Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional dan Paradigma Kehidupan


Dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara”

Dosen Pengampu:
Mohammad Aris Murtadho, M.Pd.I

Disusun Oleh;

Nur Afni Lailiyah (1860202232033)


Dwi Audia Hardayanti (1860202232038)
Auni Masturah Nabillah (1860202232051)
Mohammad Faqih Maulana (1860202232054)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang Filsafat Pancasila. Tugas makalah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah pancasila, yang telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor UIN SATU Tulungagung
Beserta Para Jajarannya.
2. Ibu Prof. Dr. Hajah.Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan beserta para jajarannya.
3. Bapak Dr. M. Chobir Sirad, M.Pd.I. selaku korprodi pendidikan bahasa arab.
4. Bapak Mohammad Aris Murtadho M.Pd.I selaku dosen mata kuliah pancasila.
5. Dan tidak lupa banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
tugas makalah ini. Kami berharap semoga tugas makalah tentang tujuan dan landasan
pendidikan pancasila ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 19 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 2
A. Pengertian Paradigma ............................................................................................................ 2
B. Makna Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional ................................................. 3
C. Makna Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat Berbangsa dan
Bernegara...................................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan paradigma pembangunan nasional dan paradigma kehidupan
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebagai paradigma pembangunan nasional,
Pancasila menjadi landasan etika pembangunan nasional yang memperhatikan
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, hubungan manusia dengan
sesamanya, hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan lingkungan.
Pancasila juga menjadi paradigma pengembangan ideologi, politik, ekonomi, sosial-
budaya, pertahanan, dan keamanan. Secara filosofis, Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional, nilai-nilai dari sila-sila Pancasila harus menjadi landasan.
Sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, Pancasila
menjadi sudut pandang serta acuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Pancasila dijadikan landasan, acuan, kerangka berpikir, metode, serta
tujuan yang ingin dicapai dalam setiap program pembangunan nasional. Pancasila juga
menjadi pedoman dalam pembangunan hukum nasional dan ideologi bangsa. Dalam konteks
ini, Pancasila dianggap sebagai sumber nilai politik dan kerangka acuan berpikir dalam
berbagai bidang kehidupan, termasuk politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan kehidupan
antar umat beragama.
Dengan demikian, Pancasila bukan hanya menjadi dasar negara, tetapi juga menjadi
paradigma yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta menjadi
landasan dalam pembangunan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari paradigma?
2. Apa makna pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional?
3. Apa makna pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa
dan bernegara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma
2. Untuk mengetahui makna pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
3. Untuk mengetahui makna pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat
berbangsa dan bernegara

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Paradigma adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang dalam
melakukan segala tindakan. Paradigma adalah seperangkat keyakinan, nilai, teori, konsep,
dan metode yang menjadi dasar bagi pemahaman seseorang atau suatu disiplin ilmu.
Paradigma menjadi dasar pemahaman dan penelitian dalam bidang tertentu dan berpotensi
mempengaruhi cara kita melihat dan memahami dunia di sekitar kita serta cara kita
memproses dan memahami informasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma merupakan sebuah kerangka
berpikir. Secara etimologis, paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau kerangka
berpikir, sedangkan secara terminologis, paradigma berarti pandangan mendasar para
ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh
suatu cabang ilmu pengetahuan. 1
Keberadaan paradigma dapat mempengaruhi cara manusia melihat dan memahami
dunia di sekitarnya serta cara mereka memproses dan memahami informasi. Paradigma juga
dapat mempengaruhi cara pemecahan masalah dan mengembangkan teori dalam bidang
tertentu.
Secara umum, paradigma terbagi ke dalam tujuh jenis. Mengutip e-Jurnal berjudul
Varian-varian Paradigma, Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian dalam Ilmu Komunikasi
oleh Muslim, berikut jenis-jenis paradigma beserta penjelasannya. 2
1. Paradigma Positivistik
Paradigma ini berfokus pada pengamatan dan pengukuran secara ilmiah untuk mencari
kebenaran yang objektif.
2. Paradigma Konstruktivis
Paradigma konstruktivis menekankan bahwa realitas sosial adalah hasil dari konstruksi
bersama antara individu dalam suatu kelompok sosial yang berbeda, hal itu tergantung
juga pada sudut pandang masing-masing.

1
ALFA KRISTANTO, ‘Memahami Paradigma Pendidikan Seni’, Jurnal Abdiel, 2017 <https://journal.stt-
abdiel.ac.id/JA/article/view/90/66>.
2
Ilham Fikriansyah, ‘Memahami Paradigma Dari Pengertian, Jenis, Dan Contohnya’, Detikbali, 2023
<https://www.detik.com/bali/berita/d-6572319/memahami-paradigma-dari-pengertian-jenis-dan-
contohnya>.

2
3. Paradigma Interpretatif
Jenis paradigma selanjutnya adalah interpretatif. Dalam hal ini, paradigma memahami
realitas sosial sebagai hasil dari interpretasi makna yang diberikan oleh individu dan
kelompok.
4. Paradigma Kritis
Sesuai namanya, paradigma ini mengkritisi tentang kekuasaan dan struktur sosial yang
ada, dengan tujuan untuk mencari keadilan sosial dan pembebasan.
5. Paradigma Feminis
Paradigma feminis menekankan pada pentingnya memahami peran gender dan
kesetaraan gender dalam realitas sosial.
6. Paradigma Postmodern
Jenis paradigma selanjutnya adalah postmodern. Di mana paradigma ini menekankan
bahwa realitas sosial adalah konstruksi sosial dan tidak ada kebenaran atau makna yang
objektif.
7. Paradigma Sistemik
Jenis paradigma yang terakhir adalah sistematik. Paradigma ini memandang realitas
sosial sebagai sistem yang kompleks dan saling terkait, dengan pengaruh timbal balik
antara elemen-elemennya.
B. Makna Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Landasan hukum yang mendasari tindakan hukum di Indonesia diatur dalam Pasal 1
Ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
``Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum.'' yang menunjukkan bahwa UUD
1945 menjadi landasan seluruh pelaksanaan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pancasila dijadikan sebagai paradigma pembangunan nasional karena Pancasila sendiri
merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai
luhur yang sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila juga
merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mencerminkan
cita-cita dan tujuan nasional. 3 Pembangunan nasional sendiri merupakan rangkaian upaya
pembangunan berkesinambungan yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
pertahanan dan keamanan.

3
Nibra Nada Pratama, Cahya Diki, Nailufas, ‘Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan’, Kompas.Com, 2020,
p. <https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/25/202106869/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan>.

3
melansir bpkad.banjarkab.go.id, Pancasila sebagai paradigma artinya nilai-nilai dasar
Pancasila secara normatif menjadi kerangka acuan setiap aspek pembangunan nasional di
Indonesia. Ini merupakan konsekuensi pengakuan bangsa Indonesia atas Pancasila
sebagai dasar negara. Sedangkan Menurut Suharta dalam buku Pancasila (2020), kedudukan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan adalah sebagai cita-cita bangsa indonesia, jiwa
bangsa, moral pembangunan, dan dasar negara republik indonesia.
Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila digunakan dalam berbagai aspek
kehidupan, yakni bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional di berbagai bidang:4
a. Bidang Ekonomi: Pembangunan ekonomi berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan
yang menekankan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, kemandirian, kerjasama, dan
tanggung jawab moral. Contohnya adalah program koperasi, UMKM, BUMN,
BUMDes, subsidi rakyat miskin, dll.
b. Bidang Politik: Pembangunan politik berdasarkan prinsip demokrasi pancasila yang
menjamin kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, kedaulatan rakyat, persatuan dan
kesatuan nasional, serta keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah. Contohnya adalah
penyelenggaraan pemilu, reformasi birokrasi, otonomi daerah, dll.
c. Bidang Hukum: Pembangunan hukum berdasarkan prinsip supremasi hukum yang
menjamin perlindungan hukum bagi seluruh warga negara tanpa diskriminasi,
penegakan hukum yang adil dan tegas, serta reformasi hukum yang responsif terhadap
perkembangan zaman. Contohnya adalah pemberantasan korupsi, perlindungan HAM,
revisi UU kontroversial, dll.
d. Bidang Sosial Budaya: Pembangunan sosial budaya berdasarkan prinsip gotong royong,
toleransi, kebhinekaan, serta pengembangan potensi dan kreativitas masyarakat.
Contohnya adalah program pemberdayaan masyarakat, pelestarian budaya lokal,
pengembangan pendidikan dan kesehatan, dll.
e. Bidang Pertahanan dan Keamanan: Pembangunan pertahanan dan keamanan
berdasarkan prinsip bela negara yang melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
menjaga kedaulatan dan integritas negara dari ancaman luar maupun dalam negeri.

4
Dian Paramita, ‘8 Contoh Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional’, GuruPPKN.Com, 2018
<https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan>.

4
Contohnya adalah program wajib militer, peningkatan alutsista TNI-Polri, penanganan
terorisme dan separatisme, dll.
C. Makna Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat
Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat
manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Ilmu
pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya merupakan hasil kreativitas spiritual
manusia. Unsur jiwa manusia (spiritual) meliputi akal, rasa dan kehendak. Akal adalah
potensi spiritual manusia yang berhubungan dengan akal, rasa adalah hubungan dalam
bidang estetika dan akan berhubungan dengan bidang moral (etika). Atas dasar
kreativitas pikirannya itulah manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mengolah sumber daya alam yang melimpah yang disediakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa (Triwahyuni, 2011).
Oleh karena itu, tujuan hakiki ilmu pengetahuan dan teknologi semata-mata untuk
kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, Pancasila telah memberikan nilai-nilai
dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan hidup
manusia. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil kebudayaan
manusia harus berlandaskan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan
beradab dari sila-sila yang tercantum dalam Pancasila. Pancasila yang silanya
merupakan satu kesatuan yang sistematis, harus menjadi sistem etika dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat (Setyorini, 2018).
1. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”
Sila ini memadukan pengetahuan, mencipta sesuatu berdasarkan pertimbangan
antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
ini, iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan
diciptakan, tetapi juga mempertimbangkan makna dan akibat merugikan orang
di sekitarnya atau tidak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan
sebagai pusat tetapi sebagai bagian sistematis dari alam yang diolah.
2. Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan Beradab”
Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus beradab. Ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan hasil kebudayaan manusia yang beradab dan bermoral.
Oleh karena itu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

5
dilandasi oleh hakikat tujuan untuk kesejahteraan manusia. Ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan untuk kesombongan, keangkuhan dan keserakahan
manusia tetapi harus dikhususkan untuk peningkatan harkat dan martabat
manusia.
3. Sila ketiga “Persatuan Indonesia”
Pembangunan IPTEK diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk
kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan IPTEK harus mampu
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa bangsa yang luhur
sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
4. Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”
Artinya mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
demokratis. Artinya setiap orang harus memiliki kebebasan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap orang juga harus
menghormati kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap terbuka. Artinya
terbuka untuk dikritisi, direview dan dibandingkan dengan temuan-temuan
teori lain.
5. Sila kelima “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas unggul benih padi
Cillosari dari teknik penyinaran. Penemuan ini merupakan hasil karya anak
bangsa. Diharapkan dalam pembangunan swasembada pangan ke depan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan memberikan rasa
keadilan setelah peningkatan jumlah produksi sehingga dalam perjalanan
masyarakat dari berbagai kalangan dapat menikmati beras berkualitas dengan
harga terjangkau.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, sistem dan
pembangunan ekonomi didasarkan pada nilai nilai moral daripada Pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus didasarkan pada moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan (sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari persaingan
bebas. Ekonomi humanistik didasarkan pada tujuan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi untuk kesejahteraan seluruh
bangsa. Tujuan ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia
6
menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, kita harus menghindari persaingan bebas dan
monopoli yang mengakibatkan penderitaan manusia dan penindasan manusia terhadap
sesamanya. Negara kita memiliki ekonomi berbasis demokrasi (Hanum, 2020).
Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi lebih mengacu pada Sila
Keempat Pancasila. Sedangkan pembangunan ekonomi mengacu pada perkembangan
Sistem Ekonomi Indonesia. Jadi mengacu pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan
atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia
atau Sistem Ekonomi Pancasila. Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan,
yaitu ekonomi humanistik yang berlandaskan pada kesejahteraan rakyat pada
umumnya.
Pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan tetapi demi kemanusiaan
untuk kesejahteraan keluarga seluruh bangsa. Pembangunan ekonomi didasarkan pada
kenyataan bahwa tujuan ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar
manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, harus berdasarkan kemanusiaan, yaitu
untuk kesejahteraan manusia, Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi
harus untuk sebesar-besarnya kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh rakyat (tidak
lagi seperti pada masa Orde Baru yang berpihak pada ekonomi besar/konglomerat).
Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih membuka peluang, mendukung, dan
mengembangkan ekonomi kerakyatan yang meliputi koperasi, usaha kecil, dan usaha
menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang cocok ini adalah koperasi. Ekonomi Rakyat akan mampu
mengembangkan program-program pemerintah daerah yang konkrit di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan pembangunan daerah yang
berkeadilan dan merata. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam perekonomian, sehingga lebih berkeadilan,
demokratis, transparan, dan partisipatif (Ulpa et al., 2022).
Dalam Ekonomi Rakyat, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperan
dalam menegakkan kepatuhan terhadap peraturan yang melindungi warga negara atau
meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, kita harus membenahi sistem hubungan kelembagaan yang demokratis
agar tidak tumbuh peluang kolusi antara penguasa politik dengan pengusaha, bahkan
birokrat dan pengusaha. Bangsa sebagai unsur utama sekaligus subjek dalam negara
7
yang merupakan perwujudan fitrah manusia, makhluk sosial individu sebagai satu
keluarga bangsa. Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan ekonomi harus
ditempatkan pada peningkatan harkat dan martabat seluruh bangsa sebagai satu
keluarga (Sawitri et al., 2022).
3. Pancasila sebagai Paradigma Bidang Hukum
Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum ditandai oleh beberapa unsur pokok
seperti pengakuan prinsip negara hukum dan konstitusi, prinsip pemisahan dan
pembatasan kekuasaan menurut undang-undang. sistem ketatanegaraan yang diatur
dalam UUD 1945, asas peradilan yang merdeka dan tidak memihak yang menjamin
persamaan derajat setiap warga negara. hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap
orang, termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh mereka yang berkuasa
(Hidayat, 2018).
Lilik Mulyadi menjelaskan bahwa pemerintahan berdasarkan hukum adalah
pemerintahan yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan tidak berorientasi pada
kekuasaan(Wangol, 2016). Secara teoritis, konsep negara hukum yang dianut Indonesia
tidak didasarkan pada dimensi formal, tetapi dalam arti material atau biasa digunakan
dalam istilah Welfare State atau Prosperity State. Oleh karena itu, tujuan yang ingin
dicapai oleh Negara Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur
baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila, sehingga disebut juga negara
hukum yang bercirikan merdeka. Konkretnya kemerdekaan ini dikaji dari sudut
pandang penerapan konsep dan pola negara hukum secara umum sudah sesuai dengan
kondisi bangsa Indonesia dengan tolak ukur berupa Pancasila.
Pancasila dalam konteks negara hukum pada dasarnya memiliki beberapa ciri yang
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Asas kerukunan
dalam hukum negara Pancasila dapat dirumuskan baik dari segi makna positif maupun
makna negatifnya. Dengan makna ini, pemerintah dalam segala perilakunya selalu
berusaha menjalin hubungan yang harmonis dengan rakyat. Kedua, Pancasila menjamin
kebebasan beragama. Hal ini menunjukkan komitmen yang diberikan oleh negara
kepada warga negaranya untuk melaksanakan kebebasan memeluk dan beribadah
menurut agamanya tanpa khawatir akan ancaman dan gangguan dari pihak lain.
Ketiga, Pancasila mengedepankan asas kekeluargaan sebagai bagian mendasar dari
penyelenggaraan pemerintahan. Keempat, Pancasila mengedepankan asas persamaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pancasila untuk mengaktualisasikan atau
mengimplementasikan komitmennya untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat
8
sebagai misi penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri. Keempat, Pancasila
mengedepankan asas persamaan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pembangunan
nasional yang dicanangkan oleh negara pada hakikatnya merupakan upaya modernisasi
di berbagai bidang kehidupan (Emilia et al., 2022).
Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, hukum harus menunjukkan
perannya. Pandangan Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum harus mampu tampil ke
depan dalam memberikan arah reformasi (Latipulhayat, 2014). Lebih lanjut
dikatakannya bahwa hukum merupakan sarana pembaruan masyarakat berdasarkan
anggapan bahwa adanya ketertiban atau keteraturan dalam upaya pembangunan atau
pembaruan merupakan sesuatu yang dikehendaki atau bahkan dianggap perlu. Di
negara berkembang seperti Indonesia, hukum selalu dikaitkan dengan upaya mencapai
taraf hidup yang lebih baik dari yang telah dicapai sebelumnya. Peran hukum menjadi
semakin penting dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan. Fungsi hukum
sebagai sarana pembaharuan masyarakat, artinya hukum digunakan untuk mengarahkan
masyarakat kepada pola-pola tertentu yang dikehendaki dengan cara menciptakan pola-
pola baru.
Dalam pembangunan terdapat hal-hal yang harus dijaga dan dilindungi, sebaliknya
hukum diperlukan untuk menciptakan pola-pola yang sesuai dengan perkembangan dan
agar perubahan yang diakibatkan oleh pembangunan berjalan dengan tertib dan teratur.
Nilai-nilai tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama dari masyarakat yang
menjadi sumber dan penggerak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dalam
konteks Indonesia disebut Pancasila. Untuk itu, Pancasila secara keseluruhan harus
dilihat sebagai pedoman nasional, sebagai standar nasional, norma dan prinsip yang
juga memuat hak asasi manusia dan tanggung jawab manusia.
Oleh karena itu, menurut Muladi dalam Endang Sutrisno pelaksanaan pembangunan
hukum harus mampu memanfaatkan Pancasila sebagai paradigma yang menekankan
bahwa pembangunan harus bertumpu pada etika universal yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila seperti (Sawitri et al., 2022):
1. Tidak boleh bertentangan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
menjunjung tinggi tata kehidupan beragama, perasaan beragama dan beragama
sebagai kepentingan yang besar
2. Menghormati nilai-nilai hak asasi manusia, baik hak sipil dan politik maupun
hak ekonomi, sosial dan budaya dan dalam kerangka hubungan antar bangsa
harus menghormati “hak atas pembangunan”
9
3. Harus mendasarkan persatuan bangsa pada penghormatan terhadap konsep
“civic nationalism” yang menghargai pluralisme
4. Harus menghormati indeks atau "nilai-nilai inti demokrasi" sebagai alat untuk
"mengaudit demokrasi"
5. Harus menempatkan "keadilan hukum" dalam kerangka "keadilan sosial" dan
dalam hubungan antar bangsa dalam bentuk prinsip "keadilan global".
Sementara itu, harus diakui sebagai bekas jajahan masih banyak produk hukum yang
dijadikan warisan kolonial. Produk hukum yang dibuat oleh penjajah tentu mengandung
nilai-nilai kepentingan kolonialisme dan kurang bahkan tidak sesuai dengan norma
yang hidup dalam masyarakat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa setiap negara
yang merdeka dan berdaulat harus memiliki hukum nasional baik di bidang politik
maupun sipil yang mencerminkan kepribadian jiwa dan pandangan hidup bangsa.
Pertimbangan tersebut pada dasarnya dimaksudkan dalam rangka upaya pembinaan
hukum nasional yang terus menerus dilakukan guna mencapai tujuan berbangsa dan
bernegara yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, di mana sila-sila
Pancasila bersifat universal. nilai-nilai yang mengelilinginya. Tentunya budaya yang
sesuai dengan struktur spiritual masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Sebagai paradigma dalam pembangunan hukum, Pancasila menghendaki agar
perkembangan dalam masyarakat memang menjadi titik tolak bagi keberadaan suatu
peraturan.
Oleh karena itu, hukum diarahkan untuk menjawab nilai-nilai kebutuhan masyarakat
yang terus berubah dan hasilnya mengandung kemajuan dan pembaharuan serta
penyempurnaan hukum terhadap masalah-masalah yang diaturnya. Albert Hasibuan
berpendapat bahwa reformasi demokrasi yang berlandaskan Pancasila selalu
mendorong lahirnya reformasi politik hukum yang bertujuan agar reformasi hukum
berlangsung lebih baik (Maarif, 2010).
Jadi, harus dipahami bahwa reformasi hukum ke arah yang lebih baik sangat erat
kaitannya dengan dinamika kebutuhan masyarakat. Salah satunya dilakukan melalui
evaluasi peraturan perundangundangan. Mengenai hal ini, Albert Hasibuan lebih lanjut
menjelaskan bahwa evaluasi hukum yang didasarkan pada reformasi hukum ke arah
yang lebih baik bertujuan untuk mengefektifkan hukum (Maarif, 2010).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma adalah seperangkat keyakinan, nilai, teori, konsep, dan metode yang
menjadi dasar bagi pemahaman seseorang atau suatu disiplin ilmu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, paradigma adalah kerangka berpikir. Secara etimologis paradigma berarti
model teoritis atau kerangka pemikiran dalam ilmu pengetahuan, namun secara terminologi
paradigma adalah pandangan dasar seorang ilmuwan tentang topik apa yang sebaiknya
dipelajari dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
Landasan hukum yang mendasari tindakan hukum di Indonesia diatur dalam Pasal 1
Ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
``Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum.'' yang menunjukkan bahwa UUD
1945 menjadi landasan seluruh pelaksanaan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Makna Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat Berbangsa dan
Bernegara dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
3. Pancasila sebagai Paradigma Bidang Hukum

11
DAFTAR PUSTAKA

Amala, Alia Cahya, Laras Radheya Tri Indriyani, Rachel Aprilia Damaiyanti, Saragih,
Jennifer, and Valdecia Fransisca, ‘Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa
Dan Bernegara’, Jurnal Pendidikan, Seni, Sains Dan Sosial Humanioral, 1.1 (2022), 1–
25 <https://doi.org/10.11111/nusantara.xxxxxxx>

Fikriansyah, Ilham, ‘Memahami Paradigma Dari Pengertian, Jenis, Dan Contohnya’,


Detikbali, 2023 <https://www.detik.com/bali/berita/d-6572319/memahami-paradigma-
dari-pengertian-jenis-dan-contohnya>

KRISTANTO, ALFA, ‘Memahami Paradigma Pendidikan Seni’, Jurnal Abdiel, 2017


<https://journal.stt-abdiel.ac.id/JA/article/view/90/66>

NidyaTajsgoani, Olviyana Rachmaning Fitri, Farhan Iqbal Aji, Dwi Astuti, ‘FALSAFAH
PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNANNASIONAL DI
INDONESIA’, Jurnal Riset Hukum Dan Pancasila, 110
<https://jhlp.org/index.php/JHLP/article/view/13/12>

Paramita, Dian, ‘8 Contoh Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional’,


GuruPPKN.Com, 2018 <https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan>

Pratama, Cahya Diki, Nailufas, Nibra Nada, ‘Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan’,
Kompas.Com, 2020, p.
<https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/25/202106869/pancasila-sebagai-
paradigma-pembangunan>

Pusdatin, ‘Arti Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan’, Bpip.Go.Id, 2021


<https://bpip.go.id/berita/arti-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan>

12

Anda mungkin juga menyukai