Anda di halaman 1dari 9

PEWARNAAN SPORA BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Oleh:
Kelompok 1/Offering H/2015
Achmad Makin Amin 150342604504
Chomisatut Thoyibah 150342604725
Ida Nurpitasari 150342604029
Madaniyatus Saidah 150342608308
Rina Fiji Lestari 150342602674

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
PEWARNAAN SPORA BAKTERI
A. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Selasa, 14 Februari 2017
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
1. Memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri
C. Dasar Teori
Spora bakteri merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri ini mempunyai
fungsi seperti kista ameba, sebab bakteri dalan bentuk spora dan ameba dalam bentuk
kista merupakan suatu fase, di mana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk
melindungi diri terhadap faktor-faktor luar yang tidak menguntungkan. Segera setelah
keadaan luar atau lingkungan membaik dinding spora atau kista akan pecah dan
tumbuhlah bakteri atau ameba sebagaimana biasanya ( Dwijoseputro, 1978).
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan
Clostridium mampu membentuk spora. Oleh karena spora terbentuk di dalam sel maka
disebut endospora. Bakteri membentuk spora bila kondisi lingkungan tidak optimum
lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium mongering,
kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya. Pewarnaan spora bakteri memerlukan
teknik pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding spora (Hastuti, 2015).
Beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan Clostridium yang anaerob dapat
membentuk spora. Spora ini disebut endospora yaitu karena spora itu dibentuk dalam
sel. Endospora itu jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk daripada bakteri
biasa, yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Bentuk spora ada yang bulat dan ada pula
yang bulat-panjang tergantung kepada spesies. Sel yang mengandung endospora itu
kemudian disebut sporangium atau kotak spora. Biasanya satu sporangium berisi satu
endospora, tetapi ada kalanya satu sporangium berisi dua spora, hal ini mungkin
disebabkan pembelahan sel yang terlambat. (Dwijoseputro, 1978).
Menurut Kusnadi, et al., (2003), endospora tahan terhadap keadaan lingkungan
yang merugikan seperti kering, panas, dan kurang tersedia nutrisi. Endospora yang
sebenarnya merupakan suatu badan yang sangat membias terbentuk dalam sel bakteri
vegetatif. Ukuran, bentuk, dan posisi spora dalam sel induk sifatnya relatif tetap
sehingga menandai suatu spesies. Beberapa tipe endospora berdasarkan bentuk dan
lokasinya pada sel bakteri :
a). Tipe terminal adalah spora terletak di antara bagian tengah dan ujung sel.
b). Tipe sentral adalah spora terletak di bagian tengah sel.
c). Tipe lateral adalah spora terletak di bagian tengah sel tetapi sedikit menyamping.

D. Alat dan bahan


a) Alat
1. Mikroskop 5. Kawat peyangga
2. Kaca benda 6. Pipet
3. Lampu spiritus 7. Pinset
4. Mamngkuk pewarna 8. Botol penyemprot.
b) Bahan
1. Biakan murni bakteri 7. Lisol
2. Aquades steril 8. Sabun cuci
3. Larutan hijau malakit 5% 9. Korek api
4. Larutan safranin 0,5% 10. Lap
5. Kertas lensa 11. Kertas tissue
6. Alcohol 70%
E. Prosedur Percobaan

Disediakan kaca benda yang bersih kemudian dilewatkan di


atas nyala api lampu spiritus

Diteteskan setetes aquades steril di atas kaca benda

Secara aseptik inokulum bakteri yang akan diperiksa diambil


lalu diletakkan di atas tetesan aquades tersebut kemudian
diratakan perlahan-lahan dan ditunggu sampai mengering.

Dilakukan fiksasi dengan cara sediaan tersebut dilewatkan


diatas nyala api lampu spiritus dengan cepat.

Diteteskan larutan hijau malakit di atas sediaan, lalu sediaan


dipanaskan di atas nyala api spiritus selama 3 menit.
Ditambahkan tetesan hijau malakit apabila mengering. Selama
pemanasan, sediaan dijepit dengan pinset

Sediaan diletakkan di atas kawat penyangga yang diletakkan di


atas mangkuk pewarna , lalu dibiarka hingga dingin

Kelebihan larutan hijau malakit dicuci dengan air kran dalam


botol penyemprot
Larutan safranin diteteskan di atas sediaan tersebut, lalu
dibiarkan selama 3 menit.

Dicuci kelebihan larutan safranin pada sediaan tersebut

Sediaan dikeringkan dengan kertas penghisap dan diamati di


bawah mikroskop

F. Data Pengamatan

Koloni Ada atau Bentuk Letak Gambar


tidak ada Spora Spora
Spora

1 Tidak - -
ada
2 Tidak - -
ada

H. Analisis Data

Praktikum pewarnaan spora bakteri ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
spora pada sel bakteri. Pada koloni bakteri 1 tidak ditemukan spora pada sel bakteri.
Koloni bakteri 1 berbentuk diplococcus dengan sel vegetatif berwarna merah bulat
dengan tidak ditemukan spora pada selnya. Hal ini berarti sel bakteri koloni 1 tidak
mengalami pembentukan spora. Sedangkan pada koloni bakteri 2 juga tidak ditemukan
spora pada sel bakteri. Sama dengan koloni 1 pada koloni 2 ini dengan sel berbentuk
monococcus sel vegetatifnya berwarna merah dengan tidak terdapat spora pada sel
bakteri sehingga sel bakteri ini tidak mengalami pembentukan spora.

L. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan spora.
Spora pada bakteri berbeda dengan spora pada jamur, pada bakteri sporanya tidak
mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi tetapi sebagai perlindungan dari kondisi
yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut. Endospora bakteri tahan terhadap
kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia
beracun (desinfektan , antibiotik), dan radiasi sinar UV. Biasanya bakteri yang
membentuk endospora merupakan fase tidur dari bakteri. Endospora ini mampu
bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan bagi bakteri. Tetapi
setelah keadaan lingkungan menguntungkan bagi bakteri maka bungkus spora akan
pecah dan tumbuh bakteri. Kusnadi (2003) menyatakan bahwa endospora yang
sebenarnya merupakan suatu badan yang sangat membias terbentuk dalam sel bakteri
vegetatif. Endospora ini tahan terhadap keadaan lingkungan yang merugikan seperti
kering panas dan kurangnya ketersediaan nutrisi.

Pada saat praktikum alat-alat yang akan digunakan selalu dilewatkan pada api
spiritus. Hal ini bertujuan untuk menjaga alat-alat agar steril dari bakteri yang ada
diudara dan agar sampel biakan bakteri yang telah kita ambil tidak terkontaminasi
bakteri luar. Setelah diambil biakan bakteri dan menambahkannnya dengan aquades,
lalu di ratakan dan ditunggu hingga mengering, dan difiksasi dengan cara melewatkan
preparat pada nyala api lampu spiritus dengan cepat, ditetesi dengan larutan hijau
malakit kemudian di panaskan hingga 3 menit. Pemanasan ini dimaksutkan agar
lapisan luar spora mengembang, sehingga pori-pori dapat membesar dan zat warna
(larutan hijau malakit) meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Kemudian
prepatat di didinginkan supaya zat warna ini meresap ke dalam spora. Zat warna hijau
malakit berfungsi sebagai indikator adanya spora bakteri ( Hadioetomo, 1985 ).
Pemberian tetes larutan safranin yang dibiarkan kering selama 1 menit kemudian dialiri
air (setelah zat warna hijau malakit dialiri air) yaitu bertujuan agar warna dapat
meresap pada sel vegetatif. Adanya pewarnaan ini menyebabkan sel vegetatif bakteri
berwarna merah.

Hasil pengamatan yang dilakukan pada koloni I dan koloni 2 sama-sama tidak
memiliki spora. Dengan tidak ditemukannya spora pada koloni bakteri ini
menunjukkan bahwa lingkungan tempat hidup bakteri tersebut masih optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi spora hanya dibentuk ketika nutrien atau
lingkungannya dalam keadaan tidak menguntungkan. Hal ini sesuai dengan (Campbell
et al,. 2010) yang menyatakan bahwa bakteri tertentu, misalnya, mengembangkan sel-
sel resisten yang disebut endospora ketika kekurangan nutrien esensial. Sel awal
menghasilkan salinan dari kromosomnya dan menyelubunginya dengan dinding yang
kukuh, membentuk endospora. Air disingkirkan dari endopora, dan metabolismenya
terhenti. Sisa dari sel awal kemudian hancur, hanya menyisakan endospora.
Kebanyakan endospora sedemikian keras sehingga dapat sintas dalam air mendidih,
untuk membunuhnya membutuhkan pemanasan peralatan laboratorium hingga suhu
1210C dengan tekanan tinggi. Dalam lingkngan yang lebih bersahabat, endospora bisa
tetap dorman namun dapat hidup untuk berabad-abad, mampu melakukan rehidrasi dan
melanjutkan kembali proses metablisme ketika lingkungannya membaik.

J. Diskusi

1. Apakah fungsi spora bagi bakteri ?


Jawab : Spora bakteri berfungsi untuk mempertahankan diri saat kondisi
lingkungan tidak menguntungkan atau tidak optimum lagi bagi pertumbuhan
dan perkembangannya, misalnya medium mengering, kandungan nutrisi
menyusut dan sebagainya.
2. Mengapa diperlukan pemanasan dalam proses pewarnaan spora bakteri ?
jelaskan !
Jawab : karena pemanasan dapat menyebabkan lapisan luar spora
mengembang sehingga pori-pori dapat membesar dan memudahkan zat warna
(larutan hijau malakit) meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.

K. Kesimpulan

1. Pewarnaan spora bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan larutan hijau


malakit dan larutan safranin. Jika pewarnaan berhasil, maka sel vegetatif akan
berwarna merah, dan apabila sudah terbentuk spora, maka spora hasil pewarnaan akan
berwarna hijau.
2. Pada pewarnaan spora bakteri, inokulum yang diambil dari koloni bakteri
pertama dan kedua tidak mengalami pembentukan spora. Hal ini dapat terjadi karena
lingkungan tempat tumbuh bakteri masih baik sehingga tidak mengalami pembentukan
spora.
Daftar Pustaka

Campbell, N.A. dan Reece, J.B. 2010. Biology Edisi 8 Jilid III. Jakarta : Erlangga.

Dwidjoseputro. 1978. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.


Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt. Gramedia

Hastuti, S.U. 2015. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malng: Umm Press

Kurnadi; Peristiwati; Syulasmi, Ammi; Purwaningsih, Widi; Rochintaniawati, Diana.


2003. Common Textbook Mikrobiologi Jica. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA
UPI.

Anda mungkin juga menyukai