Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205

Modul II: Pewarnaan Sel Bakteri

Oleh:
Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus | 11518053
Kelompok 6
Asisten:
Fitria Kusprayogo | 11417015

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

10 Februari 2021

Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus – 11518053


MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

I. LATAR BELAKANG
Mengamati sel mikroba dalam keadaan aslinya cukup sulit, sebab itu
diperlukan teknik khusus mikrobiologi. Disamping karena ukurannya yang
kecil juga karena keberadaan selnya yang transparan. Sel-sel bakteri praktis
tidak berwarna bila berada dalam keadaan terlarut dalam medium cair. Untuk
memudahkan pengamatan sel bakteri yang tembus cahaya itu maka
dikembangkan metode pewarnaan sel (Ariyani, et al., 2018). Umumnya bakteri
dapat dengan mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin. Menurut Ariyani (2018),
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural.
Teknik pewarnaan diferensial merupakan prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian-bagian sel bakteri.
Sedangkan pengecatan struktural seperti pengecatan endospora, flagella, dan
kapsula hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Ada tiga macam metode pewarnaan yaitu pewarnaan
sederhana yang mewarnai latar belakangnya, pewarnaan diferensial yang
menggunakan lebih dari satu jenis pewarna, digunakan untuk membedakan
bakteri, dan pewarnaan khusus untuk mewarnai dan mengisolasi bagian
mikroorganisme endospora, kapsul, dan flagella (Tortora, et al., 2011). Bakteri
tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya yang menyebabkan sulit
dilihat dengan mikroskop cahaya. Menurut Virgianti (2017), zat warna
mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan. Dengan penerapan teknik pewarnaan sel bakteri ini
dalam bidang Rekayasa Kehutanan akan mempermudah penentuan dan
pengamatan mikroba.

II. TUJUAN
1. Menentukan karakteristik morfologi bakteri dengan melakukan pewarnaan
basa dan asam dari Bacillus subtilis, Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, dan Serratia marcescens
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

2. Menentukan perbedaan dari pewarnaan basa dan asam


3. Menentukan komposisi dinding sel Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus, Serratia marcescens, dan Escherichia coli berdasarkan hasil
pewarnaan Gram
4. Menentukan bakteri yang mampu membentuk struktur endospora dengan
melakukan pewarnaan endospora pada Bacillus subtilis dan Escherichia coli
5. Menentukan bakteri yang mampu membentuk kapsula dengan melakukan
pewarnaan kapsula pada Serratia marcescens dan Enterobacter aerogenes

III. HIPOTESIS
1. Karakteristik morfologi bakteri Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan
Serratia marcescens berbentuk batang (bacilli), sedangkan Staphylococcus
aureus berbentuk bulat (coccus)
2. Pewarna asam dan pewarna basa termasuk kedalam pewarnaan sederhana,
keduanya hanya memiliki perbedaan pada objek yang diberi warna seperti
pewarna asam mewarnai lingkungan bakteri sedangkan pewarna basa
mewarnai bakteri
3. Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif
sedangkan Serratia marcescens dan Escherichia coli merupakan bakteri
Gram negatif
4. Bacillus subtilis mampu membentuk struktur endospora sedangkan
Escherichia coli tidak mampu membentuk struktur endospora
5. Serratia marcescens dan Enterobacter aerogenes diduga mampu
membentuk kapsula

IV. CARA KERJA


1. Persiapan Alat dan Bahan dengan Teknik Aseptik
Praktikum pewarnaan sel bakteri diawali dengan menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Alat yang akan digunakan adalah mikroskop
cahaya, kaca objek, cover glass, botol semprot, kawat oose, pembakar
bunsen, penjepit kayu, pipa tetes, dan penangas air. Sedangkan bahan yang
akan digunakan adalah akuades, nigrosine, crystal violet, lugol/iodin,
alkohol 96%, safranin, kertas saring/kertas hisap, minyak imersi, larutan
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

tembaga sulfat 20%, dan malakit hijau. Bakteri dalam medium na yang akan
digunakan adalah Staphylococcus aureus umur 24 jam, Bacillus subtilis
umur 24, Bacillus subtilis umur 48-72 jam, Serratia marcescens umur 24
jam, Escherichia coli umur 24 jam, dan Escherichia coli umur 48-72 jam.
Lalu bakteri dalam medium skim milk yang akan digunakan yaitu
Enterobacter aerogenes umur 48 jam dan Serratia marcescens umur 48 jam.
Meja, tangan, serta peralatan yang akan digunakan harus dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi.

2. Pembuatan Apusan Basah dan Kering


Terdapat dua jenis apusan yang akan digunakan dalam praktikum ini,
yaitu apusan kering dan apusan basah. Apusan kering atau preparat kering
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu fiksasi udara dan fiksasi panas.
Preparat kering disiapkan dengan aquades yang diteteskan pada kaca objek
terlebih dahulu. Untuk mengambil sampel bakteri, batang oose dipanaskan
terlebih dahulu hingga membara dengan sudut kurang lebih 45 derajat.
Setelah batang oose dingin, satu koloni bakteri diambil dan kemudian
digoreskan pada kaca objek. Kaca objek yang sudah digoreskan dengan
bakteri kemudian dipanaskan di atas bara api dengan ketinggian kurang
lebih 5cm menggunakan penjepit kayu hingga kering. Batang oose yang
telah selesai digunakan lalu dipanaskan kembali hingga membara, dengan
sudut 45 derajat.
Pembuatan apusan basah atau preparat segar juga diawali dengan
aquades yang diteteskan pada kaca objek terlebih dahulu. Sampel kultur
dapat diambil dengan spatula yang telah dipanaskan bagian pipihnya dan
ditunggu hingga dingin. Spatula kemudian digunakan untuk mengambil
sampel bakteri beserta agar atau mediumnya. Sampel tersebut diletakkan
pada kaca objek dan dicacah menggunakan spatula. Sampel tersebut lalu
ditutup menggunakan kaca objek dengan hati-hati untuk menghindari
terbentuknya gelembung udara pada sampel. Spatula yang telah selesai
digunakan lalu dipanaskan kembali sebelum disimpan.
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

3. Pewarnaan Sederhana Asam


Pewarnaan sederhana latar atau pewarnaan asam dilakukan dengan
menyiapkan kristal violet atau nigrosin dan preparat kering terlebih dahulu.
Setelah disiapkan, zat warna diteteskan sebanyak satu sampai dua tetes pada
preparat, dan didiamkan selama satu sampai dua menit sebelum dibilas
dengan air mengalir. Setelah itu, preparat dibersihkan dari air menggunakan
tisu hingga kering. Kultur bakteri yang digunakan dalam pewaranaan
sederhana asam ini adalah Bacillus subtilis berumur 24 jam dalam medium
NA, Escherichia coli umur 24 jam dalam medium NA, Serratia marcescens
berumur 24 jam dalam medium NA dan Staphylococcus aureus yang
berumur 24 jam dalam medium NA.

4. Pewarnaan Sederhana Basa


Pewarnaan bakteri dengan teknik pewarnaan basa dilakukan
menggunakan bahan pewarna safranin atau kristal violet. Kultur bakteri
yang digunakan dalam pewarnaan sederhana basa adalah Staphylococcus
aureus umur 24 jam dalam medium NA, Bacillus subtilis umur 24 jam
dalam medium NA, Serratia marcescens umur 24 jam dalam medium NA,
dan Escherichia coli umur 24 jam dalam medium NA. Pertama-tama
preparat kering disiapkan, lalu ditetesi dengan 1 hingga 2 tetes zat warna
dan didiamkan selama 1 hingga 2 menit. Setelah itu kaca objek dibilas
menggunakan air dan kelebihan air ditiriskan hingga kering menggunakan
tisu atau kertas saring.

5. Pewarnaan Gram
Sebelum melakukan pewarnaan gram, kristal violet disiapkan terlebih
dahulu sebagai pewarna total. Bahan lain yang disiapkan juga adalah
safranin sebagai pewarna pembanding, lugol, alkohol 96%, dan juga
preparat kering. Selanjutnya, kristal violet diteteskan pada preparat
sebanyak satu hingga dua tetes dan didiamkan selama satu menit sebelum
dibilas menggunakan air mengalir. Setelah itu, lugol diteteskan pada
preparat sebanyak satu sampai dua tetes dan didiamkan juga selama satu
menit. Lugol yang berlebih pada preparat dapat dibuang saja dan preparat
dibilas menggunakan alkohol 96%. Selanjutnya, safranin diteteskan
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

sebanyak satu hingga dua tetes pada preparat lalu didiamkan selama 30
detik, dibilas dengan air mengalir, dan dikeringkan menggunakan tissue.

6. Pewarnaan Endospora
Alat dan bahan yang digunakan dalam pewarnaan endospora adalah
preparat kering bakteri, malakit hijau, safranin, air mendidih, dan kawat
kasa. Setelah alat dan bahan telah selesai disiapkan, bagian apusan bakteri
dilapisi dengan kertas saring dan diletakan di atas kawat kasa. Selanjutnya
malakit hijau diteteskan pada kertas saring selama 20 sampai 30 menit dan
tidak dibiarkan kering. Kemudian kaca preparat diangkat dan didinginkan.
Selanjutnya kaca preparat dibilang dengan air mengalir. Satu sampai dua
tetes safranin diteteskan pada preparat dan didiamkan selama 30 detik.
Selanjutnya kaca preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan.

7. Pewarnaan Kapsula
Pewarnaan kapsula diawali dengan kristal violet yang diteteskan pada
kaca objek yang sudah dibersihkan. Selanjutnya mikroba diambil secara
aseptis dengan bunsen yang sudah dinyalakan untuk memanaskan batang
oose. Lalu sebanyak satu loop oose koloni diambil dan dicacah pada kaca
objek. Setelah selesai, batang oose dipanaskan kembali sembari menunggu
kaca objek yang didiamkan selama lima sampai tujuh menit. Pewarna yang
berlebih lalu dicuci dengan CuSO4 dan preparat siap untuk diamati
menggunakan mikroskop.

8. Pengamatan dengan Mikroskop Cahaya


Sebelum melakukan pengamatan, mikroskop cahaya harus sudah
disambungkan terlebih dahulu ke arus listrik. Selanjutnya lensa okuler
diputar kearah pengamat dan pengunci lensa dikencangkan. Mikroskop lalu
dinyalakan dan diatur intensitas cahaya yang diinginkan. Selanjutnya
preparat diletakkan pada meja objek dan diatur bagian yang akan diamati
agar terkena cahaya dengan makrometer horizontal. Lensa objektif diatur
pada perbesaran paling rendah, fokus kasar diatur menggunakan
makrometer vertikal dan fokus halus diatur dengan mikrometer vertikal
hingga fokus. Setelah fokus sudah ditemukan, perbesaran lensa objektif
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

dinaikkan dengan penggeser lensa dari 4x hingga 40x. Pengamatan dengan


perbesaran 100x harus diteteskan minyak imersi terlebih dahulu sebanyak
satu tetes pada preparat dan pastikan preparat berada ditengah perbesaran
40x dan 100x saat diteteskan. Preparat diamati dengan melihat pada lensa
okuler. Setelah pengamatan selesai, meja objek diturunkan dan kaca
preparat dikeluarkan. Lensa dibersihkan dengan mengusap alkohol 96%
atau Xylol yang diteteskan pada kertas lensa secukupnya. Lalu, mikroskop
cahaya dimatikan dan lensa perbesaran diputar kembali menjadi perbesaran
paling tinggi pada bagian dalam. Selanjutnya, meja objek dinaikkan kembali
dan lensa okuler diputar dan dikunci menjadi seperti semula. Sebelum
ditutup dengan plastik penutup, pastikan kabel sudah dicabut dan digulung
mengelilingi mikroskop.

V. HASIL PENGAMATAN

1. Pewarnaan Sederhana Asam

Judul Percobaan: Pewarnaan asam


apusan kering Bacillus subtilis
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Bacillus subtilis
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Nigrosin
Gambar 5.1 Pewarnaan asam Perbesaran: 40x
Bacillus subtilis
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 3, 2020) Keterangan: Berbentuk batang
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan asam


apusan kering Escherichia coli
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Escherichia coli
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Nigrosin
Gambar 5.2 Pewarnaan asam
Escherichia coli Perbesaran: 100x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020) Keterangan: Berbentuk batang

Judul Percobaan: Pewarnaan asam


apusan kering Serratia marcescens
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Serratia marcescens
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Gambar 5.3 Pewarnaan asam Reagen: Nigrosin
Serratia marcescens Perbesaran: 40x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2020)
Keterangan: Berbentuk batang
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan asam


apusan kering Staphylococcus
aureus
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Staphylococcus aureus
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Gambar 5.4 Pewarnaan asam Reagen: Nigrosin
Staphylococcus aureus
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020) Perbesaran: 100x
Keterangan: Berbentuk bulat

2. Pewarnaan Sederhana Basa

Judul Percobaan: Pewarnaan basa


apusan kering Bacillus subtilis
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Bacillus subtilis
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Safranin
Gambar 5.5 Pewarnaan basa
Bacillus subtilis Perbesaran: 100x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2020)
Keterangan: Berbentuk batang
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan basa


apusan kering Escherichia coli
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Escherichia coli
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Methilen Blue
Gambar 5.6 Pewarnaan basa
Escherichia coli Perbesaran: 100x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020) Keterangan: Berbentuk batang

Judul Percobaan: Pewarnaan basa


apusan kering Serratia marcescens
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Serratia marcescens
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Kristal Violet
Perbesaran: 40x
Gambar 5.7 Pewarnaan basa
Serratia marcescens Keterangan: Berbentuk batang
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 3, 2020)
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan basa


apusan kering Staphylococcus
aureus
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Staphylococcus aureus
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Methilen Blue
Gambar 5.8 Pewarnaan basa
Perbesaran: 100x
Staphylococcus aureus
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020) Keterangan: Berbentuk batang

3. Pewarnaan Gram

Judul Percobaan: Pewarnaan Gram


apusan kering Bacillus subtilis
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Bacillus subtilis
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Kristal Violet, Lugol,
Alkohol 96%, dan Safranin.
Perbesaran: 100x
Gambar 5.9 Pewarnaan Gram
Bacillus subtilis Keterangan: Berwarna ungu, maka
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 3, 2020)
Gram positif
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan Gram


apusan kering Escherichia coli
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Escherichia coli
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Kristal Violet, Lugol,
Alkohol 96%, dan Safranin.
Gambar 5.10 Pewarnaan Gram
Perbesaran: 100x
Escherichia coli
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 6, 2020) Keterangan: Berwarna merah, maka
Gram negatif

Judul Percobaan: Pewarnaan Gram


apusan kering Serratia marcescens
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Serratia marcescens
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Kristal Violet, Lugol,
Alkohol 96%, dan Safranin.
Gambar 5.11 Pewarnaan Gram Perbesaran: 100x
Serratia marcescens
Keterangan: Berwarna ungu, maka
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2020)
Gram positif
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan Gram


apusan kering Staphylococcus
aureus
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Staphylococcus aureus
Umur: 24 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Kristal Violet, Lugol,
Alkohol 96%, dan Safranin.
Gambar 5.12 Pewarnaan Gram
Staphylococcus aureus Perbesaran: 100x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 6, 2020)
Keterangan: Berwarna ungu, maka
Gram positif

4. Pewarnaan Endospora

Judul Percobaan: Pewarnaan


Endospora Bacillus subtilis
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Bacillus subtilis
Umur: 48 – 72 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Malakit hijau & Safranin
Gambar 5.13 Pewarnaan Endospora Perbesaran: 40x
Bacillus subtilis
Keterangan: Tidak terdapat
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 3, 2020)
Endospora
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan


Endospora Escherichia coli
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Escherichia coli
Umur: 48 – 72 Jam
Medium: Nutrient Agar (NA)
Reagen: Malakit hijau & Safranin
Gambar 5.14 Pewarnaan Endospora Perbesaran: 100x
Escherichia coli
Keterangan: Terdapat Endospora
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020)
berwarna hijau pada tengah sel

5. Pewarnaan Kapsula

Judul Percobaan: Pewarnaan


Kapsula Serratia marcescens
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Serratia marcescens
Umur: 48 Jam
Medium: Skimmed Milk
Reagen: Kristal violet & CuSO4
20%
Gambar 5.15 Pewarnaan Kapsula Perbesaran: 40x
Serratia marcescens
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 3, 2020)
Keterangan: Tidak terdapat kapsula
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Judul Percobaan: Pewarnaan


Kapsula Enterobacter aerogenes
Tanggal Praktikum: 10 Februari
2021
Tanggal Pengamatan: 10 Februari
2021
Waktu Pengamatan: -
Kultur: Enterobacter aerogenes
Umur: 48 Jam
Medium: Skimmed Milk
Reagen: Kristal violet & CuSO4

Gambar 5.16 Pewarnaan Kapsula 20%


Enterobacter aerogenes Perbesaran: 40x
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 8, 2020)
Keterangan: Terdapat kapsula pada
luar sel

VI. PEMBAHASAN
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara
komponenselular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
digunakan. Pewarna sendiri merupakan garam-garam yang tersusun atas ion
positif dan ion negatif yang salah satunya berwarna dan biasa disebut kromogen.
Menurut Tortora, et al. (2011), pewarnaan sederhana basa merupakan teknik
pewarnaan dinding sel bakteri yang membuat sel terwarnai berdasarkan reagen
pewarna yang digunakan pada lingkungan yang tidak berwarna. Sedangkan
pewarnaan sederhana asam merupakan teknik pewarnaan lingkungan bakteri
sehingga pada hasilnya akan terlihat sel putih yang dikelilingi oleh lingkungan
yang terwarnai (Tortora, et al., 2011). Pada pewarnaan asam dan basa dari
sampel bakteri Bacillus subtilis, Escherichia coli, Serratia marcescens, dan
Staphylococcus aureus dapat disimpulkan bahwa bakteri dapat teramati dengan
jelas karena bakteri terwarnai dengan baik dengan reagen masing-masing.
Bacillus subtilis teramati memiliki bentuk batang, hal ini sejalan dengan
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

pernyataan Aini (2013) yaitu Bacillus subtilis berbentuk batang dan mampu
mempertahankan zat warna kristal violet. Bakteri Escherichia coli juga teramati
dengan jelas memiliki bentuk batang dan juga sejalan dengan pernyataan Jawetz
(2005) yaitu Escherichia coli memiliki bentuk batang pendek yang memiliki
panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm. Pengamatan Serratia
marcescens menunjukkan bahwa bakteri tersebut memiliki bentuk batang
pendek dan diperkuat dengan pernyataan dari Rosidah (2016) yang menyatakan
secara makroskopis Serratia marcescens membentuk koloni cembung dan
lembut. Sedangkan pada pengamatan Staphylococcus aureus teramati memiliki
bentuk bulat seperti pada pernyataan Karimela (2017) yaitu bakteri ini memiliki
karakteristik fisiologis yaitu Gram positif, berbentuk bulat, bergerombol,
berdiameter 0,5µm - 1 µm dan non motil.
Berdasarkan jenis Gram-nya, bakteri diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu Gram positif dan Gram negatif. Perbedaan dari kedua jenis Gram tersebut
terdapat pada struktur bakteri dari masing-masing Gram. Bakteri Gram positif
memiliki lapisan peptidoglikan tebal dan asam teichoic dalam jumlah banyak
yang membuatnya tidak terpengaruh oleh dekolorisasi alkohol dan tetap
mempertahankan warna pada pewarnaan pertama yaitu ungu tua (Garcia, 2010).
Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki satu lapis peptidoglikan yang
menempel pada membrane luar yang berselang-seling dengan protein sehingga
akan hancur oleh alcohol decolorizer yang lalu mengakibatkan keluarnya
crystal violet-iodine compex dan digantikan oleh counterstain (Garcia, 2010).
Ilustrasi dari struktur bakteri masing-masing Gram dapat dilihat pada Gambar
6.1 dibawah ini.

Gambar 6.1 Perbedaan Dinding Sel Bakteri Gram Positif dan Negatif
(Sumber: Ardy, 2013)
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Pewarnaan Gram menggunakan inokulum berumur 24 jam karena bakteri


sedang berada pada fase eksponensial atau fase logaritmik. Fase tersebut
merupakan fase dimana terjadi penggandaan jumlah sel yang lebih cepat dari
fase sebelumnya dan konsentrasi nutrien pada media fermentasi juga semakin
berkurang (Yuwono, 2007). Inokulum berumur 24 jam dipilih karena substrat
sumber nutrisi untuk pakan bakteri berada di tingkat yang seimbang sehingga
memungkinkan pertumbuhan sel bakteri yang maksimal, yang memungkinkan
untuk kita mengamati sel bakteri tersebut karena sedang ada di masa paling
aktifnya. Dalam pewarnaan Gram juga digunakan beberapa reagen pembantu
seperti alkohol 96%, kristal violet, lugol, dan juga safranin. Prinsip pewarnaan
gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna dasar setelah
pencucian dengan alkohol, menurut Syulasmi (2005) keadaan tersebut
berhubungan dengan komposisi senyawa penyusun dinding sel dimana pada
bakteri gram positif mengandung peptidoglikan lebih banyak dibandingkan
bakteri gram negatif. Reagen safranin memiliki fungsi sebagai pembeda atau
pemberi warna merah pada mikroba yang telah kehilangan warna setelah
dibasuh dengan alkohol, sedangkan alkohol itu sendiri dapat digunakan sebagai
larutan pemucat yang membuat pori-pori dinding sel membesar dan
meningkatkan daya larut kristal violet pada bakteri gram negatif (Irawati, 2018).
Kristal violet merupakan zat warna utama yang akan memberikan warna pink
gelap pada sel dan kapsular, sedangkan larutan lugol memiliki fungsi untuk
meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat
(Dwidjoseputro, 2005).
Pengamatan pewarnaan gram yang dilakukan pada bakteri Bacillus
subtilis, Escherichia coli, Serratia marcescens, dan Staphylococcus aureus
menunjukkan dengan jelas perbedaan warnanya setelah diberi oleh reagen
tertentu. Kategori Gram dari masing-masing sampel bakteri tersebut dapat
ditentukan setelah mengamati warna yang dihasilkan oleh tiap sampel. Bakteri
Bacillus subtilis teramati memiliki warna ungu saat ditetesi dengan reagen yang
menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif.
Berdasarkan pernyataan Aini (2013), warna ungu dari bakteri Bacillus subtilis
muncul akibat dinding selnya mampu mempertahankan zat warna kristal violet.
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Selanjutnya pada pengamatan Escherichia coli terlihat bahwa bakteri tersebut


menunjukkan warna merah yang berarti Escherichia coli merupakan bakteri
Gram negatif. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Elfidasari (2011),
yang menyatakan bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bakteri batang
gram negatif, tidak berspora, dan berbentuk flagel peritrik. Serratia marcescens
merupakan bakteri gram negatif dari family Enterobacteriaceae dan termasuk
flora normal pada usus manusia yang dapat hidup di air, tanah, permukaan daun,
dalam tubuh serangga, hewan, dan manusia (Khanafari, et al., 2006). Pernyataan
tersebut dibuktikan pada hasil pengamatan Serratia marcescens yang
menunjukkan warna merah dan berarti bakteri tersebut merupakan bakteri Gram
negatif. Lalu pada pengamatan Staphylococcus aureus teramati menunjukkan
warna ungu yang berarti bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif.
Pengamatan ini sejalan dengan pernyataan SNI (2009), yaitu bakteri
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang banyak
menyerang manusia maupun hewan mamalia lainnya.
Pada fase pertumbuhan logaritmik, spora mulai terbentuk dan hanya
terdapat pada sel bakteri. Menurut Boleng (2015), pembentukan endospora
bertujuan agar bakteri dapat bertahan hidup pada kondisi dorman dalam
lingkungan yang buruk bagi selnya. Faktor pemicu pembentukan endospora
adalah penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi
membran sel di dekat suatu sudut sel yang kemudian membentuk suatu struktur
yang disebut bakal spora (Boleng, 2015). Endospora hanya dapat terbentuk
dalam beberapa jenis bakteri seperti pada genus Bacillus, Clostridium, dan
Paenibacillus. Dalam pewarnaan endospora, malakit hijau berfungsi sebagai
pewarna utama yaitu hijau yang perlu dilakukan pemanasan terlebih dahulu agar
zat warna dapat terpenetrasi ke dinding sel endospora. Sedangkan safranin
digunakan sebagai zat pewarna pembeda yaitu memberikan warna merah
kepada sel bakteri (Hidayat & Alhadi, 2014).
Hasil pengamatan pewarnaan endospora yang menggunakan sampel
bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli menunjukkan bahwa endospora
hanya terlihat pada sampel bakteri Bacillus subtilis saja. Hal tersebut terjadi
karena genus Bacillus dapat memproduksi bentuk pertahanan hidup yaitu
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

endospora yang terbentuk akibat terjadinya cekaman lingkungan. Endospora


mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan lalu
kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal
(Sridhar, 2009).
Kapsula merupakan sebuah lapisan meteri polisakarida yang
mengelilingin sel-sel bakteri dan dapat bertindak sebagai pelekat pada sel
inangnya. Menurut Hastuti (2008), kapsula merupakan lapisan lendir tebal dan
kompak yang melapisi dinding sel pada permukaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kapsul merupakan struktur luar pelindung sel yang disekresikan oleh
dinding sel. Kapsula berfungsi sebagai pelindung bakteri yang mencegah
terjadinya fagositosis oleh makrofag dan leukosit polimorfonuklear hewan
tingkat tinggi (Fadilah, et al., 2011). Madigan (2012), menyatakan bahwa
terdapat atau tidaknya kapsula dapat dijadikan sebagai proses klasifikasi dan
identifikasi bakteri. Pewarnaan kapsula pada bakteri dapat dilakukan dengan
menggunakan kristal violet dan CuSO4 serta dilakukan tanpa fiksasi panas
karena dapat membuat bakteri rusak pada proses fiksasi tersebut. Kristal violet
merupakan zat warna utama yang akan memberikan warna pink gelap pada sel
dan kapsular sedangkan CuSO4 merupakan agen pendekolorasi yang akan
mencuci warna dari kristal violet sehingga hilang dari material kapsular.
Pada sampel bakteri Enterobacter aerogenes dan Serratia marcescens
yang telah dilakukan pewarnaan, hanya sampel bakteri Enterobacter aerogenes
yang teramati memiliki kapsul. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Jawetz
(2005) yang menyatakan Enterobacter aerogenes merupakan bakteri yang
memiliki kapsul. Sedangkan Serratia marcescens merupakan bakteri yang
memiliki sel berbentuk batang dan beberapa galurnya membentuk kapsul
(Rosidah, 2016). Hal ini dapat menjadi penyebab mengapa tidak teramatinya
kapsul pada bakteri Serratia marcescens.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
1. Karakteristik morfologi bakteri Bacillus subtilis berbentuk batang
dengan kedua pewarnaan asam dan basa, bakteri Escherichia coli
berbentuk batang dengan kedua pewarnaan asam dan basa, bakteri
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Serratia marcescens menunjukkan berbentuk batang dengan kedua


pewarnaan asam dan basa, dan bakteri Staphylococcus aureus
berbentuk bulat pada pewarnaan asam namun berbentuk batang pada
pewarnaan basa.
2. Perbedaan dari pewarnaan asam dan pewarnaan basa adalah
pewarnaan asam mewarnai lingkungan bakteri sedangkan pewarnaan
basa mewarnai dinding sel dari bakteri.
3. Komposisi dinding sel bakteri Bacillus subtilis dan Staphylococcus
aureus terdiri dari peptidoglikan dan membran sel karena termasuk
kedalam bakteri Gram positif, sedangkan bakteri Escherichia coli dan
Serratia marcescens terdiri dari peptidoglikan yang lebih tipis,
membran sel, dan juga lipopolisakarida.
4. Bakteri yang dapat membentuk struktur endospora adalah Bacillus
subtilis, sedangkan bakteri Escherichia coli tidak dapat membentuk
endospora.
5. Bakteri yang memiliki kapsula adalah Enterobacter aerogenes,
sedangkan bakteri Serratia marcescens tidak teramati memiliki
kapsula.

7.2 Saran
Dalam video penjelasan cara kerja sebaiknya dilakukan lebih interaktif
dan terstruktur penamaan serta urutannya. Untuk keberjalanan praktikum
keseluruhan sudah berjalan dengan baik, namun akan menjadi lebih baik
lagi jika deadline laporan ini dibuat lebih lama mengingat kondisi pandemi
yang membuat semua hal terbatasi sehingga bisa terjadi kekeliruan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Aini, F.N., S. Sukamto, D. Wahyuni, R.G Suhesti, dan Q. Ayyunin. (2013).
Penghambatan pertumbuhan Colletotrichum gloeosporioides oleh
Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Bacillus subtilis dan
Pseudomonas fluorescens. Jurnal Pelita Perkebunan, 29(1), 44-52
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Ardy. (2013). Perbedaan bakteri gram positif dan negatif.


https://ardydii.wordpress.com/2013/03/09/perbedaan-bakteri-gram-
positif-dan-negatif/ Diakses 15 Februari 2021
Ariyani, F., Inggriani, M., & Ilsan, N. A. (2018). Perbedaan hasil deteksi
pewarnaan bakteri tahan asam dan rapid antigen pada pasien diagnosa
tuberkulosis paru. Jurnal Mitra Kesehatan, 1(2), 111-116
Boleng, Didimus T. (2015). Bakteriologi konsep-konsep dasar (Edisi Pertama).
UMM Press
Dwidjoseputro. (2005). Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan
Elfidasari D., A. M. Saraswati, G. Nufadianti, R. Samiah, V. Setiowati. (2011).
Perbandingan kualitas es di lingkungan Universitas Al Azhar Indonesia
dengan restoran fast food di daerah senayan dengan indikator jumlah
Escherichia coli terlarut. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan
Teknologi, 1(1)
Fadilah, M., Alberida, H., & Irdawati. (2011). Deteksi kapsul dan slime pada
bakteri pathogen yang diisolasi dari benih lele dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Sainstek, 3(2), 124-128
Garcia, Lynne S. (2010). Clinical microbiology procedures handbook (Third
Edition). American Society for Microbiology Press
Hastuti, U.S. (2008). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. UM Press
Hidayat, R., & Alhadi, F. (2014). Identifikasi Streptococcus equi dari kuda yang
diduga menderita Strangles. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 17(3), 199-
203
Irawati, H., Aprilita, N. H., & Sugiharto, E. (2018). Adsorpsi zat warna kristal
violet menggunakan limbah kulit singkong (Manihot
esculenta). BIMIPA, 25(1), 17-31
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. (2005). Mikrobiologi Kedokteran (Edisi ke-20). Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Karimela, E. J., Ijong, F. G., Dien, H. A. (2017). Karakteristik Staphylococcus
aureus yang di isolasi dari ikan asap pinekuhe hasil olahan tradisional
Kabupaten Sangihe. JPHPI, 20(1), 188-198
MODUL II – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Khanafari, A., M.M. Assadi, and F.A. Fakhr. (2006). Review of prodigiosin,
pigmentation in Serratia marcescens. J. Biology. Sci. 6(1), 1-13.
Madigan, M.T., John M.Martinko, David A. Stahl, David P. Clark. (2012).
Brock Biology of Microorganisms (13rd Edition). Pearson Education Inc.
Rosidah, U. (2016). Tepung ampas sebagai media pertumbuhan bakteri
Serratia marcescens. [Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang].
Repository Unimus.
http://repository.unimus.ac.id/142/1/SKRIPSI%20FULLTEX.pdf.
Diakses 14 Februari 2021
SNI. (2009). Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan. SNI 7388:
2009.
Sridhar Rao P. N. (2009). Anatomy of bacteria cell. Dept. of Microbiology
JJMMC, Davangere. https://www.microrao.com/micronotes/anatomy.pdf
Diakses 15 Februari 2021
Syulasmi, A., Y. Hamdiyati dan Kusnadi. (2005). Petunjuk praktikum
mikrobiologi. Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Tortora, G. J., Funke, B. R., Case, C. L. (2011). Microbiology and introduction
(Edisi 7). Pearson Eduction Inc.
Virgianti, D. P. (2017). Penggunaan ekstrak kombinasi angkak dan daun jati
sebagai pewarna penutup pada pewarnaan gram. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan
Farmasi, 17(1), 66-72
Yuwono, T. (2007). Biologi molekular. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai