Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205

Modul II: Pewarnaan Sel

Oleh:
Munifah Syifa Maliki | 11518052
Kelompok 6
Asisten:
Fitria Kusprayogo | 11417015

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL II - MUNIFAH SYIFA MALIKI - 11518052

10 Februari 2021

Munifah Syifa Maliki – 11518052


I.

LATAR BELAKANG
Mengamati sel mikroba dalam keadaan aslinya cukup sulit, meskipun sudah
menggunakan mikroskop. Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna
digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar belakangnya. Zat warna mengadsorbsi dan
membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan
(Jiwintarum et al., 2018). Untuk memudahkan pengamatan sel bakteri yang tembus
cahaya itu maka dikembangkan metode pewarnaan sel.
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana/basa, pengecatan negatif/asam, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
mengamati bentuk bakteri secara morfologi, dibagi menjadi pewarnaan langsung dan
tidak langsung. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel
bakteri atau bagianbagian sel bakteri disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan
pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora,
flagella dan pengecatan kapsul (Waluyo,2010).
Dalam bidang kehutanan mikroba merupakan salah satu sumber bioresources dan
berpotensi sebagai agen bioreforestasi sebagai pemacu pertumbuhan pohon hutan tropis,
agen bioinduksi sebagai formasi pembentukan gubal gaharu, agen bioremediasi sebagai
penetralisir pencemaran, sumber obat-obatan, taxol obat anti kanker, sumber energi
alternatif, biogas CH4, dan sumber bioplastic (Hidayat dan Turjaman, 2018). Dengan
begitu mengidentifikasi mikroba sangat penting dengan cara mempelajari teknik
pewarnaan sel sangat penting, mengingat banyaknya manfaat yang dihasilkannya.
II. TUJUAN
1. Menentukan karakteristik morfologi bakteri dengan melakukan pewarnaan basa
dan asam dari Bacillus subtilis, Serratia marcescens, Staphylococcus aureus,
dan Escherichia coli.
2. Menentukan perbedaan dari pewarnaan basa dan asam.
3. Menentukan komposisi dinding sel Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli berdasarkan hasil pewarnaan
Gram.
4. Menentukan bakteri yang mampu membentuk struktur endospora dengan
melakukan pewarnaan endospora pada Bacillus subtilis dan Escherichia coli.
5. Menentukan bakteri yang mampu membentuk kapsula dengan melakukan
pewarnaan kapsula pada Serratia marcescens dan Enterobacter aerogenes.
III. HIPOTESIS
1. Morfologi dari Bacillus subtilis berbentuk batang, Staphylococcus aureus
berbentuk bulat tanpa spora, Serratia marcescens berbentuk bulat, dan
Escherichia coli berbentuk basil.
2. Pewarnaan asam akan mewarnai lingkungan bakteri, sedangkan pewarnaan
basa akan mewarnai dinding sel.
3. Bacillus subtilis memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, Staphylococcus
aureus memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, Serratia marcescens
memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, dan Escherichia coli memiliki
lapisan peptidoglikan yang tipis.
4. Bacillus subtilis mampu membentuk spora, sedangkan Escherichia coli tidak
mampu membentuk spora.
5. Bacillus subtilis tidak memiliki kapsula, sedangkan Enterobacter aerogenes
memiliki kapsula.

IV. CARA KERJA


Praktikum kali ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu pembuatan apusan,
pewarnaan sederhana asam, pewarnaan sederhana basa, pewarnaan gram, pewarnaan
endospora dan pewarnaan kapsula. Disiapkan alat dan bahan yaitu kultur bakteri, busen,
spatula, oose, penjepit, dan kaca objek. Alat bahan dan meja yang digunakan disemprot
alkohol 70%, meja dilap dengan tisu secara satu arah dari meja kearah badan praktikan
dan tangan juga disemprot alkohol 70%. Di semprot alat-alat yang akan digunakan
dengan disinfektan, kemudian di lap dengan tisu. Dinyalakan lampu spirtus dan pastikan
disinfektan yang telah disemprot sudah mulai mengering agar tidak memicu kebakaran.
A. Pembuatan Apusan
Diteteskan aquades pada kaca objek. Kemudian, dipanaskan batang oose hingga
membara dengan sudut 450 antara api dan oose. Lalu diambil koloni bakteri dengan
menggunakan batang oose dalam keaadaan tidak panas. Bakteri digesekkan pada kaca
objek. Lalu batang oose dipanaskan kembali hingga membara dengan sudut 45 0 antara
api dan oose. Kemudian kaca objek yang terdapat kultur diatasnya, dipanaskan di atas
Bunsen hingga kering dengan diberi jarak minimal 5 cm dari api menggunakan penjepit
kayu.
B. Pewarnaan Sederhana Asam
Disiapkan preparat kering kultur bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,
Serratia marcescens dan Escherichia coli, disiapkan pewarna nigrosine kemudian
diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada ujung kaca objek. Lalu batang oose dipanaskan,
setelah panas dilanjutkan dengan bakteri dicuplik secara aseptis. Cuplikan tersebut
diinokulasikan pada zat warna, lalu batang oose dipanaskan kembali. Kaca objek lain
disiapkan dan dilanjutkan dengan hapusan dibuat, lalu diamkan hingga kering.
Setelah itu dilakukan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Lensa okuler diputar kearah pengamat dan dikunci, lalu mikroskop dinyalakan.
Diletakkan preparat di meja objek dan diatur agar berada pada bagian yang terkena
cahaya dengan makrometer horizontal digunakan. Dimulai dengan lensa objektif
perbesaran terendah, kemudian fokus kasar dan fokus halus diatur menggunakan
makrometer vertikal dan horizontal agar sampel terlihat dengan jelas. Perbesaran lensa
objektif dinaikkan dimulai dari 4x-40x. Dilakukan perbesaran 40x untuk preparat
bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Untuk preparat bakteri Serratia
marcescens dan Escherichia coli, diteteskan minyak imersi, lalu lensa diputar hingga
perbesaran 100x. Setelah selesai, meja objek diturunkan kemudian kaca preparat
dikeluarkan. Lalu, lensa dibersihkan dengan menggunakan alkohol 96% atau Xylol.
Kemudian, cairan pembersih diteteskan pada kertas lensa lalu diusapkan kepada lensa.
Setelah selesai, mikroskop dimatikan. Lalu lensa perbesaran tertinggi diputar dengan
posisi di bagian dalam. Lalu meja objek dinaikkan kembali, kemudian lensa okuler
diputar agar menjadi seperti keadaan semula dengan memastikan pengunci diputar
dengan kuat. Selanjutnya kabel mikroskop dicabut dan digulung, dan mikroskop ditutup
dengan plastik penutup.

C. Pewarnaan Sederhana Basa


Disiapkan preparat kering kultur bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus,
Serratia marcescens dan Escherichia coli, disiapkan kristal violet atau safranin atau
methilen blue sebagai pewarna sel. Lalu, zat warna diteteskan pada preparat sebanyak 1-
2 tetes kemudian didiamkan 1-2 menit. Lalu, preparat dibilas dengan air mengalir, lalu
sisa air yang menempel ditiriskan menggunakan tissue atau kertas saring.
Setelah itu dilakukan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Lensa okuler diputar kearah pengamat dan dikunci, lalu mikroskop dinyalakan.
Diletakkan preparat di meja objek dan diatur agar berada pada bagian yang terkena
cahaya dengan makrometer horizontal digunakan. Dimulai dengan lensa objektif
perbesaran terendah, kemudian fokus kasar dan fokus halus diatur menggunakan
makrometer vertikal dan horizontal agar sampel terlihat dengan jelas. Perbesaran lensa
objektif dinaikkan dimulai dari 4x-40x. Dilakukan perbesaran 40x untuk preparat
bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Untuk preparat bakteri Serratia
marcescens dan Escherichia coli, diteteskan minyak imersi, lalu lensa diputar hingga
perbesaran 100x. Setelah selesai, meja objek diturunkan kemudian kaca preparat
dikeluarkan. Lalu, lensa dibersihkan dengan menggunakan alkohol 96% atau Xylol.
Kemudian, cairan pembersih diteteskan pada kertas lensa lalu diusapkan kepada lensa.
Setelah selesai, mikroskop dimatikan. Lalu lensa perbesaran tertinggi diputar dengan
posisi di bagian dalam. Lalu meja objek dinaikkan kembali, kemudian lensa okuler
diputar agar menjadi seperti keadaan semula dengan memastikan pengunci diputar
dengan kuat. Selanjutnya kabel mikroskop dicabut dan digulung, dan mikroskop ditutup
dengan plastik penutup.
D. Pewarnaan Gram
Disiapkan preparat kering bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus,
Serratia marcescens dan Escherichia coli. Disiapkan kristal violet atau safranin sebagai
pewarna sel, lugol dan alkohol 96%. Lalu, kristal violet diteteskan pada preparat
sebanyak 1-2 tetes kemudian didiamkan 1-2 menit. Lalu, preparat dibilas dengan air
mengalir, kemudian logol diteteskan pada preparat sebanyak 1-2 tetes lalu diamkan 1
menit. Logol yang belebih dipreparat dibuang kemudian dibilas dengan alkohol 96%.
Setelah itu safranin diteteskan pada preparat sebanyak 1-2 tetes lalu diamkan 1 menit
kemudian dibilas dengan air mengalir, lalu sisa air yang menempel ditiriskan
menggunakan tissue atau kertas saring.
Setelah itu dilakukan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Lensa okuler diputar kearah pengamat dan dikunci, lalu mikroskop dinyalakan.
Diletakkan preparat di meja objek dan diatur agar berada pada bagian yang terkena
cahaya dengan makrometer horizontal digunakan. Dimulai dengan lensa objektif
perbesaran terendah, kemudian fokus kasar dan fokus halus diatur menggunakan
makrometer vertikal dan horizontal agar sampel terlihat dengan jelas. Perbesaran lensa
objektif dinaikkan dimulai dari 4x-40x. Dilakukan perbesaran 40x untuk preparat
bakteri Bacillus subtilis. Untuk preparat bakteri Staphylococcus aureus, Serratia
marcescens dan Escherichia coli, diteteskan minyak imersi, lalu lensa diputar hingga
perbesaran 100x. Setelah selesai, meja objek diturunkan kemudian kaca preparat
dikeluarkan. Lalu, lensa dibersihkan dengan menggunakan alkohol 96% atau Xylol.
Kemudian, cairan pembersih diteteskan pada kertas lensa lalu diusapkan kepada lensa.
Setelah selesai, mikroskop dimatikan. Lalu lensa perbesaran tertinggi diputar dengan
posisi di bagian dalam. Lalu meja objek dinaikkan kembali, kemudian lensa okuler
diputar agar menjadi seperti keadaan semula dengan memastikan pengunci diputar
dengan kuat. Selanjutnya kabel mikroskop dicabut dan digulung, dan mikroskop ditutup
dengan plastik penutup.
E. Pewarnaan Endospora
Disiapkan preparat kering bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli, lalu
dilapisi dengan kertas saring. Disiapkan malakit hijau dan safranin untuk pewarnaan.
Lalu kaca preparat diletakan di atas kawat kasa. Malakit hijau diteteskan pada kertas
saring selama 20-30 menit dan tidak dibiarkan kering. Kemudian kaca preparat diangkat
dan didinginkan. Selanjutnya kaca preparat dibilang dengan air mengalir. Satu sampai
dua tetes safranin diteteskan pada preparat dan didiamkan selama 30 detik. Selanjutnya
kaca preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan.
Setelah itu dilakukan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Lensa okuler diputar kearah pengamat dan dikunci, lalu mikroskop dinyalakan.
Diletakkan preparat di meja objek dan diatur agar berada pada bagian yang terkena
cahaya dengan makrometer horizontal digunakan. Dimulai dengan lensa objektif
perbesaran terendah, kemudian fokus kasar dan fokus halus diatur menggunakan
makrometer vertikal dan horizontal agar sampel terlihat dengan jelas. Perbesaran lensa
objektif dinaikkan dimulai dari 4x-40x. Dilakukan perbesaran 40x untuk preparat
bakteri Bacillus subtilis. Untuk preparat bakteri Escherichia coli, diteteskan minyak
imersi, lalu lensa diputar hingga perbesaran 100x. Setelah selesai, meja objek
diturunkan kemudian kaca preparat dikeluarkan. Lalu, lensa dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 96% atau Xylol. Kemudian, cairan pembersih diteteskan pada
kertas lensa lalu diusapkan kepada lensa. Setelah selesai, mikroskop dimatikan. Lalu
lensa perbesaran tertinggi diputar dengan posisi di bagian dalam. Lalu meja objek
dinaikkan kembali, kemudian lensa okuler diputar agar menjadi seperti keadaan semula
dengan memastikan pengunci diputar dengan kuat. Selanjutnya kabel mikroskop dicabut
dan digulung, dan mikroskop ditutup dengan plastik penutup.
F. Pewarnaan Kapsula
Disiapkan preparat kering bakteri Serratia marcescens dan Enterobacter
aerogenes. Disiapkan kristal violet dan larutan CuSO4 20% lalu diteteskan pada kaca
objek, kemudian batang oose dipanaskan dilanjut dengan koloni dicuplik dengan 1 loop
diambil yang akan diwarnai lalu disatukan dengan pewarna dikaca objek. Setelah itu
batang oose kembali dipanaskan dan kaca objek didiamkan selama 5-7 menit. Setelah
didiamkan, bilas dengan larutan CuSO4. Kemudian preparat diamati.
Setelah itu dilakukan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Lensa okuler diputar kearah pengamat dan dikunci, lalu mikroskop dinyalakan.
Diletakkan preparat di meja objek dan diatur agar berada pada bagian yang terkena
cahaya dengan makrometer horizontal digunakan. Dimulai dengan lensa objektif
perbesaran terendah, kemudian fokus kasar dan fokus halus diatur menggunakan
makrometer vertikal dan horizontal agar sampel terlihat dengan jelas. Perbesaran lensa
objektif dinaikkan dimulai dari 4x-40x. Dilakukan perbesaran 40x untuk preparat
bakteri Serratia marcescens. Untuk preparat bakteri Enterobacter aerogenes, diteteskan
minyak imersi, lalu lensa diputar hingga perbesaran 100x. Setelah selesai, meja objek
diturunkan kemudian kaca preparat dikeluarkan. Lalu, lensa dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 96% atau Xylol. Kemudian, cairan pembersih diteteskan pada
kertas lensa lalu diusapkan kepada lensa. Setelah selesai, mikroskop dimatikan. Lalu
lensa perbesaran tertinggi diputar dengan posisi di bagian dalam. Lalu meja objek
dinaikkan kembali, kemudian lensa okuler diputar agar menjadi seperti keadaan semula
dengan memastikan pengunci diputar dengan kuat. Selanjutnya kabel mikroskop dicabut
dan digulung, dan mikroskop ditutup dengan plastik penutup.

V. HASIL PENGAMATAN

5.1 Pewarnaan Basa


Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Bacillus subtilis
Reagen: Safranin
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.1.1 Pewarnaan basa


Bacillus subtilis
(Dokumentasi kelompok 5 , 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Bacillus subtilis
Reagen: Kristal violet
Perbesaran: 40x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.1.2 Pewarnaan basa


Serratia marcescens
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Escherichia coli
Reagen: Methilen blue
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.1.3 Pewarnaan basa


Escherichia coli
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)
Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Staphylococcus aureus
Reagen: Methilen blue
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.1.4 Pewarnaan basa


Staphylococcus aureus
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)

5.2 Pewarnaan Asam

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Bacillus subtilis
Reagen: Nigrosin
Perbesaran: 40x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.2.1 Pewarnaan asam


Bacillus subtilis
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Serratia marcescens
Reagen: Nigrosin
Perbesaran: 40x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.2.2 Pewarnaan asam


Serratia marcescens
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)
Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Escherichia coli
Reagen: Nigrosin
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk basil/batang

Gambar 5.2.3 Pewarnaan asam


bakteri Escherichia coli
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Staphylococcus aureus
Reagen: Nigrosin
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati morfologi bakteri
berbentuk bulat

Gambar 5.2.4 Pewarnaan asam


bakteri Staphylococcus aureus
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)

5.3 Pewarnaan Gram

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Bacillus subtilis
Reagen: Kristal violet, lugol, alkohol 96%,
safranin
Perbesaran: 40x
Keterangan: teramati bakteri berwarna ungu,
bakteri gram positif

Gambar 5.3.1 Pewarnaan gram


Bacillus subtilis
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)
Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Serratia marcescens
Reagen: Kristal violet, lugol, alkohol 96%,
safranin
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati bakteri berwarna ungu,
bakteri gram positif

Gambar 5.3.2 Pewarnaan Gram


Serratia marcescens
(Dokumentasi kelompok 5 , 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Escherichia coli
Reagen: Kristal violet, lugol, alkohol 96%,
safranin
Perbesaran: 100x
Keterangan: bakteri gram negatif

Gambar 5.3.3 Pewarnaan Gram


Escherichia coli
(Dokumentasi kelompok 6, 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Staphylococcus aureus
Reagen: Kristal violet, lugol, alkohol 96%,
safranin
Perbesaran: 100x
Keterangan: bakteri gram positif

Gambar 5.3.4 Pewarnaan Gram


Staphylococcus aureus
(Dokumentasi kelompok 6, 2020)
5.4 Pewarnaan Endospora

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Bacillus subtilis
Reagen: Malakit hijau, safranin
Perbesaran: 40x
Keterangan: tidak teramati adanya
endospora

Gambar 5.4.1 Pewarnaan endospora


Bacillus subtilis
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Escherichia coli
Reagen: Malakit hijau, safranin
Perbesaran: 100x
Keterangan: teramati endospore berwarna
hijau ditengah sel bakteri

Gambar 5.4.2 Pewarnaan endospora


Escherichia coli
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)

5.5 Pewarnaan Kapsula

Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021


Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Serratia marcescens
Reagen: Kristal violet dan CuSO4 20%
Perbesaran: 40x
Keterangan: tidak teramati kapsula

Gambar 5.5.1 Pewarnaan kapsula


Serratia marcescens
(Dokumentasi kelompok 3, 2020)
Tanggal Praktikum: 10 Februari 2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari 2021
Kultur: Enterobacter aerogenes
Reagen: Kristal violet dan CuSO4 20%
Perbesaran: 40x
Keterangan: teramati kapsula pada lluaran
bakteri

Gambar 5.5.2 Pewarnaan kapsula


Enterobacter aerogenes
(Dokumentasi kelompok 8, 2020)

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengamati beberapa hasil pengamatan dari teknik
pewarnaan sel. Teknik pewarnaan sel yang dilakukan antara lain pewarnaan sederhana
berupa pewarnaan basa/langsung dan asam/tidak langsung, dan pewarnaan diferensial
yaitu pewarnaan Gram, pewarnaan endospora dan perwarnaan kapsula.
Pewarnaan basa merupakan teknik pewarnaan sederhana yang mewarnai dinding
sel bakteri, sehingga sel terwarnai berdasarkan reagen pewarna yang digunakan di
tengah lingkungan tidak berwarna (Tortora et al., 2010). Hasil pengamatan pewarnaan
basa dapat terlihat pada Gambar 5.1.1 sampai dengan Gambar 5.1.4 terlihat bahwa
bakteri dapat teramati dengan jelas ditandai dengan terlihatnya pewarnaan yang terjadi
pada sel bakteri, hal ini disebabkan oleh zat warna bersifat basa dengan muatan positif
dan permukaan bakteri bermuatan negatif/asam maka pewarna basa akan menempel
pada permukaan bakteri (Madigan et al., 2011). Bakteri yang digunakan pada
pewarnaan basa adalah bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Serratia
marcescens, dan Escherichia coli. Bakteri Bacillus subtilis pada Gambar 5.1.1 terlihat
morfologi bakteri berbentuk basil/batang, hal ini sama dengan pernyataan Djaenuddin
dan Muis (2015) bahwa Sel Bacillus subtilis berbentuk batang dan berukuran 0,3-2,2 x
1,2-7,0 μm. Bakteri Serratia marcescens pada Gambar 5.1.2 terlihat morfologi bakteri
berbentuk basil/batang, hal ini selaras dengan pernyataan Samrot et al. (2011), Serratia
marcescens adalah berbentuk batang atau basil dan berdiameter 0,5-0,8 μm dan panjang
0,9-2 μm. Bakteri Escherichia coli pada Gambar 5.1.3 terlihat morfologi bakteri
berbentuk basil/batang, hal ini sama seperti pernyataan Jawetz et al. (2008) bahwa
Escherichia coli berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm,
diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm. Bakteri Staphylococcus aureus pada Gambar 5.1.4
terlihat morfologi bakteri berbentuk basil/batang. Menurut Vasanthakumari (2007)
bahwa Staphylococcus aerus merupakan bakteri gram-positif berdiameter 0,5-1,5 μm,
berbentuk bulat yang terlihat tunggal, berkelompok atau bankan dapat tersusun seperti
rantai. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian literatur dengan hasil pengamatan
praktikum kali ini.
Pewarnaan asam merupakan pewarnaan sederhana yang mewarnai lingkungan
bakteri sehingga melalui pengamatan mikroskop akan tampak sel berwarna putih di
tengah lingkungan yang berwarna (Tortora et al., 2010). Hal ini dikarenakan pada
pewarnaan asam menggunakan zat pewarna asam yang memiliki kromogen bermuatan
negatif, sedangkan permukaan bakteri juga mempunyai muatan yang negatif maka zat
pewarna dengan permukaan bakteri tidak dapat berikatan sehingga zat pewarna mencari
muatan posif yang berada dilingkungan bakteri, oleh karena itu latar belakang
/lingkungan pada pewarnaan asam terwarnai (Jawetz et al., 2008). Hasil pengamatan
pewarnaan asam dapat terlihat pada Gambar 5.1.1 sampai dengan Gambar 5.1.4 terlihat
bahwa bakteri dapat teramati dengan jelas ditandai dengan telihatnya pewarnaan yang
terjadi pada latar belakang atau lingkungan. Bakteri yang digunakan pada pewarnaan
asam adalah Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Serratia marcescens, dan
Escherichia coli. Bakteri Bacillus subtilis pada Gambar 5.2.1 terlihat morfologi bakteri
berbentuk basil/batang, hal ini sama dengan pernyataan Djaenddin dan Muis (2015)
bahwa Sel Bacillus subtilis berbentuk batang dan berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 μm.
Bakteri bakteri Serratia marcescens pada Gambar 5.2.2 terlihat morfologi bakteri
berbentuk basil/batang, hal ini selaras dengan pernyataan Samrot et al. (2011), Serratia
marcescens adalah berbentuk batang atau bacillus, berdiameter 0,5-0,8 μm dan panjang
0,9-2 μm. Bakteri Escherichia coli pada Gambar 5.2.3 terlihat morfologi bakteri
berbentuk basil/batang, hal ini sama seperti pernyataan Jawetz et al. (2008) bahwa
Escherichia coli berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm,
diameter 0,7 μm dan lebar 0,4-0,7 μm. Bakteri Staphylococcus aureus pada Gambar
5.2.4 terlihat morfologi bakteri berbentuk bulat, hal ini sama seperti pernyataan
Vasanthakumari (2007) bahwa Staphylococcus aerus berdiameter 0,5-1,5 μm, berbentuk
bulat yang terlihat tunggal, berkelompok atau bahkan dapat tersusun seperti rantai.
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang bertujuan untuk
menentukan jenis kelompok bakteri berdasarkan struktur dinding selnya. Bakteri gram
positif memiliki beberapa lapisan peptidoglikan sehingga lapisan peptidoglikannya
tebal, dan juga mengandung teichoic acid yang terdiri dari lipoteichoic acid yang
menjangkau lapisan peptidoglikan dan terhubung ke membran plasma, dan wall teichoic
acid yang terhubung dengan lapisan peptidoglikan. Sedangkan bakteri gram negatif
memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis, tetapi mempunyai membran luar yang
terdiri dari lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan fosfolipid.  Peptidoglikan terikat
dengan lipoprotein di membran luar dan periplasma, yaitu struktur seperti gel yang
berada di antara membran luar dan plasma membran.  Selain itu, Dinding sel bakteri
gram negatif tidak mengandung teichoic acid (Tortora et al., 2010).  

Gambar 5.1 Struktur dinding sel bakteri Gram negatif dan Gram positif
(sumber: Supervisor Blog MIPA, 2017)

Perbedaan struktur dinding sel ini dapat ditentukan oleh pewarnaan Gram dengan
dilakukannya fikasi panas menggunakan ragen kristal violet, iodin, alkohol 96% dan
safranin. Kristal violet sebagai pewarna primer, safranin untuk pewarna sekunder,
alkohol untuk mencuci zat pewarna yang menempel pada lipopolisakarida, sedangakan
iodin berperan sebagai mordant karena membantu menguatkan ikatan antara zat
pewarna dengan permukaan sel bakteri. (Tortora et al., 2010). Prinsip pewarnaannya
adalah perbedaan komponen dinding sel bakteri yaitu besar kecilnya kandungan
peptidoglikan dan keberadaan membran luar yang mempengaruhi kemampuan dinding
sel mengikat warna dasar (kristal violet) setelah pencucian dengan alkohol. Zat pewarna
primer (crystal violet) akan menempel pada bagian terluar sel dan ikatan akan semakin
kuat saat ditambahkan iodin. Sel bakteri Gram positif mempunyai dinding yang
dominan mengandung peptidoglikan sehingga mengikat crystal violet (CV). Saat
dilakukan pencucian dengan alkohol sel bakteri Gram positif mengalami pengkerutan
sel sehingga membentuk kompleks CV-I yang terjebak lebih kuat dalam dinding sel,
sedangkan sel bakteri Gram negatif mengalami peluruhan dikarenakan lapisan
terluarnya berupa lipopolisakarida yang larut dengan alkohol dan kemudian
memperlihatkan lapisan peptidoglikan yang belum terwarnai. Lapisan peptidoglikan
bakteri Gram negatif selanjutnya akan terwarnai oleh zat pewarna sekunder (safranin)
yang membuat sel berwarna merah, sedangkan bakteri Gram positif tidak akan
mengalami perubahan karena dinding sel telah berikatan kuat dengan crystal violet (CV)
dan membentuk komplen CV-I (Tortora et al., 2010). Umur inokulum yang digunakan
adalah 24 jam, hal ini dikarenakan saat menggunakan kultur yang tidak 24 jam ada
kemungkinan terjadinya kesalahartian. Menurut Pradhika (2008), kultur muda yang
kurang dari 24 jam membuat lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram positif belum
terbentuk sempurna sehingga membuat sel gram positif tampak seperti gram negatif.
Kultur lebih dari 24 jam membuat lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif
menebal yang berkemungkinan crystal violet (CV) akan menempel sehingga membuat
sel gram negatif tampak seperti gram positif, sedangkan pada bakteri Gram positif sel
akan mengalami kematian dan peptidoglikan yang tebal dengan integritas dinding sel
yang kurang kuat saat pencucian dengan alkohol berkemungkinan meluruh.
Hasil pengamatan pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 5.3.1 sampai
dengan Gambar 5.3.4, terlihat bahwa bakteri teramati dengan jelas ditandai dengan
adanya warna yang dihasilkan dari pewarnaan Gram. Kultur bakteri yang digunakan
pada pewarnaan Gram adalah Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Serratia
marcescens, dan Escherichia coli. Bakteri Bacillus subtilis pada Gambar 5.3.1 terlihat
sel berwarna ungu yang menandakan bahwa bersifat Gram positif, hal ini selaras dengan
pernyataan Djaenuddin dan Muis (2015) bahwa Bacillus subtilis merupakan bakteri
gram positif. Bakteri Serratia marcesces pada Gambar 5.3.2 terlihat sel berukuran kecil,
berwarna ungu dan berifat Gram positif, meurut Samrot et al. (2011) bahwa Serratia
marcescens adalah bakteri gram negative yang sedinding sel berwarna merah. Hal ini
menunjukkan hasil praktikum berbeda dengan literatur. Bakteri Staphylococcus aureus
terlihat pada Gambar 5.3.3 terlihat sel berwarna ungu yang menandakan bahwa bakteri
bersifat Gram positif, hal ini selaras dengan pernyataan Vasanthakumari (2007) bahwa
Staphylococcus aerus merupakan bakteri gram-positif. Bakteri Escherichia coli terlihat
pada Gambar 5.3.4 terlihat sel berwarna merah yang menandakan bahwa bakteri bersifat
Gram negatif, hal ini selaras dengan pernyataan Jawetz et al. (2008) bahwa Escherichia
coli merupakan bakteri Gram negatif.
Endospora merupakan alat survival bagi bakteri tertentu untuk istirahat (dorman)
selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan atau ekstrim. Endospora memiliki
daya tahan yang sangat tinggi karena memiliki lapisan dinding yang tebal dan memiliki
penambahan lapisan.  Endospora berfungsi sebagai bentuk pertahanan hidup berupa
dapat bertahan pada kondisi panas yang ekstrem, kekurangan air, dan paparan zat kima
toksik serta radiasi (Madigan et al., 2012). Tidak banyak bakteri yang dapat membentuk
endospora, yang dapat membentuk salah satunya adalah marga Bacillus dengan spesies
Bacillus firmus, Bacillus cereus, dan Bacillus subtilis (Saidah, 2014). Endospora
terbentuk ketika nutrisi esensial berkurang atau habis, keadaan seperti itu terdapat pada
fase pertumbuhan fase tetap (stationary phase). Menurut Waluyo (2011), fase tetap
berusia inokulum lebih dari 48 jam dan pertumbuhannya dibatasi oleh habisnya nutrisi
yang tersedia, komposisi sel-sel pada fase ini umumnya lebih tahan terhadap perubahan
panas, dingin maupun radiasi. Oleh karena itu pada pewarnaan endospora digunakan
bakteri dengan usia inokolum lebih dari 48 jam.
Pewarnaan endospora menggunakan reagen malachite Green atau malakit hijau
yang berfungsi akan memberi warna hijau pada endospora (Tortora et al., 2010) dan
dilakukan fikasasi panas menggunakan uap air agar pori-pori spora terbuka tanpa
membuat sitoplasma mengeluarkan air yang menyababkan engkerutan dan juga agar zat
warna dapat berpenetrasi ke dinding sel endospora (Harley & Prescott, 2002). Hasil
pengamatan pewarnaan endospora dapat dilihat pada Gambar 5.4.1 dan Gambar 5.4.2,
terlihat bahwa bakteri teramati dengan jelas ditandai dengan adanya warna yang
dihasilkan dari pewarnaan endospora. Kultur bakteri yang digunakan pada pewarnaan
asam adalah Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Bakteri Bacillus subtilis pada
Gambar 5.4.1 terlihat bahwa tidak teramati adanya endospora. Menurut Djaenddin dan
Muis (2015), Bacillus subtilis dapat membentuk endospora yang berbentuk oval di
bagian sentral sel. Adanya perbedaan antara literatur dengan hasil pengamatan, hal ini
disebabkan oleh banyak gangguan yang terjadi. Sedangkan bakteri Escherichia coli
pada Gambar 5.4.2 teramatinya endospore berwarna hijau ditengah sel bakteri. Menurut
Jawetz et al. (2008), Escherichia coli tidak ditemukan spora.
Kapsula merupakan lapisan polisakarida atau protein yang terletak di bagian
terluar dari sel, terdiri atas senyawa polisakarida, polipeptida, atau glikoprotein.
Kapsul secara khas berikatan dengan kuat pada dinding sel atau berikatan secara
kovalen pada peptidoglikan. Kapsul memiliki fungsi seperti media untuk melekatkan
diri pada substrat padat dan mencegah sel dari kekeringan (Madigan et al., 2011).
Tidak semua bakteri memiliki kapsula, beberapa bakteri yang memiliki kapsula adalah
Klebsiella pneumonia, Entrobacter aerogenes, dan Staphylococcus aureus.
Pewarnaan kapsula merupakan pewarnaan diferensial yang berfungsi untuk
mengetahui ada tidaknya kapsula dalam bakteri. Reagen yang digunakan pada
pewarnaan kapula adalah crystal violet (CV) sebagai zat pewarna utama dan CuSO4
sebagai agen pendekolorasi (Cappuccino & Sherman, 2001). Adanya fiksasi panas
atau pemanasan apusan berlebihan juga dapat menyebabkan pengerutan sitoplasma sel
bakteri, sehingga menimbulkan ruang kosong antara dinding sel dengan sitoplasma.
Ruang kosong ini dapat disalahtafsirkan sebagai kapsula. Maka dari itu tidak
dilakukan fiksasi panas pada pewarnaan kapsula (Samaranayake, 2006). Hasil
pengamatan pewarnaan kapsula dapat dilihat pada Gambar 5.5.1 dan Gambar 5.5.2,
terlihat bahwa bakteri teramati dengan jelas ditandai dengan adanya warna yang
dihasilkan dari pewarnaan kapsula. Kultur bakteri yang digunakan pada pewarnaan
asam adalah Serratia marcescens dan Enterobacter aerogenes. Bakteri Serratia
marcescens pada Gambar 5.4.1 terlihat bahwa tidak teramati adanya kapsula, hal ini
selaras dengan pernyataan Rosidah (2016) bahwa Serratia marcescens bakteri
berbentuk kapsul dan tidak dapat membentuk kapsula. Sedangkan bakteri
Enterobacter aerogenes pada Gambar 5.4.2 teramatinya kapsula pada luaran bakteri,
hal isi selaras dengan pernyataan Jawetz et al. (2008) bahwa Enterobacter aerogenes
mempunyai kapsul yang kecil.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik morfologi bakteri Bacillus subtilis dengan melakukan
pewarnaan basa adalah berbentuk basil/batang dan dengan pewarnaan
asam adalah berbentuk basil/batang, bakteri Serratia marcescens
dengan melakukan pewarnaan basa adalah berbentuk basil/batang dan
dengan pewarnaan asam adalah berbentuk basil/batang, baktri
Staphylococcus aureus dengan melakukan pewarnaan basa adalah
berbentuk basil/batang dan dengan pewarnaan asam adalah berbentuk
basil/batang, sedangkan bakteri Escherichia coli dengan melakukan
pewarnaan basa adalah berbentuk basil/batang dan dengan pewarnaan
asam adalah berbentuk bulat.
2. Perbedaan dari pewarnaan basa dan asam adalah subjek yang terwarnai.
Pewarnaan basa mewarnai dinding sel bakteri, sedangkan pewarnaan
asam mewarnai lingkungan bakteri.
3. Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang
tergolong ke dalam Gram positif dengan dinding sel yang terdiri dari
peptidoglikan dan membrane sel, sedangkan Serratia marcescens dan
Escherichia coli merupakan bakteri yang tergolong dalam Gram negatif
dengan dinding sel yang terdiri dari lipopolisakarida, peptidoglikan dan
membran sel.
4. Bakteri Bacillus subtilis dapat membentuk struktur endospora dan
bakteri Escherichia coli tidak dapat membentuk sturktur endosprora.
5. Bakteri Serratia marcescens tidak memiliki kapsula dan Enterobacter
aerogenes memiliki kapsula.
6.2 Saran
Penamaan berkas jurnal dan laporan hasil praktikum dibedakan untuk
meminimalisir kesalahan penamaan atau mengumpulan tugas, misal untuk jurnal
penamaan berupa Nama_NIM_JurnalModulX dan untuk laporan penamaan
berupa Nama_NIM_LaporanModulX.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Djaenuddin, N., & Muis, A. (2015). Karakteristik bakteri antagonis Bacillus subtilis
dan potensinya sebagai agens pengendali hayati penyakit tanaman. In Prosiding
Seminar Nasional Serealia, 1(1): 489-494.
Cappuccino, James G. and Natalie Sherman. 2001. Microbiology: A Laboratory
Manual, 6th Edition. San Fransisco: Pearson Education Inc.
Harley, J.P. and L.M. Prescott. (2002). Laboratory Exercise in Microbiology 5th
edition. McGraw-Hill. New York.
Hidayat, A., & Turjaman, M. (2018). Manfaat besar di balik penampilan kecil. Jurnal
Penelitian Kehutanan Sumatrana, 2(1), 47-56.
Jawetz, E., J, Melnick dan Adelberg. (2008). Medical Microbiology 24th ed. North
America: Lange Medical book.
Jiwintarum, Y., Rohmi, R., & Prayuda, I. D. P. M. (2018). Dragon Fruit (Hylocereus
polyrhizus) as Natural Dyes Staining for Bacteria. Jurnal Kesehatan
Prima, 10(2): 1726-1734.
Madigan M, Martinko J, Stahl D, Clark D. (2012). Brock Biology of Microorganisms.
Ed ke-13. New York: Pearson.
Pradhika, E.I. (2008). Isolasi Mikroorganisme. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(3): 15-
19.
Rosidah, U. (2016). Tepung Ampas Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Bakteri
Serratia marcescens. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Saidah, A. N. (2014). Isolasi bakteri proteolitik termofilik dari sumber air panas pacet
Mojokerto dan penguji aktivitas enzim protease. Doctoral dissertation. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Samaranayake L. (2006). Essential Microbiology for Dentistry. Churchill Livingstone:
Elsevier Limited.
Samrot, A. V., Chandana, K., Senthilkumar, P., & Narendra, K. G. (2011).
Optimization of prodigiosin production by Serratia marcescens SU-10 and
evaluation of its bioactivity. Int. Res. J. Biotechnol. 2(5): 128-133.
Tortora, G. J., Funke, B. R. & Case, C. L. (2010). Microbiology an introduction 10th
edition. San Francisco: Pearson Education Inc.
Vasanthakumari, R. (2007). Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publications.
Waluyo, Lud. (2010). Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang.
Waluyo, Lud. (2011). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai