Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KONFLIK DAN

KEPEMIMPINAN ORGANISASI

DISUSUN OLEH :

CHANDRA IYEDA
180303043

DOSEN PEMBIMBING : MUHAMMAD FAUZAN ISMA

MATA KULIAH MANAJEMEN KUALITAS AIR

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Manajemen Konflik Dan Kepemimpinan Organisasi”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian Manajemen Konflik .......................................................3
2.2 Jenis-jenis Konflik.............................................................................3
2.3 Penyebab Terjadinya Konflik ...........................................................4
2.4 Solusi dalam menyelesaikan konflik ................................................7
2.5 Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi...................................8
2.6 Macam-Macam Tipe Kepemimpinan...............................................9
2.7 Gaya Kepemimpinan........................................................................12
2.8 Teori Dasar Kepemimpinan.............................................................15
BAB III PENUTUP.........................................................................................18
A. Kesimpulan........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sepanjang kehidupan manusia senantiasa dihadapkan dengan berbagai
konflik baik itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap
anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada berbagai konflik diantaranya
konflik antar individu, konflik antar kelompok atau yang lain. Di dalam
organisasai perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik.
Dalam paradigma lama banyak orang percaya bahwa konflik akan menghambat
organisasi berkembang. Namun dalam paradigma baru ada pandangan yang
berbeda. Konflik memang bisa menghambat, jika tidak dikelola dengan baik,
namun jika dikelola dengan baik konflik bisa menjadi pemicu berkembangnya
organisasi menjadi lebih produktif.
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi.
Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang
muncul dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik, termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku
dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Salah satu masalah yang paling populer dewasa ini adalah masalah
kepemimpinan. Pentingnya manajemen merupakan salah satu alat dalam
kehidupan suatu organisasi, terutama dalam bidang kehidupan manusia selalu
mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini selalu dititik beratkan kepada
pimpinan. Pimpinanlah yang merupakan motor penggerak dari sesuatu usaha atau

1
kegiatan. Pimpinan tersebut harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen, terutama dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan yang
dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efektif dan
efisien.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut, maka berhasil tidaknya suatu usaha
pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian besar akan ditentukan oleh
kemampuan pimpinan yang memegang peranan penting dalam rangka
menggerakkan orang-orang bawahannya, Keterampilan kepemimpinan
(Leadership Skill) yang baik dan efektif sangat penting untuk membangun,
mendorong dan mempromosikan budaya dalam perusahaan yang kuat dan
akhirnya mencapai kesuksesan. Dengan demikian, keterampilan kepemimpinan
diperlukan untuk memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi hanya akan berkembang dan maju apabila cepat tanggap
terhadap perubahan yang pasti akan terjadi. Pemimpin masa kini dan masa depan
dituntut untuk tidak sekedar bersikap luwes dan beradaptasi dengan lingkungan
yang bergerak sangat dinamis, akan tetapi juga mampu mengantisipasi berbagai
bentuk perubahan dan secara proaktif menyusun berbagai program perubahan
yang diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian manajemen konflik ?
2. Apa jenis-jenis konflik?
3. Apa penyebab terjadinya konflik ?
4. Apa solusi dalam menyelesaikan konflik
5. Apa pengertian kepemimpinan dalam organisasi
6. Apa macam-macam tipe kepemimpinan
7. Bagaimana gaya kepemimpinan
8. Apa teori dasar kepemimpinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Konflik


Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik.
Definisi Manajemen Konflik menurut para ahli, diantara nya :
 Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan
proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus
menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang ideal
 Ross (1993) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan langkah-
langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik.
 Konflik adalah adanya ketidak pastian yang terjadi di dalam kelompok
(individu dengan individu ,individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok lainnya) akibat berlangsungnya suatu kejadian maupun
dikarenakan pencapaian yang dicapi kelompok lain , membuat kelompok
tersebut ingin menyamai pencapaian kelompok lain dengan cara-cara
terpuji maupun dengan cara-cara yang bisa menimbulkan pertentangan
dengan kelompok lain.

2.2 Jenis-jenis Konflik


Konflik terbagi menjadi berbagai macam jenisnya, dimana setiap pakar
konflik memiliki pandangan yang berbeda-beda. Menurut T.Hani Handoko ada 5
jenis konflik dalam kehidupan organisasi antara lain sebagai berikut :
1. Konflik dalam diri individu
Terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan
yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Contoh nya : karyawan disebuah
perusahaan dituntut untuk melakukan pekerjaan diluar batas kemampuannya.

3
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian, juga berasal
dari adanya konflik antar peranan seperti antara manajer dan bawahan.
3. Konflik antar individu dan kelompok
Berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman
yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Contoh nya : karyawan A
diasingkan oleh kelompok kerja karena dianggap melanggar norma - norma
kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Diakibatkan oleh pertentangan antar kelompok , mempunyai kepentingan
yang sama terhadap sesuatu. Contoh nya : perbedaan pendapat antara si a dan b yg
menyebabkan tidak adanya keputusan bersama dalam sebuah meeting perusahaan.
5. Konflik antar organisasi
Konflik ini timbul akibat bentuk persaingan ekonomi dan sistem
perekonomian suatu negara. Mengarahkan timbulnya pengembangan produk
baru,teknlogi dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
Contoh nya : Sebuah produsen hp merek x mengklaim salah satu jenis
produknya telah dijiplak oleh salah satu produsen hp lainya.

2.3 Penyebab Terjadinya Konflik


Setiap terjadinya konflik pasti memiliki latar belakang penyebabnya.
Menurut Hendricks W. (1992) mengidentifikasi proses terjadi nya konflik terdiri
dari tiga tahap ; peristiwa sehari-hari , adanya tantangan, dan timbulnya
pertentangan.
Secara umum terdapat beberapa penyebabnya, yaitu sebagai berikut :
1. Perbedaan
Perbedaan sering mengakibatkan hubungan yang baik menjadi tidak baik.
Dalam pembahasan ini perbedaan dibagi menjadi tiga :
a. Perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat bisa muncul kapan saja dan terjadi pada siapa
saja. Perbedaan pendapat disebabkan oleh pendapat yang disampaikan

4
seorang dengan orang lain berseberangan. Begitu juga jika kedua pihak
saling mempertahankan argumentasi masing-masing.
Penyelesaian nya yaitu dengan memilih pendapat yang mendekati
rasional dan lebih tepat. Serta tidak menolak mentah-mentah pendapat
orang lain dan menjadikan pendapat itu menjadi bahan masukan yang
pantas.
b. Perbedaan Pandangan
Merupakan perbedaan yang didasarkan bahwa tiap-tiap orang
memiliki keyakinan dalam hal sikap, memahami kedaan dan lingkungan
sekitar, sehingga kadang keyakinan yang dimiliki belum tentu diyakini
dan dimengerti orang lain.
Perbedaan pandangan bisa membuat sikap dan perilaku seseorang
berbeda antara yang satu dengan lain. Karena setiap orang masing-
masing memiliki nilai (ajaran agama, titah orang tua, pengetahuan dari
pendidikan , pengalaman, kata-kata mutiara dan lainnya)
Karena nilai yang dimiliki tersebut dapat membuat seseorang bisa
membatasi diri untuk melakukan sesuatu atau sama sekali tidak
melakukan sesuatu . Sebagai contoh : Persuhaan Y mengadakan acara
kantor untuk merayakan keberhasilan pelaksaaan proyek. Pada acara
tersebut ada yang minum alkohol sekadar untuk mencoba ada juga yang
minum sampai sempoyongan untuk melepas rasa kepenatan kerja.
c. Perbedaan Latar Belakang
Latar belakang yang berbeda diakibatkan karena adanya perbedaan
berbagai atribut yang dimiliki seseorang. Bisa berupa lingkungan sekitar
dan budaya yang sangat berpengaruh.
2. Dianggap Remeh
Seseorang bisa merasa mendapat konflik, bila merasa dianggap remeh oleh
orang lain. Sering mendapatkan ejekan , cemoohan akan membuat dirinya
tersinggung dan tertekan.
Didunia pekerjaan seseorang bisa dianggap remeh karena beberapa alasan
antara lain :

5
Sering membuat kesalahaan dalam bekerja , sehingga selalu mendapatan
olok-olokan dari rekan kerja
Pernah membuat kesalahaan dan kehilangan kepercayaan , akibat nya
orang lain berpendapat pembuat kesalahan tidak bisa diandalkan untuk
seterusnya
Suka menghidari kegiatan-kegiatan bersama , kurang percaya diri dalam hal
pergaulan
3. Dirugikan
Merasa dirugikan adalah keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan
hak dan kewajiban secara proporsional. Ketika seorang sudah bekerja ,
berkorban , mengabdi tetapi tidak mendapat kompensasi atau sekadar
pengakuan dari atasan dan orang lain serta merasa dirugikan ketika kewajban
yang harus dikerjakan mampu dilakukan tetapi tidak pernah diberikan
kesempatan untuk melakukan. Secara sengaja atau tidak dapat
mengakibatkan seseorang yang dirugikan tersebut akan menimbulkan konflik
untuk mencari keadilan atau sekadar sensasi.
4. Beban Kerja
Tuntutan profesional kerja , bisa membuat seseorang memiliki beban kerja
berat. Beberapa alasan kerja yang dapat menimbulkan konflik :
Banyaknya tuntutan pelanggan yang ingin dilayani pertama dan dalam
waktu yang secapatnya. Sementara karyawan dalam jumlah yang terbatas
Konflik bisa terjadi pada perkerjaan yang berada pada batas deathline,
konflik timbul saat sebagain saja yang serius bekerja dan sebagian hanya
santai-santai
5. Perubahan
Perubahan bisa menghasilkan konflik, sebagai contoh pergantian atasan
dari yang perhatian di ganti dengan atasan yang tempramen. Kebijakan
pimpinan baru bisa menghasilkan konkflik karena pemimpin tidak
memahami bawahan. Menyebabkan bawahan tidak akan menurut dan
menentang atasanya.

6
2.4 Solusi dalam menyelesaikan konflik
Ada beberapa solusi yang kiranya dapat dilaksanakaan dalam usaha – usaha
menyelesaikan konflik , yaitu :
1. Melakukan dan menarapkan konsep bekerja yang berkolaborasi dan
menjauhi sikap kerja yang bersaing secara negatif
Berkolaborasi adalah suatu situasi dimana pihak-pihak pada suatu konflik
masing-masing sangat berkeinginan untuk memuaskan sepenuhnya
kepentingan dari semua pihak
2. Menerapkan konsep adaptasi terhadap dimana perusahaan tersebut berada.
Jika kantor induknya di Negara Amerika , maka ketika iaa membuka
kantor cabang ke Negera lain seperti mayoritas muslim maka ia harus
menerapkan dan mengadaptasi dengan konsep budaya muslim yang berlaku
disana. Seperti mepersilahkan karyawan untuk memakai jilbab dan
menyediakan waktu dan tempat untuk Shalat lima waktu.
3. Menerapkan metode penyelesaian konflik
Menurut T.Hani Handoko ada tiga metode penyelesaian konflik yang
sering digunakan yaitu : dominasi atau penekanan , kompromi , dan
pemecahan masalah integratif. Metode ini berbeda dalam hal efektivitas dan
kreatifitas penyelesaian konflik serta pencegahan situasi konflik di masa
mendatang.
4. Menerapkan konsep yang realistis yang sesuai dengan SWOT perusahaan.
SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan) weaknesses
(kelemahan) opportunities (peluang) dan threats (ancaman) Dimana SWOT
ini dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang
berorientasi profit dan non profit . Dengan tujuan utama untuk mengetahui
keadaan organisasi tersebut
SWOT pada suatu perusahaan bertujuan untuk memberikan suatu panduan
agar persuhaan menjadi lebih fokus dan dapat dijadikan sudut pandang . baik
dalam segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang bisa
terjadi di masa yang akan datang

7
2.5 Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Menurut
Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang
kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta
sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk
sesaat (insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin paduan suara
dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang yang memimpin
suatu organisasi atau institusi.
kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini
mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya
organisasi agar dapat bersaing secara baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang
organisasi dan   manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek
individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut
menerapkan kepemimpinan.  Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam
arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas
bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan
konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah
individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna
mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya.
Pemimpin menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda.
Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang
anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong
kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

8
2.6  Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
1.      Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang
bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di
perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
2.      Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan
yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
 Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
 Mereka bersikap terlalu melindungi.
 Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri.
 Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif.
 Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri,
 Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3.      Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
 Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
 Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

9
 Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan.
 Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
 Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
 Komunikasi hanya berlangsung searah.
4.      Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
 mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus
dipatuhi.
 pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
 berambisi untuk merajai situasi.
 setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
 bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
 semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi.
 adanya sikap eksklusivisme.
 selalu ingin berkuasa secara absolute.
 sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
 pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
5.      Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan

10
sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau
karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya
morat marit dan kacau balau.
6.      Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme
7.      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya
terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada
tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8.      Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap
warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas
setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

11
2.7  Gaya Kepemimpinan
1.      Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk
yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak
adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan
bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan
menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk
memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan
dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
2.      Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan,
kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.
3.      Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan
anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor,
2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.

12
Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang
dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar
dapat menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif
sangat cocok dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi
yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi
kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan
kepada bawahannya.
4.      Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan
peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur
yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada
umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara
kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan
dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak
boleh lepas dari ketentuan yang ada.
5.       Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini
hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan
keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau
sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.
6.      Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan
yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang
diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada

13
bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini
bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya
sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
7.      Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka
sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe
kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong
Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.
8.      Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan
jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini.
Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun
kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang
tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali
hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
9.      Gaya Kepemiminan Moralis
  Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena
kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan

14
seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa
tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya
kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini  
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
10.  Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko
dan mereka cenderung  mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah  kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.
11.  Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan
didasarkan pada proses analisis,  terutama analisis logika pada setiap informasi
yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini
sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang
masuk akal serta kuantitatif.
12.  Gaya kemimpinan   asertif (Assertive).
 Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian
yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan
kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa
sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

2.8  Teori Dasar Kepemimpinan


Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya
tiga teori dasar kepemimpinan:

1.        Teori Genetis (Keturunan). 

15
Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—
(pemimpin  itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis. Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri
seorang pemimpin. Menurut teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits
within the individual leader. Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena
dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu
(leader were borned and note made).
2.        Teori Sosial.
  Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka
teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah
bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau dididik
bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para
penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap
orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup. Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of
the group). Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih
penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang
didampinginya.
3.    Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga.
Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya
akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang

16
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga
dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak
hanya didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga
ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan dipandang sebagai suatu
fungsi dari situasi (function of the situation). Teori yang ketiga ini menunjukkan
bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses
tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu
berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok
yang didampingnya.

BAB III

17
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik . Konflik memiliki berbagai defini dari
beberapa para ahli. Salah satu nya yaitu Ross (1993) menyatakan bahwa
manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau
pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian
konflik.
Konflik juga terbagi atas berbagai macam jenis diantara nya : Konflik
dalam diri individu , Konflik antar individu dalam organisasi yang sama , Konflik
antar individu dan kelompok , Konflik antar kelompok dalam organisasi yang
sama dan Konflik antar organisasi
Setiap konflik yang terjadi tentunya ada penyelesaian nya , berikut adalah
beberapa solusi untuk menyelesaikan konflik :
1. Melakukan dan menarapkan konsep bekerja yang berkolaborasi dan
menjauhi sikap kerja yang bersaing secara negatif
2. Menerapkan konsep adaptasi terhadap dimana perusahaan tersebut berada
3. Menerapkan metode penyelesaian konflik menurut T.Hani Handoko
4. Menerapkan konsep yang realistis yang sesuai dengan SWOT perusahaan
Organisasi sebagai kesatuan sosial, yaitu terdiri dari orang atau kelompok
orang yang berinteraksi satu sama lain. Setiap organisasi dituntut selalu peka
terhadap aspirasi, keinginan, tuntutan dan kebutuhan berbagai kelompok dengan
siapa organisasi berinteraksi.
Kepemimpinan yang merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan agar
kehidupan menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku
hukum rimba. Kepemimpinan juga dapat dikatakan penting apabila memanfaatkan
dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara yang tepat . Maka dari itu
seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong
perilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan

18
masalah, mempelajari perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok juga merupakan sarana
pencapaian tujuan. Pemimpin dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan
yang strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam
kehidupan kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

19
Farmi, Irham. 2014. Perilaku Organisasi: Teori dan Aplikasi. Bandung- Jakarta
Barat: Alfabeta.

Duha, Timotius. 2016. Perilaku Organisasi. Yogyakarta

Pangarso, Astadi 2016. Perilaku Organisasi. Yogyakarta

20

Anda mungkin juga menyukai