Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

DOSEN PENGAMPU :
ASTRI JENITA

DISUSUN OLEH :
ADE APRILIA (2301063001)
DELLY YUNISTRA (2301062013)
MUHAMMAD IQBAL (2301063015)
MELATI ANANDA PUTRI (2301062036)
NADA MERLIANA H (2301063019)
NUHALIMAH (2301063048)
RAHUL MAHENDRA (2301061037)

KELAS 1F D3 ADMINISTRASI
BISNIS ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesakan makalah tentang “ Pancasila Sebagai
Paradigma Reformasi”.
Tidak lupa juga kmai ucapkan terima kasih kepda semua pihak yang telah turut
memberikan kotribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kmai menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapt memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat dan juga
ilmu untuk pembaca.

Padang, 21 November 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
C. TUJUAN MAKALAH.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Paradigma..................................................................................................................2
B. Pengertian Reformasi...................................................................................................................2
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi......................................................................................3
D. Syarat-Syarat Gerakan Reformasi...............................................................................................4
E. Contoh Kasus...............................................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar negara merupakan mempunyai peranan penting bagi bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai paradigma juga berada pada posisi pembangunan nasional yang
meliputi segenap bidang kehidupan, seperti politik,ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan, juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum dan hak asasi manusia.
Maka dari itu kita harus mengenal Pancasila sebagai paradigma bangsa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian paradigma?
2. Apa pengertian reformasi?
3. Bagaimana pancasila sebagai paradigma?
4. Apa saja syarat-syarat gerakan reformasi?
5. Bagaimana contoh kasus dari pancasila sebagai paradigma reformasi?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui pengertian paradigma
2. Mengetahui pengertian reformasi
3. Memahami pancasila sebagai paradigma
4. Memahami syarat-syarat gerakan reformasi
5. Mengetahui contoh kasus pancasila sebagai paradigma reformasi

1
2

A. Pengertian Paradigma

Pengertian paradigma yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi yang bersifat umum
(sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam penerapan ilmu
pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan sifatnya dinamis,
karena banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga kemungkinan dapat ditemukan
kelemahan dan kesalahan pada teori yang telah ada.Jika demikian ilmuwan/peneliti akan
kemabali pada asumsi-asumsi dasar dan teoritis, sehingga ilmu pengetahuan harus mengkaji
kembali pada dasar ontologis dari ilmu itu sendiri.

Istilah ilmiah berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia, diantaranya:


politik, hukum, ekonomi, budaya. Istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian yaitu sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber
asas, serta arah dan tujuan.

B. Pengertian Reformasi

Kata reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat
ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang telah menyimpang, untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan oleh rakyat.
Reformasi merupakan upaya dari pemerintah maupun individu untuk melakukan perubahan
terhadap suatu badan atau lembaga yang berada di suatu lingkungan, dengan melihat fenomena
yang telah terjadi sebelumnya, dan dirasakan tidak memberikan dampak secara signifikan
terhadap perbaikan kesejahteraan anggota melalui sistem pemerintahan maupun
pengorganisasian yang baik. Reformasi bisa dilakukan di semua aspek kehidupan, tanpa
terkecuali di bidang agama, berdasarkan pada dinamika-dinamika kehidupan yang keliru yang
diterapkan selama ini, sehingga membutuhkan perbaikan dan pelurusan tujuan melalui visi dan
misi yang jelas.
Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat :
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu,
dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.
3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi, bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat, sebagaimana yang terkandung pada pasal 1 ayat 2.
4. Reformasi dilkukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik,
perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu kondisi kehidupan
rakyat yang lebih baik dalam segala aspek.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang berkebutuhan
Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

2
3

C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Pancasila sebagai paradigma reformasi adalah dimana apabila terjadi suatu perubahan
kedepannya maka asumsi-asumsi dasar atau nilai-nilai yang mendukung perubahan tersebut
haruslah selalu berlandaskan pada pancasila.
Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang bermatabat kemanusiaan
yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius
serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat
memilukan dan menelan banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil yang
tidak berdosa dan mendambakan perdamaian ketenteraman serta kesejahteraan.

Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut masih
tersisa satu keyakinan akan nilai yang memilikinya yaitu nilai-nilai yang terakar dari pandangan
hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai Pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan
bangsa dan negara dalam system Negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan
dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kebenaraan
kearah sumber nilai yang merupakan Platform kehidupan bersama bangsa Indonesia,
yangselama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama
maupun orde baru. Oleh karena itu proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas merupakan arah, tujuan,
serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan
dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu
sendiri. Oleh karena itu justru sebaliknya reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita
serta platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan
paradigma Reformasi Total tesebut.

1. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Dalam Berbagai Bidang

A. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum


Dalam era reformasi akhir-akhir ini, seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum
sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali
tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan perundang-
undangan. Agenda yang lebih konkrit yang diperjuangkan oleh para reformis yang paling
mendesak adalah reformasi bidang hukum.
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya
kekuasaan Orde Baru, salah satu sub system yang mengalami kerusakan parah selama Orde
Baru adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegakkannya dirasakan
semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan, serta keadilan. Sub-sistem hukum

3
4
nampaknya tidak mampu menjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan yang berlaku
hanya bersifat imperative bagi penyelenggara pemerintahan.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan sumber nilai system politik Indonesia dalam pembukaan UUD’45 alenia IV, jika
dikaitkan dengan alenia II, dasar politik ini menunjukkan bentuk dan bangunan kehidupan
masyarakat Indonesia. Namun dalam kenyataannya nilai demokrasi ini pada masa Orla dan
Orba tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Reformasi politik pada dasarnya berkenaan dengan masalah kekuasaan yang memang
diperlukan oleh negara maupun untuk menunaikan dua tugas pokok yaitu memberikan
kesejahteraan dan menjamin keamanan bagi seluruh warganya. Reformasi politik terkait dengan
reformasi dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, seperti bidang hukum, ekonomi, sosial
budaya serta hakamnas. Misalnya, dalam bidang hukum, segala kegiatan politik harus sesuai
dengan kaidah hukum, oleh karena itu hukum harus dibangun secara sistematik dan terencana
sehingga tidak ada kekosongan hukum dalam bidang apapun. Jangan sampai ada UU tetapi
tidak ada PP pelaksanaanya yang sering kita alami selama ini.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orba bersifat birokratik otoritarian. Kebijaksanaan
ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan
prinsip kesejahteraan bersama yang kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok
kecil orang. Maka dari itu perlu dilakukan langkah yang strategis dalam upaya melakukan
reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

D. Gerakan Reformasi

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru,
terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru
pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan,
muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo.
Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru
tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-
ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan
politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih
banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”.

Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk
keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket
undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :
>> UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum

4
5
>> UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR /
MPR
>> UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
>> UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
>> UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan
ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu,
konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya peristiwa
kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di
dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi
baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan
politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar,
terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang
atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa
jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang akhir
kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang banyak
memakan korban jiwa.

Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar
yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto
sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di kalangan
masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk
menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah hukum
juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang
hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang
sebenarnya.

Krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata belum
mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
5
6
menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter
Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir
tahun 1997. Sementara itu untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut
semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu saja.
Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara, tetapi juga telah
menghancurkan keuangan nasional. Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter
telah mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin
memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran
mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan
kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter,
pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan
oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah
menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.

Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas dari
masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab
munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan
utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan
Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika Serikat, utang pihak
swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia
yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan
Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi
riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat
pendidikan yang masih rendah.
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh
menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa
dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan
atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang berkembang
pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para
konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan
kolusi.

Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah


Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini semua
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintah yakni di
Jakarta.
Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi. Ini
terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini
6
7
menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.
Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris,
karena pemberitaan yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun peristiwa
yang terjadi di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya kalah bersaing
dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman, walaupun yang
memberitakan itu pers daerah.
Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak
aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi
mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat
orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana,
dan Hafidhin Royan.

Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan
masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan
tidak merakyat.
Soeharto kembali ke Indonesia, namun tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung
DPR / MPR untuk melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah
menjadi mimbar bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut
sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat
demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat tanggapan dari
Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR
mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh
masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan
Reformasi, melakukan perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak
bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden.
Dalam perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan
kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan
menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan
langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia
yang baru di Istana Negara.

7
8

E. Contoh Kasus

Pancasila sebagai paradigma reformasi memiliki peran penting dalam berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berikut ini adalah contoh kasus yang
menunjukkan bagaimana Pancasila digunakan sebagai paradigma reformasi:

1. Reformasi Politik: Setelah era Orde Baru di Indonesia, gerakan reformasi politik dilakukan
untuk mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dan memperbaiki sistem politik yang korup.
Pancasila menjadi paradigma dalam reformasi politik ini dengan menekankan pada prinsip-
prinsip demokrasi, keadilan, dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Reformasi Hukum: Pancasila juga menjadi paradigma dalam reformasi hukum di Indonesia.
Reformasi hukum bertujuan untuk memperbaiki sistem peradilan yang adil dan berkeadilan,
serta memastikan perlindungan hak asasi manusia. Pancasila sebagai sumber nilai dan landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi acuan dalam pembentukan hukum yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila .

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Gerakan Reformasi disebabkan oleh lemahnya pandangan manusia terhadap nilai-nilai


Pancasila. Keinginan mereka untuk meraih kejayaan dengan IKN justru membalikan fakta
sesungguhnya. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau tahun 1998 seharusnya dijadikan
pelajaran.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi dibidang hukum, politik,
ekonomi dan pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan pemikiran secara teori namun
haruslah mendasar dan memiliki landasan yang mana bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan hakikat mmanusia sebagai makhluk sosial dan induvidu masyarakat dalam
pergaulannya berbangsa dan bernegara harus melaksanakan hak dan kewajiban sesuai tugas
dan fungsinya. Maka diperlukan aturan yang menjadi acuan dalam bertingkah laku yaitu
Pancasila.

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat menambah wawasan mengenai Peranan Pancasila sebagai
Paradigma Reformasi dan kepada seluruh rakyat Indonesia bisa menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam melakukan gerakan Reformasi dibidang Hukum, Politik dan Ekonomi serta
Pendidikan

9
DAFTAR PUSTAKA

Danyt, Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi


Rivqi, Heru, dkk, Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Anomin, Pengertian Reformasi (2022), Universitas Medan Area, Medan
Anonim, Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi.
https://worldofarch.wordpress.com/2014/11/26/pancasila-sebagai-paradigma-reformasi/?
Poe-Language-Code=in

10

Anda mungkin juga menyukai