Disusun Oleh:
Bayu Febri Ardianto (1320220073)
Bintang Noer Fajri (1320220047)
Muhamad Nurul Rifki (1320220077)
Drajat Agung Pramana (1320220071)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pancasila dengan baik serta
tepat waktu.
Adapun makalah kami tentang “Paradigma Pembangunan Nasional” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga
dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
PENGERTIAN PARADIGMA
Berasal dari bahasa latin, yakni kata para dan deigma yang berarti suatu model,
teladan, arketif dan ideal. Paradigma seringkali diartikan sebagai suatu asumsi – asumsi dasar
dan teoretis yang umum sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan
dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter illmu
pengetahuan itu sendiri.
Menurut Heddy Shary Ahimasa Putra (2009) Paradigma sebagai seperangkat konsep
yang berhubungan satu sama lain secara logis sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi
untuk memahami menafsirkan dan menjelaskan masalah yang dihadapi.
Menurut Pitpit Hanapiah (2001) pengertian Paradigma Berarti menempatkan
pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau
jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah/tujuan bagi yang menyandangnya.
Jadi dapat didefinisikan Paradigma adalah suatu set asumsi asumsi penyederhanaan
dan teori informal yang menggambarkan bagaimana dunia bekerja, dan yang menyediakan
kerangka acuan bagi manusia untuk memandang kehidupan dunia disekelilingnya.
Oleh karena itu, sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi
maka model dan sistem dalam pembangunan ekonomi haruslah berpijak pada nilai moral
yang terkandung di dalam Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada
dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila), kemanusiaan (sila II Pancasila), persatuan (sila
III Pancasila), kerakyatan (sila IV Pancasila), dan keadilan (sila V Pancasila).
Setelah lengsernya rezim Soeharto tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998, banyak terjadi
kerusakan yang parah yang disebabkan para penguasa terdahulu, salah satunya adalah bidang
hukum. Materi hukum maupun penegaknya dirasakan menyeleweng dan semakin menjauh
dari nilai-nilai Pancasila. Maka bangsa Indonesia ingin menata kembali hukum yang telah
rusak parah tersebut berdasarkan Pancasila. Berdasarkan pengertian inilah maka pancasila
mempunyai kedudukan sebagai paradigma hukum. Materi dalam produk hukum atau
perubahan hukum dapat senantiasa berubah dan di ubah sesuai dengan perkembangan zaman,
IPTEK, serta aspirasi masyarakat, namun sumber nilai (Pancasila) harus senantiasa tetap.
Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, suatu agenda yang mendesak
untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana terkandung dalam konsideran bahwa yang dimaksud Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
RANGKUMAN
Pancasila sebagai paradigma pembangunan dapat diartikan sebagai Pancasila sebagai
kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah tujuan dari
pembangunan. Oleh karena itu, penggalian terhadap nilai-nilai Pancasila menjadi dasar
menjadi syarat utama dalam perencanaan program-program pembangunan yang dilakukan.
Kaelan menyatakan bahwa landasan aksiologis (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia
terkandung dalam deklarasi bangsa Indonesia melalui pembukaan UUD NRI tahun 1945
alinea ke empat. Konsepsi ini menunjukkan bahwa dasar politik Indonesia terdiri dari
keterjalinan bentuk bangunan kehidupan masyarakat yang bersatu (sila ke-III), demokrasi
(sila ke-IV), berkeadilan dan berkemakmuran (sila ke-V) serta negara yang memilki dasar
moral ketuhanan dan kemanusiaan.
Pada arah pembangunan yang berkaitan dengan pembangunan politik sebagai
penjabaran dari misi mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dan
berkeadilan dinyatakan bahwa demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan
penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan
memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan
munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta
memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan
membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender.