𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒𝑡→𝑡+1
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑
Contoh:
• Jika tegakan dinilai $906.71 per acre pada umur 19 tahun, dan dinilai
$1,031.39 per acre pada umur 20, maka persen peningkatan nilai
adalah:
1,031.39 − 906.71
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 = 13.75%
906.71
B. Waktu Penjarangan Optimum
• Jadwal optimum penjarangan atau tebangan parsial dalam tegakan pohon
merupakan permasalahan sulit untuk diselesaikan karena beberapa factor
berikut.
1) Campuran spesies pohon potensial dalam suatu tegakan
2) Bervariasinya laju pertumbuhan pohon dalam suatu tegakan
3) Bervariasinya laju pertumbuhan dengan perbedaan umur pohon
4) Potensial untuk penjarangan dari atas (besarnya penjarangan, tinggi pohon),
atau menghilangkan pohon proposional terhadap distribusi diameter
5) Kebutuhan untuk menilai jumlah tegakan tinggal atau tingkat kepadatan atau
intensitas penjarangan
6) Permasalahan waktu tebangan, siklus tebangan atau entry period.
• Selain itu, sejumlah interaksi terjadi antar factor-factor tersebut. Intensitas
penjarangan pada satu titik waktu, sebagai contoh, dapat mempengaruhi
intensitas penjarangan berikutnya serta potensi volume tebangan akhir.
• Tipe penjarangan akan mempengaruhi distribusi diameter sehingga nilai
tegakan tinggal, dan respon pertumbuhan dari tegakan tinggal tergantung
pada stocking dan kerapatan tegakan yang tertinggal.
• Untuk tegakan seumur, penjarangan yang dipilih tergantung oleh rotasi
tebangan yang ditentukan, oleh karena itu, penjarangan akan menambah
umur rotasi optimum.
• Ketika menilai opsi penjarangan untuk tegakan seumur, NPV dan SEV
secara umum digunakan.
• Untuk tegakan tidak seumur, penjarangan diasumsikan untuk kelestarian tegakan, oleh
karena itu jumlah pohon yang ditebang dalam tegakan tidak seumur lebih sulit
dibandingkan dengan tegakan seumur.
• Keputusan optimum untuk tegakan tidak seumur meliputi ketentuan sebagai berikut.
• The optimal sustainable diameter distribution
• The optimal species mix
• The optimal entry cycle
• Ketika konversi tegakan seumur menjadi tegakan tidak seumur, strategi konversi
optimal dan panjang waktu diperlukan untuk kecukupan mengubah tegakan seumur
menjadi tegakan tidak seumur.
• Nilai sekarang dari tebangan bukan akhir disarankan sebagai ukuran untuk penilaian
pertumbuhan tegakan pada tingkat tegakan optimum terbaik untuk tegakan tidak
seumur.
C. Kerapatan Tegakan atau Simpanan Kayu Optimum
• Beberapa rimbawan, pemeliharaan kerapatan tegakan diacu
dalam menentukan harapan tertinggi yang diinginkan
dibandingkan dengan memaksimalkan nilai ekonomi atau nilai
produksi komoditas.
• Gambaran kerapatan tegakan pohon adalah cara untuk
komunikasi vegetasi yang ada dalam satu unit lahan, dan dapat
menggambarkan site index.
• Strategi penjarangan optimal untuk tegakan harus mengetahui
kerapatan tegakan, dan batas kerapatan yang sesuai untuk jenis
pohon yang berbeda
• Menentukan species alam campuran pada tegakan tidak seumur,
index kepadatan tegakan dapat menggunakan secara roposional
dari luas bidang dasar setiap species untuk menghasilkan
kerapatan tegakan keseluruhan.
• Setelah menghitung campuran species pohon, kemudian kaitkan
dengan tenpat dalam ketercapaian kerapatan tegakan pada waktu
berikutnya, kesesuaian secara ekologi atau rentang manajemen.
D. Sistem Penjarangan di Indonesia
Terdapat tiga macam penjarangan
a. Penjarangan berdasarkan kelas pohon
b. Penjarangan bebas atau praktis
c. Penjarangan berdasarkan jumlah batang menurut
HART
Di Perhutani sistem penjarangan yang digunakan
adalah Penjarangan Jumlah Batang
a. Penjarangan berdasarkan kelas pohon
• Pohon diklasifikasikan berdasarkan perkembangan tajuk dan posisi dalam
tegakan (Kraft dalam Djiun, 1957), yaitu:
1) Tajuk luas dan besar
2) Tajuk besar
3) Tajuk kecil
4) Tajuk berkembang satu sisi
5) Tajuk tertekan sebagian
6) Pohon tertekan
7) Pohon merana atau mati
1 2
6 2 5 7 5 7 3 6 2 4
1 4
a
S% = x100%
p
• Bonita (site quality index) dapat ditentukan dengan berdasarkan
peninggi (P) dan umur tegakan, dapat dicari mempergunakan tabel
bonita (jati, misalnya) menurut Woll Von Wolfing.
Penjarangan Menggunakan Jumlah Pohon Normal di Perhutani
• Pada hutan tanaman, kegiatan tingkat penjarangan menggunakan tabel jumlah pohon normal
(Nn) yang telah dikembangkan.
• Untuk menentukan tingkat penjarangan atau persentase penjarangan dilakukan dengan
menggunakan rumus sbb:
Npcp
x100% = %P
Nn
• Jumlah pohon yang dijarangi:
Nmp = Nn − Npcp
Dimana;
Npcp = Jumlah pohon dalam satu petak ukur
Nn = Jumlah pohon normal
DYNAMIC PROGRAMMING
• Pemograman dinamik sering digunakan untuk memaksimasi potensi
biologis (mean annual increment) dan economic return (soil
expectation value) terkait dengan tegakan pohon, dan menunjukkan
suatu teknik untuk penentuan secara sistematik dari kombinasi
keputusan yang optimal.
• Pemograman dinamik juga merupakan suatu metode penyelesaian
secara numeric dari suatu system persamaan dinamik.
• Melalui pemograman ini dapat digunakan meliputi
• Issue manajemen SD
• Bisnis dan industri
• Komponen untuk kerangka pemilihan penyelesaian permasalahan
manajemen meliputi dua komponen yaitu
• Stages yaitu posisi dalam permasalahan dimana sejumlah
perbedaan kondisi masalah dapat terjadi. Sebagai contoh dalam
optimisasi tingkat tegakan adalah umur tegakan
• States adalah kondisi masalah yang direkognisi pada setiap tahapan
(node pada setiap tahapan). Sebagai contoh dalam optimisasi
tingkat tegakan adalah pertumbuhan tegakan sisa atau perbedaan
kerapatan tegakan tinggal pada setiap umur tegakan.
Hubungan rekursif
• Dynamik programming menggunakan salah satu nya apakah forward
recursive atau backward recursive untuk menyelesikan permasalahan
manajemen
• Forward recursion meliputi gerakan dalam suatu arah dari tahap pertama
sampai tahap akhir
• Backward recursion adalah kebalikannya, dimana masalah diselesaikan dari
tahap akhir kembali ke arah awal.
• Forward recursion menguntungkan untuk masalah dengan waktu yang
tidak jelas
• Backward recursion menguntungkan untuk penyelesaian masalah opsinya
dengan horizon waktu yang sama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
• Dua aspek dari dynamic programming yang harus dipahami dan
digunakan dan membantu secara penuh dalam menginterpretasi hasil
adalah the optimal path through the network of states and stages
bukan mencakup kumulatif reward tertinggi pada setiap tegakan
untuk masalah tegakan seumur, atau setiap tahun dari rencana untuk
manajemen tegakan tidak seumur. Keputusan yang lebih efisien
perihal manajemen tegakan, seperti mengurangi volume tegakan atau
menunda pendapatan.
• Asumsi bahwa gerakan ke depan melalui network opsi, merupakan
solusi optimal bagaimana kita mencapainya.
Contoh sederhana
Stage From node Cost To-node Route
Stage From node Cost To-node Route
2 1 4.20 3 1--3--7-->8
1 3.68 4 1--4--7-->8
4 6 1.60 1.60 6-->8 1 4.96 5 1--5--7-->8
2 4.40 3 2--3--7-->8
7 1.12 1.12 7-->8 2 3.76 4 2--4--7-->8
2 4.80 5 2--5--7-->8