Anda di halaman 1dari 23

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu :Agusningrum, S.Pd, M.Pd

Nama Kelompok :

1. Anggito Karta Wijaya (212410101055)


2. Intan Aulia Wahyu Ike Rizqi Sekar Kinanti (212410101091)
3. Mochamad Brilianta Ardinda Yuda Putra (212410101065)
4. Varenza Gibran Denato Kesowo (212410101087)

JURUSAN SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GASAL T.A 2021 – 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pancasila sebagai Paradigma Reformasi” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafaatnya di yaumil akhir nanti.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Agusningrum, S.Pd, M.Pd pada bidang studi “Pendidikan Pancasila”. Selanjutnya,
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Agusningrum, S.Pd, M.Pd selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Pendidikan Pancasila” dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan dan juga arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pancasila sebagai Paradigma Reformasi..........................................7
2.2 Konsep Dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam Bidang
Politik............................................................................................................8
2.3 Konsep Dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam Bidang
Ekonomi........................................................................................................9
2.4 Konsep Dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam Bidang
Sosial Budaya...............................................................................................12
2.5 Konsep Dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam Bidang
Pertahanan Dan Keamanan..........................................................................13
2.6 Konsep Dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma di Kehidupan
Kampus.......................................................................................................14
2.7 Implementasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Kampus.................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran...................................................................................19
3.2 Daftar Pustaka...............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan bangsa Indonesia yang terjadi saat ini merupakan dampak
perjuangan bangsa Indonesia pada masa lampau. Perjuangan yang telah dicapai
oleh pemerintah Orde Baru dengan berbagai kelebihan dan kekurangan telah
melahirkan ketidakpuasan rakyat dan seluruh bangsa Indonesia. Keadaan yang
demikian membawa ekonomi rakyat menjadi tidak tersentuh dan semakin parah.
Pada sisi lain, rakyat pun dikelabui dengan berbagai macam program atau
kebijakan yang mengatasnamakan rakyat. Namun, dalam kenyataannya program
tersebut hanya menguntungkan sekelompok kecil yaitu para elite ekonomi dan
para pejabat, sehingga hampir di seluruh tanah air banyak para pejabat yang
melakukan praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) untuk kepentingan
pribadi.
Pancasila yang seharusnya dijadikan sebagai sumber nilai dasar moral dan
etik bagi Negara serta aparat pelaksanaan Negara, dalam kenyataannya sering kali
digunakan sebagai alat legitimasi politik. Semua kebijaksanaan dan tindakan yang
bertentangan sekalipun masih dinyatakan sebagai pelaksanaan nilai – nilai
Pancasila yang murni dan konsekuen. Puncak dari keadaan tersebut ditandai
dengan hancurnya ekonomi nasional, sehingga muncullah berbagai gerakan
masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan, dan masyarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya "Reformasi" pada segala
bidang terutama di bidang politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan
keamanan.
Banyak orang yang tidak mengerti akan arti penting dari Pancasila sebagai
paradigma reformasi. Paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas
pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas pancasila sebagai dasar Negara.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif, bahwa pancasila adalah dasar
Negara Indonesia, sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan
hidup manusia maka, pancasila harus menjadi landasan dan tolak ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam pelaksanaan pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma reformasi?
2. Apa yang dimaksud konsep dan urgensi Pancasila sebagai paradigma
reformasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan?
3. Apa saja contoh implementasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan
kampus?

1.3 Manfaat dan Tujuan


Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan:
1. Untuk mengetahui makna paradigma, reformasi, dan Pancasila.
2. Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai paradigma reformasi.
3. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila sebagai paradigma Reformasi
kehidupan politik
4. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila sebagai paradigma reformasi
ekonomi.
5. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila sebagai Paradigma reformasi
sosial budaya
6. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila Sebagai Paradigma reformasi
pertahanan dan keamanan
7. Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai paradigma kehidupan
kampus.
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi kami untuk dapat mengkaji lebih dalam pengertian Pancasila,
paradigma, dan reformasi.
2. Untuk dapat mengkaji tentang pengertian Pancasila sebagai paradigma
reformasi dan Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus.
3. Bagi FASILKOM Jurusan Sistem Informasi menambah pengetahuan
tentang pengertian Pancasila sebagai paradigma reformasi dan kehidupan
kampus bagi jurusan Sistem Informasi dan mahasiswa lain pada
umumnya.
BAB II
Pembahasan

2.1 Konsep Pancasila sebagai Dasar Paradigma Reformasi.


Kata paradigma dari bahasa Inggris (paradigm), mengandung pengertian sebagai
model, pola atau contoh. Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah asumsi-
asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan
sumber hukum, metode, serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga
sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan tersebut.Paradigma
juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip
dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada
masa tertentu.Paradigma juga diartikan sebagai pandangan mendasar dari para
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para ilmuan dalam merumuskan
tentang apa yang harus dipelajari, tentang apa yang harus dijawab, dan bagaimana
seharusnya menjawab yang berkaitan dengan persoalan tersebut. Pancasila sebagai
paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normative menjadi dasar,
kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia.
Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan Negara dalam suatu sistem
Negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan
bangsa dan Negara Indonesia. Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah
mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah sumber nilai yang merupakan platform
kehidupan bersam bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi
kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama maupun orde baru. Oleh
karena itu proses reformasi walaupun dalam walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas yang
merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri Negara
telah menentukan suatu asas, sumber nilai serta sumber norma yang fundamental
dari Negara Indonesia yaitu Pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki oleh
Bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan pandangan hidup sehari-
hari Bangsa Indonesia. Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
keadilan adalah ada secara objektif dan melekat pada bangsa Indonesia yang
merupakan pandangan dalam kehidupan bangsa sehari-hari. Oleh karena itu
bilamana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai, dasar filosofi serta sumber
norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu keutusan yang bersifat politis saja
melainkan suatu keharusan yang bersumber dari kenyataan hidup pada bangsa
Indonesia sendiri sehingga dengan lain perkataan bersumber pada kenyataan
objektif pada bangsa Indonesia sendiri.

2.2 Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi dalam


Bidang Politik.
Landasan aksiologi (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nilai demokrasi politik yang sebagaimana
terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan Negara yang
dikehendaki oleh para pendiri Negara kita dalam kenyataannya tidak
dilaksanakan berdasarkan suasana kerohanian berdasarkan nilai-nilai tersebut.
Berdasarkan semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah :
a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara.
b. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
c. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dan karenanya harus tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR.
d. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun
bersama sama lembaga lain kekuatannya berada di bawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau produk-produknya.
Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai Pancasila meresmikan Pancasila
sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menetapkan
UUD 1945 sebagai Undang - Undang Dasar Negara yang dimaksudkan untuk
mewujudkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi
dalam praktek pelaksanaannya tetapi ternyata berbeda dengan nilai Pancasila
serta semangat dalam UUD 1945. Pancasila sebagai Dasar Negara, Asas
Kerohanian Negara, serta Sumber Nilai dan Norma Negara. Asas kerohanian
dari UUD 1945 dalam implementasinya justru diperalat sebagai sarana
legitimasi politik penguasa, untuk mempertahankan kekuasaannya. Reformasi
kehidupan politik juga dilakukan dengan melakukan cita-cita kehidupan
bernegara dan berkebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu nilai di masa
lalu, masa kini dan kehidupan di masa yang akan datang.
Atas dasar inilah maka pertimbangan realistik muncul sebagai unsur yang
sangat penting dalam dinamika kehidupan masyarakat, aspirasi serta tuntutan
masyarakat yang senantiasa berkembang untuk menjamin perkembangan
Demokrasi di Negara Indonesia.

2.3 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam


Bidang Ekonomi.
Sistem ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru bersifat “Birokrat Otoriter”
atau dapat dikatakan pada masa itu sebagian besar kebijakannya dibuat oleh
penguasa Negara, kelompok Militer dan kelompok teknokrat atau cendekiawan
yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat
keputusan keputusan nasional hampir sepenuhnya berada ditangan penguasa
bekerja sama dengan kelompok militer. Adapun kelompok penguasa yang
didukung oleh pemerintah, bekerja sama dengan masyarakat Bisnis Internasional,
dan terlebih lagi kuatnya pengaruh otoritas kekuasaan keluarga pejabat Negara
termasuk Presiden (William Liddle, 1995:74). Pada tanggal 10 Maret 1998, ketika
MPR RI menyetujui TAP tentang GBHN 1998 - 2003, Sistem Ekonomi Pancasila
disepakati sebagai sistem ekonomi yang sepatutnya diterapkan di Indonesia. Kata
Sistem Ekonomi Pancasila disebut 9 kali dalam GBHN setebal 147 halaman
tersebut. Sistem Ekonomi Pancasila ala Orde Baru ini didefinisikan sebagai sistem
ekonomi dengan 7 butir “Paradigma Baru” sebagai berikut:
(1) Terciptanya ketahanan nasional yang kukuh dan tangguh
(2) Mengandung sikap dan tekad kemandirian dalam diri manusia; keluarga, dan
masyarakat Indonesia
(3) Perekonomian nasional dikembangkan ke arah perekonomian yang
berkeadilan dan berdaya saing tinggi
(4) Demokrasi ekonomi diwujudkan untuk memperkukuh struktur usaha nasional
(5) Koperasi adalah sakaguru perekonomian nasional, sebagai gerakan dan
wadah ekonomi rakyat; koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada
penguatan dan perkuatan basis usaha
(6) Kemitraan usaha yang dijiwai semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang
saling menguntungkan untuk dikembangkan
(7) Usaha nasional dikembangkan sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan dalam pasar terkelola, dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta rasa Nasionalisme yang
tinggi
Yang menarik dari 7 “Paradigma Baru” dalam GBHN tersebut adalah tidak
disebutkan masalah ketimpangan ekonomi sebagai akibat konglomerasi, meskipun
dalam GBHN 1993 sudah ada konstatasi tentang itu, yaitu dalam bentuk
kekhawatiran akan munculnya “keangkuhan” (dari yang kuat, konglomerat) dan
“kecemburuan” (dari yang lemah dan miskin) sosial. Pernyataan tentang bahaya
konglomerasi dan konglomerat sebenarnya juga sudah secara tegas diberikan oleh
Laporan Bank Dunia perwakilan Jakarta tahun 1999.
Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan mencapai puncaknya bulan Januari
1998 yang merupakan cobaan bagi bangsa Indonesia, karena meskipun berkali-kali
diingatkan tentang bahaya konglomerasi, tokoh para pemimpin bangsa Indonesia
selalu meremehkannya dengan alasan, “menurut Teori Ekonomi, konglomerat
itu
adalah satu-satunya andalan kemajuan Ekonomi Bangsa”. Maka krisis moneter
adalah “cobaan” lebih berat kadarnya yang menghancurkan perekonomian sektor
modern/konglomerat, dengan harapan supaya bangsa Indonesia lebih responsif.
Terbukti kemudian Pemerintah Indonesia yang dikuasai pemikiran-pemikiran
ekonomi Klasik Neoklasik yang Liberal – Kapitalistik, tetap saja bersikukuh
(ndableg). Konglomerat yang rontok mati-matian justru hendak diselamatkan oleh
pemerintah, mula-mula melalui dana BLBI (yang kini sudah ditutup bukukan), dan
kemudian melalui dana rekapitalisasi perbankan (Rp. 650 triliun) berupa obligasi
Negara yang bunganya menjadi tanggungan APBN.
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada
pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa,
dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil masyarakat
dan penguasa. Pada era ekonomi global ini, dalam kenyataannya Indonesia tidak
mampu bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia
mengakibatkan ekonomi Indonesia semakin terpuruk, sehingga kepailitan yang
diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat. Dalam kenyataannya
sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa krisis dewasa ini adalah
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Langkah
strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi berbasis pada ekonomi rakyat
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan mengutamakan kesejahteraan seluruh
bangsa. Sehingga dengan sendirinya intervensi birokrat pemerintahan yang ikut
dalam proses ekonomi melalui monopoli dengan tujuan demi kepentingan pribadi
harus segera diakhiri. Dengan sistem ekonomi tersebut yang mendasarkan nilai
pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh Bangsa, maka peningkatan
kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat
mengurangi kesenjangan ekonomi.
2.4 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Paradigma Reformasi dalam
Bidang Sosial Budaya.
Pada hakikatnya, kebudayaan yang hidup dan melekat pada jiwa suatu bangsa,
sudah layak dan sepantasnya menjadi sebuah kebanggaan yang dirasakan dan
dimiliki bersama oleh seluruh insan yang bernaung di dalam bangsa itu sendiri.
Budaya hadir sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan bersama serta
sebagai sesuatu yang mepersatukan. Budaya merupakan nilai-inilai kehidupan
yang tumbuh dan berkembang di suatu masyarakat. Kebudayaan didefinisikan
sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang
digunakan untuk memahami atau menginterpretasikan lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi landasan bagi tingkah lakunya. Dengan demikian,
kebudayaan merupakan serangkaian aturan, petunjuk, rencana dan strategi yang
terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dimiliki oleh manusia dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah lakunya. Dalam pengembangan sosial budaya pada
masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan sosial
budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk
universalitas (melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur),
transedentalisasi (meningkatkan derajat kemerdekaan manusia), dan kebebasan
spiritual. Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis karena pada dasarnya
Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh
karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,
kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi
manusia adil dan beradab.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria
sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama, bagi
kebudayaan kebudayaan di daerah:
1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan
sosial masyarakat setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warga Negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul suku bangsa,
kedaerahan, maupun golongannya
3. Sila Ketiga mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri
sebagai satu bangsa yang berdaulat;
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang tuas di kalangan masyarakat
majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah.
Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan.
5. Sila Kelima, mencerminkan nilai kebudayaan dengan menjauhkan
tindakan kekerasan atau perlakuan yang tidak adil terhadap sesama
manusia di kehidupan bermasyarakat agar tetap harmonis.

2.5 Konsep dan urgensi Pancasila sebagai paradigma reformasi dalam


bidang Pertahanan dan Keamanan.
Negara pada hakikatnya merupakan suatu masyarakat hukum, demi
tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peraturan perundang-
undangan Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun
dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu, Negara
bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Adapun demi
tegaknya integritas seluruh warga Negara diperlukan suatu pertahanan
Negara, untuk itulah diperlukan aparat keamanan dan aparat penegak hukum.
Oleh karena itu pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan, maka pertahanan dan
keamanan Negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat
manusia sebagai pokok Negara. Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya
oleh penyelenggara Negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah
mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut Sistem Pertahanan Dan
Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sistem pertahanan tersebut
bersifat semesta, yaitu melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah
dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.
Pertahanan dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa (sila I dan sila II). pertahanan dan keamanan Negara harus berdasarkan
pada tujuan demi kepentingan warga Negara (sila III). pertahanan dan
keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan manusia (sila IV), dan juga pertahanan dan keamanan Negara
harus berlangsung secara adil tanpa ada perlakuan yang berbeda.

2.6 Konsep Dan Urgensi Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus.


Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus tidak jauh berbeda
dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan
tatanan pembangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya,
hukum dan antar umat beragama. Untuk mencapai tujuan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai makhluk pribadi
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani
manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa dan kehendak.
Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar, kita
dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk
mencapai tujuan seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia
sebagai subjek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu
hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan
kampus itu sendiri. Kampus dalam wujud Perguruan Tinggi mengemban tugas
dan misi pokok pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (Tridharma
Perguruan Tinggi). Menurut PP No. 60 Tahun 1999, Pendidikan dilaksanakan
di ruang kuliah melalui pendidikan ini ilmu pengetahuan dan teknologi
diberikan kepada para mahasiswa untuk menyiapkan, membentuk dan
menghasilkan SDM yang berkualitas. Penelitian dapat dilakukan di
laboratorium , di lapangan, di perusahaan, di rumah sakit atau bahkan di mana
saja. Penelitian bersifat obyektif dan ilmiah, serta untuk menemukan
kebenaran ilmiah atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian, penelitian harus berpegang pada moral kejujuran
yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga hasil penelitian
bermanfaat bagi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia (demi harkat dan
martabat manusia). Pengabdian kepada masyarakat dapat dilaksanakan di luar
kampus (ditengah-tengah masyarakat), ataupun di arena kehidupan riil
masyarakat luas. Hal ini merupakan wahana kegiatan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dalam memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Mahasiswa
harus bersikap obyektif, dan harus berpegang teguh terhadap kepentingan
moral (demi harkat dan martabat manusia), bukan karena kepentingan politik
terutama kepentingan kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional
yang ingin menghancurkan Negara Indonesia.
2.7 Implementasi Pancasila sebagai Paradigma di Kehidupan Kampus
Implementasi pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus tidak jauh
berbeda dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan
tatanan pembangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya,
hukum dan antar umat beragama. Untuk mencapai tujuan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai makhluk pribadi sendiri
dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.
Unsur jiwa manusia meliputi aspek akal, rasa,dan kehendak. Sebagai mahasiswa
yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas
kampus untuk mencapai tujuan bersama.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk
mencapai tujuan seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia
sebagai subjek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu hakikat
manusia merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu
sendiri.
Contoh Implementasi nilai- nilai Pancasila di kehidupan kampus:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
a. Di dalam kampus fise jam – jam untuk kuliah sudah diatur sedemikian
rupa sehingga, jam kuliah tidak mengganggu jam untuk beribadah.
b. Mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti pelatihan ESQ ( emotianal
spiritual quetion ).
c. Selain itu di Universitas juga terdapat UKM ( Unit Kegiatan Mahasiswa)
yang menjadi wadah berkumpulnya mahasiswa yang berbeda agama.
Misalnya saja perkumpulan mahasiswa Budha, Kristen Protestan, Katolik,
Islam dan Hindu.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mahasiswa terdiri dari berbagai macam latarbelakang budaya agama,
ras dan suku bangsa, tetapi dalam perbedaan itu, mereka bersatu dalam
kebersamaan. Di dalam tidak ada suatu pembedaan antara orang per orang.

3. Makna Sila Persatuan Indonesia.


Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak
terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern
sekarang ini, maka disebut nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu
sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam
masyarakat.
Contoh:
Di dalam kampus melalui organisasi kemahasiswaan, mahasiswa
membentuk suatu jaringan perkumpulan mahasiswa dari berbagai
Universitas di Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu bukti ada sikap
dan upaya untuk menjalin rasa kebersamaan diantara para mahasiswa
sebagai bagian dari pemuda Indonesia.

4. Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijakanaan


dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Apabila pengambilan keputusan secara
bulat itu tidak bisa tercapai, baru diadakan pemungutan suara. Kebijakan ini
merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat
bagi kepentingan orang banyak.
Contohnya di kampus baik dikalangan dosen, senat, dan mahasiswa mereka
menerapkan suatu kebiasaan untuk melakukan musyawarah dan diskusi
bersama terkait dengan berbagai hal. Dari hal ini menunjukkan adanya
penerapan sila ke-4 dalam Pancasila.
5. Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya
orang lain. Jadi seorang itu bertindak adil apabila orang memberikan sesuatu
orang lain sesuai dengan haknya, misalnya seseorang berhak memperoleh X,
sedangkan ia menerima X, maka perbuatan itu adil.
Contohnya di kampus setiap mahasiswa yang telah memenuhi syarat
berhak untuk mengikuti ujian akhir semester dan berhak memperoleh nilai
sesuai dengan kemampuannya.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan

Paradigma dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai, metode, prinsip dasar,
atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa
tertentu. Paradigma juga diartikan sebagai pandangan mendasar dari para
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan Reformasi adalah menata kehidupan Bangsa dan
Negara dalam suatu sistem Negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan
menghancurkan dan membubarkan Bangsa dan Negara Indonesia. Bahkan pada
hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke
arah sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa
Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang
baik pada masa orde lama maupun orde baru. Dengan demikian reformasi harus
diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta
reformasi pada berbagai instansi pemerintahan. sehingga merupakan suatu
sumber hukum-hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi memiliki arti bahwa Pancasila
merupakan suatu sistem yang dijadikan landasan sekaligus tujuan bagi suatu
Bangsa, kemudian didalam pancasila itu sendiri terdapat paradigma
pembangunan diantaranya meliputi:

1. Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Politik

2. Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Hukum

3. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi

4. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Sosial Budaya

5. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus


B. Saran
Di Indonesia Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan alat
pemersatu bangsa. Sedangkan Reformasi sendiri adalah menata kehidupan
bangsa dan Negara dalam suatu sistem Negara dibawah nilai-nilai Pancasila,
bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara Indonesia. Oleh
karena itu hendaknya kita semua sebagai rakyat yang menjujung tinggi nilai
Pancasila, ikut andil dalam membangun bangsa dan mengontrol jalannya
pemerintahan kita agar menuju Indonesia yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Mubyarto, 2000, Membangun Sistem Ekonomi, BPFE, Yogyakarta


.
Mubyarto dan Daniel W. Bromley, 2002,

Development Alternative for Indonesia, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

1995, ”hakikat Sila-sila Pancasila”, dalam enskiklopedia Pancasila Pariata


Westra(Ed),Penerbit BPA,Yogyakarta

Ahmad Calam dan Sobirin, “Pancasila sebagai kehidupan berbangsa


dan bernegara”, Jurnal SAINTIKOM, Volume 4,
M.S, Kaelan.2004. Pendidikan Pancasila edisi reformasi. Yogyakarta:Paradigma

https://jurnal.ugm.ac.id/jieb/article/download/6586/21929o. 1, Januari 2008.

https://scholar.google.co.id/scholar?q=SISTEM+EKONOMI+INDONESIA+DAL
AM+PERSPEKTIF+PANCASILA+DAN+UNDANG-UNDANG+DASAR+NEG
ARA+REPUBLIK+INDONESIA+TAHUN+1945&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&
oi=scholart
Daftar Pustaka
Lintang : Bagaimana tips terhadap kita semua terutama generasi muda untuk menerapkan
nilai nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari?terutama ketika kita menghadapi orang-orang
yang rasis?

Selalu menanamkan sikap saling menghargai, kita harus saling menghargai satu sama lain.
Untuk cara menghadapi orang yang rasis, kita bisa menanyakan kepada yang bersangkutan
apa alasannya menjadi orang yang rasis. Agar kita bisa membantu mengubah sikapnya agar
tidak lagi rasis.

Vina : Saat ini, banyak anak muda/mahasiswa yang belum memulai rasa cinta kepada
Pancasila, karena banyak dari mahasiswa masih belum mengerti identitas mereka sebagai
warga negara yang baik atau hanay mengikuti arus saj, lama kelamaan sifat tersebut akan
membentuk sikap apatis. Menurut kelompok Anda, bagaimana Tindakan kita untuk
mencegah sikap apatis?

Berakhlak baik, bermoral, dan sopan santun dengan menghargai orang – orang yang ada di
sekitar kita baik itu dosen, teman-teman sesama mahasiswa, dan masyarakat.
Mematuhi segala peraturan yang ada di kampus demi terciptanya kehidupan kampus yang
lebih baik. Jangan besikap apatis (acuh tak acuh) ataupun hanya mementingkan diri sendiri.
Ikut aktif dalam berbagai kegiatan organisasi di kampus seperti BEM,HMJ,UKM, SENAT,
dan lainnya. Karena dengan bergabung di organisasi kita dapat menanamkan nilai–nilai
pancasila seperti meningkatkan toleransi, menumbuhkan jiwa sosial,dan terjalinnya kerja
sama antar individu.Sebagai mahasiswa kita harus cermat dalam mendengarkan informasi
agar terhindar dari segala hoax atau berita yang tidak benar.Itulah beberapa cara mencegah
agar terhindar dari sikap apatis.

Chintya : Program pemerintah yang hanya mengatasnamakan rakyat padahal tujuan


sebenarnya adalah hanya untuk menguntungkan pejabat?

Sudah menjadi rahasia umum jika ada proyek seperti bantuan sosial, ternyata perusahaan
yang memenangkan tender ternyata milik salah satu pejabat. Pembangunan fasilitas public
yang ternyata kontraktornya adalah perusahaan keluarga pejabat. Dan masih banyak lagi
program yang dalam tanda kutip mengatasnamakan rakyat padahal untuk kepentingan
pribadi. Contohnya yaitu UU Cipta kerja dan UU KPK itu menurut kami sangat
menguntungkan oknum/pejabat yang bermain disitu
Rizky Amalia: Mengapa saat Pancasila dikatakan sebagai alat legitimasi bangsa tetapi rakyat
tidak ada yang merespon dengan demo?

Karena kurangnya pemahaman masyarakat terkait Pancasila sebagai alat legitimasi yang
seperti apa. Akibatnya masyarakat seakan akan tidak begitu peduli dan lebih memilih untuk
menjalankan kehidupannya. Dan alasan lainnya mungkin banyak kasus yang didemo
masyarakat akan tetapi tidak ada tindak lanjut dari pemerintah untuk menyelesaikannya.

Iffat nabil windana : apakah Pancasila sebagai paradigam reformasi sudah ada dan di
terapkan di Indonesia atau hanya sekedar teori saja dan jika ada mohon sebutkan contohnya

Sudah dan sudah di terapkan di Indonesia, sebagai contohnya yaitu di bagian politik. Di era
reformasi terdapat seruan dan tuntutan rakyat terhadap perubahan politik sudah merupakan
suatu keharusan, karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin
sukses tanpa melakukan perubahan terhadap bidang politik. Dan di era ini juga terjadi
system pemilu yang pertama yang demokratis. Selain itu di bidang ekonomi terdapat
koperasi yang mendorong kualitas dengan meningkatkan kapasitas koperasi sebagai badan
usaha berbasis anggota yang sehat, kuat, mandiri, dan tangguh serta setara dengan badan
usaha lainnya melalui regulasi yang kondusif, perkuatan Sumber Daya Manusia (SDM),
kelembagaan, pembiayaan, pemasaran dan kemajuan teknologi

Jessica Ratu: Bagaimana pendapat kelompok terkait permendikbud no 30 dikaitkan dengan


implementasi paradigma kehidupan kampus?

Undang undang yang disusun sudah sesuai dengan apa yang terjadi di lingkungan kampus
yang banyak terjadi kasus pelecehan seksual terdahap mahasiswi. Dengan adanya
permednikbud ini sebagai wadah korban untuk berani mengungkap kasus yang dialaminya
dengan adanya jaminan undang undang yang mengatur. Akan tetapi, yang terjadi dilapangan
banyak mahasiswa yang malah takut melapor karena diancam oleh oknum pihak kampus
untuk tidak diluluskan jika melaporkan kasusnya. Perlu adanya dampingan dari pihak terkait
dalam penyelesaaian kasus.

Anda mungkin juga menyukai