DAN SEDIAAN
Disusun oleh :
Asyer Natanael
NIM: Po7534022057
A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan
mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bakteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling
utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati
dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara
yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan?
b. Apa pewarnaan sederhana itu?
c. Bagaimana bentuk bakteri pada pewarnaan sederhana?
d. Apa pewarnaan negatif itu?
e. Bagaimana bentuk dan struktur bakteri pada pewarnaan negatif?
f. Apa pewarnaan kapsul itu?
g. Bagaimana bentuk dan struktur pada bakteri pewarnaan kapsul?
h. Apa pengecatan gram itu?
i. Bagaimana bentuk dan struktur bakteri pada pewarnaan gram?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian pewarnaan bakteri.
b. Untuk mengetahui kerja pewarnaan bakteri.
c. Untuk mengetahui bentuk dan struktur dari masing – masing pewarnaan.
D. Manfaat
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui jenis – jenis pewarnaan bakteri.
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui bentuk dan struktur bakteri.
c. Agar mahasiswa mampu membedakan bentuk dan struktur bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi
dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya
antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin.
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan pewarnaan
sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan
sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang
biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol
fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Tujuan pengecatan sederhana ini
adalah untuk melihat bentuk sel.
Alat dan bahan yang di butuhkan pada saat pengecatan sederhana yaitu :
Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Methylen blue
5. Bunsen 5. Tissue
6. Pipet 6. Alkohol
7. Tabung 7. Air mengalir
8. Rak tabung
Cara kerja :
1. Bersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian di fiksasi di atas bunsen
2. Beri label pada bagian bawah preparat glass
3. Pijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan teteskan 3 ose aquades
pada preparat glass menggunakan jarum ose
4. Pijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media dengan cara aseptik lalu
diratakkan di atas preparat glass
5. Keringkan
6. Teteskan larutan zat warna methylen blue sebanyak 1 atau 2 tetes
7. Keringkan selama 1 menit
8. Cuci dengan air mengalir
9. Keringkan preparat dengan dianginkan, dan
10. Amati dibawah mikroskop karakteristik dan bentuk bakteri
Hasil pengamatan
a. Bakteri Escherichia coli
Gambar di atas merupakan bakteri E. coli yang dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan
pembesaran 40x. Berwarna Ungu . Bentuk E. coli tampak seperti batang (basil) pendek yang
membentuk koloni yang tersusun seperti rantai yang memanjang.
B. Pewarnaan Negatif
Tujuan pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan
negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna
sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri
yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk
mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh
dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan
negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki
negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena
negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat
dengan latar belakang berwarna.
Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia cole
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Nigrosin / Tinta india
5. Bunsen 5. Tissue
6. Pipet 6. Alkohol
7. Tabung
8. Rak tabung
Cara kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol
2. Beri label pada glass preparat bagian tepi bawah
3. Tetesi nigrosin pada bagian tepi
4. Letakkan masing – masing bakteri (e coli dan bacillus) di atas nigrosin dengan
cara aseptik
5. Buat apusan satu arah menggunakan glass preparat lain yg telah dibersihkan
6. Keringkan dengan cara fiksasi
7. Amati menggunakan mikroskop
Hasil pengamatan
a. Bacillus subtilis
Perbesaran 400 Berwarna Kuning Berbentuk coccus
b. E coli
C. Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik pewarnaan ini menggunakan
tidak hanya satu jenis larutan zat warna, berbeda dengan teknik pewarnaan sederhana
(pewarnaan tunggal) yang hanya menggunakan satu jenis zat warna saja. Pewarnaan
diferensial banyak jenisnya, antara lain ialah pewarnaan gram, pewarnaan spora,
pewarnaan tahan asam, pewarnaan giemsa, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagel.
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar
belakang yang berwana biru gelap.
fungsi kapsul pada sel bakteri :
1. Sebagai makanan cadangan
2. Mencegah kekeringan
3. Mencegah fagositosis
4. Menunjukkan virulensi
5. Kapsul sulit diwarnai karena adaya afinitas( daya serap) terhadap cat sangat kecil
Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Nigrosin / tinta india
5. Bunsen 5. Methylen blue
6. Pipet 6. Tissue
7. Tabung 7. Alkohol
8. Rak tabung
Cara Kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol
2. Beri label pada glass preparat bagian tepi bawah
3. Tetesi nigrosin pada bagian tepi
4. Letakkan masing – masing bakteri (e coli dan bacillus) di atas nigrosin dengan
cara aseptik
5. Buat apusan satu arah menggunakan glass preparat lain yg telah dibersihkan
6. Keringkan dengan cara fiksasi
7. Tetesi dengan methylen blue dan diamkan selama 1 menit (keringkan dengan fiksasi)
8. Amati dengan mikroskop
Hasil pengamatan :
D. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk melihat bakteri bersifat gram positif atau negatif dan
bentuknya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Pada uji pewarnaan Gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1. Zat warna utama (violet kristal)
2. Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
3. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
untuk melunturkan zat warna utama.
4. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Gram A : Larutan hucker cristal violet
5. Bunsen 5. Gram B : Larutan mordan Lugols iodin
6. Pipet 6. Gram C : Larutan peluntur
7. Gram D : Larutan safranin
8. Tissue
9. Alkohol
10. Air mengalir
Cara Kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol dan keringkan
2. Teteskan 3 ose aquades pada glass preparat
3. Letakkan bakteri diatas aquades tersebut secara aseptis
4. Keringkan dengan cara fiksasi
5. Tetesi gram A dan tunggu 1 menit
6. Setelah itu cuci dengan air mengalir dan keringkan kembali
7. Setelah kering tetesi dengan gram B dan tunggu 1 menit
8. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
9. Tetesi dengan gram C dan tunggu 30 detik
10. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
11. Tetesi dengan gram D dan tunggu 2 menit
12. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
13. Amati dengan mikroskop
Hasil pengamatan
a. Gram positif
b. Gram negatif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan
warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
2. Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri
dengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet,
sedangkan pewarnaan gram digunakan untuk membedakan antara bakteri
gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna
3. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada
gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna
kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya
4. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan
negatif,pewarnaan gram dan perwarnaan kapsul
5. Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain :
Methylen blue
Nigrosin
Zat warna utama (violet kristal)
Mordan (larutan Iodin)
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) / safranin
Zat warna kedua / cat penutup (safranin)
B. Saran
Diharapkan kepda para praktikum untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Baik
alat maupun benda yang kita gunakan untuk praktikum dan benda yang kita gunakan di
tubuh kita.
SEDIAAN LARUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracil
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisi dan standardisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaanya yang
aman. Farmasi dalam bahsa yunani disebut farmaskon yang berarti medika atau obat,
sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung arti seni sehingga dapat dikatakan
bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat terutama
ditunjukkan untuk melayani resep dari dokter. Oleh karena itu, profesi farmasi
merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu dalam penyediian bahan
sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan
dan digunakan dalma pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.
Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan,
pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan. Maka mudah dipahami bahwa ilmu
resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu lain,
seperti fisika, kimia, biologi, dan farmakologi.
Pada waktu seseorang mulai masuk kedalam Pendidikan berarti dia mulai
mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :
B. Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan sediaan padat, semi padat dan cair?
2.Apa saja macam dari sediaan padat, semi padat, dan cair?
3.Apa syarat syarat sediaan padat, semi padat dan cair?
4.Apa saja kelebihan dan kekurangan sediaan padat, semi padat dan cair?
5.Apa bahan tambahan sediaan padat, semi padat dan cair?
6.Bagaimana cara pembuatan sediaan padat, semi padat, dan cair.
7.Bagaiamana cara penyimpanan sedian padat, semi padat dan cair ?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan sediaan padat, semi padat dan cair?
2. Mengetahui saja macam dari sediaan padat, semi padat, dan cair?
3. Mengetahui syarat syarat sediaan padat, semi padat dan cair?
4. Mengetahui saja kelebihan dan kekurangan sediaan padat, semi padat dan cair?
5. Mengetahui bahan tambahan sediaan padat, semi padat dan cair?
6. Mengetahui cara pembuatan sediaan padat, semi padat, dan cair.
7. Mengetahui cara penyimpanan sedian padat, semi padat dan cair ?
D. Manfaat penulisan
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya bagi
kami dan umumnnya bagi pembaca tentang sediaan obat di kehidupan kita.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. SEDIAAN SOLID
1. Pulvis/ serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditunjukkan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
2. Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
dengankertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
3. Capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari
pati atau bahan lain yang sesuai.
4. Pil ialah suatu sesdiaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat
yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang
menyebutkan bobot pil adalah 1-5 gram.
5. Tablet adalah sediian padat menganung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Tablet yang berbentuk kapsul umumnya di sebut kaplet.
kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-
rata isi kapsul.
kapsul obat cair atau pasta
Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang airan cucian, biarkan hingga tidak berbau
eter timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata isi kapsul. Perbedaan dalam persen biobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 75%.
- Waktu hancur
uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak.
Waktuhancur ditentukan ntuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang
bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh
satu bentuk menurut FI Ed IV, untuk melakukan uji haacur digunakan alat yang
dikenal dengan Desintegration Tester
keseragamaan sediaan
terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseraaman kandungan
untuk kapsul lunak.
uji disolusi
uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaiian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk
kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalma masing-masing monografi.
3. Syarat-Syarat Pil
- memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada kompresi atau tablet. Waktu
hancur pil biasa tidak lebih dari 15 menit, pil bersalut tidak lebih dari 60 menit.
- Memenuhi keseragaman pil pada penyimpanan, bentuknya harus tetap, tetapi tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran penccernaan
- Bentuk harus tetap ,tidak begitu keras.
4. Syarat Tablet
- Keseraga ukuran.
- Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetetahui apakah jadar zat aktif yang
terkandung di dalam suatu sediaan sesuaiyang tertera pada etiket dan memenuhi
syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
- Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam
larutan suatu media.
- Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali
- tebal tablet.
- Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian
terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman landungan.
- Waktu hancur
Waktu hancur tablet dilakukan jika tablet di beri per oral,kecuali tablet yang kunyah
sebelum di telan
F. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan pulvis, pulveres, kapsul, pil, dan
tablet
2. Pil
- Zat pengisi digunakan : liquiritiae radix, saccharum lactis,
Dalam hal khusus untuk zat oksidator digunakan : bolus alba, campuran succus
liquiritiae dan liquiritiae sama banyak dan bahan lain yang cocok.
- Zat pengikat : succus liquiritae, tragacanthae, oleum cacao, adeps lanae, vaselinum
- Zat pembasah : air, gliserol, sirop, madu
- Zat penyalut : perak, balsamum talutanum, serlak, kolodium, salol, gelatin, gula
3. Tablet
- Zat pengisi : saccharum lactase, amylum manihot, calcii phosphas, calcii carbonas
- Zat pengikat : mucilage gummi arabici 10-20%, solution methylcellulosum 5%
- Zat penghancur : amylum manihot kering, gelatiinum, agar-agar, natrium alginat.
- Zat pelicin: talcum 5%, magnesia stearas, acidum stearicum
G. Cara pembuatan pulvis, pulveres, pill, dan tablet
1. Pulvis
- Memperkecil ukuran partikel bahan
- Pencampuran bahan-bahan
- Membagi serbuk
- Membungkus serbuk.
2. Pulveres
- Memperkecil ukuran partikel bahan
- Pencampuran bahan-bahan
- Memasukkan serbuk kedalam wadah
3. PIL
- Pembuatan masa pil
Tentukan bobot BO untuk 1 pil
Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan.
Campur BO + pengisi +bahan pengikat +bahan pemecah sesuai aturan
Tambahkan bahan pembahasah sedikit_sedikit
- Pemotongan pil
Massa pil lalu dibentuk silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat
sebenarnnya pemotong di beri alat penabur dulu.
- Pembulatan pil
Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yang sudah di beri bahan
penabur,selanjutnya dibulatkan.
Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung jumlahnnya.
- Penyalutan pil
Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan.
4. Tablet
- Granul basah :
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibahasi
dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu
diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40 0-500.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan
dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.
- Granul kering :
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin
dicampur dan dibuat dengan cara kempacetak menjadi tablet yang besar, setelah itu
tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya cetak menjadi tablet
yang dikehendaki dengan mesin tablet.
- Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan menggunakan pengayak No. 44.
- Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang
maka, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
- Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati maka, serbuk digerus
terlebih dahulusampai derajat halus sesuai dengan yang tertera di pengayak dan
derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 0.
- Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair maka, pelarut diupkan
hingga hamper kering, dan serbukan dengan bahan tambahan yang cocok.
- Jika obat kemasan lembek misalnya ekstrak kental maka, dilarutkan kedalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukan dengan zat tambahan yang cocok.
- Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap maka, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok.
2. pembuatan kapsul
- pengisian
menggunakan tangan, merupakaan cara yang paling sederhana, yaitu dengan
tangan tampa bantuan alat.
menggunakan alat bukan mesin, dengan menggunakan alat ini akan didapatkan
kapsul yang seragam dan pengerjaan lebih cepat.
menggunakan mesin, alat ini beroperasi secara otomatismulai dari membuka,
mengisi dan menutup kapsul.
- pengkilapan dengan metode : pengkilapan dengan panic, pembersihan debu dengan
lap, dan penyikatan
3. pembuatan pil
cara pembuatan pil adalah campurkan bahan-bahan, baik bahan obat atau zat utama
dan zat-zat tambahan homogen, campuran ini ditetesi dengan zat pembasah sampai
menjadi massa lembek yang elastic atau plastik dan kohesif, lalu dibuat bentuk batang
engan cara menekan sampai sempanjang alat pemotong pil yang dikehendaki,
ke,kemudian dipotong dengan alat pemtrong pil sesuai jumlah pil yang diminta. Bahan
penabur ditabukan pada massa pil, pada alat penggulung, dan alat pemotong pil, agar
massa pil tidak melekat pada alat tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu, namun
sebelum penyalutan pil harus kering terlebih dahulu atau dikeringkan dalam alat atau
ruang pengering, dan bahan penabur yang masih menempel pada pil harus dibersihkan
terlebih dahulu.
4. Pembuatan tablet
Cara pembuatan tablet ada 2 yaitu :
- Granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zar khasiat, zat pengisi, zat
penghancur sampai homogen, lalu dibatasi dengan larutan bahan pengikat, jika perlu
maka ditambahkan zat pewarna. Setelah itu diayak menjadi granula, dan dikeringkan
didalam lemari pengering pada suhu 40 0-500 C (tidak lebih dari 60 0C). setelah kering
diayak lagi untuk mmemperoleh granula dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelican (lubrikan) kemudian dicetak dengan tablet dengan mesin
tablet. Cara granula basah ini menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan
lebih lama dibandingkan cara granulasi kering.
- Granulasi kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelican hingga
menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak dengan tekanan tinggi,
sehingga menjadi tablet besar yang berbentuk baik, krmudian digiling dengan layak
hingga mencapai granula dengan ukuran praktikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa
cetak lagi sesuai tablet yang diinginkan. Pada cara ini menghasilkan tablet yang
kuarang tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.
1. Parenteral
a. Secara aseptis
Penyiapan komponen dan sebagian besar produk
Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di lingkungan
minimal Kelas C
b. Secara strerilisasi akhir
Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal.
Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah
dilakukan di lingkungan.
Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah
dilakukan di lingkungan.
ansfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses beku-kering
2. aerosol
1. Proses pengisian dengan pendinginan
Konsentrat umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0 ºC dan propelan dingin
yang telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka biasanya wadah telah
didinginkan. Katup penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk
tutup kedap tekanan.
Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi
penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.
2. Proses pengisian dengan tekanan Panas
Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan
menambah sedikit propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah.
Isikan propelan melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan di
biarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian katup di tutup pengisian dilakukan
di bawah tutup.
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang
sesuai dan bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk
akhir aerosol.
F. Bagian penting dalam pembuatan aerosol (wadah, propelan, zat berkhasiat dan actuator)
1. Wadah
Pemilihan wadah untuk produk aerosol berdasarkn pada kemmampuan
penyesuainyannya cara pembuatan, ketercamprannya dengan komponen formula,
kemampuannya untuk menahan tekanan yang diharapkan produk, kepentingannya
dalam model dan daya tarik estetika pada bagian pembuatan pembiayaan.
2. Proplen
Proplen berfungsi untuk memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluaran
bahan dari wadah dan dalam kombinasai dengan komponen lain mengubah kedalam
bentuk fisik yag diinginkan
3. Zat berkhasiat
Pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat akif berkhasiat atau formulasi dalam
propelen isalnya etanol
4. Katup
Untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari tabung dalam bentuk yang diinginkan
dalam kecepatan yang diinginkan dengan adanya dengan katup yang berukuran, dalam
jumlah/dosis yang tepat
5. Akuator
Untuk mengaktifkan katup terpasang untuk pancaran produk
3. SEMI PADAT
A. Bentuk-bentuk semi padat
- Salep
- Lotio
- Krim
- Pasta
- Gel
B. Pengertian dari salep dan suppositoria
1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny kedalam dasar salep yang cocok.
2. Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectum,
vagina atau ureta. Umumnya meleleh, melunak aau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa
zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
C. Syarat-syarat salep dan suppositoria
1. Salep
Syarat-syarat salep yaitu :
- Pemerian : tidak boelh berbau tengik
- Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%
- Dasar salep (sp) : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep digunakan
vaselin puti. Tergantung dari sifat obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih
beberapa bahan dasar salep sebagai berikut:
Ds senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning, malam putih, malam
kuning atau campurannya.
Ds serap : lemak bulu domba campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearill-
alkohol, 8 bagian malam putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian
malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
Ds yang dapat dicuci dengan air atau Ds emulsi, misalnya emulsi minyak dalam air
(M/A)
Ds yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
- Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogeny.
- Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”
2. Suppositoria
Syarat-syarat suppositoria
- Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
- Pembebasan dan responsi obat yang baik
- Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik
- Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil
F. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan salep dan suppositoria beserta
contohnya
1. Salep
- Dasar salep hidrokarbon
Vaselin kuning
Vaselin putih
Salep putih (white ointment) campuran dari 50 bagian malam putih dan 950
bagian vaselin putih.
Salep kuning (yellow ointment), campuran dari 50 bagian malam kuning dan 950
vaselin kuning
Paraffin padat
Paraffin cair
Jelene
Minyak tumbuh-tumbuhan misalnya : oleum sesame (minyak wijen), oleum
cocos (minyak kelapa) dll
- Dasar dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air :
Adeps lanae, lanoline
Unguentum simplex (campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak
wijen)
Hydrophilic petrolatum
- Dasar salep dapat dicuci dengan air :
Vanishing cream
Emulsifying ointment B.P
Emulsing wax
Hydrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral, stearylalcohol
- Dasa salep yang dapat larut dalam air, yaitu :
Polyethylegylcol ointment USP
Tragacanth
P.G.A
2. Suppositroria
Bahan tambahan pembuatan suppositoria
- Bahan dasar berlemak : oleum cacao (lemak coklat)
- Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin, polietilen
glikol (PEG)
- Bahan dasar lain : pembentuk emulsi A/M, misalnya campuran tween 61 85%
dengan gliserin laurat 15%
A. Kesimpulan
Pembelajaran ini membahas tentang pembuatan, alat dan evaluasi sediaan cair dan
semi padat : suppositoria, salep ( salep kulit dan salep mata ), cream, pasta, gel, dispersi
(molekuler (larutan, aerosol), koloid ( nano partikel, nano liposom ), dispersi kasar (suspensi,
emulsi). Selain itu juga membahas tentang sediaan transdermal, dan rekayasa dari sediaan-
sediaan di atas dengan memahami karakteristik bahan - bahan dan serta membahas juga
masalah-masalah dalam pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/laporan-resmi-
praktikummikrobiologi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram
http://arfiyahtrimeirina.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-
mikrobiologi_8802.html
http://mikrolaborat.blogspot.com/2011/10/laporan-pewarnaan-bakteri.html
http://ratihkuspriyadani.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-
mikrobiologiumum.html
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pewarnaan.html
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-
pewarnaanbakteri/
http://adesahy.blogspot.com/2011/09/pewarnaan-kapsul-burr-gins.html