Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TENTANG PEWARNAAN

DAN SEDIAAN

Disusun oleh :
Asyer Natanael
NIM: Po7534022057

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan
mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bakteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling
utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati
dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara
yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan?
b. Apa pewarnaan sederhana itu?
c. Bagaimana bentuk bakteri pada pewarnaan sederhana?
d. Apa pewarnaan negatif itu?
e. Bagaimana bentuk dan struktur bakteri pada pewarnaan negatif?
f. Apa pewarnaan kapsul itu?
g. Bagaimana bentuk dan struktur pada bakteri pewarnaan kapsul?
h. Apa pengecatan gram itu?
i. Bagaimana bentuk dan struktur bakteri pada pewarnaan gram?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian pewarnaan bakteri.
b. Untuk mengetahui kerja pewarnaan bakteri.
c. Untuk mengetahui bentuk dan struktur dari masing – masing pewarnaan.
D. Manfaat
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui jenis – jenis pewarnaan bakteri.
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui bentuk dan struktur bakteri.
c. Agar mahasiswa mampu membedakan bentuk dan struktur bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi
dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya
antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin.
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan pewarnaan
sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan
sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang
biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol
fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Tujuan pengecatan sederhana ini
adalah untuk melihat bentuk sel.
Alat dan bahan yang di butuhkan pada saat pengecatan sederhana yaitu :

Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Methylen blue
5. Bunsen 5. Tissue
6. Pipet 6. Alkohol
7. Tabung 7. Air mengalir
8. Rak tabung

Cara kerja :
1. Bersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian di fiksasi di atas bunsen
2. Beri label pada bagian bawah preparat glass
3. Pijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan teteskan 3 ose aquades
pada preparat glass menggunakan jarum ose
4. Pijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media dengan cara aseptik lalu
diratakkan di atas preparat glass
5. Keringkan
6. Teteskan larutan zat warna methylen blue sebanyak 1 atau 2 tetes
7. Keringkan selama 1 menit
8. Cuci dengan air mengalir
9. Keringkan preparat dengan dianginkan, dan
10. Amati dibawah mikroskop karakteristik dan bentuk bakteri

Hasil pengamatan
a. Bakteri Escherichia coli

Gambar di atas merupakan bakteri E. coli yang dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan
pembesaran 40x. Berwarna Ungu . Bentuk E. coli tampak seperti batang (basil) pendek yang
membentuk koloni yang tersusun seperti rantai yang memanjang.

b. Bakteri Bacillus Subtilis

B. Pewarnaan Negatif
Tujuan pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan
negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna
sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri
yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk
mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh
dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan
negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki
negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena
negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat
dengan latar belakang berwarna.

Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia cole
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Nigrosin / Tinta india
5. Bunsen 5. Tissue
6. Pipet 6. Alkohol
7. Tabung
8. Rak tabung

Cara kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol
2. Beri label pada glass preparat bagian tepi bawah
3. Tetesi nigrosin pada bagian tepi
4. Letakkan masing – masing bakteri (e coli dan bacillus) di atas nigrosin dengan
cara aseptik
5. Buat apusan satu arah menggunakan glass preparat lain yg telah dibersihkan
6. Keringkan dengan cara fiksasi
7. Amati menggunakan mikroskop

Hasil pengamatan
a. Bacillus subtilis
Perbesaran 400 Berwarna Kuning Berbentuk coccus

b. E coli
C. Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik pewarnaan ini menggunakan
tidak hanya satu jenis larutan zat warna, berbeda dengan teknik pewarnaan sederhana
(pewarnaan tunggal) yang hanya menggunakan satu jenis zat warna saja. Pewarnaan
diferensial banyak jenisnya, antara lain ialah pewarnaan gram, pewarnaan spora,
pewarnaan tahan asam, pewarnaan giemsa, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagel.
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar
belakang yang berwana biru gelap.
fungsi kapsul pada sel bakteri :
1. Sebagai makanan cadangan
2. Mencegah kekeringan
3. Mencegah fagositosis
4. Menunjukkan virulensi
5. Kapsul sulit diwarnai karena adaya afinitas( daya serap) terhadap cat sangat kecil

Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Nigrosin / tinta india
5. Bunsen 5. Methylen blue
6. Pipet 6. Tissue
7. Tabung 7. Alkohol
8. Rak tabung

Cara Kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol
2. Beri label pada glass preparat bagian tepi bawah
3. Tetesi nigrosin pada bagian tepi
4. Letakkan masing – masing bakteri (e coli dan bacillus) di atas nigrosin dengan
cara aseptik
5. Buat apusan satu arah menggunakan glass preparat lain yg telah dibersihkan
6. Keringkan dengan cara fiksasi
7. Tetesi dengan methylen blue dan diamkan selama 1 menit (keringkan dengan fiksasi)
8. Amati dengan mikroskop

Hasil pengamatan :

Kapsul : bentuk kompak dan pasti


Lendir : bentuk tidak beraturan
Hasil bakteri seperti yang terdapat pada gambar ialah terdapat sel-sel bakteri yang
bewarna dan kapsul tampak kosong disekitar tubuh bakteri (mengelilingi bakteri), dan
sekitar kapsul berwarna gelap. Saat pengamatan bakteri ini relatif sukar karena apabila
methylen blue terlalu pekat, maka akan mengganggu proses pengamatan bakteri.
Kapsul dari berbagai spesies tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana atau
pewarnaan Gram. Karena, kapsul dari berbagi spesies berbeda susunan zat-zatnya, maka
tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam pewarnaan yang sama. Misalnya, kapsul
tidak memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa.

D. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk melihat bakteri bersifat gram positif atau negatif dan
bentuknya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Pada uji pewarnaan Gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1. Zat warna utama (violet kristal)
2. Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
3. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
untuk melunturkan zat warna utama.
4. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

a. Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:


1. Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
2. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglika terdapat
didalam.
3. lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak
mengandung asam tekoat.
4. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
6. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
9. Peka terhadap streptomisin
10. Toksin yang dibentuk Endotoksin

b. Bakteri Gram Positif


Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu
proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel bakteri.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
1. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik
7. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
8. Tidak peka terhadap streptomisin
9. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida
(lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan
berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan
yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori- pori dinding sel menyempit
akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama.
Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.

Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Gelas preparat 1. Bakteri Escherichia coli
2. Jarum ose 2. Bakteri bacillus subtilis
3. Labeling 3. Aquades
4. Mikroskop 4. Gram A : Larutan hucker cristal violet
5. Bunsen 5. Gram B : Larutan mordan Lugols iodin
6. Pipet 6. Gram C : Larutan peluntur
7. Gram D : Larutan safranin
8. Tissue
9. Alkohol
10. Air mengalir

Cara Kerja :
1. Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol dan keringkan
2. Teteskan 3 ose aquades pada glass preparat
3. Letakkan bakteri diatas aquades tersebut secara aseptis
4. Keringkan dengan cara fiksasi
5. Tetesi gram A dan tunggu 1 menit
6. Setelah itu cuci dengan air mengalir dan keringkan kembali
7. Setelah kering tetesi dengan gram B dan tunggu 1 menit
8. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
9. Tetesi dengan gram C dan tunggu 30 detik
10. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
11. Tetesi dengan gram D dan tunggu 2 menit
12. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
13. Amati dengan mikroskop

Hasil pengamatan
a. Gram positif

b. Gram negatif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan
warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
2. Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri
dengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet,
sedangkan pewarnaan gram digunakan untuk membedakan antara bakteri
gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna
3. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada
gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna
kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya
4. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan
negatif,pewarnaan gram dan perwarnaan kapsul
5. Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain :
 Methylen blue
 Nigrosin
 Zat warna utama (violet kristal)
 Mordan (larutan Iodin)
 Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) / safranin
 Zat warna kedua / cat penutup (safranin)
B. Saran
Diharapkan kepda para praktikum untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Baik
alat maupun benda yang kita gunakan untuk praktikum dan benda yang kita gunakan di
tubuh kita.
SEDIAAN LARUTAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracil
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisi dan standardisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaanya yang
aman. Farmasi dalam bahsa yunani disebut farmaskon yang berarti medika atau obat,
sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung arti seni sehingga dapat dikatakan
bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat terutama
ditunjukkan untuk melayani resep dari dokter. Oleh karena itu, profesi farmasi
merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu dalam penyediian bahan
sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan
dan digunakan dalma pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.
Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan,
pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan. Maka mudah dipahami bahwa ilmu
resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu lain,
seperti fisika, kimia, biologi, dan farmakologi.
Pada waktu seseorang mulai masuk kedalam Pendidikan berarti dia mulai
mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :

- Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu


- Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar dimasyarakat.
- Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat

Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-obatan untuk kebutuhansi


sakit. Seseorang akan sakit jika mendapatkan serangan dari bibit penyakit, sedangkan
bibit penyakit tersebut telah ada sejak diturunkannya manusia pertama.

B. Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan sediaan padat, semi padat dan cair?
2.Apa saja macam dari sediaan padat, semi padat, dan cair?
3.Apa syarat syarat sediaan padat, semi padat dan cair?
4.Apa saja kelebihan dan kekurangan sediaan padat, semi padat dan cair?
5.Apa bahan tambahan sediaan padat, semi padat dan cair?
6.Bagaimana cara pembuatan sediaan padat, semi padat, dan cair.
7.Bagaiamana cara penyimpanan sedian padat, semi padat dan cair ?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan sediaan padat, semi padat dan cair?
2. Mengetahui saja macam dari sediaan padat, semi padat, dan cair?
3. Mengetahui syarat syarat sediaan padat, semi padat dan cair?
4. Mengetahui saja kelebihan dan kekurangan sediaan padat, semi padat dan cair?
5. Mengetahui bahan tambahan sediaan padat, semi padat dan cair?
6. Mengetahui cara pembuatan sediaan padat, semi padat, dan cair.
7. Mengetahui cara penyimpanan sedian padat, semi padat dan cair ?

D. Manfaat penulisan
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya bagi
kami dan umumnnya bagi pembaca tentang sediaan obat di kehidupan kita.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. SEDIAAN SOLID

A. Macam-macam bentuk sediian solid

Macam- macam sediaan solid


- Obat cair
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut,biasannya dilarutkan dalam air,yang karena bahan-bahannya,cara peracikan,atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya.
Contohnnya : infusa,irigasi,Solutiones dan mixture.
- Obat setengah padat
Bentuk sediaan ini umumnnya di gunakan untuk memberikan efek lokal pada kulit.
Contohnnya : Unguenta,Pasta,Golenes.
- Obat padat
Contohnnya: Pulvis, pililae, tabulae, capsulae.

B. Pengertian pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet

1. Pulvis/ serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditunjukkan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
2. Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
dengankertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
3. Capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari
pati atau bahan lain yang sesuai.
4. Pil ialah suatu sesdiaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat
yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang
menyebutkan bobot pil adalah 1-5 gram.
5. Tablet adalah sediian padat menganung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Tablet yang berbentuk kapsul umumnya di sebut kaplet.

C. Syarat-syarat pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet


1. Syarat-syarat pulvis dan pulveres
 halus sesuai derajat kehalus serbuk.
 homogen
 Kering
 Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
- Syarat yang lain yang ditetapkan dalam FI
 Pulveres (serbuk bagi)
keseragaman bobot: timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke-20
bungkus tadi dan timbang satu sekalligus, hitung bobot isi rata-rata.
Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata
tidak lebih 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus.
 Sebuk oral tidak terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten,
seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu sehingga
pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.
 Serbuk tabur.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

2. Syarat- sayarat kapsul

- Seragaman bobot di bagi menjadi dua kelompok yaitu :


kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-
rata isi kapsul.
 kapsul obat cair atau pasta
Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang airan cucian, biarkan hingga tidak berbau
eter timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata isi kapsul. Perbedaan dalam persen biobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 75%.
- Waktu hancur
uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak.
Waktuhancur ditentukan ntuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang
bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh
satu bentuk menurut FI Ed IV, untuk melakukan uji haacur digunakan alat yang
dikenal dengan Desintegration Tester

 keseragamaan sediaan
terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseraaman kandungan
untuk kapsul lunak.
 uji disolusi
uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaiian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk
kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalma masing-masing monografi.

3. Syarat-Syarat Pil
- memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada kompresi atau tablet. Waktu
hancur pil biasa tidak lebih dari 15 menit, pil bersalut tidak lebih dari 60 menit.
- Memenuhi keseragaman pil pada penyimpanan, bentuknya harus tetap, tetapi tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran penccernaan
- Bentuk harus tetap ,tidak begitu keras.
4. Syarat Tablet
- Keseraga ukuran.
- Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetetahui apakah jadar zat aktif yang
terkandung di dalam suatu sediaan sesuaiyang tertera pada etiket dan memenuhi
syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
- Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam
larutan suatu media.
- Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali
- tebal tablet.
- Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian
terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman landungan.
- Waktu hancur
Waktu hancur tablet dilakukan jika tablet di beri per oral,kecuali tablet yang kunyah
sebelum di telan

D. Keuntungan dan kelemahan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet


1. Pulvis
- Keuntungan:
 Serbuk lebih mudah terdispesi dan lebih larut dari sediaan yang dipadatkan.
 Lebih mudah dalam mengonsumsi pulvis
 Setabilitas tidak ditemukan dalam sediaan cair
 Obat yang tidak setabil dalam suspensi dalam laritan air dapat dibuat dalaM
serbuk
 Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
 Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis dengan keadaan penderita.
- Kerugian
 Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak
 Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.
2. Kapsul
- Keuntungan:
 Bentuk menarik dan praktis.
 Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan
berbau tidak enak.
 Mudah ditelan dan mudah hancur.
 Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-
beda sesuai kebutuhan pasien
 Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan
atau penolong.
 Cukup stabil dalam dalam penyimpanan dan transportasi
- Kerugian:
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
 Tidak bisa untuk balita.
 Tidak bisa dibagi-bagi
3. Pill
- Keuntungan:
 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
 Memberikan obat dalam dosis tertentu
- kerugian:
 dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung
 Menyimpan lama akan menjadikan obat keras dan tidak memenuhi waktu hancur
 Akan ditumbuhi jamur
4. Tablet
- Keuntungan
 Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa
 Memiliki usai pakai yang lebih panjang di bandingkan obat bentuk lainnya.
 Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.
 Tablet merupakaan bentuk sediaan yang uruh dan menawan kemampuan yang
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling lemah.
 Bentuk obatnnya lebih praktis.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkosnnya paling rendah .
 Secara umum pengobatan menggunakan tablet lebih disukai karena
bersih,praktis,dan efisien.
 Tablet dapat digunakan dalam berbagai dosis.
- Kerugian
 Beberapa pasien tidak bisa menelan tablet karena bentuknnya yang besar.
 Warnannya cenderung memberikan bahaya.
 Keinginan konsumen dengan yang kita buat/produk.
 Tablet tidak menutupi rasa pahit atau tidak enak.

E. Jenis-jenil kapsul, pil dan tablet


1. Jenis kapsul
- Capsulae Gelatiosae Opercultae (kapsul keras )
Kapsul keras terdiri dari wadah dan tutup.Cangkang kapsul keras dibuat dari
campuran Gelatin,gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak
berwarna dan tak berasa.Ukuran kapsul keras menurut besarnya dapat diberi nomor
urut dari besar ke kecil sehingga berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3.Kapsul harus disimpan
pada tempat yang tidak lembab dan sebaiknnya disimpan diwadah yang diberi zat
pengering.Kapsul bisa diberi warna macam - macam agar menarik dan dapat
dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat lain.
- Soft Capsule (kapsul lunak )
Merupakan kapsul tertutup dan berisi obat dan pengisian obatnnya dilakukan dengan
alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari Gelatin ditambah Gliserin atau alkohol
polihidris seperti sorbitol untuk melunakan gelatinnya. Kapsul ini biasannya
mengandung air 6 – 13%,diisi dengan bahan cairan bukan air seperti
polietilglikol(PEG) berbobot molekul rendah atau juga dapat diisi dengan bahan
padat, serbuk atau zat padat kering, Kapsul cangkang lunak memiliki bermacam-
macam bentuk dan biasannya dapat dipakai untuk ruteoral, vaginal, rektal atau
topikal.Kapsul lunak dapat pula diberi warna macam-macam.
2. Jenis pil
- Bolus >300 mg
- pil 60-300 mg
- Granula 1/3-1 grain
- Parvul
3. Jenis tablet
- Tablet Biasa, yaitu tablet yang dicetak, tidak di salut diabsopsi disalurkan cerna dan
pelepasaan obatnnya cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh : tablet
paracetamol
- Tablet Kompresi, adalah tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai
bentuk tablet dan ukuran,biasannya kedalam bahan obatnnnya di beri tambahan
sejumlah bahan pembantu .Contoh : Bodrexin
- Tablet Kompresi Ganda, adalah tablet kompresi berlapis,dalam pembuatnnya
memerlukan lebih dari satu kali teknan. Contoh : Decolgen.
- Tablet Trikurat, tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnnya silindris dan
biasannya mengandung sejumlah kecil obat keras. Sidah jarang ditemukan.
- Tablet Hipodermik, tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air.Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,sekarang
diberikan secara oral. Contohnnya : Atoprin Sulfat.
- Tablet Sublingual, dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).Digunakan dengan
meletakan tablet dibawah lidah. Contoh : Tablet Isosorbit dinitrat, Nitroglicerin.
- Tablet Bukal, Tablet yang digunakan dengan meletakan di antara pipih dan gusi.Conto
: Progesteron.
- Tablet Efervescen, Yaitu tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi
yang mengandung garam-garam effer adalah bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air.Contoh : CDR
- Tablet Diwarnai Coklat, Tablet ini menggunakan coklat untuk menyalut dan mewarnai
tablet.
- Tablet Hisap, Digunakan untuk pengobatan local disekitar mulut. Contohnnya :Ester
C,Biovision kids.
- Tablet Salut Enteric, Tablet yang disalut dengan lapisan tidak atau hancur dilambung
tapi di usus. Contohnnya : Voltaren 50 mg .E

F. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan pulvis, pulveres, kapsul, pil, dan
tablet

1. Pulvis dan pulveres


- Bahan padat
 Halus
 Hablur/Kristal
 Camphorae
 Asam salisilat
 Asam benzoat, naftol, mentol, timol, dan salol
 Garam yang mengandung air kristal. Misalnya Na-karbonat, Fe(II)-sulfat, Al & K-
sulfat, Mg-sulfat,Na-sulfat diambil bentuk keringnya, misalnya Na-karbonat
50%, Fe(II)-sulfat 60%, Al dan K-sulfat 67%, Mg-sulfat 67%, Na-sulfat 50% dari
jumlah dalam resep.
- Bahan cair
 Minyak atsiri.
 Kalii arsenitis.
 Sol. Formaldehid.
 Tingtur.
 Ekstrak

2. Pil
- Zat pengisi digunakan : liquiritiae radix, saccharum lactis,
Dalam hal khusus untuk zat oksidator digunakan : bolus alba, campuran succus
liquiritiae dan liquiritiae sama banyak dan bahan lain yang cocok.
- Zat pengikat : succus liquiritae, tragacanthae, oleum cacao, adeps lanae, vaselinum
- Zat pembasah : air, gliserol, sirop, madu
- Zat penyalut : perak, balsamum talutanum, serlak, kolodium, salol, gelatin, gula

3. Tablet
- Zat pengisi : saccharum lactase, amylum manihot, calcii phosphas, calcii carbonas
- Zat pengikat : mucilage gummi arabici 10-20%, solution methylcellulosum 5%
- Zat penghancur : amylum manihot kering, gelatiinum, agar-agar, natrium alginat.
- Zat pelicin: talcum 5%, magnesia stearas, acidum stearicum
G. Cara pembuatan pulvis, pulveres, pill, dan tablet

1. Pulvis
- Memperkecil ukuran partikel bahan
- Pencampuran bahan-bahan
- Membagi serbuk
- Membungkus serbuk.
2. Pulveres
- Memperkecil ukuran partikel bahan
- Pencampuran bahan-bahan
- Memasukkan serbuk kedalam wadah
3. PIL
- Pembuatan masa pil
 Tentukan bobot BO untuk 1 pil
 Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan.
 Campur BO + pengisi +bahan pengikat +bahan pemecah sesuai aturan
 Tambahkan bahan pembahasah sedikit_sedikit
- Pemotongan pil
 Massa pil lalu dibentuk silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat
sebenarnnya pemotong di beri alat penabur dulu.
- Pembulatan pil
 Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yang sudah di beri bahan
penabur,selanjutnya dibulatkan.
 Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung jumlahnnya.
- Penyalutan pil
 Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan.
4. Tablet
- Granul basah :
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibahasi
dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu
diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40 0-500.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan
dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.
- Granul kering :
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin
dicampur dan dibuat dengan cara kempacetak menjadi tablet yang besar, setelah itu
tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya cetak menjadi tablet
yang dikehendaki dengan mesin tablet.

H. Gambaran umum cara pembuatan pulvis, pulveres, kapsul, pil da tablet


1. Pembuatan pulvis dan pulveres
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya
digunakan pengayak No. 60, dan dicampur lagi.

- Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan menggunakan pengayak No. 44.
- Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang
maka, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
- Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati maka, serbuk digerus
terlebih dahulusampai derajat halus sesuai dengan yang tertera di pengayak dan
derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 0.
- Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair maka, pelarut diupkan
hingga hamper kering, dan serbukan dengan bahan tambahan yang cocok.
- Jika obat kemasan lembek misalnya ekstrak kental maka, dilarutkan kedalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukan dengan zat tambahan yang cocok.
- Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap maka, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok.

2. pembuatan kapsul
- pengisian
 menggunakan tangan, merupakaan cara yang paling sederhana, yaitu dengan
tangan tampa bantuan alat.
 menggunakan alat bukan mesin, dengan menggunakan alat ini akan didapatkan
kapsul yang seragam dan pengerjaan lebih cepat.
 menggunakan mesin, alat ini beroperasi secara otomatismulai dari membuka,
mengisi dan menutup kapsul.
- pengkilapan dengan metode : pengkilapan dengan panic, pembersihan debu dengan
lap, dan penyikatan

3. pembuatan pil
cara pembuatan pil adalah campurkan bahan-bahan, baik bahan obat atau zat utama
dan zat-zat tambahan homogen, campuran ini ditetesi dengan zat pembasah sampai
menjadi massa lembek yang elastic atau plastik dan kohesif, lalu dibuat bentuk batang
engan cara menekan sampai sempanjang alat pemotong pil yang dikehendaki,
ke,kemudian dipotong dengan alat pemtrong pil sesuai jumlah pil yang diminta. Bahan
penabur ditabukan pada massa pil, pada alat penggulung, dan alat pemotong pil, agar
massa pil tidak melekat pada alat tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu, namun
sebelum penyalutan pil harus kering terlebih dahulu atau dikeringkan dalam alat atau
ruang pengering, dan bahan penabur yang masih menempel pada pil harus dibersihkan
terlebih dahulu.

4. Pembuatan tablet
Cara pembuatan tablet ada 2 yaitu :
- Granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zar khasiat, zat pengisi, zat
penghancur sampai homogen, lalu dibatasi dengan larutan bahan pengikat, jika perlu
maka ditambahkan zat pewarna. Setelah itu diayak menjadi granula, dan dikeringkan
didalam lemari pengering pada suhu 40 0-500 C (tidak lebih dari 60 0C). setelah kering
diayak lagi untuk mmemperoleh granula dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelican (lubrikan) kemudian dicetak dengan tablet dengan mesin
tablet. Cara granula basah ini menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan
lebih lama dibandingkan cara granulasi kering.
- Granulasi kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelican hingga
menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak dengan tekanan tinggi,
sehingga menjadi tablet besar yang berbentuk baik, krmudian digiling dengan layak
hingga mencapai granula dengan ukuran praktikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa
cetak lagi sesuai tablet yang diinginkan. Pada cara ini menghasilkan tablet yang
kuarang tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah.

I. Cara penyimpanan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet


1. Pulvis dan Pulveres
Serbuk sebaiknya disimpan didalam kotak plastic, tambahkan juga silica jel. Simpan
ditempat kering dan sejuk dengan tempratur udara 20o-30o Celsius.
2. Penyimpanan Kapsul
- Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering
- Terbuat dari botol-plastik, tertutup rapat yang juga diberi bahan pengering.
- Terbuat dari wadah botol-plastik, tertutup rapat yang juga diberi bahan pengering
- Terbuat dari alumunium-foil dalam blister atau strip
3. Pil
Penyimpanan kapsul sesuai dengan penyimpanan tablet dengan memperhatikan sifat
zat tambahan yang digunakan.
4. Tablet
Obat tablet pada umumnya dapat disimpan dan aman digunakan hingga 3 bulan atau
lihat tanggal kadaluwarsa pada kemasan obat. Obat tablet umumnya di simpan pada
tempat kering dan sejuk dengan tempratur udara 20o-30o Celsius.

2. SEDIAAN PARENTERAL DAN AEROSOL


A. Pengertian sediaan parenteral dan aerosol
1. Parental
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa
rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan intradermal.
Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuscular, seluruh obat akan berada di tempat
itu.
2. Aerosol
aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawahtekanan, mengandung zat
aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.

B. Penggolongan sediaan paarenteral dan aerosol


1. Parenteral
a. Cair
b. Serbuk
c. Tablet susuk
2. Aerosol
a. Sediaan pada kulit
b. lokal hidung
c. Tipe untuk pernafasaan
d. Lokal mulut
e. Lokal paru-paru

C. Keuntungan dan kelemahan sediaan parenteral dan aerosol


1. parenteral
a. keuntungan
 Memberikan efek yang cepat
 Tidak melalui First Pass Effect
 Dapat diberikan apabila penderita dalam keadaan tidak dapat bekerjasama
dengan baik, tidak sadar, atau tidak dapat dengan cara pemberian lain (seperti
oral)
 Kadar obat didalam darah yang hasilnya lebih bisa diramalkan
 Dapat untuk obat yang rusak /tidak diabsobsi dalam sistem saluran cerna
contoh: insulin.
b. kerugian.
 Apabila sudah masuk ke dalam tubuh susah untuk dikeluarkan terutama apabila
terjadi kasus toksisitas
 Hargal relatif lebih mahal
2. aerosol
a. keuntungan.
 Mudah dibawa (baik untuk penanganan pada saat kondisi pernafasan akut
msalnya pada pasien atsma)
 Lebih murah
 Tersegel baik dan meminimalkan oksidadasi terhadap bahan teapeutik dan
kontaminasi mikroba
 Efektif untuk penanganan ganguan pernafasan
 Bentuk semprotan dapat diatur
b. kerugian
 Biasanya mengandung bahan obat terdisperi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya
 Seringnya obat menjadi kurang efektif
 Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan
dengan baik dan benar

D. Komposisi sediaan parenteral dan aerosol


1. Parenteral
- Bahan aktif
- Bahan tambahan
 Antioksidan : garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan
sulfit, adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
digunakan : asam askorbat, sistein, monotiogliseril, tokoferol.
 Bahan anti mikroba atau pengawet untuk sediaan injeksi yang tidak boleh
ditambahkan untuk sediaan infuse. Contohnya : Benzalkonium klorida, benzyl
alcohol, klorobutanol, metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, metil p-
hidroksibenzoat, propil phidroksibenzoat, Fenol.
 Buffer (hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan untuk sediaan
infuse). Contoh : Asetst, sitrst, fosfat.
 Bahan pengkhelat : garam etilena diamin tetra asetat (EDTA)
 Gas inert : nitrogen dan argon
 Bahan penambah kelarutan (konsolven) : etil alcohol, gliserin, polietilen, glikol,
propilen glikol, lecithin
 Surfaktan : polioksietilen dan sorbitan monooleat.
 Bahan pengisotonis : dekstrosa dan NaCl
 Bahan pelindung : dekstroda laktosa, Maltosa, dan Albumin serum manusia
 Bahan penyerbuk : laktosa, manitol, sorbitol, gliserin
- Pembawa
 Pembawa air
 Pembawa non air ddan campuran
Minyak nabati : minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kaccang, minyak wijen.
 Pelarut bercampur air : gliserin, etil alcohol, propilen glikol, polietilienglikol 300
2. Aerosol
- Wadah
- Propelan
- Konsentrst mengndung zat aktif
- Katup
- Actuator
E. Cara pembuatan sediaan parenteral dan aerosol

1. Parenteral
a. Secara aseptis
 Penyiapan komponen dan sebagian besar produk
 Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di lingkungan
minimal Kelas C
b. Secara strerilisasi akhir
 Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal. 
 Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah
dilakukan di lingkungan.
 Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah
dilakukan di lingkungan.
 ansfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses beku-kering
2. aerosol
1. Proses pengisian dengan pendinginan
Konsentrat umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0 ºC dan propelan dingin
yang telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka biasanya wadah telah
didinginkan. Katup penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk
tutup kedap tekanan.
Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi
penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.
2. Proses pengisian dengan tekanan Panas
Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan
menambah sedikit propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah.
Isikan propelan melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan di
biarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian katup di tutup pengisian dilakukan
di bawah tutup.
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang
sesuai dan bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk
akhir aerosol.

F. Bagian penting dalam pembuatan aerosol (wadah, propelan, zat berkhasiat dan actuator)

1. Wadah
Pemilihan wadah untuk produk aerosol berdasarkn pada kemmampuan
penyesuainyannya cara pembuatan, ketercamprannya dengan komponen formula,
kemampuannya untuk menahan tekanan yang diharapkan produk, kepentingannya
dalam model dan daya tarik estetika pada bagian pembuatan pembiayaan.

2. Proplen
Proplen berfungsi untuk memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluaran
bahan dari wadah dan dalam kombinasai dengan komponen lain mengubah kedalam
bentuk fisik yag diinginkan
3. Zat berkhasiat
Pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat akif berkhasiat atau formulasi dalam
propelen isalnya etanol
4. Katup
Untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari tabung dalam bentuk yang diinginkan
dalam kecepatan yang diinginkan dengan adanya dengan katup yang berukuran, dalam
jumlah/dosis yang tepat
5. Akuator
Untuk mengaktifkan katup terpasang untuk pancaran produk

G. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan aerosol beserta contohnya


Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :
1. Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan, dan
surfaktan)
2. Propelan dapat (tunggal atau campuran)
Contohnya :
Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di formulasikan harus diketahui betul-
betul sifat fisika dan kimianya dan efek yang ditimbulkan terhadap sediaan jadi.
Tergantung dari type aerosol yang dipakai, aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun
halus, pancarran basah, busa stabil.

3. SEMI PADAT
A. Bentuk-bentuk semi padat
- Salep
- Lotio
- Krim
- Pasta
- Gel
B. Pengertian dari salep dan suppositoria
1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny kedalam dasar salep yang cocok.
2. Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectum,
vagina atau ureta. Umumnya meleleh, melunak aau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa
zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
C. Syarat-syarat salep dan suppositoria
1. Salep
Syarat-syarat salep yaitu :
- Pemerian : tidak boelh berbau tengik
- Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%
- Dasar salep (sp) : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep digunakan
vaselin puti. Tergantung dari sifat obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih
beberapa bahan dasar salep sebagai berikut:
 Ds senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning, malam putih, malam
kuning atau campurannya.
 Ds serap : lemak bulu domba campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearill-
alkohol, 8 bagian malam putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian
malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
 Ds yang dapat dicuci dengan air atau Ds emulsi, misalnya emulsi minyak dalam air
(M/A)
 Ds yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
- Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogeny.
- Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”
2. Suppositoria
Syarat-syarat suppositoria
- Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
- Pembebasan dan responsi obat yang baik
- Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik
- Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil

D. Keuntungan dan kelemahan salep dan suppositoria


1. Salep
- Keuntungan
 Sediaan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
 Sebagai bahan pelumas pada kulit
 Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsangan kulit
 Sebagai obat luar
- Kelemahan
Berdasarkan basis :
 Basisi hidrokarbon : sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit dicuci bersih dari permukaan kulit.
 Basis absorbs : kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotic
dan bahan-bahan kurang stabil dengan adanya air. Mempunyai sifat hidrofil atau
mengikat air.
2. Suppositoria
- Keuntungan suppositoria
Keuntungan penggunaan obat ini dalam bentuk suppositoria dibandingkan per oral,
yaitu :
 Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
 Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung
 Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada pernggunaan obat per oral.
 Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
- Kelemahan suppositoria

E. Jenis-jenis salep dan suppositoria


1. Salep
- Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
 Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
 Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, muah diserap klit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air
 Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.
 Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsentrasinya lebih keras.
 Gelones spumae : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membrane mukosa
sebagai pelican atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan
lemak dengan titik lebur yang rendah.
- Menurut efek terapinya, salep dibagi atas:
 Salep epidermic (salep penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak dapat diabsorbsi. Kadang-
kadang ditambahkan antiseptic, astrigen untuk meredakan rangsangan. Dasar
salep yang terbaik adalah senyawa hidroponik.
 Salep endodermic
Bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi
sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dsar salep
yang baik adalah minya lemak
 Salep diadermic (salep serap)
Dimana bahan obat menembuh kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung
senyawa mercuri, iodide, belladonnae. Dasar salpe yang baik adalah adeps lanae
dan oleum cacao
- Menurut dasar salepnya dibagi atas:
 Salep hydropobic : yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya
campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang ridak tercuci dengan air
 Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik mair biasanya dasar salep antara
lain campuran sterol dan petrolatum
2. Suppositoria
Macam-macam suppositoria berdsarkan tempat penggunaannya, yaitu :
 Suppositortia rectal atau biasa disebut dengan suppositories saja, berbentuk peluru,
digunakan lewat rectum atau anus..
 Suppositoria vaginal, berbentuk bola lonjung seperti kerucut dan digunakan lewat
vagina
 Suppositoria uretra (bacilli, bougies ) digunakan lewat uretra, berbentuk batang
dengan panajng antara 7-14 cm.

F. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan salep dan suppositoria beserta
contohnya
1. Salep
- Dasar salep hidrokarbon
 Vaselin kuning
 Vaselin putih
 Salep putih (white ointment) campuran dari 50 bagian malam putih dan 950
bagian vaselin putih.
 Salep kuning (yellow ointment), campuran dari 50 bagian malam kuning dan 950
vaselin kuning
 Paraffin padat
 Paraffin cair
 Jelene
 Minyak tumbuh-tumbuhan misalnya : oleum sesame (minyak wijen), oleum
cocos (minyak kelapa) dll
- Dasar dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air :
 Adeps lanae, lanoline
 Unguentum simplex (campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak
wijen)
 Hydrophilic petrolatum
- Dasar salep dapat dicuci dengan air :
 Vanishing cream
 Emulsifying ointment B.P
 Emulsing wax
 Hydrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral, stearylalcohol
- Dasa salep yang dapat larut dalam air, yaitu :
 Polyethylegylcol ointment USP
 Tragacanth
 P.G.A
2. Suppositroria
Bahan tambahan pembuatan suppositoria
- Bahan dasar berlemak : oleum cacao (lemak coklat)
- Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin, polietilen
glikol (PEG)
- Bahan dasar lain : pembentuk emulsi A/M, misalnya campuran tween 61 85%
dengan gliserin laurat 15%

G. Cara pembuatan salep dan suppositoria


1. Salep
- Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah
- Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dahulu diserbuk dan diayak
dengan derajat ayakan no 100
- Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasr salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah
itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
- Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebur harus diaduk
sampai dingin.
salep harus homogeny dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogeny.
2. Suppositoria
- Dengan tangan : pembuatan dengan tangan hanya daapt dikerjakan untuk
suppositorria yang menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala kecil dan jika
bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan.
- Dengan mencetak hasil leburan : cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan
prafin cair bagi yang memakai bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum cacao
dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada proses pendinginan dan mudah
dilepas dari cetakan.
- Dengan kompresi : pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis.

H. Cara penyimpanan salep dan suppositoria


1. Salep
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas
tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru, buran dan porselin putih. Botol plastic
juga dapat digunakan . wadah dari gelas berwarna buram berguna untuk salep yang
mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Kebanyakan salep harus di simpan pada
tempratur di bawah 30oC untuk mencegah melembek apa lagi dasar salepnya bersifat
dapat mencair.
2. Suppositoria
Suppositoria harus disimpan ditempat yang sejuk dan terlindungi dari cahaya matahari,
jika tertera dilabel simpan dilemari es. Simpan ditempat yang jauh dari jangkauan anak-
anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran ini membahas tentang pembuatan, alat dan evaluasi sediaan cair dan
semi padat : suppositoria, salep ( salep kulit dan salep mata ), cream, pasta, gel, dispersi
(molekuler (larutan, aerosol), koloid ( nano partikel, nano liposom ), dispersi kasar (suspensi,
emulsi). Selain itu juga membahas tentang sediaan transdermal, dan rekayasa dari sediaan-
sediaan di atas dengan memahami karakteristik bahan - bahan dan serta membahas juga
masalah-masalah dalam pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA

 http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/laporan-resmi-
praktikummikrobiologi/
 http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram
 http://arfiyahtrimeirina.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-
mikrobiologi_8802.html
 http://mikrolaborat.blogspot.com/2011/10/laporan-pewarnaan-bakteri.html
 http://ratihkuspriyadani.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-
mikrobiologiumum.html
 http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pewarnaan.html
 http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-
pewarnaanbakteri/
 http://adesahy.blogspot.com/2011/09/pewarnaan-kapsul-burr-gins.html

 Shargel, Leon. et all, Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, Fifth edition,


Mc.Graw Hill, Singapore,Chapter 13, 2005

Anda mungkin juga menyukai