Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PPKN

KEDUDUKAN PANCASILA DI ERA REFORMASI

Nama:
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah swt. Sang pencipta dan penguasa alam semesta. Sang
maha kasih dan sayang yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan baik.
Shalawat berbingkai salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita.
Nabi Muhammad saw. Yang senantiasa kita cintai.
Dengan segala kemampuan dan dorongan dari semua pihak, penulis dapat menyelesaikan
paper ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang di berikan.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah cakrawala berpikir bagi penulis dan
pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. pancasila era reformasi
B. Penjelasan pancasila era mellenal
C. Nilai-nilai pancasila era mellenial

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA.
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II pelita ke tujuh bangsa Indonesia mengahadapi
bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara sehingga meyebabkan
stabilitas politik menjdi goyah. Terutama praktek praktek pemerintahan dibawah orde baru
hanya membawah kebahagiaan semu. Ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk, sistem
ekonomi menjadi kapitalistik dimana kekusaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada
sebagian kecil penguasa dan konglomerat.
Terlebih lagi merajalelanya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme pada hampir seluruh
instansi serta lembaga, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat
dan pelaksaan pemerintahan negara membawa rakyat semakin menderita. Para wakil rakyat yang
seharusnya membawa amanat rakyat dalam kenyataaya tidak dapat berfungsi secara demokratis,
DPR serta MPR menjadi mandul karna sendi sendi demokrasi tela di jangkiti penyakit
nepotisme.
Sistem politik di kembangkan ke arah sistem “birokratik Otoritarian” dan suatu sistem
“korporatik” (Nasikun, 1998: 5). Sistem ini di tandai dengan kosentrasi kekuasaan dan partisipasi
di dalam pembuatan keputusan keputusan nasiaonal yang berada hampir seluruhnya pada tangan
penguasa negara, klompok militer, klompok cerdik cendikiawan dan wiraswastawan oligopilstik
dan bekerjasama dengan masyarakat bisnis internasional keadaan yang demikian membawa
ekonomi rakyat menjadi tidak tersentuh dan semakin parah.
Pada sisi lain rakyat dikelabui dengan berbagai macam program yang mengatasnamakan
rakyat. Namun dalam kenyataannya hanya menguntungkan sekelompok kecil yaitu para elit
ekonomi dan para pejabat. Sehingga hampir diseluruh tanah air banyak pejabat melakukan
praktek KKN untuk kepentingan pribadi. Pancasila yang seharusnya sebagai sumber nilai. Dasar
moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam kenyataannya digunakan sebagai alat
legitimasi politik. Semua kebijaksanaan dan tindakan penguasa mengatasnamakan pancasila.
Bahkan kebijaksanaan dan tindakan yang bertentangan sekalipun diistilahkan sebagai pelaksaan
pancasila yang murni dan konsekuen.

RUMUSAN MASALAH
1. Penjelasan pancasila era reformasi
2. Penjelasan pancasila era mellenial
3. Penjelasan nilai-nilai pancasila pada era mellenial

TUJUAN PENULISAN
Berawal dari rumusan masalah di attas, maka dapat di pahami bahwa tujuan dari pembahasn ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pancasila di era reformasi
2. Mengetahui pancasila di era mellenial
3. Mengetahui nilai-nilai pancasila di era mellenial
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan pancasila era reformasi
Pokok-pokok reformasi ialah menjaga serta memelihara segala sesuatu yang memang telah
baik dari cara kerja bangsa dan negara di masa lalu dan memperbaiki segala sesuatu yamg
masih kurang disamping terus berusaha melakukan pembaruan guna menjawab guna
menjawab tantangan era globalisasi. dalam pelaksanaannya kehidupan berbangsa dan
bernegara di masa pemerintahan yang lalu memerlukan adanya proses identifikasi yang
mana masih perlu dipertahankan dan harus diperbaiki demi memperangi dampak
ketimpangan social di masyarakat.

1. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila


Makna serta pengertian “Reformasi” banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat
yang melakukan perubahan yang mengatasnamakan gerakan reformasi juga tidak sesuai
dengan pengertian reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan
masyarakat yang mengatas namakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan makna reformasi itu sendiri. Misalnya pemaksaan kehendak dengan
menduduki kantor suatu instansi atau lembaga baik negri maupun swasta, memaksa untuk
mengganti pejabat dalam suatu instansi, melakukan pengrusakan bahkan melakukan
pengerahan masa dengan merusak dan membakar pusat kegiatan ekonomi, kantor instansi
pemerintah dan fasilitas umum yang disertai penjarahan dan penganiayaan. reformasi itu
harus benar- benar diletakan dalam pengertian yang sebenarnya sehingga agenda proses
reformasi itu sesuai dengan tujuanya.
Makna “Reformasi” secara etimologis berasal dari kata “Reformation” dengan akar kata
“Reform” yang secara semantic “Make or become better by removing or putting right what
is bad wrong” (oxford advanced learner’s divtionary of current English, 1980, dalam
Wibisono, 1998: 1).

Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang, menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk di kembalikan pada format atau
bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang di cita-citakan masyarakat. Oleh karna itu
suat gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-sayarat sebagai berikut :
A. Suatu gerakan reformasi dilakukan karna adanya suatu penyimpangan- penyimpangan.
B. Suatu gerakan reformasi di lakukan harus dengan suatu cita cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
C. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural
tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
D. Reformasi di lakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih
baik.
E. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminya persatua dan kesatuan bangsa

2. Pancasila sebagai Dasar Cita-Cita Reformasi


Pancasila sebagai dasr filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
dalam perjalanan sejarah,nampaknya tidak di letakandalam kedudukan dan fungsi yang
sebenarnya. Pada masa orde lama pelaksanaan dalam negara yang secara jelas menyimpang
bahkan bertentangan misalnya, Manipol Usdek dan Nasakom yang bertentangan dengan
Pancasila. Presiden seumur hidup serta praktek-praktek kekuasaan dictator.
Masa orba pancasila di gunakan sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa, sehingga
kedudukan pancasila sebagai sumber nilai di kaburkan dengan praktek kebijaksanaan pelaksana
penguasa negara. Misalnya setiap kebijaksanaan penguasa negara senantiasa berlindung di balik
ideologi pancasila sehingga setiap tindakan dan kebijaksanaan penguasa negara senantiasa di
legitimasi oleh ideologi pancasila.
Konsekuensinya setiap warga negara yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut di
anggap bertentangan dengan pancasila. Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai
pancasila di salah gunakan menjadi praktek nepotisme, sehingga kolusi dan korupsi merajalela
oleh karna itulah gerakan reformasi harus tetap di letakan dalam kerangka perspektif Pancasila
sebagai landasan cita-cita dan ideologi, sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka
suatu reformasi akan mengara pada suatu disingtegrasi, anarkisme,brutalisme serta pada akhirnya
menuju pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif
Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai nilai Pancasila. Adapun secara terperinci
sebagai berikut:
A. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa suatu gerakan kearah
perubahan harus mengarah kepada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan
manusia sebagai makhluk Tuhan.
B. Reformasi yang berkemanusiaan adil dan beradab, yang berarti bahwa reformasi harus
dilakukan dengan dasar-dasar dan nilai-nilai martabat manusia yang beradab.
C. Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia.
D. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru
permasalahan dasar gerakan reformasi adalah pada prinsip kerakyatan.
E. Visi reformasi harus jelas, yaitu demi terwujudnya Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Gerakan reformasi yang melakukan perubahan dan penataan kembali dalam
berbagai bidang kehidupan negara harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu terwujudnya
tujuan bersama sebagai negara hukum. Oleh karna itu hendaklah di sadari bahwa gerakan
reformasi yang melakukan perubahan dan penataan kembali, pada hakikatnya bukan
hanya bertujuan demi perubahan itu sendiri, namun perubahan dan penataan demi
kehidupan bersama yang berkeadilan

Dalam perspektif Pancasilagerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk menata ulang dengan
melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan keterbukaan Pancasila dalam
kebijaksanaan dan penyelanggaraan negara sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka dan
dinamis pancasila harus mampu mengantisipasi perkembangan zaman terutama perkembangan
dinamika aspirasi rakyat. Nilai-nilai Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa Indonesia,
dan sebagai bangsa maka akan senatiasa memiliki perkembangan aspirasi dengan tuntutan zaman
oleh karna itu pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang “Reformatif” artinya memiliki
aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat, akan
tetapi nilai-nilai esensialnya bersifat tetap yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan.
3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam era reformasi akhir akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum
sudah merupakan suatu keharusan karna proses reformasi yang melakukan penataan kembali
tidak mungkin di lakukan tanpa melakukan perubahan perubahan terhadap peraturan perundang-
undangan. Agenda yang lebih kongkret yang di perjuangkan oleh para reformis yang paling
mendesak adalah reformasi bidang hukum. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa
setelah peristiwa 21 mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem yang
mengalami kerusakan parah selama orde baru adalah bidang hukum.
Produk hukum baik materi maupun penegakanya dirasakan semakin menjauh dari nilai-
nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Subsistem hukum nampaknya tidak mampu
menjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan yang berlaku hanya bersifat imperatif bagi
penyelenggara pemerintahan. Kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam
berbagai bidang misalnya politik, ekonomi dan bidang lainya maka bangsa Indonesia ingin
melakukan suatu reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
Namun demikian hendaklah di pahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin tidak
di lakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan serta sumber nilai
yang jelas dan dalam masalah ini nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang merupakan
dasar cita-cita reformasi.

4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum

Dalam suatu negara betapapun baiknya suatu peraturan perundang-undangan namun tidak
disertai dengan jaminan pelaksanaan hukum yang baik niscaya reformasi hukum akan menjadi
sia-sia belaka. Pelaksana hukum yang baik juga harus di tunjang oleh aparat penegak hukum
yang memiliki integritas sesuai dengan sumpah jabatan dan taggungjawab moral sebagai
penegak hukum. Integritas dan moralitas para aparat penegak hukum dengan sendirinya harus
memiliki landasan nilai-nilai serta norma yang bersumber pada landasan filosofis negara, dan
bagi bangsa Indonesia adalah dasar filsafat negara pancasila.
Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus di dasarkan pada suatu nilai sebagai
landasan operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakikat dan fungsi
negara pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsa. Nrgara pada hakikatnya secara
formal (sebagai negara hukum formal) harus melindungi hak-hak warganya. Oleh karna itu
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap dasar
filosofis negara, misalnya pembungkaman demokrasi, penculikan pembatasan berpendapat,
berserikat, berunjuk rasa dan lain sebagainya dengan sendirinya hal ini di sertai dengan
tanggungjawab atas kepentingan bersama.
Reformasi pada hakikatnya untuk mengembalikan negara pada kekuasaan rakyat (sila
IV).negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Rakyat adalahasal mula kekuasaan negara.maka
dalam pelaksana hukum harus mengembalikan negara pada supremasi hukum yang didasarkan
atas kekuasaan yang berada pada rakyat, bukan pada kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Bagi negara Indonesia kekuasaan rakyat di lakukan oleh suatu majlis yaitu Majlis
Permusyawaratan Rakyatyang di lakukan melalui suatu pemilihan umum. Oleh karna itu
pelaksanaanperaturan perundang-undangan harus mendasarkan pada terwujudnya atas jaminan
bahwa dalam suatu negara kekuasaan adalah di tangan rakyat.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara
demokratis dengan suatu supremasi hukum Artinya pelaksanaan hukum harus mampu
mewujudkan jaminan atas terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu keseimbangan
antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat, jabatan,
golongan, etinisitas maupun agama. Setiap warga negara bersamaan kedudukanya di muka
hukum dan pemerintahan (UUD 1945 Pasal 27). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap
warga negara dalam hidup negara didalam suatu negara yang meliputi suatu unsur keadilan baik
keadilan distributif, keadilan komutatif, serta keadilan legal.
Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat penegak hukum terutama pihak
kejaksaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari praktek KKN.
Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka timbullah
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa. Cendekiawan dan masyarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya “Reformasi” disegala bidang terutama
bidang politik, ekonomi dan hokum.

2.2 Pancasila di Era Mellenial


Era melenial adaalah zaman yang sarat dengan perubahan signifikan pada semua aspek
kehidupan, terkait dengan perkembangan teknologi dan alat-alat komunikasi digital, diikuti cara
pandang serta sikap serba pragmatis.Pada eraini generasi melenial diharapkan dapat
berkontribusi positif terhadap kemajuan kehidupan secara keseluruan. Generasi milleinial
dimaksut adalah generasi Y, yakni generasi yang lahir direntang tahun 1980an sampai 2000an,
berusia antara 15 n 35tahun.Mereka, hadir dan berperan menggantikan generasi sebelumnya
yakni generasi X. Hadirnya era melleinial itu tidak lepas dari merasuknya faham globalisasi
sebagaimana dikemukakan Saul J Ralston (2015) dalam the collapse of globalism and the
reinvention of the word, digambarkan sebagai neokapitalisme yang bekerja secara rasional dan
mekanistik dalam persaingan memperebutkan segala bentuk materi duniawi dalam skala global.
Terkait dengan orientasinya pada materi duniawi, maka hal-hal yang bersifat immaterial
dan spiriyual (seperti: ideology, agama, ilmu, etika, moral) dianggap tidak peenting. Bahkan
sekrdarditempatkan sebagai alat untuk memperlancar perolehan materi duniawi tersebut.
Implikasinya, penganut faham globalisme rentan terjerumus ke watak hedonistic, sekuler, liberal,
dan individual. Globalisme di era milleinial, mestinya dihadapi dengan tegar, percaya diri, dan
senantiasa menjaga jati diri sebagai bangsa mandiri. Sikap rendah diri, putus asa, dan takluk
terhadap pengaruh globalisme, takboleh terjadi pada bangsa Indonesia.
Belajar dari pengalaman Negara lain, terdapat sekian banyak negara berkembang yang
mampu mandiri: singapure, Taiwan, Thailand, kehadiran actor-aktor global beserta perangkat
teknologi dan alat-alat komunikasi digital canggih, senantiasa dihadapinya dengan selektif dan
bijaksana, tanpa harus bersikap konfrontatif dan antipatif. Sikap arif dan tegas demikian, dapat
dikedepankan karena pada diri bangsa tersebut telah tertanam ideologi yang kuat. Disadari,
ketahanan ideology bangsa Indonesia yakni: pancasila, kini sedang bermasalah.
Dalam jeratan permasalahan ideology ini, kebijakan- kebijakan Negara sering terlihat taklu,
tunduk, berpihak kapada negara asing atau korpurasi asing. Komitmen untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tanah air Indonesia tergantikan dengan pemberian fasilitas dan ekarpet merahi
kepada investor-investor asing. Tragis, kadang tega mengorbankan harkat dan martabat bangsa sendiri.
Secara kasat mata tampak proseh kehidupan berbangsa dimana pemerintah lalai membina dan
memupuk ketahanan ideology pancasila, yakni ketika perhatian pemerintah terfokus pada
pembangunan fisik sementara itu character national building terabaikan. Kini, politis, tokoh masyarakat,
agamawan, dan akademisi berteriak keras tentang pancasila, tetapi sikap dan perilakunya tidak
pancasilais. boleh jadi ada udang dibalikbatu dengan deklarasi semacam itu. pada situasi demikian,
generasi millenial dibiarkan di landa nilai-nilai asing seperti: nilai rasional, nilai individual, nilai liberal,
nilai sekuler. Ironis ketika kemudian generasi milenial menjadi gagal faham terhadap nilai-nilai pancasila,
seperti kekeluargaan, nilai gotong royong, nilai religious, nilai moral, dan sebagainya.

Krisis ideology di negri ini, bukanlah karna salah pancasila, bukan pula salah generasi
millennia, kesalahan lebih terkait erat dengan kelalaian pemerintah me-menstreaming-kan
pancasila dalam kehidupan sehari hari. Ambil contoh hari hari ini masyarakat dan negara
dihadapkan pada darurat narkoba. narkoba dalam berbagai bentuknya, deras mengalir,
merambah dan menjadikan generassi milenia sebagai korban korbannya. Pancasila akan
tumbuh berkembang pada generasi milenial bila di dalam keluarga, masyarakat, sekolah
sekolah, dan kampus kampus, pancasila di menstreamingkan sebagai we of life artinya perlu
upaya upaya intensif sistemik, dan berkelanjutan memposisikan generasi milenial sebagai
subjek pancasila. Sekaligus mengondisikan agar pemikiran, sikap dan perilakunya berdasarkan
nilai nilai pancasila mestinya menjadi petunjuk, pedoman, dan jalan hidup mengaktualisasikan
diri menjadi generasi terbaki pada zamannya.
2.3 Nilai-nilai Pancasila Pada Era Mellenial
Nilai nilai luhur pancasila pada era modern ini seharusnya mampu memotifasi warrga
negara Indonesia unruk berperilaku sebagai mana cita cita bangsa dan negara yang
memiliki makna atau nilai nilai yang sangat bijaksana dan penuh dengan kebaikan pada
setiap sila menjadi konsep kehidupan berbangsa dan bernegara yang sempurna.
1. Ketuhanan yang maha esa
Nilai ketuhanan yanga ada dalam pancasila membenarkan bahwa semua warga
Indonesia memiliki agama dan semua agama mengajarkan tentang suatu kebaikan.
Namun pertanyaannya pada era modern ini apakah semua warga negara taat
beragama sebagai bentuk pengakuannya akan kebesaran tuhan? Berdasarkan apa yang
terlihat setiap hari di media media elektronik dan cetaak memberitakan tentang
pengingkaran warga negara terhadap nilai ketuhanan yang ada pada pancasila seperti
prilaku criminal, peleccehan seksual, korupsi, dan sebagainya, menunjukan bahwa
betapa lunturnya nilai ketuhanan ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Begitulah yang terjadi realita yang tidak bisa tersembunyi karena kita
ketahui bersama dan mengalami fenomena itu bahwa sebagian besar warga negara
Indonesia mengakui adanya tuhan namun tidak menunjukan keesaan tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Nilai kemanusiaan dalam pancasila membawa angin segar bagi warga negara karna
makna yang terkandung membawa kesetaraan antara sesama yaitu derajat, hak, dan
kewajiban antara sesame mausia. Namun, realitanya pada era modern ini nilai luhur
tersebut hanya sebatas ungkapan tertulis di atas potongan potongan kertas tidak
bermakna bagi sebagian besar warga negara dimana itu banyak kita temukan perilaku
yang menunjukan penyimpangan terhadap nilai kemanusiaan ini. Seperti orang kaya
lebih di hormati, perilaku yang semena-mena terhadap orang lain (penganiyaan)
menunjukan bahwa nilai kemanusiaan pada hari ini sangat menyedihkan dan
menyimpang dari makna nilai yang di idamkan dalam pancasila. Oleh karna itu, kita
sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya menghargai, menghormati dan
menjunjung tinggi sesame manusia demi terciptanya kehidupan yang damai
sebagaimana cita cita bangsa kita yang tertuang dalam pancasila.
3. Persatuan Indonesia
Setiap negara menginginkan persatuan warga negaranya, karena persatuan adalah
kekuatan dasar dalam negara itu sendiri, tanpa persatuan tidak mungkin suatu negara
terbentuk atau berjalan dengan baik. Oleh karena itulah persatuan menjadi salah satu
nilai luhur pancasila yang menjadi impian bangsa Indonesia agar masyarakat atau
warga Indonesia bersatu demi kemajuan bangsa Indonesia tercinta. Namun, apa yang
terjadi pada era modern ini membawa kita berpikir tiada henti dan bertanya ribuan
kali tentang persatuan negara kita menunjukan betapa lemah dan mulai luntur nilai
persatuan ini pada negara kita. Dalam kejadian kita menyaksikan setelah aceh dapat
teratasi , irian jaya berupaya ingin melepaskan diri dari wilayah NKRI, dan dalam
kejadian yang lebih kecil kisruh KPK dan POLRI merupakan bentuk lunturnya
persatuan yang ingin membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera. Menghapus
korupsi dan tindakan pidana lainnya merupakan pekerjaan rumah kita bersama
terutama mereka yang berada pada pemerintahan seperti KPK dan POLRI.
Seharusnya, sebagai warga negara yang berlandaskan nilai nilai Pancasila kita dan
mereka harus mempunyai jiwa yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
peerwakilan.
Nilai kerakyatan ini memang selalu ada dalam pemerintahan di suatu negara, dan
Indonesia menjadikan nilai ini sebagai dasar negara dimana ketika di hadapkan
dengan suatu permasalahan apapun maka keputusan yang di ambil harus selalu
mengutamakan kepentingan rakyat dan negara, bukan kepentingan pribadi dan harus
semua itu harus melalui musyawarah bersama guna mencapai mufakat yang
bertujuan untuk kebaikan bersama. Inti dari sila keempat yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat namun, apa yang terjadi pada era modern ini
tingkah laku para wakil rakyat sangat memalukan dimana mereka berada dalam
sistem pemerintahan hanya mementingkan pribadi tetapi menyatakan atas nama
rakyat berdebat, musyawarah dengan beradu argument tiada henti sehingga emosi
tidak terkontrol dan masalah pun terbengkalai semakin tidak jelas jauh darri selesai.
Sungguh memalukan orang-orang yang kita percaya mampu menjadi
pemimpin/perwakilan kita sebagai rakyat berperilaku seperti tidak berwibawa dan
tidak tau aturan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai keadilan sosial yang tertuang dalam pancasila mempunyai makna dan tujuan
sangat bijaksana yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan
sejahtera baik secara lahiriyah maupun bathiniyah. Pada era modern ini, begitu
banyak kita temukan kemiskinan, anak-anak terlantar, banyak orang tidak dapat
mengenyam fasilitas kesehatan yang nyaman dan sebagainya merupakan
penyimpangan nilai luhur sila ke-5 dari pancasila. Mengapa semua itu terjadi, tidak
lain karena ketidak pandaian para wakil rakyat mengelola alam kita yang sangat kaya
ini..Oleh karena itulah, kita sebagai rakya yang pada hakikatnya pemegang
kekuasaan tertinggi di negara ini, kita harus dapat memegang teguh dan perjuangkan
hak-hak kita dan senantiasa mengatasi kebijakan pemerintah dan tidak segan
mengkritisinya.
BAB III PENUTUP
Pokok-pokok reformasi ialah menjaga serta memelihara segala sesuatu yang memang
telah baik dari cara kerja bangsa dan negara di masa lalu dan memperbaiki segala sesuatu yamg
masih kurang disamping terus berusaha melakukan pembaruan guna menjawab guna menjawab
tantangan era globalisasi. dalam pelaksanaannya kehidupan berbangsa dan bernegara di masa
pemerintahan yang lalu memerlukan adanya proses identifikasi yang mana masih perlu
dipertahankan dan harus diperbaiki demi memperangi dampak ketimpangan social di masyarakat
Era melenial adaalah zaman yang sarat dengan perubahan signifikan pada semua
aspekkehidupan, terkait dengan perkembangan teknologi dan alat-alat komunikasi digital, diikuti
cara pandang serta sikap serba pragmatis.Pada eraini generasi melenial diharapkan dapat
berkontribusi positif terhadap kemajuan kehidupan secara keseluruan. Generasi milleinial
dimaksut adalah generasi Y, yakni generasi yang lahir direntang tahun 1980an sampai 2000an,
berusia antara 15 n 35tahun.Mereka, hadir dan berperan menggantikan generasi sebelumnya
yakni generasi X.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Kaelan, M.S, Pendidikan Pancasila, penerbit PARADIKMA Jogjakarta,2008 P.J.
Suwarno, pancasilabudaya bangsa Indonesia, penerbit kanisius, 2008
http://irmabk.blogspot.com/20/12/06/eksestensi-pancasila-di-era-sekarang.html
Joko Siswanto, ABG PANCASILA, Penerbit filsafat UGM, Yogyakarta,2006

Anda mungkin juga menyukai