Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Kelompok 1/Offering H/2015
Achmad Makin Amin 150342604504
Chomisatut Thoyibah 150342604725
Ida Nurpitasari 150342604029
Madaniyatus Saidah 150342608308
Rina Fiji Lestari 150342602674
F. Data Pengamatan
1 Tidak - -
ada
2 Tidak - -
ada
H. Analisis Data
Praktikum pewarnaan spora bakteri ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
spora pada sel bakteri. Pada koloni bakteri 1 tidak ditemukan spora pada sel bakteri.
Koloni bakteri 1 berbentuk diplococcus dengan sel vegetatif berwarna merah bulat
dengan tidak ditemukan spora pada selnya. Hal ini berarti sel bakteri koloni 1 tidak
mengalami pembentukan spora. Sedangkan pada koloni bakteri 2 juga tidak ditemukan
spora pada sel bakteri. Sama dengan koloni 1 pada koloni 2 ini dengan sel berbentuk
monococcus sel vegetatifnya berwarna merah dengan tidak terdapat spora pada sel
bakteri sehingga sel bakteri ini tidak mengalami pembentukan spora.
L. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan spora.
Spora pada bakteri berbeda dengan spora pada jamur, pada bakteri sporanya tidak
mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi tetapi sebagai perlindungan dari kondisi
yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut. Endospora bakteri tahan terhadap
kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia
beracun (desinfektan , antibiotik), dan radiasi sinar UV. Biasanya bakteri yang
membentuk endospora merupakan fase tidur dari bakteri. Endospora ini mampu
bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan bagi bakteri. Tetapi
setelah keadaan lingkungan menguntungkan bagi bakteri maka bungkus spora akan
pecah dan tumbuh bakteri. Kusnadi (2003) menyatakan bahwa endospora yang
sebenarnya merupakan suatu badan yang sangat membias terbentuk dalam sel bakteri
vegetatif. Endospora ini tahan terhadap keadaan lingkungan yang merugikan seperti
kering panas dan kurangnya ketersediaan nutrisi.
Pada saat praktikum alat-alat yang akan digunakan selalu dilewatkan pada api
spiritus. Hal ini bertujuan untuk menjaga alat-alat agar steril dari bakteri yang ada
diudara dan agar sampel biakan bakteri yang telah kita ambil tidak terkontaminasi
bakteri luar. Setelah diambil biakan bakteri dan menambahkannnya dengan aquades,
lalu di ratakan dan ditunggu hingga mengering, dan difiksasi dengan cara melewatkan
preparat pada nyala api lampu spiritus dengan cepat, ditetesi dengan larutan hijau
malakit kemudian di panaskan hingga 3 menit. Pemanasan ini dimaksutkan agar
lapisan luar spora mengembang, sehingga pori-pori dapat membesar dan zat warna
(larutan hijau malakit) meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Kemudian
prepatat di didinginkan supaya zat warna ini meresap ke dalam spora. Zat warna hijau
malakit berfungsi sebagai indikator adanya spora bakteri ( Hadioetomo, 1985 ).
Pemberian tetes larutan safranin yang dibiarkan kering selama 1 menit kemudian dialiri
air (setelah zat warna hijau malakit dialiri air) yaitu bertujuan agar warna dapat
meresap pada sel vegetatif. Adanya pewarnaan ini menyebabkan sel vegetatif bakteri
berwarna merah.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada koloni I dan koloni 2 sama-sama tidak
memiliki spora. Dengan tidak ditemukannya spora pada koloni bakteri ini
menunjukkan bahwa lingkungan tempat hidup bakteri tersebut masih optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi spora hanya dibentuk ketika nutrien atau
lingkungannya dalam keadaan tidak menguntungkan. Hal ini sesuai dengan (Campbell
et al,. 2010) yang menyatakan bahwa bakteri tertentu, misalnya, mengembangkan sel-
sel resisten yang disebut endospora ketika kekurangan nutrien esensial. Sel awal
menghasilkan salinan dari kromosomnya dan menyelubunginya dengan dinding yang
kukuh, membentuk endospora. Air disingkirkan dari endopora, dan metabolismenya
terhenti. Sisa dari sel awal kemudian hancur, hanya menyisakan endospora.
Kebanyakan endospora sedemikian keras sehingga dapat sintas dalam air mendidih,
untuk membunuhnya membutuhkan pemanasan peralatan laboratorium hingga suhu
1210C dengan tekanan tinggi. Dalam lingkngan yang lebih bersahabat, endospora bisa
tetap dorman namun dapat hidup untuk berabad-abad, mampu melakukan rehidrasi dan
melanjutkan kembali proses metablisme ketika lingkungannya membaik.
J. Diskusi
K. Kesimpulan
Campbell, N.A. dan Reece, J.B. 2010. Biology Edisi 8 Jilid III. Jakarta : Erlangga.