Anda di halaman 1dari 8

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

PENGARUH BAHAN BAKU, JENIS GULA, JENIS PENUTUP, DAN


PENAMBAHAN VOLUME STARTER PADA PEMBUATAN NATA DE
APPLE DENGAN PROSES FERMENTASI OLEH Acetobacter Xylinum

Elsa *), Satrio P., Venda O. P.

Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Nata de Apple adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur
kenyal. Nata termasuk dalam produk fermentasi. Nata dibentuk oleh bakteri asam asetat pada permukaan cairan
(medium) yang mengandung gula/sari buah/ ekstrak tanaman lainnya. Bakteri yang ditumbuhkan dalam
pembuatan nata yaitu Acetobacter xylinum. Salah satu buah yang dapat digunakan sebagai bahan dasar nata
adalah apel. Tujuan percobaan adalah mengkaji proses pembuatan nata dari sari buah apel malang dan fuji
dengan cara fermentasi dan mengkaji hasil yang diperoleh dengan berbagai bahan baku, nutrisi, pH, dan jenis
penutup yang digunakan. Perlakuan yang diterapkan dalam percobaan ini adalah perbedaan bahan baku,
perbedaan jenis gula yaitu gula Tropicana Slim 10%w dan 8%w, perbedaan penambahan volume starter yaitu
18%V dan 15%V, serta perbedaan jenis penutup yaitu koran dan daun pisang. Dari praktikum yang dilakukan,
didapatkan kadar glukosa (%S) akhir pada seluruh variable mengalami penurunan dari kadar glukosa (%S) awal.
Densitas akhir seluruh variabel kecuali variabel 3 mengalami peningkatan dari densitas awal. Selain itu, terjadi
penurunan pH pada masing- masing variabel. Nata yang dihasilkan pada medium yang ditutupi dengan daun
pisang memiliki ketebalan yang lebih baik dibanding nata pada medium yang ditutupi koran. Nata dengan
ketebalan yang lebih baik juga didapatkan pada medium yang diberi gula pasir, dibanding nata pada medium
yang diberi gula Tropicana Slim karena kandungan sukrosa yang lebih tinggi.

Kata kunci: Acetobacter xylinum; Apel; Nata de Apple

Abstract
[Effect of Raw Material, Sources of Sugar, Type of Cover, and Addition of Starter In The Making of Nata de
Apple With Fermentation Process by Acetobacter xylinum] Nata de Apple is a dessert that looks like jelly, white
to translucent and chewy texture. Nata included in fermented products. The bacteria were grown in making nata
is Acetobacter xylinum. Assessing experimental purposes the process of making nata from young coconut water
and old coconut water by fermentation. The treatment used in this experiment are differences in raw materials,
different types of sugar is sugar Tropicana Slim 10% w and 8% w, differences in the addition of starter i.e. 18%
volume and 15% V, as well as different types of cover, newspapers and banana leaves. Based on practicum done,
the final glucose content (% S) in the entire variable declined from levels of glucose (% S) early. Density end all
variables except the third variable have increased from the initial density. In addition, there is decreasing number
in pH in each variable. Nata is generated on the medium are covered with banana leaves has a thickness that is
better than nata on a medium that is covered paper. Nata with better thickness was also obtained on the medium
by sugar, compared nata on medium sugared Tropicana Slim because of higher sucrose content.

Keywords: Acetobacter xylinum; Apple; Nata de Apple

------------------------------------------------------------------

*)
Penulis Korespondensi
Email: elsaastanto@gmail.com
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

1. Pendahuluan selanjutnya adalah pembentukan uridin difosfat


Nata berasal dari bahasa Spanyol natare yang glukosa (UDP-glukosa) yang merupakan hasil reaksi
berarti terapung-apung. Nata termasuk dalam produk antara glukosa-1-fosfat dengan uridin trifosfat (UTP),
fermentasi. Nata dibentuk oleh bakteri asam asetat pada oleh kerja enzim glukosa-1-fosfaturidiltransferase.
permukaan cairan (medium) yang mengandung gula, Reaksi ini dialihkan menuju ke kanan oleh kerja
sari buah, atau ekstrak tanaman lainnya. Nata adalah pirofosfatase, yang menghidrolisa pirofosfat (Ppi)
lapisan polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang menjadi ortofosfat (Pi). UDP-glukosa adalah donor
dibentuk oleh kumpulan sel bakteri pembentuk kapsul. langsung residu glukosa di dalam pembentukan
Lapisan ini mempunyai tekstur kenyal, putih, enzimatik selulosa oleh kerja selulosa sintetase yang
menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan mengiatkan pemindahan residu glukosil dari UDP-
cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam cairan). Nata glukosa ke ujung non residu molekul selulosa
dikenal sebagai salah satu produk makanan fermentasi (Lehninger, 1994).
yang berbentuk gelatin seperti agar agar atau kolang- Metabolisme Acetobacter xylinum selama
kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es fermentasi dipengaruhi oleh keasaman media. Hal ini
krim, pencampur fruit cocktail, dan yoghurt (Rizal, disebabkan membran sel bakteri bersifat permeabel
2013). terhadap ion hidrogen maupun ion hidroksil, sehingga
Salah satu buah yang dapat digunakan sebagai perubahan keasaman media fermentasi akan
bahan dasar nata adalah apel. Apel (Pyrus malus) dapat mempengaruhi sitoplasma sel bakteri. pH optimum
hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur pembuatan nata berkisar antara 4-5 (Wardanu, 2009).
udara dingin. Pengolahan apel di Indonesia yang Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah
dibilang masih tradisional dan memiliki nilai jual yang suhu kamar (28C - 31C). Suhu yang terlalu tinggi
rendah menyebabkan diolah menjadi nata lebih ataupun terlalu rendah akan menghasilkan nata yang
menguntungkan. Produk nata yang berasal dari apel kurang berkualitas atau aktifitas Acetobacter xylinum
dikenal dengan Nata de Apple. Dalam buah apel, terhambat (Pambayun, 2002). Beberapa faktor yang
terkandung banyak vitamin seperti vitamin A, B1, B2, mempengaruhi fermentasi nata adalah temperatur, pH,
B3, B5, B6, dan vitamin C. Terdapat pula sejumlah sumber karbon, kebutuhan oksigen, sumber cahaya,
mineral seperti potassium, magnesium, kalsium, zat dan waktu fermentasi.
besi, zinc. unsur lainnya seperti fitokimian, tanin, serat,
baron, asam tartar terdapat juga dalam buah apel 2. Bahan dan metode
(Zalukhu, 2015). Pada praktikum kali ini menggunakan medium
Kandungan nata terbesar adalah air (98%) sari buah apel malang dan apel fuji, serta gula pasir
sehingga nata merupakan sumber makanan rendah 7%w dan gula Tropicana Slim untuk variabel 2,3, dan
kalori. Kenampakan nata adalah seperti jel, warna putih 6 sebesar 8%w, sedangkan variabel 1 dan 5 sebesar
hingga abu-abu, aroma asam, rasa tawar atau agak 10%w guna mengamati pertumbuhan nata berdasarkan
manis, tembus pandang dan teksturnya kenyal dalam jenis gula. MgSO4 sebanyak 12 gr, urea 30 gr, KH2PO4
keadaan dingin, dan agak berserat serta rapuk dalam 18 gram, dan starter Acetobacter xylinum sebanyak
keadaan panas. Pembuatan nata tidak begitu sulit, dan 18%V untuk seluruh variabel kecuali variabel 6 yaitu
biaya yang dibutuhkan juga tidak begitu banyak (Rizal, 15%V. Bahan yang digunakan untuk penutup ialah
2013). Mengingat pula kandungan buah apel yang kaya daun pisang dan kertas koran. Peralatan yang
manfaat maka apel dapat dijadikan bahan dasar digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass,
pembuatan nata. gelas ukur, indikator pH, neraca ohauss, pengaduk,
Menurut Lehninger (1994), Acetobacter buret, klem, statif, erlenmeyer, dan pipet.
xylinum melakukan aktivitas yang mempolimerisasi Metode yang digunakan dalam percobaan ini
glukosa menjadi selulosa berdasarkan reaksi berikut: ialah dengan menggunakan proses fermentasi aerob
oleh Actobacter xylinum dengan bahan baku sari buah
apel malang dan apel fuji. Bahan baku diterilisasi
dengan cara didihkan kemudian didinginkan hal ini
bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang terdapat
pada bahan baku dan dapat menghambat pertumbuhan
dari Acetobacter xylinum. Setelah itu bahan baku
sebanyak 175 mL dituangkan kedalam beaker glass
kemudian ditambahkan nutrisi variabel tetap yaitu
MgSO4, KH2PO4 dan urea. Selanjutnya ialah
penambahan nutrisi variabel berubah yaitu gula pasir,
gula Tropicana Slim sesuai dengan variabel. Setelah
semua nutrisi ditambahkan kemudian bahan baku
diatur pH nya sampai dengan 4,5 dengan
Selama fermentasi bakteri Acetobacter xylinum menambahkan CH3COOH atau NaOH. Pengaturan pH
memecah gula (sukrosa) menjadi glukosa dan fruktosa. ini didasarkan pada kemampuan dari Acetobacter
Glukosa melalui reaksi heksokinase diubah menjadi xylinum untuk tumbuh secara optimum yaitu pada
glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat diubah menjadi kisara pH 4-5. Setelah itu tuang starter dari Acetobacter
glukosa-1-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase. Reaksi xylinum sebanyak 31,5 mL (18% V) untuk variable 1,
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

2, 3, 4, dan 5 dan 26,25 mL (15%V) kedalam beaker adalah di dalam media terjadi kekurangan nutrisi,
glass dan tutup dengan koran ataupun daun pisang pengaruh metabolit toksik lebih besar, dan umur sel
sesuai dengan variabel, lalu fermentasikan selama 6 semakin tua. Namun pada fase ini, sel akan lebih tahan
hari pada suhu 30C. Analisa yang dilakukan meliputi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim jika
kadar glukosa dengan menggunakan metode titrasi, dibandingkan dengan ketahanannya pada fase lain.
analisa pH, densitas serta ketebalan nata. Kadar Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini
glukosa nata dihitung menggunakan rumus: (Wirjosentono, 2011).
Jika dilihat dari hasil percobaan, kadar

( ) (

)(

) , glukosa mengalami kenaikan dengan range yang
% = berbeda. Menurut Gaman dan Sherington (1994), kadar

gula justru memperlambat proses metabolisme dari
3. Hasil dan Pembahasan bakteri Acetobacter xylinum. Hal ini terjadi karena
pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh kepekatan
3.1 Perbandingan Kadar Glukosa Awal dan Akhir konsentrasi zat terlarut pada larutan tersebut.
Meningkatnya pertumbuhan koloni bakteri Acetobacter
Kadar glukosa awal dan akhir dari masing- xylinum sesuai dengan kadar gula yang diberikan.
masing variabel dapat dilihat dari grafik berikut: Hanya saja pertumbuhan mikroba pada suatu media
tidak selamanya berbanding lurus dengan penambahan
kadar gula dalam proses fermentasi, karena proses
20 fermentasi juga menghasilkan alkohol, asam- asam
15 organik, dan zat- zat lain. Kondisi ini dapat menjadi
pembatas pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba
%S

10
tidak berkembang secara terus menerus melainkan
5 menurun seiring dengan penurunan sumber karbon
0 yang dimiliki dan asam- asam organik yang dihasilkan.
1 2 3 4 5 6 Tingginya kadar gula dan Total Soluble Solid pada
Variabel suatu larutan dapat menjadi penyebab kematian pada
mikroba, karena dapat terjadi proses osmosis dari
mikroba ke larutan. Total soluble solids adalah padatan
Awal Akhir yang terlarut dalam suatu senyawa. Pada umumnya
korelasi yang dimaksud adalah presentase gula dalam
Gambar 1. Grafik Perbandingan Kadar Glukosa Awal larutan (Adjunto, dkk, 2006). Terbentuknya pelikel
dan Akhir (lapisan tipis nata) mulai dapat dilihat di permukaan
media cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan
Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa %S terjadinya proses penjernihan cairan di bawahnya.
masing-masing variabel mengalami penurunan, yang Jaringan halus yang transparan yang terbentuk
artinya kadar glukosa semakin berkurang. Penurunan dipermukaan membawa sebagian bakteri yang
kadar glukosa ini terjadi karena adanya pengambilan terperangkap didalamnya. Gas karbon dioksida yang
glukosa dari air buah apel oleh Acetobacter xylinum. dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum
Sel-sel Acetobacter xylinum memanfaatkan glukosa mungkin menyebabkan pengapungan nata, sehingga
dari larutan gula dan menggabungkannya dengan asam nata didorong kepermukaan. Polisakarida bakteri yang
lemak, membentuk suatu prekursor pada jaringan sel dibentuk oleh enzim-enzim Acetobacter xylinum
bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi berasal dari suatu prekursor yang berkaitan (1-4) yang
selulosa diluar sel Acetobacter xylinum (Uliyanti, tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, manosa,
2009). Bakteri Acetobacter xylinum mengalami ribosa, dan rhamnosa. Prekursor dalam pembentukan
pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan selulosa bakteri Acetobacter xylinum ialah UDPG
sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen (Urasil Difosfo Glukosa) (Rizal, 2013).
di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter xylinum
mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase
adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan
eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase
pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. Pada fase eksponensial atau disebut juga
sebagai fase pertumbuhan logaritmik, yang ditandai
dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri
Acetobacter xylinum, fase ini dicapai dalam waktu
antara 1- 5 hari tergantung pada kondisi lingkungan.
Pada fase ini juga, bakteri mengeluarkan enzim
ekstraseluler polimerase sebanyak banyaknya untuk
menyusun polimer glukosa menjadi selulosa.
Sedangkan pada fase stasioner, jumlah sel yang tumbuh
relatif sama dengan jumlah sel yang mati. Penyebabnya
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

3.2 Fenomena Perubahan pH Variabel proses fermentasi masih ada kontaminan dalam
medium, meskipun sudah disterilisasi sebelumnya. Hal
Perubahan pH awal dan akhir dari masing- ini disebabkan karena proses fermentasi, Acetobacter
masing variable dapat dilihat dari grafik berikut: xylinum merubah kandungan gula dalam bentuk asam
dan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O.
5 CO2 dalam media terlepas ke atas sehingga
4 mengakibatkan volume berkurang dan massa media
3
bertambah.

pH

2 =

1 dimana: = densitas (gr/ml)
0 m = massa (gr)
1 2 3 4 5 6 v = volume (ml)
Berdasarkan rumus diatas, densitas sebanding
Variabel dengan massa. Jika massa bertambah, maka densitas
bertambah dan volume berkurang. Karena adanya
Awal Akhir produk asam asetat dan H2O. Namun, hasil percobaan
juga mengalami penurunan densitas. Fermentasi pada
umumnya menggunakan proses batch. Pada proses
Gambar 2. Fenomena Perubahan pH batch, kadar dan produktivitas etanol sebagai
kontaminan dalam fermentasi yang dihasilkan rendah
Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat karena adanya inhibisi dari etanol yang terbentuk pada
perbandingan pH awal dan akhir pada masing- masing fermentor akan meracuni mikroorganisme. Adanya
variabel. Terjadi penurunan pH pada semua variabel. inhibisi etanol akan menurunkan secara perlahan-lahan
Menurut Rahayu (2007), pada umumnya, semakin dan bahkan dapat menghentikan pertumbuhan serta
meningkatnya kandungan asam suatu bahan maka nilai produksi dari mikroorganisme. Pada konsentrasi
pH akan semakin turun. Penurunan pH disebabkan oleh tertentu, pertumbuhan spesifik mikroorganisme dan
peningkatan konsentrasi zat-zat asam selama proses rate spesifik mikroorganisme akan menurun, densitas
fermentasi. Sreeramulu (2000) dalam Afifah (2010) sel dalam fermentor yang ada akan menjadi rendah
menyatakan bahwa penurunan pH terjadi karena sehingga banyak larutan gula yang tidak terfermentasi
selama proses fermentasi, yeast mensintesis gula dengan sempurna (Wardany, 2012).
menjadi etanol dan oleh bakteri asetat dirombak
menjadi asam- asam organik, seperti asam asetat dan 3.4 Perbandingan Bahan Baku pada Variabel 2 dan
asam glukonat dan beberapa konsentrasi asam-asam 3
organik tersebut mengakibatkan penurunan pH media
fermentasi. Tabel 1. Perbandingan Bahan Baku Variabel 2 dan 3
Pada medium yang asam sampai kondisi
tertentu (3-6) akan menyebabkan reproduksi dan
metabolisme sel menjadi lebih baik, sehingga Variabel Bahan Baku
metabolitnya pun banyak (Uliyanti, 2009).
2 Apel Malang
3.3 Perbandingan Densitas Awal dan Akhir 3 Apel Fuji

Perbandingan densitas awal dan akhir dari setiap


variabel dapat dilihat dari grafik berikut:

1.3
Densitas (gr/ml)

1.2
1.1
1
1 2 3 4 5 6
Variabel Gambar 4. Perbandingan Nata Variabel 2 dan 3

Pada praktikum ini, bahan baku yang digunakan


Awal Akhir adalah apel malang dan apel fuji. Kandungan gula pada
buah apel malang adalah sekitar 5,28% (Widya, 2004).
Sedangkan kandungan gula pada buah apel fuji adalah
Gambar 3. Perbandingan Denisitas Awal dan Akhir
15% (Santoso, 2006). Jika dibandingkan dengan
kandungan glukosa secara praktis, didapatkan kadar
Dapat dilihat bahwa mayoritas densitas pada
glukosa apel malang adalah 12,694%, sedangkan apel
hari terakhir jika dibandingkan dengan hari awal
fuji 16,65%. Oleh karena itu, kadar gula buah apel fuji
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena selama
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

lebih besar dari apel malang sehingga seharusnya 600 kali dari sukrosa dan tidak memberikan rasa yang
massa nata yang terbentuk lebih banyak. Perbandingan pahit setelah penggunaan (Ikawati, 2014). Tropicana
massa nata yang diperoleh dari variabel 2 (apel malang) Slim mengandung sukrosa sebanyak 0 gram karena
dan 3 (apel fuji) menunjukkan bahwa massa nata yang isinya terdiri dari pemanis buatan. Maka nutrisi gula
diperoleh dari bahan baku apel fuji lebih banyak tambahan didapatkan dari gula pasir. Secara teoritis,
dibandingkan apel malang. Variabel 2 menghasilkan kandungan karbon yang banyak dapat membentuk
nata sebanyak 0 gram, sedangkan variabel 3 lapisan nata yang lebih tebal karena adanya proses
menghasilkan nata sebanyak 2,56 gram. Jadi variabel 3 polimerisasi oleh Acetobacter xylinum. Jenis gula
yang diperoleh dari bahan baku apel fuji mempunyai glukosa memiliki enam atom C (C6H12O6), sedangkan
kadar glukosa lebih besar sehinggia massa nata yang jenis sukrosa memiliki 12 atom C (C12H22O11).
terbentuk lebih banyak. Adanya kadar glukosa yang Semakin tinggi kandungan sukrosa pada media substrat
tinggi akan menghasilkan tebal nata yang optimum. cair, maka akan semakin tinggi pula tebal lapisan nata
Karena dengan ketersediaan glukosa sebagai prekursor yang dihasilkan. Namun, pada praktikum, semua
pembentuk nata dan sukrosa sebagai sumber karbon variabel mendapatkan jumlah gula pasir yang sama
Acetobacter xylinum, maka mikroba akan membentuk yaitu 7%W (Melinda, 2015).
lapisan nata yang tebal (Ratnawati, 2007).
3.6 Pengaruh Perbedaan Jenis Penutup pada
3.5 Pengaruh Perbedaan Jenis Gula pada Variabel Variabel 1 dan 5
1 dan 3
Tabel 3. Perbandingan Jenis Penutup Variabel 1 dan 5
Tabel 2. Perbandingan Jenis Gula Variabel 1 dan 3
Variabel Jenis Penutup
Variabel Jenis Gula
1 Koran
10% W Tropicana Slim
1 5 Daun Pisang
7%W Gula Pasir
8% W Tropicana Slim
3
7%W Gula Pasir

Gambar 6. Perbandingan Nata Variabel 1 dan 5


Gambar 5. Perbandingan Nata Variabel 1 dan 3 Pada praktikum ini, digunakan dua jenis
penutup media yang berbeda, yaitu daun pisang dan
Beberapa jenis gula yang dapat dimanfaatkan koran. Dari perbedaan perlakuan tersebut, didapatkan
oleh Acetobacter xylinum diantaranya glukosa, nata dengan lapisan yang lebih tebal pada media yang
sukrosa, maltosa, dan fruktosa. Berdasarkan penelitian ditutupi dengan menggunakan daun pisang. Hal ini
yang dilakukan oleh Daika (2011), adanya interaksi disebabkan karena bakteri Acetobacter xylinum
antara bahan dasar pembuatan nata dengan pemberian merupakan bakteri mikroaerofil, yaitu bakteri yang
jenis gula yang sesuai akan menghasilkan tebal lapisan tidak dapat hidup dalam dalam suasana yang aerob
nata yang tinggi. Interaksi bahan dasar dan jenis gula ataupun anaerob dengan sempurna, karena oksigen
tersebut memiliki interaksi yang baik pada saat bebas hanya diperlukan dalam jumlah yang sangat
fermentasi yang dilakukan oleh bakteri Acetobacter sedikit sekali atau hanya kira-kira 20% dalam atmosfer
xylinum. atau kurang dari persentasi oksigen dalam atmosfer
Pada praktikum ini, digunakan jenis gula yang (Agus, 2011).
berbeda yaitu gula Tropicana Slim dan gula pasir. Acetobacter xylinum termasuk mikroaerofil,
Tropicana Slim merupakan produk merk dagang dari sehingga jika terlalu banyak oksigen, pertumbuhannya
PT. Nutrifood Indonesia yang dibagi menjadi beberapa kurang baik. Udara lebih mudah melewati koran
macam, yaitu produk bebas gula, susu non-fat, dan dibanding daun pisang karena porositas koran lebih
pelengkap masakan. Tropicana Slim Classic besar dari daun pisang. Koran memiliki diameter pori
merupakan produk bebas gula dengan gula rendah sebesar 4,2 m, sedangkan menurut penelitian yang
kalori yang mengandung sukralosa dan sorbitol. dilakukan oleh Sri Haryanti (2010), daun tumbuhan
Sukralosa merupakan pemanis tanpa nutrisi yang rata-rata memiliki distribusi stomata yang umumnya
memiliki daya tarik tersendiri bagi industri makanan terdapat pada permukaan daun bagian bawah rata-rata
atau minuman. Sukralosa memiliki tingkat kemanisan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 6

berbentuk oval diameter 6-18 mikron dan luas 90 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah starter
mikron persegi. Hal ini menyebabkan udara pada yang diberikan maka nata yang dihasilkan semakin
variabel 5 lebih banyak dibanding variabel 1 sehingga tebal, hal ini menunjukkan bahwa selulosa yang
pertumbuhan bakteri pada variabel 1 lebih baik dari dihasilkan semakin rapat dan banyak, hal ini didukung
variabel 5. Oleh karena itu, variabel 1 memiliki berat dengan pernyataan ketebalan semakin bertambah
nata sebanyak 4,11 gram dan variabel 5 sebanyak 1,46 dikarenakan kinerja aktivitas Acetobacter xylinum
gram. Semakin baik pertumbuhan bakteri semakin terhadap nata sehingga menghasilkan membran
banyak nata yang dihasilkan. selulosa yang tebal akibat banyaknya glukosa yang
telah terkonversi menjadi selulosa (Mustika, 2015).
3.7 Pengaruh Perbedaan Penambahan Volume
Starter pada Variabel 2 dan 6 3.8 Perbandingan Penambahan Gula pada Variabel
1 dan 3
Tabel 4. Perbandingan Penambahan Volume Starter
pada Variabel 2 dan 6 Tabel 5. Perbandingan Penambahan Gula pada
Variabel 1 dan 3
Variabel Volume Starter
Variabel Penambahan Gula
2 18%V 10% W Tropicana Slim
1
6 15%V 7%W Gula Pasir
8% W Tropicana Slim
3
7%W Gula Pasir

Gambar 7. Perbandingan Nata Variabel 2 dan 6

Pada variabel 2, ditambahkan volume starter


sebanyak 18%V sedangkan variabel 6 ditambahkan Gambar 8. Perbandingan Nata Variabel 1 dan 3
volume starter sebanyak 15%V. Dan data yang didapat,
variabel 2 mengalami penurunan kadar glukosa Beberapa jenis gula yang dapat dimanfaatkan
sebanyak 10,38%. Variabel 6 mengalami penurunan oleh Acetobacter xylinum diantaranya glukosa,
kadar glukosa sebanyak 9,28%. Penurunan kadar sukrosa, maltosa, dan fruktosa. Berdasarkan penelitian
glukosa variabel 2 lebih banyak daripada variabel 6 yang dilakukan oleh Daika (2011), adanya interaksi
dikarenakan penambahan volume starter yang antara bahan dasar pembuatan nata dengan pemberian
ditambahkan pada variabel 2 lebih banyak jenis gula yang sesuai akan menghasilkan tebal lapisan
dibandingkan variabel 6. Hal ini menyebabkan nata yang tinggi. Interaksi bahan dasar dan jenis gula
banyaknya kebutuhan glukosa yang diperlukan oleh tersebut memiliki interaksi yang baik pada saat
bakteri dalam proses fermentasi pada variabel 6 lebih fermentasi yang dilakukan oleh bakteri Acetobacter
tinggi daripada variabel 2. Berdasarkan penelitian xylinum.
Agustina (2013) yang menggunakan volume starter Penambahan gula pada proses pembuatan nata
bervariasi masing-masing 5%V, 7,5%V, dan 10%V, adalah sebagai sumber karbon dan glukosa untuk
didapatkan bahwa hasil nata uang terbaik adalah pertumbuhan Acetobacter xylinum. Variabel 1
dengan penambahan 10%V starter. Maka dapat ditambahkan gula Tropicana slim sebanyak 10%W dan
disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan gula pasir 7%W. Variabel 3 ditambahkan ditambahkan
volume starter maka penurunan kadar glukosanya gula Tropicana slim sebanyak 8%W dan gula pasir
semakin tinggi. Dimana jumlah koloni Acetobacter 7%W. Variabel 1 menghasilkan nata sebanyak 4,11
xylinum per 1 ml starter adalah 2,2 x 102 CFUs/ml gram dan variabel 3 sebanyak 2,56 gram. Massa nata
(Pratiwi, 2005). yang dihasilkan dari variabel 1 lebih banyak
Selain itu penambahan volume starter dibandingkan variabel 3 oleh karena nutrisi yang
berhubungan dengan aktivitas bakteri Acetobacter terkandung dalam variabel 1 lebih banyak daripada
xylinum yang pertumbuhannya di medium starter tidak variabel 3.
bisa dikendalikan oleh alat atau kerja manusia. Jumlah Seperti yang diketahui, gula merupakan sumber
volume starter berpengaruh sangat nyata terhadap nilai karbon dalam pertumbuhan Acetobacter xylinum.
ketebalan membran selulosa. Hasil pada penelitian ini Apabila kadar gula yang diberikan konsentrasinya lebih
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 7

tinggi, atau massa gula yang diberikan semakin banyak, Undip yang telah membimbing selama proses
maka Acetobacter xylinum akan memproduksi serat pembuatan artikel ini.
selulosa ini semakin banyak dan saling mengikat dan
memadat dan akan mengalami penebalan. Daftar Pustaka
Semakin besar penambahan konsentrasi
sukrosa, maka rata-rata kadar serat yang dihasilkan Adjunto. 2006. Juice Extraction for Total Soluble
semakin tinggi. Hal ini diduga karena sukrosa Solids Content Determination in Melon.
merupakan sumber nutrisi bagi bakteri Acetobacter Universidade Federal Rural Do Semi, Brasil.
xylinum, sehingga semakin tercukupi nutrisi pada Afifah N. 2010. Analisis Kondisi dan Potensi Lama
medium maka selulosa yang dihasilkan semakin baik Fermentasi Medium Kombucha (Teh, Kopi,
sehingga mampu menghasilkan kadar serat yang tinggi. Rosela) dalam Menghambat Pertumbuhan
Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh pada suatu Bakteri Pathogen (Vibrio Cholerae Dan
media dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung pada Bacillus Cereus). Skripsi. Universitas Islam
media. Menurut Kornmann et.al (2003) dalam Hastuti Negeri, Malang.
(2015), faktor nutrisi mempunyai pengaruh yang kuat Agus Krisno. 2010. Nutrisi Mikroorganisme.
terhadap sifat, hasil dan komposisi selulosa yang Pendidikan Biologi Universitas
terbentuk. Kecukupan konsentrasi sumber karbon Muhammadiyah Malang.
dalam medium dapat merangsang mikroorganisme Agustina, Linda. 2013. Penggunaan Starter Biji Kefir
dalam mensintesa selulosa dan menghasilkan nata dengan Konsentrasi yang Berbeda pada
dengan ikatan selulosa yang kuat. Kuatnya ikatan Susu Sapi Terhadap pH dan Kadar Asam
selulosa dalam jaringan nata tersebut mengakibatkan Laktat. Fakultas Peternakan Universitas
serat nata semakin meningkat. Nata yang dihasilkan Jenderal Soedirman, Purwokerto.
tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik Daika, Silviana. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan
akan terpenuhi apabila media yang digunakan Dasar dan Jenis Gula Terhadap Tebal
memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya Lapisan dan Uji Organoleptik Nata Sebagai
dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada Petunjuk Praktikum Biologi Kd.2.2 Semester
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan Ganjil Kelas X. Biologi FPMIPA IKIP PGRI
aktivitas yang digunakan. Apabila rasio antara karbon Madiun.
dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada
terkontrol dengan baik, maka nata akan terbentuk Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil
dengan baik. Nutrisi media fermentasi akan dan Monokotil. Buletin Anatomi dan
menentukan Acetobacter xylinum dan kemampuannya Fisiologi Vol XVIII, No. 2.
mengubah komponen dalam media menjadi nata, Hastuti, Anisa. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi dan
sehingga komposisi nutrisi dalam media fermentasi Jenis Sumber Nitrogen terhadap
juga akan berpengaruh terhadap karakteristik nata yang Produktivitas dan Sift Fisik Nata de Lontar.
dihasilkan (Majesty, 2015). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Kesimpulan Ikawati, Zullies. 2014. Seberapa Aman Bahan Pemanis
Kadar glukosa pada setiap variabel mengalami Buatan? Dalam Tribun Jogja 3 Agustus
penurunan dari kadar glukosa awal karena adanya 2014, halaman 15.
pengambilan glukosa dari air buah apel oleh Lehninger 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Acetobacter xylinum. pH larutan pada setiap variabel Erlangga.
mengalami penurunan akibat dari terbentuknya asam Majesty, Jannur. 2015. Pengaruh Penambahan
asetat. Densitas akan mengalami kenaikan seiring Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap
dengan bertambahnya waktu fermentasi karena Kadar Serat Nata Dari Sari Nanas (Nata de
dihasilkannya CO2 yang menyebabkan volume Pina). Jurusan Keteknikan Pertanian -
berkurang. Berdasarkan bahan baku, nata berbahan Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas
baku apel fuji menghasilkan massa nata yang lebih Brawijaya.
banyak dibandingkan apel malang. Nata yang terbentuk Melinda, Hana. 2015. Fermentasi Substrat Cair:
lebih baik adalah nata dengan menggunakan sumber Fermentasi Nata de Coco.
gula berupa gula pasir. Nata dengan jenis penutup daun http://download14.documents.tips/uploads/.
pisang terbentuk lebih baik dibandingkan penutup ../55cf866d550346484b978258.pdf.
koran. Nata dengan penambahan volume starter 18%V Diakses tanggal 22 Oktober 2016.
lebih baik dibandingkan volume starter 15%V. Mustika, Madaniyyah. 2010. Studi Konsentrasi Starter
Sedangkan untuk penambahan gula, penambahan dan Medium Perendaman Asam Asetat
sukrosa lebih banyak menghasilkan nata yang lebih Terhadap Sifat Mekanis dan Permeabilitas
baik. Membran Selulosa Nata De Banana Skin.
Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas
Ucapan Terima Kasih Teknologi Pertanian - Universitas
Terima kasih disampaikan kepada Dosen Pembimbing Brawijaya.
beserta Asisten Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata
de Coco. Yogyakarta: Kanisius
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 8

Pratiwi, R. 2005. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Wehner. 1893 dalam Rusmana I. 2005. Petunjujk
Streptococcus mutans dari Beberapa Pasta Praktikum Bioteknologi Mikrobia. FMIPA
Gigi yang Mengandung Herbal. Vol. 38 No. IPB Bogor.
2 April Juni: Maj. Ked. Gigi: 64 - 67.
Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget
dengan Komposisi Filler Tepung Tapioka
yang Berbeda. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Peternakan Universitas Gajah
Mada
Ratnawati, Devi. 2007. Kajian Variasi Kadar Glukosa
Dan Derajat Keasaman (Ph) pada
Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam
(Citrus Limon. L). Jurusan Fisika Fakultas
Sains dan Matemtika Universitas Bengkulu.
Rizal, H. M. 2013. Pengaruh Penambahan Gula, Asam
Asetat, dan Waktu Fermentasi terhadap
Kualitas Nata de Corn. Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Santoso. 2006. Buah Apel Fuji Sun Moon. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Uliyanti, 2009. Proses Fermentasi pada Pembuatan
Nata.
https://apwardhanu.wordpress.com/2009/0
7/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-
nata/. Diakses tanggal 12 November 2016.
Wardanu, Adha P. 2009. Fermentasi pada Pembuatan
Nata. Universitas Muhammadiyah
Semarang
Wardany, A.L. 2012. Pembuatan Etanol Dari Nira
Siwalan (Borassus flabellifer L) Dengan
Proses Fermentasi Ekstraktif Secara
Immobilisasi Sel Dalam Packed Bed
Bioreactor. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).
Widya Laeli Safitri. 2004. Perbedaan Kadar Glukosa
Pada Buah Apel (Malus Sylvestris Mill)
Varietas Rhome beauty Dan Manalagi Dari
Kabupaten Malang dibawah bimbingan
Endang TM dan Ana Hidayati
Wirjosentono. 2011. Nata De Coco. Universitas
Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Zalukhu. 2015. Pemeriksaan Bahan Tambahan pada
Buah-Buahan. Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.Papagianni, M. 2007.
Advances in Citric Acid Fermentation by
Aspergillus niger, Biochemical Aspects,
Membrane Transport and Modeling. Journal
Biotechnology Advances 25: 244-263.
Aristotle University of Thessaloniki. Greece.
Satrio, Arief dan Bagus, Asep. 2012. Fermentasi Asam
Sitrat oleh Aspergillus niger. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Soetrisnanto, Danny dan Nugroho, Amin. 1998.
Pembuatan Asam Sitrat dari Sagu dengan
Cara Fermentasi pada Media Cair.
Semarang: Universitas Diponegoro
Sumo, Sumantri, Subono. 1993. Prinsip Bioteknologi.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sunarya. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung: Setia Purna Inves.

Anda mungkin juga menyukai