MAKALAH
Dosen Pengampu:
Nur Anwar, ME
Disusun Oleh:
Kelompok 11
Ersa Febriana 23403090
Khofifah Indra Fransisca 23403105
Nabilla Rohmatul Laily 23403098
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Definisi Konflik dan Manajemen Konflik.................................................2
B. Faktor – faktor Penyebab Konflik............................................................3
C. Jenis-jenis Konflik.....................................................................................3
D. Dampak Konflik........................................................................................4
E. Fungsi Manajemen Konflik.......................................................................5
F. Tujuan Manajemen Konflik..........................................................................6
G. Tahapan Manajemen Konflik...................................................................7
H. Aspek-aspek Manajemen Konflik.............................................................8
I. Indikator Manajemen Konflik.......................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia menurut seorang philosuf terkemuka, Aristoteles, disebut sebagai
Zoon Politicon yang artinya manusia adalah makhluk sosial. Hal ini memiliki
konsekuensi logis dimana manusia berupaya untuk berorganisasi, bekerja, dan
bermasyarakat yang pada dasarnya adalah bersosialisai. Dalam bersosialisai,
kecenderungan terjadinya konflik dapat disebabkan oleh perbedaan pendapat,
budaya, kepribadian, persaingan ketat, dan hal lain sebagainya yang dapat
memungkinkan terjadinya konflik. Pada hakikatnya konflik merupakan suatu
kondisi yang lahir secara natural yang terjadi dan sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, baik individual maupun kelompok. Konflik bisa menjadi kekuatan
positif dalam suatu kelompok dan organisasi agar bekerja secara efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya konflik dalam perusahaan?
C. Tujuan
Dalam pembahasan makalah ini menyatakan bahwa konflik merupakan
peristiwa yang wajar dalam perusahaan. Konflik bukanlah suatu hal yang negatif
melainkan suatu hal yang bisa bermanfaat bagi kinerja perusahaan, dengan cara
mengarahkan perhatian pada penyebab konflik dan mengoreksi kesalahan fungsi
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga bisa disimpulkan bahwa konflik adalah peristiwa yang terjadi ketika
dua atau lebih pihak saling bertentangan atau berselisih. Sedangkan definisi
manajemen konflik adalah cara yang dilakukan dalam menaksir atau
memperhitungkan konflik (Hendricks, W., 1992).
1
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 2.
2
Gampangnya Manajemen konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam
mencegah kemungkinan buruk akibat konflik seperti permusuhan, perpecahan,
hingga persaingan tidak sehat.
1. Faktor Manusia
a. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
b. Personil yang mempertahankan peraturan organisasi secara kaku.
c. Timbul karena adanya sikap kepribadian individu, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatic, dan sikap otoriter.
2. Faktor Organisasi
a. Persaingan dalam menggunakan sumber daya.
b. Perbedaan tujuan antar unit/departemen dalam organisasi.
c. Interpendesi tugas.
d. Perbedaan nilai dan persepsi.
e. Aturan yang tidak jelas.
f. Hambatan komunikasi.
g. Perbedaan latar belakang.
h. Perbedaan kepentingan.2
C. Jenis-jenis Konflik
Konflik memiliki hubungan yang sangat erat dengan kinerja, tetapi bukan
merupakan kondisi sebab akibat. Tingkat kinerja seseorang dapat meningkat
maupun turun akibat adanya konflik, hal tersebut tergantung dari sejauh mana
persepsi pihak yang terkait. Untuk mengetahui bagaimana konflik dapat
mempengaruhi kinerja, maka dapat dilihat dari jenis-jenis konflik itu sendiri,
yaitu:
1. Konflik Fungsional
Jenis konflik ini mempunyai tujuan dan dampak positif bagi pengembangan
dan kewajaran organisasi atau perusahaan. Konflik ini bersifat konstruktif,
artinya dapat memperbaiki kualitas keputusan yang diambil, merangsang
kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di antara
anggotanya, dan menjadi sarana penyampaian masalah dan perbedaan ketegangan.
Konflik jenis ini tidak memberikan kesempatan suatu kelompok untuk menerima
begitu saja keputusan-keputusan yang diambil, yang mungkin didasarkan pada
asumsi yang tidak relevan.
2. Konflik Disfungsional
2
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 4.
3
Konflik jenis ini sama sekali tidak berkaitan dengan prospek kemajuan
organisasi. Konflik ini bisa terjadi karena adanya oknum yang tidak melakukan
fungsi sebagaimana yang seharusnya, sehingga akan menghambat aktivitas secara
keseluruhan dengan kata lain konflik akan mengganggu kinerja organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan.
D. Dampak Konflik
Dalam pandangan tradisional mengungkapkan pendapat bahwa konflik hanya
memberikan akibat negative sehingga perlu dihilangkan. Pandangan ini juga
menyebutkan bahwa konflik hanya merugikan organisasi. Sedangkan dalam
pandangan modern, konflik dapat memberikan manfaat baik maupun buruk.
Usaha pengelolaannya diupayakan untuk mengambil hal-hal yang baik dan
mengurangi hal-hal buruk (Azhari, Jihadi, dan Setyawan, 2013)
1. Dampak Negatif
Menghambat kerjasama: secara langsung maupun tidak konflik akan
berdampak buruk terhadap kerjasama yang akan direncanakan.
Saling menjatuhkan: muncul tindakan untuk saling menjatuhkan dan
membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
Merusak sistem organisasi: organisasi merupakan sistem social yang
saling berhubungan, saling membantu, dan saling tergantung satu sama
lain dalam mencapai tujuan organisasi. Apabila konflik merusak suatu
sistem maka akan menimbulkan ketidak pastian dalam mencapai tujuan
organisasi.
Menurunkan mutu pengambilan keputusan: konflik yang tidak sehat akan
menyebabkan kebuntuan diskusi, fitnah, agresi, dan sabotase, serta
menghilangkan sikap percaya.
Kehilangan waktu kerja: apabila konflik besar terjadi hal ini akan
mengurangi waktu produktif dan akan menurunkan produktivitas
organisasi, karena waktu digunakan untuk menyelesaikan konflik dan
menyebabkan kerugian dalam perusahaan.
4
Retaknya kesatuan kelompok, yaitu mengakibatkan pecahnya persatuan
dalam kelompok.
2. Dampak Positif
Mendorong untuk kembali mengoreksi diri: membangun kesempatan bagi
salah satu atau kedua belah pihak untuk saling merenung, berpikir ulang
mengapa konflik bisa terjadi diantara keduanya.
Mengembangkan hubungan kerja yang baik: dengan adanya konflik yang
terjadi membuat orang berpikir untuk mulai mencari alternative yang lebih
baik misalnya bekerjasama dengan orang lain.
Meningkatkan prestasi kerja: membuat orang yang terimajinasikan oleh
konflik merasa mempunyai kekuatan untuk membuktikan bahwa ia bisa
sukses dan tidak pantas untuk dihina.
Mampu memahami orang lebih baik: konflik membuat orang lain
memahami adanya perbedaan pendapat, pola pikir, dan keanekaragaman.
Meningkatkan cara berpikir kritis: dengan adanya konflik akan membuat
orang harus memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai pendapat
yang berbeda dan harus mempertahankan pendapatnya.
Bertambahnya solidaritas in-group, yaitu apabila terjadi pertentangan
suatu kelompok dengan kelompok lain, maka solidaritas dalam kelompok
akan bertambah erat.
1. Fungsi Komunikasi
2. Fungsi Solusi
3. Fungsi Konstruktif
5
Manajemen konflik juga mengubah suasana dan kondisi dimana semua pihak
yang awalnya bersikap negatif, lalu merubah sikap mereka menjadi lebih positif
dan konstruktif. Untuk membantu menyadarkan bahwasannya konflik jika
dikelola dengan baik akan membawa banyak manfaat untuk semua pihak dan
perusahaan.
4. Fungsi Kreatifitas
Manajemen konflik juga bermanfaat dan menantang pihak yang berkonflik untuk
memberikan solusi yang kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi.
5. Fungsi Hubungan
6. Fungsi Produktivitas
6
8. Mencegah konflik untuk tidak naik ke meja hijau.4
Tahap awal merupakan tahap yang penting untuk mengukur dampak akhir
yang ditimbulkan. Semakin dii tahap identifikasi adanya konflik semakin minim
pula akibat yang ditimbulkan dari konflik tersebut. Pada tahap ini, harus bisa
menemukan jawaban atas apa penyebab terjadinya konflik. Mulai dari mengetahui
pihak mana saja yang berselisih, akar permasalahan, skala konflik hingga dampak
dari konflik.
2. Diagnosis
3. Kesepakatan solusi
Di tahap ini kedua belah pihak dipertemukan. Pihak ketiga atau penengah
menjabarkan beberapa opsi penyelesaian. Kemudian, kedua belah pihak
meninmbang hingga menemukan kesepakatan dalam memilih solusi.
4. Penerapan solusi
Kedua pihak juga harus diawasi masing-masing untuk menerapkan apa yang
sudah disepakati. Jika kesepakatan memerintahkan kedua pihak tidak boleh ikut
campur urusan masing-masing, maka keduanya harus mematuhi hal tersebut.
Jika kesepakatan juga ditulis beserta sanksi, maka kedua pihak juga terkena
pasal ini jika melanggar. Maka dari itu, perlu adanya pengawas untuk
mengevaluasi penerapan kedua pihak atas kesepakatan yang ada.
5. Evaluasi
Sebaliknya, jika evaluasi menemui nilai yang buruk, maka kedua pihak harus
memulai kembali tahapan kesepakatan solusi untuk memilih solusi yang baru.
4
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 7.
7
H. Aspek-aspek Manajemen Konflik
Pendapat Robbins (2002) dalam Muspawi (2014) mengenai beberapa aspek
gaya manajemen konflik yang sering dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Accommodating (akomodasi)
Jenis yang menitik beratkan pada kepentingan dua pihak yang cara
penyelesaiannya dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga harus mendengarkan
dan mengumpulkan setiap pendapat dari kedua belah pihak. Selanjutnya, pihak
ketiga memberikan beberapa solusi yang dapat mengadopsi kedua kepentingan,
atau juga bisa berat sebelah.
2. Avoiding (menghindari)
Jenis ini dilakukan untuk mencegah dan menghindari potensi konflik. Tujuan
utama dari jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya konflik. Dalam konteks
organisasi yang bertanggung jawa atas atas hal ini harus memiliki daya analis
yang kuat terhadap lingkungan perusahaan. Ia harus peka dan dapat
mengidentifikasi sedini mungkin adanya konflik sekaligus menentukan kebijakan
sebelum konflik benar benar terjadi.
3. Compromising (berkompromi)
Dikenal sebagai jenis strategi yang positif karena kedua pihak yangn berselisih
memilih berkompromi untuk mengambil solusi untuk kepentingan bersama.
Terdapat 4 cara penyelesaian dengan compromising yaitu:
4. Collaborating (kolaborasi)
Jenis ini juga dianggap memiliki output yang positif karena setiap anggota
dari kedua pihak dipersilahkan untuk bekerja sama menyelesaikan konflik.
Namun, strategi ini hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak sepakat mencari
solusi dengan tujuan kepentingan bersama.
5. Competing (bersaing)
Jenis ini dilakukan untuk membuat para pelaku bersaing dan memenangkan
kepentingannya masing-masing. Pada akhirnya aka nada pihak yang menang dan
kalah dalam adu argument. Jenis manajemen konflik ini dilakukan bila bersifat
mendesak dan harus mengambil keputusan dengan cepat.5
5
Eko Sudarmanto dkk, Manajemen Bisnis (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 53.
8
I. Indikator Manajemen Konflik
Menurut Ade Florent, indikator manajemen konflik adalah sebagai berikut:
2. Struktur Organisasi
3. Komunikasi
4. Perbedaan Individu
Setiap individu adalah individu yang unik. Setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Ade Florent (2010)
perbedaan individu dilatar belakangi oleh pendidikan, budaya, lingkungan
sosial, etnik, dan lain-lain. Perbedaan latar belakang di atas menimbulkan
perbedaan dalam bersikap dan bertindak di lingkungan kerja. Perbedaan ini
apabila tidak disikapi dengan bijaksana akan memicu terjadinya konflik.6
6
Suharsimi Arikunto dkk, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media 2009). Hal. 2
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik dapat terjadi di lingkungan mana saja termasuk lingkungan
perusahaan. Untuk itu pimpinan harus mampu mengelola konflik secara baik agar
tujuan organisasi atau perusahaan dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang
menciptakan terjadinya konflik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmanto, E., Sari, D. P., Tjahjana, D., Wibowo S, E., Mardiana, S. S., &
Purba, B. (2021). Manajemen Konflik. Yayasan Kita Menulis.
11