DAN BERNEGARA
Pancasila
Dosen Pengampu :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta karunia-Nya
kepada kita semua. Shalawat serta salam kami curhakan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabat, tabi'in, serta para ulama dan seluruh umatnya telah membawa
kita dari jaman kegelapan menuju jaman sekarang yang terang benderang yakni agama Islam.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung kami
dalam pembuatan makalah ini, terutama kami berterima kasih kepada bapak Moh. Nasrul
Fuad,M.Pd. selaku dosen Pancasila.
Dalam makalah ini, kami akan memaparkan sesuatu mengenai Pancasila Sebagai
Paadigma Hidup Berbangsa Dan Benegara”. Terlepas dari itu semua, kami selaku penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, karena kami sadar bahwa hasil
kerja kelompok kami ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan tulisan kami juga masih
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun pemaparan bahasa. Akan tetapi, saya
berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya...............................................3
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembagunan Ekonomi..........................................................9
1.1 Sistem Ekonomi Pancasila.....................................................................................................11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa rumusan
makalah dari makalah ini adalah sebagai merikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
termasuk ke dalam nilai final (kesempurnaan) (Driyarkara, 1980:10). 1Nilai dalam
pandangan Notonagoro (dalam Kaelan, 2010:89), yaitu:
Nilai masih perlu diaktifkan dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai itu merupakan
kesatuan dalam susunan hierarkhis. Driyarkara menjelaskan bahwa nilai pada
dasarnya dibedakan menjadi dua macam: nilai medial (sarana) dan nilai final
(kesempurnaan). Nilai medial di dalamnya adalah nilai vital dan nilai estetik tidak
dapat dikejar an sich tetapi harus dipandang dalam struktur keseluruhan dunia
manusia, sedangkan nilai moral dan keagamaan termasuk ke dalam nilai final
(kesempurnaan) (Driyarkara, 1980:10). Nilai dalam pandangan Notonagoro (dalam
Kaelan, 2010:89), yaitu:
1
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1992. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
4
dan nilai religius yang merupakan nilai yang kerohanian tertinggi yang bersifat
mutlak.
1) Nilai dasar merupakan nilai yng sangat fundamental melekat dan bersifat tetap
tidak berubah misalnya azas, cita-cita, dan tujuan.
2) Nilai instrumental merupakan nilai yang terkait erat dengan operasioanalisasi
yang bersifat dinamis dan mesti disesuaikan dengan perkembangan zaman
misalanya arahan, strategi, kebijakan.
3) Nilai praktis merupakan nilai yang terkait erat dengan realisasi pelaksanaan
dalam kehidupan nyata. Misalnya toleransi dan tolong menolong. Dapat
disarikan bahwa nilai bukan hanya merupakan sesuatu yang material saja namun
juga merupakan sesuatu yang sifatnya nonmaterial. Nilai yang sifatnya material
lebih mudah diukur dengan alat indra maupun alat pengukur lainnya, tetapi
untuk menilai sesuatu yang sifatnya non material atau rohani dengan hati nurani
dibantu alat indra manusia yaitu cipta, karsa, rasa, dan keyakinan manusia.
Notonagoro berpandangan nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang
di dalamnya terkandung pula nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis yaitu
nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau
moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan yang memiliki sifat
sistematik-hierarkhis. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan
atau basis menuju sila ke lima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(Kaelan, 2010:90). Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan cita-
cita, harapan, dan dambaan yang ingin diwujudkan bangsa Indonesia dalam
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol. 5 No. 2: Juni 2022 79
kehidupannya. Aktualisasi nilai-nilai tersebut terjelma dalam bentuk norma-
norma. Dapat disarikan nilai-nilai bersifat tetap dan tidak berubah, yang dapat
berubah adalah norma. Nilai-nilai Pancasila masih bersifat abstrak, oleh karena
itu masih harus dikonkretkan dalam bentuk aturan-aturan hukum. Oleh karena
itu sebagai konsekuensi logisnya norma hukum maupun norma moral harus
berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
5
Kebudayaan yang mempunyai kata dasar budaya merupakan bentuk jamak dari
budi dan daya. Budi berarti akal, tabiat, kebaikan, daya upaya, serta kecerdikan,
sedangkan daya berarti kekuatan, daya pangaribawa. Oleh karena itu kebudayaan
mengandung makna kesadaran batin menuju arah kebaikan. Kebudayaan merupakan
buah budi manusia (Dewantara, 1967:85).2 Kebudayaan terbentuk karena manusia
secara terus-menerus berupaya mengatasi segala pengaruh alam dan jaman.
Kebudayaan ini memiliki sifat luhur sehingga membawa kemajuan bagi umat manusia.
Kebudayaan menurut Edward B. Tylor (dalam Djuretno, tanpa tahun:7) keseluruhan
yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan seluruh kemampuan dan kebiasan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Cyde Kluckhohn memaknai kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup
suatu rakyat sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Sedangkan Malinowski (1884- 1942) kebudayaan memiliki dasar biologis sejauh
kebudayaan merupakan pengorganisasian kebutuhan manusia yang asasi, namun
kebudayaan sekaligus merupakan proses yang mentransformasikan sifat dan tingkat
kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan menurutnya adalah sistem kondisi-kondisi
dalam organisma manusia dalam perangkat kebudayaan dalam hubungan keduanya
dengan lam sekitar yang cukup dan diperlukan bagi kelangsungan hidup golongan dan
organisasi itu. Kebudayaan menurut Franz Boas meliputi semua manifestasi kebiasaan
sosial dari masyarakat, reaksi-reaksi seorang individu yang muncul karena pengaruh
kebiasaan masyarakat lingkungannya dan merupakan manusiawi ditentukan oleh
kebiasaan-kebiasaan tersebut (Djuretno, tanpa tahun: 7). Ignas Kleden membahas
kebudayaan menurut kelompok pemakainya adalah eksekutif atau pemerintah dan
politisi, ilmuwan sosial, dan budayawan atau seniman. Kelompok pertama
berpandangan warisan budaya sebagai isu sentral, kedua lebih suka pada kehidupan
budaya dan perubahan, ketiga asyik dalam pokok daya cipta kebudayaan. Ketiga
kelompok tersebut ada kemiripan pandangan bahwa kebudayaan dipandang sebagai
sesuatu yang khas manusia baik karena ia manusiawi maupun karena ia memanusiakan
oleh karenanya selalu dihubungkan dengan keindahan, kebaikan atau keluhuran.
2
Dewantara, Ki Hajar. 1967. Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Taman
Siswa. Driyarkara, 1980.
6
Koentjaraningrat (1986) dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Mentalitet dan
Pembangunan, kebudayaan memiliki tiga wujud:
Era globalisasi yang berkembang sangat cepat maka kebudayaan pun senantiasa
berkembang sehingga mengalami proses pembauran kebudayaan merupakan
keniscayan untuk ditolak. Sehingga dalam prosesnya muncul persoalan-persoalan yang
memerlukan dasar pijakan untuk memecahkannya. Pancasila sebagai sumber nilai
menjadi paradigma bagi pengembangan kebudayaan di Indonesia di era global.
Pancasila sebagai paradigma kebudayaan berarti Pancasila sebagai sumber normatif
bagi peningkatan humanisasi dalam bidang kebudayaan.
Pembauran kebudayaan merupakan suatu proses sosial yang panjang melalui dua
tahap khusus yaitu discovery dan invention (Koentjaraningrat, 1986:256). Discovery
artinya penemuan unsur-unsur kebudayaan baru baik yang berupa alat baru maupun ide
baru yang diciptakan oleh individu atau kumpulan beberapa individu dalam
masyarakat. Discovery dapat menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan menetapkan penemuan tersebut. Persoalannya adalah apakah penemua-
penemuan baru tersebut sesuai dengan nilainilai budaya asli bangsa Indonesia yang
terangkum dalam Pancasila? Sebenarnya tidak memunculkan persoalan sejauh
pembauran kebudayaan tidak membahayakan kebudayaan lama tetapi merupakan
kelanjutan atau penyempurnaan kebudayaan lama (Kleden, 1987:186). Dewantara
(1967:97) menegaskan akulturasi budaya seharusnya dilakukan sejauh memajukan
hidup perikemanusiaan dan mempertinggi derajat dan harkat manusia. Kebudayaan
menurut Ki Hadjar Dewantara (1967:229) berkembang berdasar asas trikon yaitu asas
7
konsentrisitas, asas kontinyuitas, dan asas konvergensi dengan penjelasan sebagai
berikut:
Di era global di mana pengaruh dari negara lain masuk ke Indonesia dengan sangat
mudah harus disikapi dengan cara yang bijak. Kebudayaan merupakan gejala
kemanusiaan dan gejala kemasyarakatan yang merupakan suatu sistem yang substansif.
Oleh karena itu kebudayaan seharusnya dikembangkan berdasarkan pada kepribadian
bangsa Indonesia, yaitu kepribadian Pancasila yang telah terlekat pada bangsa
Indonesia (Notonagoro, 1983:168). Pancasila sebagai ideologi terbuka maka boleh saja
mengadopsi budaya dari negara lain sejauh sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa
yang tercermin dalam nilai-nilai Pancasila. 3Pancasila berfungsi sebagai filter, eklektik
inkorporatif terhadap pengaruhpengaruh yang masuk ke Indonesia. Sebagai ideologi
terbuka, Pancasila dilihat dari isinya mengandung tiga dimensi yaitu dimensi idealis,
3
Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Muhni, Djuretno Adi Imam. tanpa
tahun. Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM
8
normatif dan realistik (Kaelan, 2018: 68) dengan pemaparan lebih lanjut sebagai
berikut:
9
Pembangunan ekonomi nasional seyogianya adalah pembangunan sistem
ekonomi yang paling cocok bagi bangsa Indonesia. Sistem ekonomi nasional yang
tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur seharusnya Pancasila
sebagai landasan filosofisnya. Demi persatuan bangsa tidak saja menjadi suatu
pemikiran atau pertimbangan akan tetapi sudah seharusnya Pancasila dijadikan
Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama, bila tidak demikian keadaannya
agama tidak lagi berfungasi sebagai sumber kedamaian dan keamanan tetapi sebagai
sumber sengketa dan kekacauan bahkan peperangan.
10
ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya yang
menimbulkan perderitaan pada manusia.
11
a. Ketuhanan, di mana “roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial,dan moral”.
Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal
dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002:
68), SEP juga dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia,
yang bisa berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma,
12
yang membentuk perilaku ekonomi masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain
mengatakan bahwa: " Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus
dihindarkan hal-hal sebagai berikut:
Seorang pakar senior mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem
ekonomi Pancasila menurut (Mubyarto, 1981) yaitu:
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik
modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi
prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran
untung kepentingan-kepentingan pribadi.
13
Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim
sebagai milik Negara, Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya
direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh pemerintah secara terpusat Sistem ini
lebih menekankan pada kebersamaan masyarakat dalam menjalankan dan memajukan
perkonomian, Imbalan yang diterimakan pada orang perorangan didasarkan pada
kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan.
Ekonomi Liberal lalah sebuah sistem dimana adanya kebebasam baik untuk
produsen maupun konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur
tangan pemerintah untuk mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme
pengatusran harga diserahkan ke pasar (tergantung mekanisme supply dan demand).
Pancasila adalah filosofi dasar Indonesia, yang terdiri dari lima prinsip:
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia[2]. Sebagai paradigma
kehidupan kampus, Pancasila memberikan kerangka kerja bagi mahasiswa dan
fakultas untuk menavigasi peran dan tanggung jawab mereka di dalam kampus.
Paradigma adalah cara pandang atau pola pikir yang menjadi acuan dalam berpikir
dan bertindak. Jadi, Pancasila sebagai paradigma berarti Pancasila menjadi acuan
dalam berpikir dan bertindak, termasuk dalam kehidupan kampus. 5
Kehidupan kampus seharusnya mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Misalnya,
dalam interaksi antar mahasiswa, harus ada rasa persatuan dan kesatuan, menghargai
perbedaan, dan saling menghormati. Dalam kegiatan akademik, harus ada semangat
mencari kebenaran dan keadilan, serta menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Selain itu, Pancasila juga harus menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan
di kampus. Misalnya, dalam proses pembuatan kebijakan, harus melibatkan semua
elemen kampus dan mengedepankan musyawarah untuk mufakat. Kebijakan yang
diambil juga harus adil dan berpihak pada kepentingan seluruh civitas akademika.
Dalam konteks kampus, Pancasila juga bisa menjadi dasar dalam
pembentukan karakter mahasiswa. Misalnya, melalui kegiatan kemahasiswaan,
5
Budiyono, Kabul. 2012. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
14
mahasiswa diajarkan untuk memiliki sikap toleran, demokratis, berkeadilan, dan
memiliki rasa cinta tanah air.6 Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu
dipertimbangkan ketika membahas Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus:
6
andung: Alfabeta. Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
15
Untuk mencapai tujuan dari sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat terutama
masyarakat kampus maka mahasiswa perlu merefleksikan nilai-nilai Pancasila
tersebut dalam kesehariannya. Sebagai mahasiswa dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan kemampuan yang
kita punya serta dukungan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama.
Pembangunan merupakan realisasi praktis dalam kampus untuk mencapai tujuan
seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek
pelaksanan sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu, hakikat manusia
merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.
16
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga yang memiliki pengertia yaitu satu, bulat tidak terpecah-
pecah. Sila ini ditujukan untuk menciptakan rasa mencintai tanah air, bangsa,
dan negara. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern
sekarang ini, maka disebut juga dengan nasionalisme. Nasionalisme
merupakan perasaan mencintai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang
ada dalam masyarakat. Dengan begitu diharapkan warga negara juga turut
memperjuangkan kepentingan negara dan memiliki rasa solidaritas yang
tinggi terhadap sesama warga negara Indonesia. Bila dikaitkan dalam
kehidupan kempus adalah sebagai contoh organisasi kemahasiswaan, mereka
17
membentuk suatu organisasi atau perkumpulan mahasiswa dari berbagai
macam latar belakang disiplin ilmu. Hal tersebut merupakan salah satu bukti
bahwa adanya sikap dan upaya untuk menjalin rasa kebersamaan diantara
para mahasiswa sebagai bagian dari pembangunan dan pemuda Indonesia.
Selanjutnya sebagai mahasiswa teknologi jaringan saya juga harus menyadari
bahwa penting rasa persatuan harus saya tanamkan dalam diri saya supaya
ketika saya nanti membuat system jaringan atau aplikasi dapat menyatukan
kehidupan berbangsa bukan malah memecah pelah persatuan bangsa.
Sial ini mengandung makna yaitu adil atau dapat saya katakan sesuai
porsi masing-masing. Sebagai warga negara kita harus menjunjung tinggi
nilai keadilan. Karena demi kepentingan bersama dan banyak orang rasa
18
keadilan perlu kita hadirkan dalam proses pembangunan supaya nantinya
tidak ada ketimpangan social yang terjadi dalam pembangunan. Dalam
kehidupan kampus nilai ini sangat kita perlukan supaya proses pembelajaran
dan pengembangan ilmu tidak terjadi ketimpangan antara disiplin ilmu satu
dengan yang lain. Dengan begitu akan tercipta keharmonisan dalam proses
pengembangan ilmu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu
pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia. Paradigma
pancasila mencakup sampai ke semua lini kehidupan, mencakup bidang
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat beragama,
19
sampai dengan kehidupan di dalam kampus. Pancasila juga sebagai pedoman
dalam mereformasi kehidupan berbangsa, dimana suatu perubahan yang
mengarah kearah yang lebih baik harus memiliki suatu acuan yang baik dan
kuat serta sesuai dengan kebudayaan di Indonesia, maka Pancasila sangat
cocok untuk diterapkan di Indonesia. Pancasila juga sangat berperan penting
dalam membangun moral terutama di lingkungan kampus, ini agar nantinya
akan menumbuh kembangkan generasi-generasi baru yang memiliki moral dan
budi pekerti yang luhur.
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat, karena di dalam pancasila mengandung butir-butir
keluhuran bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1992. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Muhni, Djuretno Adi Imam. tanpa
tahun. Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.
Sutrisno, Slamet. 1983. Sedikit Tentang Strategi Kebudayaan Indonesia dalam Tugas
Filsafat Dalam Perkembangan Kebudayaan. Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Liberty.
20
Budiyono, Kabul. 2012. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung
Ismail, dkk. 2014. Sistem Ekonomi Indonesia Tafsiran Pancasila dan UUD 1945, Erlangga,
Jakarta.
Kaelan; 1993. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945. Liberty, Yogyakarta.
21