Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FENOMENA-
FENOMENA
KONTEMPORER
TERKAIT
DENGAN AQIDAH I
FENOMENA-
FENOMENA
KONTEMPORER
TERKAIT
DENGAN AQIDAH I
FENOMENA-
FENOMENA
1
KONTEMPORER
TERKAIT
DENGAN AQIDAH I
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PEMBANGUNAN NASIONAL

Dosen Pengampu : RUSLI,S.Sos,MA

DiSusun Oleh :
Sarmah : 1052022075

INSTITUD AGAMA ISLAM NEGRI LANGSA


2
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai "Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Nasional".

Dalam menyusun makalah ini, sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat
dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada,bapak : RUSLI,S.Sos.MA

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran
dan kritik yang positif, dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Langsa, 14 Mei 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1


DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1 Latar belakang......................................................................................... 4
2 Rumusan masalah.................................................................................... 4
3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 5
1 Pengertian paradigma............................................ 6
2 Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam Pancasila sebagai
paradigma pembangunan Politik dan Hukum...................... 7
3 . Pancasila sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK................8
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11
1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
2 Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah paradigm pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu
pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar
dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para ilmuwan dalam merumuskan apa
yang harus dipelajari apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.
Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh
ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilma pengetahuan. Istilah
paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada
bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi Paradigma kemudian berkembang
dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok
ukur, parameter. arah dan tujuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa dipergunakan dalam berbagai
bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Misalnya politik, hokum ekonomi, budaya. Dalam
kehidupan sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur, parameter, serta
arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu,
termasuk dalam pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Pancasila dan Paradigma?
2.Bagaimana hubungan Poleksosbudhankam?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila dan Paradigma.
2. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigm Poleksosbudhankam.
4. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigm pengembangan Ipteks.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian paradigma
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kiatannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara teminologis, tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam
bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific Revolution” paradigma juga merupakan
suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum.
Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa diantaranya, menurut Bahasa
inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan menurut Bahasa Yunani paradigma
yakni “para” yang berarti disamping, disebelah, dan dikenal. Kemudian menurut kamus
psikologi paradigma diartikan sebagai satu model atau pola mendemonstrasikan semua fungsi
yang memungkinkan dari apa yang tersajikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminology yang
mengandung pengertian sebagai : sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,
tolok ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan,perubahan, dan proses
tertentu termasuk dalam pembangunan, gerakan, reformasi maupun proses pendidikan.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangan nya terdapat suatu kemungkinan
yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada, dan jikalau
demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoretis sehingga
dengan perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan
harus mengkaji dasar ontologis.
Pengertian Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bangsa ialah Untuk mewujudkan
apa yang dicita-citakan, seseorang pasti akan melakukan hal yang paling mendasar untuk
mewujudkan cita-citanya. Dalam mewujudkan cita-cita yang termasuk dalam pembukaan UUD
1945, Indonesia melakukan beberapa hal yang bisa membangun negara dan juga bangsanya.

7
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam sila pancasila dikembangkan atas dasar
ontomologis manusia, baik sebagai makhluk individu atau sosial. Nilai-nilai Pancasila harus
dikembalikan kepada kondisi objektif masyarakat Indonesia. Maka dari itu,pancasila harus
menjadi paradigm perilaku manusia Indonesia, termasuk dalam pembanguan nasionalnya.
Berdasarkan pemikiran diatas,maka pembangunan nasional sebagai sarana untuk
mewujudkan tujuan nasional harus dikembalikan pada hakitkat manusia yang monopluralis yang
memiliki cirri-ciri yaitu : (1) terdiri dari jiwa dan raga, (2)sebagai makhluk individual dan
social,serta (3) sebagai pribadi dan makhluk Allah.
2.2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam Pancasila sebagai
paradigma pembangunan Politik dan Hukum

Indonesia adalah Negra hukum ini berarti hukum merupakan sarana utumis untuk
mengatur kehidupannya. Hukum dalam hal ini harus dunkan dalam pengertian yang has. Dalam
konteks Indonesia sebagai Negara hukum, hukum harus dijadikan sebagai saringan yang harus
dilalui oleh konsep apapun yang akan diterapkan pemerintah dalam menjalankan roda
pemerintalan Akan tetapi diakui bahwa tidak semu hal dapat dicapai melahi sakran hukum
formal, sekalipun hukum formal adalah yang idealnya. Dalam hal ini terjadi proses interaksi
saling tarik menarik dan pengaruh mempengaruhi yang intensif antara hukum dan berbagai
proses yang berlangsung dalam masyarakat.
Dalam Politik Hukum nasional ditegaskan bahwa sasaran pembangunan hukum adalah
terbentuk dan berfungsinya sistem hukum nasional yang mantap bersumberkan Pancasila dan
UUD 1945, dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu
menjamin kepastian, ketertiban penegakan dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan
dan kebenaran serta mampu mengamankan dan mendukung pembangunan nasional yang
didukung okh aparat hukum, sarana dan prasarana yang memadai serta masyarakat yang sadar
dan taat hukum. Dengan demikian terleut bahwa pembangun hukum merupakan bagian integral
dari pembangunan rasional secara keseluruhan Bagi Indonesia dalam melakukan pembangunan
diperkakan suatu perencanaan
pembangunan dan perencanaan pembangunan itu perki memuatkan hukum
karena:
Hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalam mengatur
hidupnya.
Hakekat pengadaan dan keberadaan hukum hukum dalam masyarakat;
Fungsi mengatur yang telah didukung oleh potensi dasar yang terkandung dalam hukum
yang melimpaui fungsi mengatur, yaitu sebagai pemberi kepastian, pengaman, pelindung, dan

8
penyeimbang yang sifatnya dapat tidak sekedar adapt dan fleksibel melainkan juga prediktif dan
antisipatif,
Dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya untuk mengemban misinya
yang paling baru yaitu sebagai sarana perubahan sosial atau saruna pembangunan.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pembangunan bidang sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar kepentingan nasional
yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis, aman tentram dan damai.
Pertimbangan ini menjadi sangat strategis manakala kita dihadapkan pada kenyataan bahwa
masyarakat Indonesia memiliki kepentingan yang beragam sesuai dengan kemajemukan etnis,
aguna, rus, dan sistem nilai yang tercakup dalam kebudayaannya.
Pemikiran tersebut bukan berarti bahwa bangsa Indonesia harus steril dari pengaruh
budaya asing Artinya, penands budaya asing harus diterima apabil diperkakan dalam
membangun masyarakat Indonesia yang modem. Namun, perli dingat bahwa masyarakat modem
bukan berarti masyarakat yang berbudaya barat, melainkan masyarakat yang tetap berpijak pada
akar budayanya. Nii-nilai kehidupan yang telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia dan
dianggap musih.
relevan dengan kebumian masyamkat modern hans tetap dipelihara dan dikembangkan
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Dengan kotahin nilai-nilai kehidupan
yang telah mengakar harus menjadi dasar dan paradigma pembangunan sosial balaya
Bardasarkan pemikiran diatas maka tidak berlebihan apabila Pancasila merupakan satu-
satunya paradigma pembangun bidang sosial budaya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dan
kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila menpakan kristalisasi niki-nii kehidupan
masyarakat Indonesia. Baik buruknya perencanaan, proses dan hasil pembangunan bidang sosial
budaya harus dikur dengan Pancasila. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa
penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial budaya bukan satu-
satunya jaminan akan tercapai keberhasilan secara optimal Hanyak faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan, seperti keyakinan bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila,
konsekuen tidaknya bangsa Indonesia melaksanakan pancasila, penganh nilai-nilai asing yang
terus masuk seiring dengan proses globalisasi.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan dan kehidupan
sosial berbagai kekimpok bangsa Indonesia sehingga mereka dihurgai dan diterima sebagai
warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan
kecemburuan, diskriminasi dan ketidakadilan sosial Paradigma barudalim pembangun monal
berupa paradigma pembangunan berkelanjutan yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya.

9
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung penengah komuniti komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu
secara berimbang (Sda antara hak negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi
sistem perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan
keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian, era otonom daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa
tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal daerah dengan pembangunan regional dan
pembangunan nasional (Sia Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan
kemerataan (Sila Kelma) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan
sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Keri).
Apabila dicermati sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-
puncak kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama, bagi kebudayaan-kebudayaan di daerah:
1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukuhanga ataupun golongan sosial dan komuniti
setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Si Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara Indonesia
una membedakan asal-usul kesukubangsaan,kedaerahan, maupun golongannya;
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk
di kepahuan antara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdault:
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang kus persebarannya di kalangan masyarakat
majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui

musyawarah. Sila ini sangat relevan unik mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendabolukan
keperitingan peroringan
5. Sila Kelima, betapa niki-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan kutsertamelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi,dan keadilan sosial.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan Hankam Salah satu tujuan dibentuknya
Pemerintah Negara Indonesia adalah " melindungi segenap bangsa Indonesia dan seharuh
nampah darah Indonesia". Lonk itu pemerintah berkewajiban membangan sistem pertahanan dan
keamanan yang mampu mewujudkan tujuan atau cita-cita tersebut. Namm, para pendiri negara
menyadari bahwa tugas tersebut bukan pekerjaan yang ringan. Oleh karena itu, tugas ini bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau sekelompok orang saja. melainkan menjadi
tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

10
Atas pemikiran tersebut, pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem "pertahanan
dan keamanan rakyat semesta" (hankamrata) Sistem ini pada dasarya sesuai dengan nilai nilai
Pancasila, dirana pemerintah dan rakyat (baik perseorangan maupun kelompok) memiliki hak
dan kewajiban yang sama dalam usaha bela negara. Pancasila juga menganjurkan agir bangsa
Indonesia dapat hidup berdampingan secara damai: saling membantu, menolong menjaga
perasaan orang atau kelompok lain, mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati
sehingga terbentuk kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan Pengembangan Hankam negara
tetap bertumpu dan berpegang pada pendekatan historis Sashankarata. Shankarata yang kita anut
sem ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yang.
hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti bahwa kemampan penangkalan
yang diwujudkan oleh sistem in sepenuhnya disandarkan kepada partisipasi semangat dan tekat
rakyat yang diwujudkan dengan kemampuan bela negara yang dapat diandalkan Kesemestaan
harus dihina sehingga sekruh kemampuan nasional dimungkinkan untuk dibatkan pana
menanggulangi setiap bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.

Seluruh wilayah merupakan tumpuan perkawanan dan segenap lingkungan harus dapat
didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk dan kesemestaan, memang menuntut pemanduan
upaya Intas sektoral serta pemahaman dari semu pihak, baik yang berada di suprastruktur politik
maupun di infrastruktur politik. Corak perlawanan rakyat semesta tersebut dengan sendirinya
merupakan kebutuhan. baik konteks kesiapan menghadapi kontinjersi sosial yang setiap saat bisa
terjadi, maupun menghadapi kontjensi bidang hankam. Disamping itu TNI juga mendapat
embanan tugas bantuan yang meliputi Pertama, membantu penyelenggaraan kegiatan kemmin.
Kedua, memberikan bantuan kepada kepolisian atas permintaan. Ketiga, membantu tugas
pemeliharaan perdamaian dunia.
Meskipun MPR telah dapat menetapkan peran TNI, maka masih diperban payung hukum
yang menjadi dasar dari perubahan fungsi dan organisasi Sebagaimana diketahui Tap MPR
merupakan aturan dasar yang melaki undang- undang dapat berwujud Verbindliche
Rechtsnormen yang disertai paksaan dan hukuman. Tingkat pertama undang-undang merupakan
tempat selain untuk merinci aturan dasar yang terdapat dapam Tap MPR. juga untuk menjadikan
aturan dasar itu mempunyai kekuatan memaksa hukum bagi pelanggar-pelanggarnya.
2.3. Pancasila sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mumpu menyesuaikan dengan
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap
memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti
Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung tetapi lebih menekan pada

11
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan
masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih).
Kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi
itu sendiri (Alfian, 1992)(dalam internet). Ada beberapa dimensi penting sebuah ideologi, yaitu:
a. Dimensi Reality.
Yaitu niki-niki dasar yang terkandung di dalam kleologi tersebut secara ril berakar dalam hidup
masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarahnya.

b. Dimensi Idealisme.
Yaitu niki-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama dengan
berbagai dimensinya.
c. Dimensi Fleksibility.
Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan
ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang
terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada
hakekatnya merupakan hasil kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya,
manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ulah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai-nilai
Pancasila telah memberikan dasar nilai-nili dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan
moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu:
a. Aspek ontology Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal
titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan Ilmu
Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai:
1. Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang dalam hidup
keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan imu pengetahun.
2. Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi,
spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan.

12
3. Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya
ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun non-fisik.
b. Aspek Epistemologi bahwa pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
dijadikan metode berpikir
c. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila sebagai
metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif
tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara posaif mendukung atau mewujudkan
nilai-nilai ideal pancasila. Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam
pengembangan IPTEK:

Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan mencipta,


keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak Berdasarkan sia ini IPTEK
tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan. dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan Indonesia Lainnya
manusia disekitarnya atau tidak. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan. Sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam
mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK adalah sebagai hasil budaya
manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan Iptek harus didasarkan pada
hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk kesombongan dan
keserakahan manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
Sila persatuan Indonesia mengkomplementasiakan universalitas dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta kekufuran bangsa sebagai bagian
umat mamasia di dunia. Sika kerakyatan yang dipimpin okh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis, artinya setip
ilman harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik dikaji
ulang maupun di bandingkan dengan penemuan kairnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan
pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan
yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri maupun dengan
Tuhannya, manusia dengan manusia, mamusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta
manusia dengan alam lingkungannya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi Pancasila pada hakikatnya bersifit humanistik karena
memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat musia tu sendiri. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena in
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu
menjadi mana yang berbudaya dan beradab. Pembangun sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita
menjadi manusia adil dan beradab. Keanekaragaman suku, adat-istiadat, dan agama serta berada
pada ribuan pulau yang berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi
keanekaragaman kehendak dalam kehidupan bermasyarakat, karena tumbuhnya skap
premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi konflik yang negative, oleh karena itu dalam
kehidupan dilingkungan bermasyarakat dibutuhkan alat perekat antar masyarakat dengan adanya
kesamaan cara pandang tentang misi dan visi yang ada di lingkungan masyarakat. Dengan
adanya Pancasila dapat dijadikan sebagai suatu elemen mampu menahan emosi dari banyaknya
perbedaan kebudayaan di lingkungan masyarakat. Agar dapat mewujudkan kehidupan yang
demokratis, aman, tentram nyaman, dan adil di lingkungan masyarakat.
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui baliwa pancasila
sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca dapat melaksanakan atau bisa menerapkan
pancasila di masyarakat. Selain dari pada itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya
makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang
sifatnya tersirat maupun tersurat

14
DAFTAR PUSTAKA

Sugito AT dkk, 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press. Sunarto, dkk.
2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Semarang
Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang Soegito, dkk, 2012.
Pendulikan Pancasila Semarang Pusat Pengembangan MKUMKDK-LP3 Universitas Negeri
Semarang
http://mettasetiani.blogspot.com/2013/03/pancasila-sebagai-paradigma 5047.html (diakses
tanggal 1 April 2013 jam 20.13 WIB)
- See more at: http:/pitik uye.blogspot.com/2013/07/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.htmlisthash.nnFhKr7G.dpuf

15

Anda mungkin juga menyukai