Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERUSAHAAN

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu:

Nur Anwar, ME

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Ersa Febriana 23403090
Khofifah Indra Fransisca 23403105
Nabilla Rohmatul Laily 23403098

MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pengantar Manajemen, dengan judul MANAJEMEN KONFLIK DALAM
PERUSAHAAN.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yangn kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kediri, 8 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Definisi Konflik dan Manajemen Konflik.................................................2
B. Faktor – faktor Penyebab Konflik............................................................3
C. Jenis-jenis Konflik.....................................................................................3
D. Dampak Konflik........................................................................................4
E. Fungsi Manajemen Konflik.......................................................................5
F. Tujuan Manajemen Konflik..........................................................................6
G. Tahapan Manajemen Konflik...................................................................7
H. Aspek-aspek Manajemen Konflik.............................................................8
I. Indikator Manajemen Konflik.......................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia menurut seorang philosuf terkemuka, Aristoteles, disebut sebagai
Zoon Politicon yang artinya manusia adalah makhluk sosial. Hal ini memiliki
konsekuensi logis dimana manusia berupaya untuk berorganisasi, bekerja, dan
bermasyarakat yang pada dasarnya adalah bersosialisai. Dalam bersosialisai,
kecenderungan terjadinya konflik dapat disebabkan oleh perbedaan pendapat,
budaya, kepribadian, persaingan ketat, dan hal lain sebagainya yang dapat
memungkinkan terjadinya konflik. Pada hakikatnya konflik merupakan suatu
kondisi yang lahir secara natural yang terjadi dan sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, baik individual maupun kelompok. Konflik bisa menjadi kekuatan
positif dalam suatu kelompok dan organisasi agar bekerja secara efektif.

Setiap kelompok dalam suatu instansi atau perusahaan dimana didalamnya


terjadi interaksi social antara satu dengan yang lainnya, hal ini memungkinkan
timbulnya suatu konflik yang tidak dapat di hindarkan. Timbunya suatu konflik
disebabkan karena perbedaan karakter, tujuan, visi dan misi.

Setiap pemimpin yang ingin perusahaannya maju harus memahami faktor-


faktor yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik didalam individu
maupun konflik antar kelompok. Dalam menata sebuah konflik dalam organisasi
diperlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat
maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi. Oleh karena itu
diperlukan manajemen yang tepat agar konflik dapat terselesaikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya konflik dalam perusahaan?

C. Tujuan
Dalam pembahasan makalah ini menyatakan bahwa konflik merupakan
peristiwa yang wajar dalam perusahaan. Konflik bukanlah suatu hal yang negatif
melainkan suatu hal yang bisa bermanfaat bagi kinerja perusahaan, dengan cara
mengarahkan perhatian pada penyebab konflik dan mengoreksi kesalahan fungsi
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Konflik dan Manajemen Konflik


Konflik berasal dari bahasa latin yaitu “con” dan “figere”. Kata “con” berarti
bersama, sedangkan “figere” berarti memukul. Di dalam buku yang berjudul
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Robbins (2014) menjelaskan
bahwa terdapat banyak definisi konflik. Konflik merupakan masalah persepsi,
yang seharusnya bisa dirsakan oleh pihak terkait. Apabila tidak ada yang
menyadari akan adanya konflik, maka secara umum bisa disepakati tidak adanya
konflik.

Dalam KBBI, “konflik” diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan


pertentangan. Wirawan (2009) mendefinisikan konflik sebagai proses
pertentangan yang diekspresikan di antara dua pihak atau lebih yang saling
tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi
konflik yang menghasilkan konflik.

Sedangkan Robbins (1992) mengungkapkan konflik sebagai proses di mana


suatau usaha sengaja dibuat oleh A untuk mengimbangi B dengan bentuk
penutupan akses atau kesempatan yang sama, tujuannya adalah untuk
“menggagalkan” B dalam mencapai tujuan atau memajukan kepentingannya.

Selanjutnya Jones (1995) mengungkapkan bahwa konflik organisasi adalah


bentrokan yang terjadi ketika perilaku yang diarahkan pada tujuan dari satu pihak
untuk menjatuhkan atau menggagalkan tujuan pihak lain.1

Sehingga bisa disimpulkan bahwa konflik adalah peristiwa yang terjadi ketika
dua atau lebih pihak saling bertentangan atau berselisih. Sedangkan definisi
manajemen konflik adalah cara yang dilakukan dalam menaksir atau
memperhitungkan konflik (Hendricks, W., 1992).

Menurut Ross (1993) manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang


diambil pelaku atau pihak ketiga yang bertujuan untuk mengarahkan perselisihan
ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat atau agresif.

Demikian halnya, Criblin, J (1982:219) mengartikan manajemen konflik


merupakan teknik yang dilakukan pimpinan organisasi untuk mengatur konflik
dengan cara menentukan peraturan dalam bersaing.

1
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 2.

2
Gampangnya Manajemen konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam
mencegah kemungkinan buruk akibat konflik seperti permusuhan, perpecahan,
hingga persaingan tidak sehat.

B. Faktor – faktor Penyebab Konflik


Konflik di dalam organisasi secara sederhana dapat disebabkan oleh beberapa
faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Manusia
a. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
b. Personil yang mempertahankan peraturan organisasi secara kaku.
c. Timbul karena adanya sikap kepribadian individu, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatic, dan sikap otoriter.

2. Faktor Organisasi
a. Persaingan dalam menggunakan sumber daya.
b. Perbedaan tujuan antar unit/departemen dalam organisasi.
c. Interpendesi tugas.
d. Perbedaan nilai dan persepsi.
e. Aturan yang tidak jelas.
f. Hambatan komunikasi.
g. Perbedaan latar belakang.
h. Perbedaan kepentingan.2

C. Jenis-jenis Konflik
Konflik memiliki hubungan yang sangat erat dengan kinerja, tetapi bukan
merupakan kondisi sebab akibat. Tingkat kinerja seseorang dapat meningkat
maupun turun akibat adanya konflik, hal tersebut tergantung dari sejauh mana
persepsi pihak yang terkait. Untuk mengetahui bagaimana konflik dapat
mempengaruhi kinerja, maka dapat dilihat dari jenis-jenis konflik itu sendiri,
yaitu:

1. Konflik Fungsional

Jenis konflik ini mempunyai tujuan dan dampak positif bagi pengembangan
dan kewajaran organisasi atau perusahaan. Konflik ini bersifat konstruktif,
artinya dapat memperbaiki kualitas keputusan yang diambil, merangsang
kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di antara
anggotanya, dan menjadi sarana penyampaian masalah dan perbedaan ketegangan.
Konflik jenis ini tidak memberikan kesempatan suatu kelompok untuk menerima
begitu saja keputusan-keputusan yang diambil, yang mungkin didasarkan pada
asumsi yang tidak relevan.

2. Konflik Disfungsional
2
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 4.

3
Konflik jenis ini sama sekali tidak berkaitan dengan prospek kemajuan
organisasi. Konflik ini bisa terjadi karena adanya oknum yang tidak melakukan
fungsi sebagaimana yang seharusnya, sehingga akan menghambat aktivitas secara
keseluruhan dengan kata lain konflik akan mengganggu kinerja organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan.

D. Dampak Konflik
Dalam pandangan tradisional mengungkapkan pendapat bahwa konflik hanya
memberikan akibat negative sehingga perlu dihilangkan. Pandangan ini juga
menyebutkan bahwa konflik hanya merugikan organisasi. Sedangkan dalam
pandangan modern, konflik dapat memberikan manfaat baik maupun buruk.
Usaha pengelolaannya diupayakan untuk mengambil hal-hal yang baik dan
mengurangi hal-hal buruk (Azhari, Jihadi, dan Setyawan, 2013)

Secara langsung konflik dapat memberikan dampak berdasarkan manfaatnya


terbagi atas dua bagian, yaitu konflik yang bersifat fungsional yang memberikan
dampak positif dan bermanfaat, dan konflik disfungsional yang memberikan
dampak negative atau merugikan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa dampak positif yang


dirasakan bila terjadi konflik adalah sebagai pembelajaran dalam menyusun
sebuah kebijakan untuk mencegah dan menyelesaikannya, sehingga kedepannya
dapat meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan. Sedangkan dampak negatif
akan menimbulkan kerugian. Berikut adalah paparan mengenai dampak negatif
dan positif dari terjadinya konflik, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dampak Negatif
 Menghambat kerjasama: secara langsung maupun tidak konflik akan
berdampak buruk terhadap kerjasama yang akan direncanakan.
 Saling menjatuhkan: muncul tindakan untuk saling menjatuhkan dan
membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
 Merusak sistem organisasi: organisasi merupakan sistem social yang
saling berhubungan, saling membantu, dan saling tergantung satu sama
lain dalam mencapai tujuan organisasi. Apabila konflik merusak suatu
sistem maka akan menimbulkan ketidak pastian dalam mencapai tujuan
organisasi.
 Menurunkan mutu pengambilan keputusan: konflik yang tidak sehat akan
menyebabkan kebuntuan diskusi, fitnah, agresi, dan sabotase, serta
menghilangkan sikap percaya.
 Kehilangan waktu kerja: apabila konflik besar terjadi hal ini akan
mengurangi waktu produktif dan akan menurunkan produktivitas
organisasi, karena waktu digunakan untuk menyelesaikan konflik dan
menyebabkan kerugian dalam perusahaan.

4
 Retaknya kesatuan kelompok, yaitu mengakibatkan pecahnya persatuan
dalam kelompok.

2. Dampak Positif
 Mendorong untuk kembali mengoreksi diri: membangun kesempatan bagi
salah satu atau kedua belah pihak untuk saling merenung, berpikir ulang
mengapa konflik bisa terjadi diantara keduanya.
 Mengembangkan hubungan kerja yang baik: dengan adanya konflik yang
terjadi membuat orang berpikir untuk mulai mencari alternative yang lebih
baik misalnya bekerjasama dengan orang lain.
 Meningkatkan prestasi kerja: membuat orang yang terimajinasikan oleh
konflik merasa mempunyai kekuatan untuk membuktikan bahwa ia bisa
sukses dan tidak pantas untuk dihina.
 Mampu memahami orang lebih baik: konflik membuat orang lain
memahami adanya perbedaan pendapat, pola pikir, dan keanekaragaman.
 Meningkatkan cara berpikir kritis: dengan adanya konflik akan membuat
orang harus memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai pendapat
yang berbeda dan harus mempertahankan pendapatnya.
 Bertambahnya solidaritas in-group, yaitu apabila terjadi pertentangan
suatu kelompok dengan kelompok lain, maka solidaritas dalam kelompok
akan bertambah erat.

E. Fungsi Manajemen Konflik


Secara umum manajemen konflik bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi antara dua belah pihak yang sedang berseteru, sehingga
aktifitas di dalam perusahaan dapat berjalan seperti biasa. Namun secara spesifik
manajemen konflik memiliki beberapa fungsi yang sangat penting menurut
(Folger, Poole and Stutman, 2021), (Rahim, 1983), dan (Wilmot and Hocker,
2018) yaitu:

1. Fungsi Komunikasi

Menjadikan fasilisator dalam komunikasi antara pihak yang saling berkonflik.


Manajer konflik akan membantu setiap pihak yang berbeda pendapat untuk
menemukan kesepakatan dan solusi bersama.

2. Fungsi Solusi

Membantu pihak yang berkonflik dalam menganalisa sumber permasalahan, isu


yang berkembang, dampak konflik, dan merekomendasikan berbagai solusi yang
bermanfaat dan memuaskan kedua belah pihak.

3. Fungsi Konstruktif

5
Manajemen konflik juga mengubah suasana dan kondisi dimana semua pihak
yang awalnya bersikap negatif, lalu merubah sikap mereka menjadi lebih positif
dan konstruktif. Untuk membantu menyadarkan bahwasannya konflik jika
dikelola dengan baik akan membawa banyak manfaat untuk semua pihak dan
perusahaan.

4. Fungsi Kreatifitas

Manajemen konflik juga bermanfaat dan menantang pihak yang berkonflik untuk
memberikan solusi yang kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi.

5. Fungsi Hubungan

Memberikan penekanan kepada seluruh pihak kepada seluruh pihak yang


berkonflik bahwasannya konflik tetap bisa diselesaikan dengan sikap saling
memahami, saling mengerti, dan saling percaya satu sama lain. Melalui konflik
maka setiap pihak yang sebelumnya jarang berkomunikasi dapat berkomunikasi
lebih intens, sehingga hubungan antara semua pihak bisa semakin akrab dan
saling memahami.

6. Fungsi Produktivitas

Manajemen konflik meningkatkan produktivitas setiap individu yang ada


didalamnya karena mereka diminta untuk bisa memberikan berbagai solusi
terhadap permasalahan yang terjadi.3

F. Tujuan Manajemen Konflik


Konflik merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dapat dihindari serta dapat
menghambat pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu manajemen konflik
harus dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan. Berikut ini beberapa
tujuan manajemen konflik, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan meminimalisir terjadinya gangguan terhadap anggota


organisasi, sehingga visi, misi, dan tujuan perusahaan atau organisasi bisa
tercapai.
2. Membangun rasa saling menghormati antar sesama anggota dan
menghargai perbedaan.
3. Menciptakan prosedur dan penyelesaian konflik.
4. Meningkatkan kualitas keputusan berdasarkan berbagai informasi dan
sudut pandang.
5. Menghindarkan dari lingkungan kerja yang tidak menyenangkan.
6. Mencegah terjadinya pemogokan.
7. Meningkatkan loyalitas dan komitmen organisasi.
3
Rusydi Fauzan dkk, Manajemen Konflik (Padang: PT. GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI, 2022), hal. 3-5

6
8. Mencegah konflik untuk tidak naik ke meja hijau.4

G. Tahapan Manajemen Konflik


1. Identifikasi Permasalahan

Tahap awal merupakan tahap yang penting untuk mengukur dampak akhir
yang ditimbulkan. Semakin dii tahap identifikasi adanya konflik semakin minim
pula akibat yang ditimbulkan dari konflik tersebut. Pada tahap ini, harus bisa
menemukan jawaban atas apa penyebab terjadinya konflik. Mulai dari mengetahui
pihak mana saja yang berselisih, akar permasalahan, skala konflik hingga dampak
dari konflik.

2. Diagnosis

Melakukan analisis dan pemetaan konflik secara menyeluruh terhadap hasil


identifikasi awal. Kemudian membuat diagnosis atau statement atas konflik yang
terjadi. Selanjutnya menyiapkan kemungkinan penyelesaian beserta
konsekuensinya yang bisa diterima oleh kedua belah pihak dan tidak berat
sebelah.

3. Kesepakatan solusi

Di tahap ini kedua belah pihak dipertemukan. Pihak ketiga atau penengah
menjabarkan beberapa opsi penyelesaian. Kemudian, kedua belah pihak
meninmbang hingga menemukan kesepakatan dalam memilih solusi.

4. Penerapan solusi

Kedua pihak juga harus diawasi masing-masing untuk menerapkan apa yang
sudah disepakati. Jika kesepakatan memerintahkan kedua pihak tidak boleh ikut
campur urusan masing-masing, maka keduanya harus mematuhi hal tersebut.

Jika kesepakatan juga ditulis beserta sanksi, maka kedua pihak juga terkena
pasal ini jika melanggar. Maka dari itu, perlu adanya pengawas untuk
mengevaluasi penerapan kedua pihak atas kesepakatan yang ada.

5. Evaluasi

Selain memantau pelaksanaan kesepakatan, penerapan solusi juga harus


dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa efektif solusi yang telah
dipilih. Jika sudah baik, maka kamu tak perlu khawatir lagi jika konflik terjadi
lagi.

Sebaliknya, jika evaluasi menemui nilai yang buruk, maka kedua pihak harus
memulai kembali tahapan kesepakatan solusi untuk memilih solusi yang baru.

4
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 7.

7
H. Aspek-aspek Manajemen Konflik
Pendapat Robbins (2002) dalam Muspawi (2014) mengenai beberapa aspek
gaya manajemen konflik yang sering dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Accommodating (akomodasi)

Jenis yang menitik beratkan pada kepentingan dua pihak yang cara
penyelesaiannya dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga harus mendengarkan
dan mengumpulkan setiap pendapat dari kedua belah pihak. Selanjutnya, pihak
ketiga memberikan beberapa solusi yang dapat mengadopsi kedua kepentingan,
atau juga bisa berat sebelah.

2. Avoiding (menghindari)

Jenis ini dilakukan untuk mencegah dan menghindari potensi konflik. Tujuan
utama dari jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya konflik. Dalam konteks
organisasi yang bertanggung jawa atas atas hal ini harus memiliki daya analis
yang kuat terhadap lingkungan perusahaan. Ia harus peka dan dapat
mengidentifikasi sedini mungkin adanya konflik sekaligus menentukan kebijakan
sebelum konflik benar benar terjadi.

3. Compromising (berkompromi)

Dikenal sebagai jenis strategi yang positif karena kedua pihak yangn berselisih
memilih berkompromi untuk mengambil solusi untuk kepentingan bersama.
Terdapat 4 cara penyelesaian dengan compromising yaitu:

1) Separasi, artinya kedua pihak dipisahkan.


2) Atrasi, artinya kedua pihak menyepakati keputusan pihak ketiga.
3) Mengambil keputusan karena kebetulan.
4) Menyogok.

4. Collaborating (kolaborasi)

Jenis ini juga dianggap memiliki output yang positif karena setiap anggota
dari kedua pihak dipersilahkan untuk bekerja sama menyelesaikan konflik.
Namun, strategi ini hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak sepakat mencari
solusi dengan tujuan kepentingan bersama.

5. Competing (bersaing)

Jenis ini dilakukan untuk membuat para pelaku bersaing dan memenangkan
kepentingannya masing-masing. Pada akhirnya aka nada pihak yang menang dan
kalah dalam adu argument. Jenis manajemen konflik ini dilakukan bila bersifat
mendesak dan harus mengambil keputusan dengan cepat.5
5
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 53.

8
I. Indikator Manajemen Konflik
Menurut Ade Florent, indikator manajemen konflik adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Sumber Daya

Dalam setiap organisasi atau perusahaan mempunyai keterbatasan sumber-


sumber yang diperlukan. Misalnya, dalam sebuah perusahaan memiliki
keterbatasan berupa anggaran, fasilitas kerja, jabatan, bahan baku, informasi dan
lainnya. Dengan ini pimpinan mengalokasikan sumber daya menurut prioritas dan
kebutuhan pada tiap unit kerja/bidang. Pembagian tidak merata dapat
menimbulkan iri hati antar unit kerja/bidang. Apabila pimpinan atau manajer tidak
menjelaskan kebijakan yang dilakukan, maka perselisihan antar unit dapat terjadi
karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah sistem formal hubungan-hubungan kerja yang


membagi dan mengkoordinasi tugas-tugas sejumlah orang dan kelompok untuk
mencapai tujuan. Persaingan untuk meningkatkan status pada setiap bagian atau
unit kerja bertujuan untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan dari
pimpinan. Masalah yang muncul dalam struktur organisasi timbul karena adanya
pengaruh dan kekuasaan unit kerja, sistem penilaian yang tidak jelas, dan
perbedaan dalam menafsirkan tujuan organisasi.

3. Komunikasi

Komunnikasi yang tidak baik sering kali menimbulkan konflik dalam


organisasi, misalnya informasi yang tidak tersedia dengan bebas, dan penggunaan
bahasa yang tidak mengerti oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

4. Perbedaan Individu

Setiap individu adalah individu yang unik. Setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Ade Florent (2010)
perbedaan individu dilatar belakangi oleh pendidikan, budaya, lingkungan
sosial, etnik, dan lain-lain. Perbedaan latar belakang di atas menimbulkan
perbedaan dalam bersikap dan bertindak di lingkungan kerja. Perbedaan ini
apabila tidak disikapi dengan bijaksana akan memicu terjadinya konflik.6

6
Suharsimi Arikunto dkk, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media 2009). Hal. 2

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik dapat terjadi di lingkungan mana saja termasuk lingkungan
perusahaan. Untuk itu pimpinan harus mampu mengelola konflik secara baik agar
tujuan organisasi atau perusahaan dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang
menciptakan terjadinya konflik.

Terdapat banyak cara dalam penanganan konflik. Pimpinan harus mampu


mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang
sesuai sehingga diperoleh solusi yang tepat. Dengan pola pengelolaan konflik
yang baik maka akan diperoleh pengalaman dalam menangani berbagai macam
konflik yang akan selalu terus terjadi dalam organisasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Sudarmanto, E., Sari, D. P., Tjahjana, D., Wibowo S, E., Mardiana, S. S., &
Purba, B. (2021). Manajemen Konflik. Yayasan Kita Menulis.

11

Anda mungkin juga menyukai