Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA

TENTANG

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

DOSEN PEMBIMBING:

H. MARWANDIZAL SH, M. Si

DIUSUN OLEH:

BELBINA PUTRI SAKINA 2216050059

NUR JANNAH 2216050071

LITA ALYA ROYANI 2216050050

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

TAHUN PELAJARAN 1444 H/ 2022 M


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah, dan inayah kepada hambanya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi penilaian dari dosen mata kuliah
Pancasila, IAIN Antasari Banjarmasin. Makalah ini berjudul Pancasila Sebagai Paradigma
Reformasi.Kami menyadari bahwa dalam isi makalah kami banyak sekali terdapat kesalahan
dan kekurangan bahan untuk membuat sebuah makalah, hal ini disebabkan keterbatasan
pengatahuan, pengalaman, dan kemampuan kami. Mudahmudahan dengan kekuranganyang
ada pada makalah ini dapat menjadi pelajaran pada penyusunan makalah yang berikutnya,
sehingga makalah berikutnya bisa mendekati kesempurnaan. Kami sadar bahwa penulisan
makalah ini tidak terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
saran dan bimbingan. Oleh karena itu, kami sampaikan rasa hormat serta terima kasih kami
kepada Bapak Drs. M. Ideris Syukur, M.Pd.I selaku pembimbing mata kuliah Pancasila.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................ .................................................... 1

Rumusan Masalah..........................................................................................1
Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Paradigma.....................................................................................2

Pengertian Reformasi.....................................................................................3

Pancasila Sebagai Dasar cita-cita Reformasi..................................................7

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum...........................................9

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik...........................................10

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi...................................... 12

BAB III PENUTUP

Simpulan........................................................................................................13

Saran-saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak orang yang tidak mengerti akan arti penting dari Pancasila sebagai paradigma
reformasi. Paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal
dalam kehidupan manusia. Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan
tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini
sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas pancasila sebagai
dasar Negara.Hal ini sesuai kenyataan objektif bahwa pancasila adalah dasar Negara
Indonesia, sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolak ukur prnyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai


pijakan terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pancasila?

2. Apa yang dimaksud dengan Reformasi?

3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma reformasi?

C. Tujuan

Sudah merupakan Sunatullah bahwa siapapun yang membuat sesuatu pastilah mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Begitu pula dengan makalah ini, penulis juga mempunyai tujuan
dan maksud dalam pembuatan makalah ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan tentang pengertian pancasila.

2. Dapat menjelaskan tentang perngertian reformasi.

3. Dapat menganalisis teori tentang Pancasila sebagai paradigm reformasi.


BAB II

PEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

A. Pengertian Paradigma

Kata paradigma dari bahasa Inggris (paradigm), mengandung pengertian sebagai model, pola
atau contoh. Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu
pengetahuan tersebut.Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu
masyarakat pada masa tertentu.Paradigma juga diartikan sebagai pandangan mendasar dari
para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para ilmuan dalam merumuskan tentang apa
yang harus dipelajari, tentang apa yang harus dijawab, dan bagaimana seharusnya menjawab
yang berkaitan dengan persoalan tersebut. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai
dasar pancasila secara normative menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap
aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Nilai-nilai dasar pancasila itu
dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia menurut pancasila adalah
makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang momopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri,
antara lain:

1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan diberbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Meskipun sampai sekarang pemikiran
tentang pancasila masih bergerak disekitar pemahaman etnis, berupa sejumlah daftar
kebajikan dan keharusan dalam hubungan manusia. Implementasinya kedalam penghayatan
dan pengamalan nampaknya dipengaruhi oleh pemikiran theologies, seolah-olah pancasila
sudah mempunyai sistem smbol yang memenuhi diri.

B. Pengertian Reformasi

Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem Negara dibawah
nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke
arah sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang
selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama
maupun orde baru. Oleh karena itu proses reformasi walaupun dalam walaupun dalam
lingkup pengertian reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas yang
merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.4
Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri negara telah menentukan suatu
asas, sumber nilai serta sumber norma yang fundamental dari Negara Indonesia yaitu
Pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-
nilai yang merupakan pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan adalah ada secara objektif dan melekat
pada bangsa Indonesia yang merupakan pandangan dalam kehidupan bangsa sehari-hari.
Oleh karena itu bilamana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai, dasar filosofi serta
sumber norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu keutusan yang bersifat politis saja
melainkan suatu keharusan yang bersumber dari kenyataan hidup pada bangsa Indonesia
sendiri sehingga dengan lain perkataan bersumber pada kenyataan objektif pada bangsa
Indonesia sendiri. Maka dalam kehidupan politik kenegaraan dewasa ini yang sedang
melakukan reformasi bukan berarti kita akan mengubah cita-cita, dasarnilai serta pandang
hidup bangsa melainkan melakukan perubahan dengan menata kembali dalam suatu platform
yang bersumber pada nilai-nilai dari sila-sila tersebut dalam segala bidang reformasi, antara
lain dalam bidang hukum, politik, ekonomi serta bidang-bidang lainnya. Reformasi dengan
melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan dengan jargon
reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri.
Mungkinkah reformasi total dewasa ini akan mengubah kehidupan bangsa Indonesia menjadi
tidak berketuhanan, tidak berkemanusiaan, tidak berpersatuan, tidak berkerakyatan serta tidak
berkeadilan, dan kiranya hal itu tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu justru sebaliknya
reformasi itu harus memiliki tujuan , dasar , cita-cita serta platform yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total
tersebut.

1. Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia menghadapi
bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara sehingga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terlebih lagi merajalelanya praktek Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme pada hampir seluruh instansi serta lembag pemerintahan, serta
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat dan pelaksana
pemerintahan negara membawa rakyat semakin menderita. Sistem politik dikembangkan ke
arah sistem “Birokratik Otoritarian” dan suatu sistem “korporatik”(Nasikun, 1998: 5). Sistem
ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi didalam pembuatan keputusan-
keputusan nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok
militer, kelompok cerdik cendikiawan dan kelompok wiraswastawan oligopilstik dan
bekerjasama dengan masyarakat bisnis internasional. Pancasila yang seharusnya sebagai
sumber nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam kenyataannya
digunakan sebagai alat legitimasi politik, semua kebijaksanaan dan tindakan penguasa
mengatasnamakan Pancasila, bahkan Kaelan,M.S. Pendidikan Pancasila edisi reformasi
kebijaksanaan dan tindakan yang bertentangan sekalipun diistilahkan sebagai pelaksanaan
Pancasila yang murni dan konsekuen. Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan
hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori
oleh mahasiswa, cendikiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut
adanya ‘Reformasi’ di segala bidang terutama bidang politik, ekonomi, dan hukum. Awal
keberhasilan gerakan Reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr.
B.J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan
pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi
secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian diikuti
dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu
diwujudkan UU Anti Monopoli. UU Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU
Bank Sentral, UU Perlindungan Konsumen, UU Perlindungan Buruh dan lain sebagainya
(Nopirin, 1998 : 1). Dengan demikian reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum
bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan. Yang lebih
mendasar lagi reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada
susunan DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui Pemilu secepatnya
dan diawali dengan pengubahan :

 UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No.16/1969 jis. UU No.
2/1985).

 UU tentang Partai Politik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975, jo. UU. No. 3/1985).

 UU tentang Pemilihan Umum (UU No. 16/1969 jis UU No.4/1975, UU No.2/1980, dan
UU No.1/1985). Reformasi terhadap UU Politik tersebut di atas harus benar-benar dapat
mewujudkan iklim politik yang demokratis sesuai dengan kehendak Pasal 1 ayat (2) UUD
1945 bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (Mardjono, 1998 : 57).

a. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna ‘Reformasi’ secara etimologis berasal dari kata ‘reformation’ dengan akar kata
‘reform’ yang secara semantik bermakna ‘make or become better by removing or putting
right what is bad or wrong’ (Oxford Advanced Learner’s Divtionary of Current English,
1980, dalam Wibisono, 1998 : 1). Secara harfiah reformasi memiliki makna: suatu gerakan
untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai- nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat (Riswanda, 1998).6 Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi
syarat-syarat sebagai berikut :

1) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan- penyimpangan.

2) Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas

(landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar
nilai-nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

3) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural tertentu
(dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi. Reformasi pada prinsipnya gerakan
untuk mengadakan suatu perubahan untuk mengembalikan pada suatu tatanan struktural yang
ada karena adanya suatu penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar
serta sistem negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat sebagaimana
terkandung dalam pasal 1 ayat (2). Selain itu reformasi harus diarahkan pada suatu perubahan
kearah transparansi. dalam setiap kebijaksanaan dalam penyelanggaraan negara karena hal ini
sebagai manifestasi bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan untuk rakyatlah
segala aspek kegiatan negara.

4) Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih
baik. Dengan lain perkataan reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan
martabat rakyat Indonesia sebagai manusia.

5) Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
dalam perjalanan sejarah. Nampaknya tidak diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang
sebenarnya.Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai Pancasila
disalahgunakan menjadi praktek nepotisme, sehingga merajalela kolusi dan korupsi. Oleh
karena itulah maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif
Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideology.

8) sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada
suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme serta pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa
dan negara Indoneia. Maka reformasi dalam perspektif Pancasila pada hakikatnya harus
berdasarkan pada nilai- nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adapun secara rinci aebagai berikut :
1) Reformasi yang Berketuhanan Yang maha Esa, yang berarti bahwa suatu gerakan ke arah
perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan manusia
sebagai makhluk Tuhan. Karena hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa adalah sebagai makhluk yang sempurna yang berakal budi sehingga senantiasa
bersifat dinamis, sehingga selalu melakukan suatu perubahan ke arah suatu kehidupan
kemanusiaan yang lebih baik. Maka reformasi harus berlandaskan moral religius dan hasil
reformasi harus meningkatkan kehidupan keagamaan.

2) Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa reformasi
harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia yang beradab. Oleh karena
itu reformasi harus dilandasi oleh moral kemanusiaan yang luhur, yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan bahkan reformasi mentargetkan ke
arah penataan kembali suatu kehidupan negara yang menghargai harkat dan martabat
manusia, yang secara kongkrit menghargai hak-hak asasi manusia. Sekaligus reformasi yang
berkemanusiaan yang harus membrantas sampai tuntas Korupsi, Kolusi dan N epotisme yang
telah sedemikian mengakar pada kehidupan kenegaraan pemerintahan Orba

3) Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia. Demikian juga reformasi harus
senantiasa dijiwai asas kebersamaan sebagai suatu bangsa Indonesia.

4) Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru
permasalahan dan gerakan reformasi adalah pada prinsip kerakyatan. Penataan kembali
secara menyeluruh dalam segala aspek pelaksanaan pemerintahan Negara harus meletakkan
kerakyatan sebagai paradigmanya. Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan negara dan
sekaligus sebagai tujuan kekuasaan negara.

5) Visi dasar reformasi harus jelas, yaitu demi terwujudnya Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Gerakan reformasi yang melakukan perubahan dan penataan kembali dalam
berbagai bidang kehidupan negara harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu terwujudnya tujuan
bersama sebagai negara hukum yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Oleh
karena itu hendaklah disadari bahwa gerakan reformasi yang melakukan perubahan dan
penataan kembali, pada hakikatnya bukan hanya bertujuan demi perubahan itu sendiri, namun
perubahan dan penataan demi kehidupan bersama yang berkeadilan.Dalam perspektif
Pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk menata ulang dengan melakukan
perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan keterbukaan Pancasila dalam
kebijaksanaan dan penyelenggaraan negara. Oleh karena itu Pancasila sebagai sumber nilai
memiliki sifat yang ‘reformatif’ artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu
menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat, dalam mengantisipasi perkembangan zaman,
yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan
aspirasi rakyat, akan tetapi nilai- nilai esensialnya bersifat tetap yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

D. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum


Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum
sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali
tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan- perubahan terhadap peraturan
perundang-undangan. Agenda yang lebih kongkret yang diperjuangkan oleh para reformis
yang paling mendesak adalah reformasi bidang hukum. Hal ini berdasarkan pada suatu
kenyataan bahwa setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan Orde Baru, salah
sau subsistem yang mengalami kerusakan parah selama Orde Baru adalah bidang hukum.
Oleh karena kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai
bidang misalnya politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin
melakukan suatu reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
Namun demikian hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin
dilakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan serta sumber nilai
yang jelas, dan dalam masalah ini nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
merupakan dasar cita-cita reformasi.

E. Pancasila Sebagai Paradigma Politik

Landasan aksiologis bagi sistem politik Indonesia adalah sebagaimana terkandung dalam
Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu pembukaan UUD 1945 alinea IV. Nilai 12demokrasi
politik sebagaimana terkandung dalam pancasila sabagai fondasi bangunan yang dikehendaki
oleh para pendiri Negara kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana
kerohanian. Dalam realisasinya baik pada masa orde lama dan orde baru, Negara mengarah
pada praktek otoritarianisme yang mengarah pada porsi kekuasaan yang terbesar kepada
presiden. Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945 yaitu Pasal 1 ayat (2) menyatakan: “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat” Pasal 2 ayat (2) menyatakan: “Majelis
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah
dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang” Pasal 5 ayat (1) menyatakan: “Presiden memegang
kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat” Pasal
6 ayat (2) menyatakan: “Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
rakyat dengan suara terbanyak” Target yang sangat vital dalam proses reformasi dewasa ini
adalah menyangkut penjabaran sistem kekuasaan rakyat dalam sistem politik Indonesia.
Walaupun gelombang protes dari masyarakat yang merupakan aspirasi murni dari rakyat
untuk melakukan perubahan terhadap susunan keanggotaan DPR, MPR tidakmungkin
dilakukan hanya dengan sekedar copot dan diganti dengan orang lain yang dianggap aspiratif
tanpa melalui dasar-dasar aturan normatif dan konstitusional. Oleh karena itu untuk
melakukan perubahan terhadap susunan keanggotaan MPR, DPR, maka terlebih dahulu harus
melakukan reformasi terhadap peraturan perundangan yang merupakan dasar acuan
penyusunan keanggotaan MPR, DPR. Demi terwujudnya supra struktur politik yang benar-
benar demokratis dan spiratif maka sangat penting untuk dilakukan penataan kembali
infrastruktur politik, terutama tentang partai politik. Untuk itu perlu dilakukan reformasi
terhadap peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang partai politik tersebut. Pada
masa orde baru ketentuan tentang partai politik diatur dalam Undang-undang Politik yaitu
UU No. 3 Tahun 1975 dan UU No.3 tahun 1958 , tentang partai politik dan golongan karya.
Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai pancasila menentukan pancasila sebagai dasar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta memformalkan UUD 1945 sebagai sebagai
Undang-undang dasar Negara dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tetapi dalam praktek pelaksanaannya tetapi ternyata berbeda
dengan nilai Pancasila serta semangat dalam UUD 1945 . Pancasila sebagai Dasar Negara,
Asas Kerohanian Negara, sebagai Sumber Nilai dan Norma Negara, suasana kerohanian dari
UUD Negara dalam implementasinya diperalat sebagai sarana legitimasi politik penguasa,
untuk mempertahankan kekuasaannya. Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan
melakukan cita-cita kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu
nilai masa lalu, masa kini dan kehidupan masa yang akan datang. Atas dasar inilah maka
pertimbangan realistic sebagai unsur yang sangat penting yaitu dinamika kehidupan
masyarakat, aspirasi serta tuntutan masyarakat. Yang senantiasa berkembang untuk menjamin
tumbuh berkembangnya demokrasi di negara Indonesia.

F. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

Tidak terwujudnya pelembagaan proses politik yang demokratis, mengakibatkan hubungan


pribadi merupakan mekanisme utama dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi dalam
suatu Negara. Kelemahan atas sistem hubungan kelembagaan demokratis tersebut
memberikan peluang bagi tumbuh kembangnya hubungan antara penguasa politik dengan
pengusaha, bahkan antara birokrat dengan pengusaha. Terlebih lagi karena lemahnyasistem
kontrol kelembagaan. Sistem ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru bersifat “birokratik
otoritarian” yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat
keputusan- keputusan nasional hampir sepenuhnya berada ditangan penguasa bekerjasama
dengan kelompok militer. Adapun kelompok penguasa didukung oleh pemerintah
bekerjasama dengan masyarakat bisnis internasional,dan terlebih lagi kuatnya pengaruh
otoritas kekuasaan keluarga pejabat Negara termasuk presiden (William Liddle, 1995:74).
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada
ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai pancasila yang mengutamakan kesejahteraan
seluruh bangsa adalah:

1. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Ekonomi.

3. Transformasi struktur, guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan

sistem untuk mendorong percepatan perubahan struktural. Dengan sendirinya intervensi


birokrat pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan
pribadi harus segera diakhiri. Dengan system ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya
terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan
oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Paradigma dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip


dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa
tertentu.Paradigma juga diartikan sebagai pandangan mendasar dari para ilmuan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan Reformasi adalah
menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara. dibawah nilai-nilai
Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Bahkan
pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah
sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini
diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama maupun orde
baru. Dengan demikian reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat
penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.

B. Saran

Di Indonesia Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar bagi Negara
Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan alat pemersatu bangsa. Sedangkan Reformasi
sendiri adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem Negara dibawah
nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu hendaknya kita semua sebagai rakyat yang menjujung tinggi nilai Pancasila,
ikut andil dalam membangun bangsa dan mengontrol jalannya pemerintahan kita agar menuju
Indonesia yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKAWAN

Herdianto,Heri dan Hamdayama, Jamananta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif


Berwarganegara. Jakarta:Erlangga.

Indrawati,Dewi.2012.Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta:PT Widya Duta Grafika.

M.S, Kaelan.2004. Pendidikan Pancasila edisi reformasi. Yogyakarta:Paradigma.

16Sutrisno, Slamet.1982. Pancasila Sebagai Metode cetakan ke-1, Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai