variabel 6 = 11,65 %. Kandungan
glukosa hampir semua menurun pada tiap variabel,
Akan tetapi pada variabel 2, kandungan glukosa
justru bertambah.
Bakteri dapat bertumbuh pada media yang 3.2 Fenomena pH
berisi glukosa sebagai sumber karbon. Bakteri dapat
membuat transisi secara efektif yang ditandai 5
dengan terbentuknya nata. Prekursor pada 4.5
pembentukan selulosa adalah uridin difosfoglukosa,
pH 4
dan produksi selulosa melibatkan glukosa atau pH Awal
sukrosa sebagai sumber karbonnya, untuk 3.5 pH akhir
pembentukan polisakarida (Vandamme, 1998). 1 2 3 4 5 6
Sehingga kandungan glukosa akan turun seiring
dengan semakin terbentuknya nata. Variabel
Sedangkan pada praktikum kami, kadar
glukosa pada tiap variabel berkurang, kecuali pada
variabel 2, dimana kadar glukosa justru semakin Gambar 2. Perbandingan pH awal dan akhir
bertambah. Menurut Gaman dan Sherington (1992),
kadar gula justru memperlambat proses metabolisme Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa
dari bakteri Acetobacter xylinum. Hal ini terjadi perbandingan pH awal (4,5) dan akhir pada masing-
karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh masing variabel semuanya turun sampai 4.
kepekatan konsentrasi zat terlarut pada larutan Menurut Rahayu (2007), pada umumnya,
tersebut. Meningkatnya pertumbuhan koloni bakteri semakin meningkatnya kandungan asam suatu
Acetobacter xylinum sesuai dengan kadar gula yang bahan maka nilai pH akan semakin turun.
diberikan. Hanya saja pertumbuhan mikroba pada Penurunan pH disebabkan oleh peningkatan
suatu media tidak selamanya berbanding lurus konsentrasi zat- zat asam selama proses fermentasi.
dengan penambahan kadar gula dalam proses Sreeramulu (2000) menyatakan bahwa penurunan
fermentasi, karena proses fermentasi juga pH terjadi karena selama proses fermentasi, yeast
menghasilkan alkohol, asam organik, dan zat- zat mensintesis gula menjadi etanol dan oleh bakteri
lain. Kondisi ini dapat menjadi pembatas asetat dirombak menjadi asam- asam organik,
pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba tidak seperti asam asetat dan asam glukonat dan beberapa
berkembang secara terus menerus melainkan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Page 4

konsentrasi asam- asam organik tersebut bertumbuhnya bakteri, densitas juga akan
mengakibatkan penurunan pH media fermentasi. bertambah, karena sebanding dengan pertambahan
Sedangkan dalam praktikum ini, pH juga massa .
menurun selama proses fermentasi, karena Dapat disimpulkan bahwa fenomena
penambahan konsentrasi asam dalam tiap variabel. penambahan densitas tiap variabel dalam praktikum
Dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum ini telah sesuai dengan teori yang ada, dimana
telah sesuai dengan teori yang ada, karena densitas bertambah karena adanya penambahan
terbentuknya senyawa asam organik dalam tiap massa, yang disebabkan oleh penambahan nutrien,
variabel dapat menurunkan pH nya (Sreeramulu, massa mikroba yang mengalami pertumbuhan, dan
2000). terbentuknya selulosa yang mengikuti pertumbuhan
Acetobacter xylinum.
3.3 Fenomena Densitas
3.4 Pengaruh jenis penutup yang digunakan
1.1

1.05
Densitas (gram/mL) 1 Awal
0.95 Akhir

Variabel

a b
Gambar 4 (a) Medium dengan penutup daun pisang;
Gambar 3. Perbandingan densitas awal dan akhir (b) Medium dengan penutup daun jati

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa Ditinjau dari densitasnya, perbandingan
densitas yang awalnya sebesar 1,0035 gram/mL naik densitas 1,019 gram/mL pada variabel 2, 1,023
pada tiap variabel, antara lain sebesar: 1,023 gram/mL pada variabel 3. Sedangkan dari kadar
gram/mL pada variabel 1, 1,019 gram/mL pada glukosa akhirnya, Variabel 2 = 14,42%, Variabel 3 =
variabel 2, 1,023 gram/mL pada 10,55%. pH kedua nya sama-sama turun, dari 4,5 ke
variabel 3, 1,039 gram/mL pada variabel 4, 4.
1,051 gram/mL pada variabel 5, dan 1,047 gram/mL Jika dilihat dari %S, densitas, dan pH, maka
pada variabel 6. variabel 3 yang ditutup dengan daun jati lebih baik,
Hal ini dikarenakan sebelum proses karena memiliki %S yang lebih kecil dan densitas
fermentasi, variabel sari kentang telah ditambahkan yang lebih besar, karena apabila proses fermentasi
bermacam nutrien, seperti glukosa anhidris, gula, dapat berjalan dengan baik, maka kadar glukosa
dan magnesium sulfat, yang berguna bagi akan menurun untuk dijadikan selulosa, sedangkan
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Semakin densitas akan bertambah karena adanya penambahan
banyak nutrien yang ditambahkan, maka akan bermacam nutrien, seperti glukosa anhidris, gula,
menambah massa tiap variabel. Hal ini sesuai dan magnesium sulfat.
dengan rumus densitas: Akan tetapi hasil yang didapat dari penutup
daun jati tidak berbeda jauh dengan medium yang
m ditutup dengan daun pisang. Hal ini disebabkan
= v karena secara umum, rata-rata diameter pori-pori
daun masih dalam kisaran 20-50 m ketika terbuka
Dapat dilihat bahwa densitas berbanding lurus secara maksimum (Leuning, 1983).
dengan massa. Sehingga apabila semakin besar
massa, maka densitas juga akan semakin besar 3.5 Pengaruh perbedaan jenis sumber karbon
(Nainggolan, 2009).
Sedangkan dalam percobaan ini, dilakukan
penambahan nutrien dalam tiap variabel,
pertumbuhan bakteri yang menambah massa, serta
jumlah selulosa yang dihasilkan seiring dengan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Page 5

a b
Gambar 5 (a) Medium dengan glukosa anhidris
a b
(b) Medium dengan Tropicana Slim
Gambar 6 (a) Pendidihan setelah penambahan
Ditinjau dari kadar glukosa, pada Variabel 2 = nutrien; (b) Pendidihan sebelum penambahan
14,42% dan Variabel 4 = 9,52%. Sedangkan besar nutrien
densitas 1,019 gram/mL pada variabel 2 dan 1,039
gram/mL pada variabel 4. pH kedua variabel sama, Ditinjau dari kadar glukosa, pada Variabel 5 =
turun dari 4,5 ke 4. 8,46% dan Variabel 6 = 11,65%. Sedangkan besar
Jika dilihat dari %S, densitas, dan pH, maka densitas 1,051 gram/mL pada variabel 5 dan 1,047
variabel 4 yang ditambahkan Tropicana Slim lebih gram/mL pada variabel 6. pH kedua variabel sama,
baik, karena memiliki %S yang lebih kecil dan turun dari 4,5 ke 4.
densitas yang lebih besar. Karena apabila proses Jika dilihat dari faktor tersebut, maka variabel
fermentasi berjalan dengan baik, maka kadar 5 lebih baik. Karena kadar glukosa akan menurun
glukosa akan menurun untuk dijadikan selulosa, untuk dijadikan selulosa, sedangkan densitas akan
sedangkan densitas akan bertambah karena adanya bertambah karena adanya penambahan bermacam
penambahan bermacam nutrien, seperti glukosa, nutrien.
gula (dalam hal ini Tropicana Slim), dan magnesium Hal ini disebabkan karena proses pendidihan
sulfat. berguna untuk sterilisasi medium. Apabila
Acetobacter xylinum mampu mensintesis pendidihan dilakukan setelah penambahan nutrien,
galaktosa, laktosa, dan gliserol. Jenis gula yang maka proses sterilisasi lebih menyeluruh. Sehingga
dipakai dalam fermentasi nata ini akan aktivitas Acetobacter xylinum akan semakin
mempengaruhi ketebalan nata yang dihasilkan. optimum, karena tidak adanya kontaminan yang
Tropicana slim termasuk dalam sukrosa yang dapat menghambat aktivitas bakteri (Kusnadi,
merupakan golongan disakarida. Sedangkan glukosa 2012).
anhidris termasuk dalam monosakarida. Maka
apabila dilihat dari jumlah karbonnya, sukrosa 3.7 Pengaruh Perbedaan Jumlah Nitrogen
memiliki karbon yang lebih banyak apabila
dibandingkan dengan glukosa. Karbon merupakan
sumber energi bagi Acetobacter xylinum, sehingga
bakteri akan bekerja lebih optimum jika berada pada
media yang diberi tambahan sukrosa (Tropicana
Slim) daripada glukosa (Hidayat, 2012).

a b
3.6 Pengaruh Pendidihan Gambar 7 (a) Medium dengan urea 4 gram; (b)
Medium dengan urea 2 gram
Ditinjau dari kadar glukosa, pada variabel 1
= 4,98% dan variabel 2 = 14,42%. Sedangkan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Page 6

densitas pada variabel 1 sebesar 1,023 gram/mL dan Proses fermentasi akan berjalan lebih baik
pada variabel 2 sebesar 1,019 gram/mL. Untuk apabila dididihkan setelah penambahan nutrien,
kedua pH sama, yakni turun dari 4,5 ke 4. Jika karena proses sterilisasi lebih menyeluruh.
dilihat dari faktor tersebut, maka variabel 1 lebih Selain itu, proses fermentasi akan berjalan
baik dari variabel 2. Karena penyerapan nutrisi oleh lebih baik apabila diberikan urea 4 gram sebagai
bakteri lebih optimum, dan densitas lebih besar sumber nitrogen daripada urea 2 gram. Hal ini
akibat penambahan berbagai macam nutrien dan dikarenakan semakin banyak sumber nitrogen maka
massa bakteri yang lebih besar. pertumbuhan bakteri akan semakin maksimal,
Hal ini disebabkan karena semakin banyak selama masih di bawah ambang batas.
urea yang ditambahkan, maka jumlah selulosa yang
terbentuk juga bertambah, akan tetapi hanya berlaku Ucapan Terima Kasih
sampai ambang batas tertentu (Sangtherapitikul, Terima kasih disampaikan kepada pihak-
2007). pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama di percobaan ini: Silviana, S.T., M.T. selaku kepala
bawah batas dari total berat medium, maka Laboratorium Mikrobiologi Industri, Ir. Kristinah
penambahan nitrogen akan semakin meningkatkan Haryani, M.T. selaku dosen pembimbing, Jufriyah,
produksi nata. Hal tersebut diduga karena S.T. selaku pranata Laboratorium Mikrobiologi
konsentrasi yang terlalu tinggi akan menurunkan pH Industri, dan Lyan Dea Sagita selaku asisten
optimum yang dapat menyebabkan terganggunya pembimbing.
pertumbuhan bakteri dan dapat mempengaruhi
selulosa bakteri yang terbentuk (Awwaly, 2011).
Daftar Pustaka
4. Kesimpulan Awwaly, A., 2011. Antimicrobial activity of whey
Dari Percobaan yang telah dilakukan, dapat protein based edible film incorporated with
ditarik beberapa kesimpulan, antara lain kadar organic acids. African Journal of Food
glukosa (%S) selama proses fermentasi nata Science, 5(1), pp.6-11.
menurun karena glukosa dipakai oleh bakteri untuk Gaman, P.M. dan Sherrington, K.B. 1992. Ilmu
pembentukan selulosa. Derajat keasaman (pH) Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
selama proses fermentasi nata menurun karena Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta:
terdapat pembentukan asam organik. Gadjah Mada University Press.
Densitas selama proses fermentasi nata Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Tanaman
bertambah akibat penambahan nutrisi dan Kelapa. Penebar Swadaya, Jakarta.
bertambahnya massa bakteri. Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi. Arcan,
Medium akan lebih baik apabila ditutup Jakarta.
dengan daun jati daripada daun pisang, akan tetapi Sreeramulu, G., Y. Zhu & W. Knol. 2000.
hasil yang didapat tidak berbeda jauh karena pada Kombucha fermentation and its antimicrobial
umumnya rata-rata diameter pori-pori daun masih activity. Journal of Agricultural and Food
dalam kisaran 20-50 m ketika terbuka secara Chemistry. 48 (6): 258994.
maksimum. Vandamme EJ, de Baets S, Vanbaelen A, Joris K,
Proses fermentasi akan berjalan lebih baik de Wulf P (1998) Improved production of
apabila ditambahkan Tropicana Slim sebagai sumber bacterial cellulose and its application
karbon daripada glukosa anhidris. Hal ini potential. Polym Degrad Stab 59:9399.
dikarenakan Tropicana Slim merupakan sukrosa doi:10.1016/S0141- 3910(97)00185-7
yang memiliki jumlah karbon lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai