Anda di halaman 1dari 44

TEKNIK ESTIMASI DAN

PROYEKSI POHON DAN


TEGAKAN HUTAN
Endang Hernawan
ESTIMASI DAN PROYEKSI TEGAKAN
DAN KONDISI HUTAN
Tujuan Mata Kuliah
• Pemahaman akan kondisi struktur sumberdaya hutan saat
sekarang dan masa yang akan datang dalam banyak tahapan
manajemen dan perencanaan hutan adalah hal yang penting.
• Informasikunci yang diperlukan untuk menentukan apa yang
dilakukan dimasa y.a.d mencakup
• penilaian apa yang saat ini dikelola, dan
• apa yang kita kelola ke depan
• Dari perspektif manajemen hutan, aktivitas –
aktivitas perencanaan yang membutuhkan
pemikiran ke depan adalah
1) Perlakuan pemangkasan komersil
2) Opsi penjarangan
3) Peluang pemupukan
4) Jarak tanam, dll
• Struktur kondisi hutan ke depan adalah penting untuk evaluasi
dampak terhadap rejim kehutanan baru nilai hasil dan habitat,
menentukan umur rotasi final untuk tegakan yang ada, dan
evaluasi kerentanan terhadap angin dari tegakan yang telah
dijarangi dll.
• Dari yang kita pelajari tentang karakteristik, maka mahasiswa
dan praktisi juga harus memahami bagaimana perubahan
kondisi hutan melalui waktu.
Mahasiswa setelah mengikuti bab ini:
1. Mampu melakukan overview pertumbuhan hutan
2. Mampu menggunakan beberapa model konseptual
bagaimana tegakan tumbuh melalui waktu (sistem dinamik)
3. Model penilaian hutan skala besar
4. Kategorisasi model pertumbuhan dan hasil
5. Sampling beberapa simulator pertumbuhan dan hasil yang
digunakan
PERTUMBUHAN HUTAN
• Proyeksi kondisi pertumbuhan pohon dalam hutan ke depan secara umum
sebagai fungsi dari ukuran dan kondisi pohon-pohon.
• Karakteristik yang dapat meningkatkan kualitas proyeksi terdiri dari:
• Site index (bonita)
• Tinggi pohon
• Rasio tajuk
• Umur
• Diameter pohon sekarang
• Dll
• Intervensi yang harus dilakukan manajer hutan adalah melalui pengaturan
kepadatan tegakan atau ruang. Laju pertumbuhan pohon tergantung pada
ukuran dan spasial lokasi pohon yang berdekatan
• Dalam hal ini ketergantungan spasial digunakan untuk mempengaruhi
proses-proses berikut:
• Ingrowth (pertumbuhan)
• Increment (riap)
• Harvest (panen)
• Mortality (kematian)
a. Ingrowth menggambarkan pertumbuhan hutan secara
dinamis yang didasarkan pada jumlah atau volume pohon
baru, yang tidak terdata pada pengukuran sebelumnya yang
telah tumbuh masuk pada kelas diameter terkecil yang bisa
diukur
b. Increment (riap) adalah pertumbuhan pohon dalam satu siklus
pengukuran. Asumsi pengukuran ini adalah bahwa pohon yang
diukur akan hidup pada awal dan akhir suatu periode
pengukuran.
c. Harvest (penebangan) merupakan pohon tertentu yang tidak
ada pada waktu pengukuran sekarang namun ada pada
periode pengukuran sebelumnya, karena dipanen dan
dipindahkan ke luar hutan waktu diantara dua pengukuran
d. Mortality adalah pohon yang mati diantara dua periode
pengukuran. Mortality pohon digambarkan sebagai jumlah
atau volume yang sudah bisa diukur (masuk kelas terkecil)
yang hidup selama periode pengukuran sebelumnya tetapi
mati pada waktu pengukuran saat sekarang.
• Hasil dari natural disturbance (kejadian alami)
• Banjir yang mematikan pohon lama dan tumbuh pohon baru
• Kebakaran hutan
• Pada umumnya tegakan seumur memiliki jumlah variasi tinggi
pohon yang kecil, dan karena umur relatif sama maka struktur
hutannya adalah sederhana.
• Distribusi diameter akan digambarkan dengan kurva berbentuk
lonceng (bell-shaped curve)
• Kompetisi, dan mortalitas dalam tegakan hutan seumur diperkirakan
dengan menggunakan “power rule self –thinning (kemampuan untuk
melakukan penjarangan sendiri)” yi -3/2.
• Angka -3/2 didefinisikan sebagai kepadatan tegakan paling tinggi dalam
hubungan dengan rata-rata ukuran pohon, di luar pohon yang tidak
dapat diukur (tidak masuk kelas diameter terkecil)
• Lokasi pohon, cabang, ukuran dan bentuk, kedalaman akar pohon
mempengaruhi kerapatan pohon.
• Kerapatan tegakan adalah batas jumlah pohon jenis tertentu terbesar
dalam suatu hutan
• Hubungan self-thinning secara matematis:

−3ൗ
𝑉= 𝑘𝑁 2
dimana;
•𝑉 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
•𝑁 = 𝑗𝑚𝑙 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠
•𝑘 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑐𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
A. Pertumbuhan Tegakan Seumur
• Tegakan Seumur (Even-age Stand) adalah suatu tegakan yang
memiliki pohon-pohon dengan kisaran variasi umur pohon tidak
lebih dari 20%
• Tegakan seumur dapat dibuat dengan:
• Sistem silvikultur tebang habis permudaan buatan (THPB)
• Sistem pemananen shelterwood harvest, dimana pohon induk
yang tidak ditebang dijadikan tempat penyebaran biji untuk
tegakan baru
• Sejalan dengan waktu variasi ini dipengaruhi oleh kompetisi laju pertumbuhan
antar individu pohon
• Tindakan manajemen pada tegakan seumur dalam mengatur
kompetisi antar individu pohon tersebut mencakup:
• Penanaman
• Penjarangan komersial
• Pemupukan
• Pengendalian persaingan, dan
• Penebangan akhir
• Tindakan manajemen yang lebih intensif mencakup:
• Pengendalian gulma
• Penjarangan pra-komersial pada umur muda
• Pemupukan pada tumbuhan umur muda dan umur
pertengahan untuk meningkatkan laju pertumbuhan pohon
pokok (yang diinginkan)
• Mengontrol persaingan dengan pohon yang tidak diinginkan.
• Model pertumbuhan pohon
• Tipe akumulasi volume pohon dengan waktu yang
digambarkan oleh kurva sigmoid
• Laju pertumbuhan volume bervariasi tergantung aktivitas
manajemen di pertengahan daur
• Kualitas habitat tergantung pada karakteristik struktur hutan
• Model pertumbuhan sigmoid
1: SV7 2: SV8 3: SV9 4: SV10
1: 100
2: 80 4
3: 100
4: 50 3
4
1
2
3

4
1: 55 1
2: 45 2
3: 55
4: 30
3

1 2
4

1: 10
2: 10 3
3: 10 2
4: 10 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Page 1 Y ears 5:51 AM Wed, Feb 24, 2016
Sigmoid Growth
• Perkembangan jmlh pohon dan peningkatan volume
1: Jml Pohon 2: Volume Pohon
1: 700
2: 400
2
1

1
1: 450
2: 200
2

1
2
1: 200
2: 0
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Page 1 Y ears 8:53 AM Sun, Feb 21, 2016
Pertumbuhan Volume Tegakan Seumur
• Perkembangan 1: Volume rotasi1 2: Volume rotasi2
volume tegakan pada 1:
2:
3000
2000
dua rotasi tebangan
2

1: 1500 2
2: 1000 1

1: 0
2: 0 2 2 1 1
0.00 22.50 45.00 67.50 90.00
Page 1 Y ears 3:36 AM Wed, Feb 24, 2016
Dua rotasi tebangan
B. Pertumbuhan tegakan tidak seumur
• Uneven-age stand merupakan tegakan yang memiliki semua
umur, tetapi secara umum merupakan tegakan yang berisi
lebih dari dua atau tiga kelas umur yang berbeda.
• Jenis ini memilik ciri sbb:
• Dihasilkan dengan menebang kelas umur, diameter atau
species tertentu
• Menggunakan sistem tebang pilih
• Pengaturan hasil tidak menggunakan kelas umur tetapi
berdasarkan kerapatan dan distribusi diameter yang
diinginkan
• Struktur dari tegakan tidak seumur tergantung pada
aplikasi treatments dalam kelas diameter yang berbeda
• Jenis pohon umumnya “toleran” sehingga mampu
regenerasi di bawah naungan
• Interval menebang 5 sampai 30 tahun
• Keuntungan dari hutan tidak seumur: penutupan hutan
terus menerus dipelihara, tahan terhadap serangan hama
dan penyakit
• Kelemahan: sistem silvikultur menggunakan tebang pilih
sering tidak ekonomis dan membutuhkan tenaga kerja
yang lebih besar dibanding hutan seumur.
Jumlah pohon per luas dapat diduga dengan rumus berikut:

𝑇𝑃𝐴𝑥 = 𝑘𝑒 −𝑎𝐷𝐵𝐻 𝑑𝐷𝐵𝐻


dimana;
TPA = jml pohon per area dalam kelas diameter x
k, a = konstanta yang dicirikan oleh struktur tertentu
e = logaritmik natural
dDBH= lebar diameter kelas (inches)
• Dalam penggunaan model ini, jumlah pohon per luas dalam
kelas diameter akan berubah dari satu kelas ke kelas berikutnya,
dalam suatu konstanta, oleh factor q, yang mengacu pada
diminution quotient (pembagi yang menurun)

𝑞 = 𝑒 𝑎𝑑𝐷𝐵𝐻
Contoh:
𝑞 = 𝑒 0.221(1) = 1.247
𝑞 = 𝑒 0.221(2) = 1.556
Perbandingan karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan tegakan seumur vs tidak seumur

KARAKTERISTIK
PERTUMBUHAN DAN TEGAKAN SEUMUR TEGAKAN TIDAK SEUMUR
PERKEMBANGAN
TPA MENURUN MENURUT UMUR BERVARIASI MENURUT UMUR
LAJU MORTALITAS MENURUN MENURUT UMUR RELATIF KONSTAN MENURUT
POHON UMUR
MORTALITAS VOLUME MENINGKAT DENGAN UMUR REATIF KONSTAN MENURUT
UMUR
TINGGI CANOPY MENINGKAT DENGAN UMUR, KEMUDIAN RELATIF KONSTAN MENURUT
DATAR UMUR
TUTUPAN CANOPY BERKISAR DARI YG TIDAK ADA SAMPAI BERVARIASI DARI PENUH
PENUH SAMPAI GAP BERISI SATU
KARAKTERISTIK
PERTUMBUHAN DAN TEGAKAN SEUMUR TEGAKAN TIDAK SEUMUR
PERKEMBANGAN
DIAMETERPOHON MENINGKAT DENGAN WAKTU FLUKTUASI DENGAN
RATA-RATA PENEBANGAN DAN
MORTALITAS
DISTRIBUSI DIAMETER KURVA BELL KURVA J TERBALIK
BASAL AREA MENINGKAT DENGAN UMUR, FLUKTUASI DENGAN
KEMUDIAN DATAR PEMANENAN DAN
MORTALITAS
LAJU PERTUMBUHAN MENINGKAT, PUNCAK, KEMUDIAN RELATIF KONSTAN DALAM
KAYU MENDATAR WAKTU
HASIL KAYU MENINGKAT DENGAN WAKTU, FLUKTUATIF DENGAN
KEMUDIAN MENDATAR PEMANENAN DAN
MORTALITAS
C. Pertumbuhan dua umur tegakan
Sistem silvikultur dua umur, memelihara dua kelas umur melalui
perencanaan dimana satu umur tegakan sebagai yang dominan
dan yang satunya codominan.
D. TRANSISI PERTUMBUHAN MELALUI WAKTU

PERMULAAN PERIODE PENGUKURAN TPA AKHIR PENGUKURAN

50 50
40 40
30 30
TPA

20
20
10
0 10
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 0
KELAS DIAMETER 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Memahami perubahan struktur kondisi hutan bagi seorang
manajer hutan dan pengambil keputusan adalah penting

• Dimaksudkan untuk menentukan apakah maksud dan tujuan tercapai,


lestari, atau tidak tercapai melalui tindakan manajemen dalam rencana
hutan
• Beberapa konsep yang mengacu pada transisi hutan diantaranya adalah
survivor growth atau pertumbuhan pohon yang hidup pada awal dan akhir
pengukuran.
• Jika pohon secara individu dalam tegakan tidak ditebang atau mati, maka
ukuran pohon tersebut tumbuh (diameter, tinggi, yang terkait dengan
volume).
• Dari perspektif distribusi diameter tegakan, distribusi diameter
akan bergeser ke kanan sebagai hasil pertumbuhan pohon yang
selamat (survivor growth) dari periode awal dan akhir
pengukuran.
• Untuk lebih realistis, transisi tegakan, maka faktor lain harus
tergabung dalam assessment yaitu:
• Ingrowth semai ke dalam kelas diameter terkecil
• Pohon mati (mortalitas)
• Pemanenen pohon karena kegiatan logging
• Ketika transisi ini dilakukan pada tingkat tegakan, ingrowth
adalah memasukkan pohon-pohon dalam kelas diameter
terkecil yang diijinkan untuk diukur.
• Kesimpulan, dalam ingrowth kemungkinan memasukkan
tingkat semai yang dibawah ukuran minimum yang dapat dijual
sebelum pengukuran pertama, atau mungkin memasukkan
seedling yang belum hidup pada pertama pengukuran.
1. Estimasi volume tingkat tegakan
• Pada saat kita mempertimbangkan dinamika pertumbuhan
tegakan, dapat digunakan konsep increment, ingrowth,
mortality dan harvest untuk menggambarkan transisi
volume tegakan melalui waktu.
• Perubahan ini dapat diketahui apabila informasi
sebelumnya tg pohon diketahui
TERM YANG BISA DIGUNAKAN:

𝑉1 = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑇𝐸𝐺𝐴𝐾𝐴𝑁 𝑃𝐴𝐷𝐴 𝑃𝐸𝑅𝐼𝑂𝐷𝐸 𝑃𝐸𝑁𝐺𝑈𝐾𝑈𝑅𝐴𝑁 𝐴𝑊𝐴𝐿

𝑉2 = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑇𝐸𝐺𝐴𝐾𝐴𝑁 𝑃𝐴𝐷𝐴 𝑃𝐸𝑅𝐼𝑂𝐷𝐸 𝑃𝐸𝑁𝐺𝑈𝐾𝑈𝑅𝐴𝑁 𝐴𝐾𝐻𝐼𝑅

𝑀1−2 = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑃𝑂𝐻𝑂𝑁 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝑀𝐴𝑇𝐼 𝐷𝐼𝐴𝑁𝑇𝐴𝑅𝐴 𝑃𝐸𝑅𝐼𝑂𝐷𝐸 𝑃𝐸𝑁𝐺𝑈𝐾𝑈𝑅𝐴𝑁 1 𝐷𝐴𝑁 2

𝐶1−2 = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑃𝑂𝐻𝑂𝑁 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐷𝐼𝑃𝐴𝑁𝐸𝑁 𝐷𝐼𝐴𝑁𝑇𝐴𝑅𝐴 𝑃𝐸𝑅𝐼𝑂𝐷𝐸 𝑃𝐸𝑁𝐺𝑈𝐾𝑈𝑅𝐴𝑁 1 𝐷𝐴𝑁 2


𝐼2 = INGROWTH VOLUME YANG DI-RECOGNIZED PADA AKHIR PERIODE PENGUKURAN, DAN YANG
TELAH TUMBUH MENJADI KELAS DIAMETER TERKECIL YANG DI-RECOGNIZED
• V2 secara inherent mencakup ingrowth (i) oleh karena itu v2
menggambarkan kondisi hidup pohon yang berada dalam tegakan pada
akhir periode pengukuran.
• Perubahan bersih (meningkat atau menurun) dari volume pada periode
pengukuran berikutnya dapat dengan mudah diestimasi, oleh pengurangan
estimasi volume awal dari estimasi volume akhir.
• Net change, memasukan ingrowth (meningkat atau menurun) = v2 – v1
• Hal ini secara inherent memasukan ingrowth, setelah v2, tetapi mengalami
kehilangan volume akibat mortalitas dan pemanenan, sehingga volumenya
dikeluarkan dari v2
• Untuk menduga pertumbuhan kotor dari volume tegakan yang
akan memasukkan ingrowth dengan rumus sbb:
• Gross growth, memasukan ingrowth = (𝑉2 + 𝑀1−2 + 𝐶1−2 )-𝑉1
• Disini kita berasumsi bahwa ingrowth dimasukkan lagi dalam V2,
menambahkan ke V2 yang dipanen selama interval waktu
pengukuran (C1-2) dan mortalitas yang terjadi selama periode
pengukuran (M1-2).
• Jika kita tertarik hanya dalam pertumbuhan pohon yang diukur
pada periode pengukuran permulaan, kita mengeluarkan
ingrowth dari V2
• Gross Growth Mengeluarkan Ingrowth = (𝑉2 + 𝑀1−2 + 𝐶1−2 −
𝐼2 ) − 𝑉1
• Pengukuran gross growth mencakup kontribusi pohon-pohon
yang telah mati. Pohon ini menjadi “snag” atau “down log”, dan
oleh karena itu mungkin menjadi fitur struktur penting bagi
tujuan hidupan liar.
• Namun dari perspektif produksi kayu, mungkin kita tertarik
hanya dalam volume yang dapat digunakan untuk manufaktur
atau tujuan kebutuhan rumah tangga (spt kayu bakar), sehingga
mungkin kita hanya tertarik pada pohon yang masih hidup.
• Net growth ini dapat di-estimasi oleh pengeluaran volume yang
mati dari gross growth pada tegakan pohon, kita menggunakan
rumus:
• Net growth including ingrowth = 𝑉2 + 𝐶2−2 − 𝑉1
• Lebih lanjut jika kita tertarik hanya dalam net growth pada
pohon yang diukur pada periode pengukuran awal, kita akan
juga mengeluarkan kontribusi ingrowth kelas diameter terkecil:
Net Growth Excluding Ingrowth = 𝑉2 + 𝐶1−2 − 𝐼2 − 𝑉1
• Masing-masing estimasi tersebut adalah konservatif karena kita
mungkin tidak mempertimbangkan pohon-pohon sebelum mati
atau ditebang, diantara waktu pengukuran pertama dengan
waktu dimana mereka masih hidup.
• Mortalitas dan harvest diasumsikan digambarkan oleh kondisi
pohon pada permulaan periode pengukuran
• Contoh: Kita Gunakan Data Pada Tabel Berikut
• Asumsi bahwa tegakan “digabungkan” pada tree record, dimana setiap
record menggambarkan jmlh pohon per unit area, dan periode pengukuran
10 tahun. Asumsi bahwa volume terkecil adalah 5 inc.
• Berapa:
1. Net change
2. Gross growth, including ingrowth
3. Gross growth, excluding ingrowth
4. Net growth, including ingrowth
5. Net growth, excluding ingrowth
1. Net Change = 𝑉2 − 𝑉1 = 3,948 − 3,844 = 104 𝑓𝑡 3 per Acre
2. Gross Growth, Including Ingrowth = 𝑉2 + 𝑀1−2 + 𝐶1−2 − 𝑉1
= (3,948+82+371)-3,844
= 557 𝑓𝑡 3 𝑃𝐸𝑅 𝐴𝐶𝑅𝐸
3. Gross Growth, Excluding Ingrowth
= 𝑉2 + 𝑀1−2 + 𝐶1−2 − 𝐼2 − 𝑉1
= (3,948+82+371-30)-3,844
= 527 𝑓𝑡 3 𝑝𝑒𝑟 𝑎𝑐𝑟𝑒
4. Net growth, including ingrowth

= 𝑉2 + 𝐶1−2 − 𝑉1
= (3,948+371) – 3,844
= 475 𝑓𝑡 3 𝑃𝐸𝑅 𝐴𝐶𝑅𝐸

5. Net growth, excluding ingrowth


= 𝑉2 + 𝐶1−2 − 𝐼2 − 𝑉1
= (3,948+371-30) – 3,844
= 445 𝑓𝑡 3 𝑝𝑒𝑟 𝑎𝑐𝑟𝑒

Anda mungkin juga menyukai