Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ANTROPOLOGI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

REVITA DENI
230401008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Antropologi Indonesia”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Langsa, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Suku Batak.................................................................................................2
B. Suku Karo..................................................................................................4
C. Suku Aceh.................................................................................................6
D. Jawa Sumatra ............................................................................................9
E. Nias............................................................................................................11
F. Jawa Aceh..................................................................................................13
G. Jawa Tamiang ...........................................................................................15
H. Suku Alas...................................................................................................17
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

i
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia, dengan lebih dari 17 ribu pulau dan lebih dari 300 kelompok
etnis yang berbeda, merupakan salah satu negara paling beragam budayanya di
dunia. Keberagaman ini mencakup bahasa, agama, seni, tradisi, dan banyak aspek
kehidupan sehari-hari lainnya. Dalam bidang antropologi, Indonesia adalah
laboratorium budaya yang sangat menarik untuk dipelajari.
Makalah ini akan menjelajahi keragaman budaya Indonesia melalui lensa
antropologi, membahas bagaimana budaya-budaya yang beragam ini telah
berkembang, bertahan, dan berinteraksi satu sama lain. Antropologi adalah ilmu
yang memungkinkan kita untuk memahami kompleksitas dan keunikannya, serta
mengungkap lapisan-lapisan makna yang ada di balik perbedaan-perbedaan ini.
Kami akan mengulik beberapa aspek kunci dari keragaman budaya
Indonesia, termasuk bahasa dan sastra, seni pertunjukan, adat istiadat, makanan
tradisional, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan. Setiap elemen budaya ini
adalah bagian integral dari identitas masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
Antropologi membantu kita menghargai nilai-nilai yang mendasari
budaya-budaya ini dan bagaimana mereka membentuk pandangan dunia dan
kehidupan sehari-hari orang-orang Indonesia. Selain itu, kita juga akan melihat
bagaimana globalisasi dan perubahan sosial memengaruhi budaya-budaya ini,
serta bagaimana mereka merespons tantangan-tantangan modern.
Dalam era globalisasi saat ini, pemahaman yang mendalam tentang
keragaman budaya menjadi semakin penting. Budaya adalah salah satu aset paling
berharga dari suatu bangsa, dan melalui penelitian antropologi, kita dapat
merawat, melindungi, dan memahami warisan budaya Indonesia yang kaya ini.
Melalui makalah ini, kita akan memulai perjalanan kita ke dalam beragamnya
budaya Indonesia dan mengeksplorasi cerita-cerita menarik di balik setiap elemen
budaya ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Suku Batak
Suku Batak merupakan salah satu kelompok etnis yang tinggal di wilayah
utara Pulau Sumatera, Indonesia. Mereka menetap di provinsi Sumatera Utara,
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan,
Samosir, Karo, Dairi, Simalungun, Langkat, dan sebagian kecil di provinsi Aceh
dan Riau.
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Batak adalah salah satu bahasa yang paling menonjol dan
menarik di Indonesia. Bahasa ini terbagi menjadi beberapa dialek, di antaranya
Bahasa Batak Toba, Bahasa Batak Karo, Bahasa Batak Simalungun, dan Bahasa
Batak Pakpak. Setiap dialek memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri,
meskipun Bahasa Batak Toba adalah yang paling umum digunakan.
Dalam bahasa Batak, sastra lisan berperan penting dalam mengabadikan
tradisi dan nilai-nilai budaya. Cerita rakyat, legenda, dan mitos suku Batak
disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Beberapa sastra lisan terkenal
melibatkan tokoh-tokoh heroik seperti Si Raja Batak, serta cerita-cerita yang
menggambarkan perjuangan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Batak.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan merupakan bagian integral dari budaya suku Batak.
Tari tradisional, seperti "Tor Tor," sering dipentaskan dalam berbagai upacara
adat, perayaan, atau festival. Tarian ini diiringi oleh musik tradisional Batak yang
dimainkan dengan alat-alat seperti gondang (gondang sabangunan) dan hasapi.
Tarian Tor Tor adalah tarian yang bersifat ritual, dan gerakan-gerakan
dalam tarian ini memiliki makna simbolis yang dalam. Biasanya, tarian ini
melibatkan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang mengikuti irama musik yang
khas.

2
3. Adat Istiadat
Adat istiadat suku Batak sangat kompleks dan kaya dengan simbolisme.
Upacara adat, seperti upacara pernikahan, upacara pemakaman, atau upacara adat
lainnya, dijalani dengan ketat mengikuti tradisi dan aturan adat yang telah ada
sejak lama.
Masyarakat Batak memiliki sistem kekerabatan yang rumit dengan
perbedaan status dan peran yang jelas dalam keluarga. Contohnya, dalam sistem
Batak Toba, terdapat konsep "boru" untuk perempuan dan "aga" untuk laki-laki,
yang menentukan peran dan tanggung jawab dalam masyarakat.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional suku Batak memiliki rasa yang khas dan unik. Salah
satu hidangan terkenal adalah "naniura," yaitu ikan yang difermentasi dengan
bumbu khas Batak. Selain itu, ada "saksang," hidangan daging babi yang dimasak
dengan santan, daun andaliman, dan rempah-rempah lainnya.
"Ulos" adalah makanan khas Batak yang juga memiliki makna simbolis.
Ini adalah kain tenun tradisional yang sering diberikan sebagai hadiah dalam
upacara adat atau sebagai simbol persahabatan.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Batak bervariasi berdasarkan subkelompok. Contoh
pakaian adat termasuk "ulos," yang merupakan kain tenun dengan berbagai corak
dan motif yang bervariasi. Ulos biasanya dikenakan dalam upacara adat penting,
seperti pernikahan, pemakaman, atau upacara lainnya.
Pakaian adat juga mencakup aksesoris seperti kalung dan gelang yang
memiliki makna simbolis dalam budaya Batak. Setiap aksesoris memiliki arti
yang mendalam dalam konteks adat istiadat.
6. Kepercayaan dan Agama
Mayoritas suku Batak memeluk agama Kristen, baik Katolik maupun
Protestan. Namun, masih ada sebagian kecil masyarakat yang mempraktikkan
agama dan kepercayaan tradisional Batak.
Agama Kristen memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Batak, dan banyak perayaan agama yang diadakan secara meriah.

3
Gereja-gereja di daerah Batak sering menjadi pusat kehidupan sosial dan
keagamaan.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan tradisional Batak mencakup berbagai teknik seperti ukiran
kayu, ukiran batu, dan pembuatan ulos. Ukiran kayu dan ukiran batu digunakan
dalam pembuatan perabot rumah tangga, hiasan rumah, dan monumen. Seni ini
sering memadukan simbol-simbol tradisional dengan desain yang rumit.
Pembuatan ulos adalah seni tenun tradisional yang memerlukan
keterampilan khusus. Ulos sering digunakan sebagai pakaian adat dan juga
sebagai hadiah istimewa dalam upacara adat.
Dalam kesimpulannya, budaya suku Batak adalah warisan yang kaya dan
beragam dengan bahasa, seni pertunjukan, adat istiadat, makanan tradisional,
pakaian adat, kepercayaan, dan seni kerajinan yang unik. Identifikasi aspek-aspek
ini menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah panjang suku Batak di
Indonesia.

B. Suku Karo
Suku Karo adalah salah satu subkelompok suku Batak yang menetap di
daerah sekitar Danau Toba di Sumatra Utara, Indonesia. Budaya, bahasa, dan
tradisi suku Karo memiliki karakteristik yang khas dan unik.
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Karo adalah bahasa utama yang digunakan oleh suku Karo. Bahasa
ini memiliki sistem aksara sendiri yang dikenal sebagai "aksara Karo." Aksara ini
merupakan alfabet khusus yang digunakan dalam penulisan bahasa Karo. Bahasa
Karo juga memiliki beberapa dialek tergantung pada wilayah geografisnya.
Penting untuk dicatat bahwa bahasa Karo memiliki peran penting dalam
pengawetan budaya Karo dan sebagai media untuk mengungkapkan gagasan-
gagasan budaya mereka.
Sastra lisan dalam bahasa Karo juga memiliki peran yang penting dalam
budaya suku Karo. Berbagai cerita rakyat, dongeng, lagu-lagu, dan peribahasa
disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sastra lisan ini

4
sering mengandung pesan moral, sejarah, atau nilai-nilai budaya yang diwariskan
dari nenek moyang.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan suku Karo mencakup tarian tradisional seperti "Tari Piso
Surit." Tarian ini menggambarkan cerita rakyat Karo dan sering ditarikan dalam
berbagai upacara adat dan perayaan. Selain itu, seni musik tradisional seperti
gendang dan gitar akustik Karo juga mendukung pertunjukan mereka.
3. Adat Istiadat
Adat istiadat suku Karo sangat dipengaruhi oleh aktivitas pertanian
mereka. Mereka memiliki sistem adat yang ketat yang mengatur berbagai aspek
kehidupan, mulai dari proses bercocok tanam hingga upacara-upacara yang
berhubungan dengan tanah dan panen. Salah satu upacara penting adalah
"Manortor," yang merupakan upacara syukuran setelah panen berlangsung. Dalam
upacara ini, keluarga dan masyarakat bersama-sama merayakan hasil panen dan
berterima kasih kepada leluhur atas kesuburan tanah.
Pernikahan di suku Karo juga adalah peristiwa penting. Upacara
pernikahan Karo adalah serangkaian upacara yang kompleks dan diatur oleh adat
istiadat yang telah ada selama berabad-abad. Upacara ini melibatkan tarian
tradisional dan berbagai tahapan simbolis yang mewakili ikatan dan komitmen
antara dua keluarga.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional suku Karo sering kali terkait dengan hasil pertanian
mereka. Padi, jagung, dan ubi menjadi bahan makanan pokok. Salah satu
hidangan terkenal adalah "nasi karo," yang disajikan dengan berbagai lauk-pauk
tradisional seperti "rendang Karo" (hidangan daging rendang khas Karo) dan
"arsik" (ikan mas yang dimasak dengan bumbu khas Karo). Makanan ini sering
disajikan dalam upacara adat atau perayaan keluarga.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat suku Karo mencakup kain ulos yang memiliki motif dan
warna yang khas. Kain ulos adalah simbol penting dalam budaya Karo dan
digunakan dalam berbagai upacara, termasuk pernikahan, pemakaman, dan

5
upacara adat lainnya. Ulos juga sering diberikan sebagai hadiah istimewa atau
sebagai simbol persahabatan.
6. Kepercayaan dan Agama
Agama memiliki peran penting dalam kehidupan suku Karo. Mayoritas
suku Karo menganut agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Agama
Kristen telah memainkan peran penting dalam membentuk etika dan nilai-nilai
dalam masyarakat Karo. Selain itu, beberapa aspek kepercayaan tradisional masih
dijaga oleh sebagian kecil masyarakat Karo yang mempraktikkan kepercayaan
terhadap leluhur dan roh-roh alam.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan suku Karo melibatkan ukiran kayu dan pembuatan alat-alat
rumah tangga tradisional. Salah satu contohnya adalah "rukak karo," sebuah meja
tradisional Karo yang dihiasi dengan ukiran indah. Seni kerajinan ini
mencerminkan keterampilan tinggi masyarakat Karo dalam pengolahan kayu dan
batu.
Suku Karo adalah kelompok etnis yang kaya akan budaya dan tradisi yang
unik di Indonesia. Bahasa dan sastra Karo, adat istiadat yang ketat, agama Kristen,
makanan tradisional yang lezat, pakaian adat berwarna-warni, seni pertunjukan
yang mengagumkan, dan seni kerajinan yang indah semuanya merupakan elemen
penting dari identitas budaya mereka. Meskipun budaya Karo terus beradaptasi
dengan perubahan zaman, nilai-nilai tradisional dan penghargaan terhadap
warisan budaya tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Karo
saat ini.

C. Suku Aceh
Suku Aceh, juga dikenal sebagai Acehnese, adalah kelompok etnis yang
mendiami provinsi Aceh di ujung utara Pulau Sumatra, Indonesia. Aceh memiliki
budaya dan tradisi yang kaya dan unik, yang mencerminkan pengaruh Islam yang
kuat serta warisan budaya tradisional yang berakar dalam sejarah panjang mereka.

6
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Aceh adalah bahasa utama yang digunakan oleh suku Aceh.
Bahasa ini memiliki sejumlah dialek yang bervariasi di berbagai daerah di Aceh.
Alfabet aksara Aceh, juga dikenal sebagai "aksara Jawoë," digunakan dalam
penulisan bahasa Aceh. Bahasa Aceh memiliki peran penting dalam
mempertahankan identitas budaya suku Aceh dan mengungkapkan gagasan-
gagasan budaya mereka.
Selain bahasa, sastra lisan dalam bahasa Aceh juga merupakan bagian
integral dari budaya Aceh. Sastra lisan ini mencakup berbagai cerita rakyat, puisi
lisan, dan kisah-kisah bersejarah yang disampaikan secara lisan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Karya-karya sastra lisan ini sering mengandung pesan
moral, nilai-nilai budaya, dan pengetahuan tentang sejarah Aceh.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan Aceh merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
budaya mereka. Salah satu bentuk seni pertunjukan yang paling terkenal adalah
Tari Saman. Tari Saman adalah tarian yang sangat dinamis yang melibatkan
sekelompok penari yang menyajikan gerakan tangan yang cepat dan terkoordinasi
dengan sempurna. Gerakan-gerakan ini sering diiringi oleh nyanyian dan irama
musik yang membentuk tarian yang memukau.
Selain Tari Saman, seni pertunjukan Aceh juga mencakup seni musik
tradisional yang melibatkan berbagai alat musik seperti "rapai" (alat musik
perkusi) dan "suling" (seruling). Musik tradisional Aceh sering digunakan dalam
berbagai upacara adat, seperti pernikahan dan perayaan budaya.
3. Adat Istiadat
Adat istiadat memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Hukum Islam, yang diinterpretasikan sesuai dengan pemahaman mereka tentang
syariah, mempengaruhi banyak aspek adat istiadat Aceh. Provinsi Aceh adalah
salah satu dari sedikit provinsi di Indonesia yang menerapkan hukum syariah
dalam beberapa kasus perdata dan pidana.
Upacara pernikahan di Aceh adalah peristiwa penting yang diatur oleh adat
istiadat yang sangat ketat. Perkawinan adat Aceh melibatkan banyak ritual, seperti

7
"Meuduro," di mana pengantin wanita diberikan pertanyaan untuk menguji
keseriusan mereka dalam melangsungkan pernikahan. Selain itu, upacara adat
lainnya juga sering diadakan, seperti upacara penyambutan kelahiran dan upacara
kematian.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Aceh terkenal dengan rasa pedas dan rempah-rempah
yang kaya. Salah satu hidangan terkenal adalah "rendang Aceh," yaitu hidangan
daging yang dimasak dalam santan dan bumbu rempah-rempah khas Aceh.
Hidangan lainnya termasuk "mie Aceh," "kuah beulangong" (kuah ikan dengan
santan), dan "kari Aceh."
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Aceh sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, usia,
dan kesempatan. Pria Aceh sering mengenakan pakaian seperti "jongki" (kain
panjang yang digulung di pinggang) dan "kopeah" (topi tradisional).
Wanita Aceh sering mengenakan "baju kurung" yang terbuat dari kain
khas Aceh yang dikenal sebagai "kain meukubah." Pakaian adat ini sering dihiasi
dengan motif yang indah dan sering digunakan dalam upacara pernikahan, acara
adat, dan perayaan.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas suku Aceh menganut agama Islam. Aceh dikenal sebagai salah
satu provinsi di Indonesia yang sangat konservatif dalam praktik Islamnya.
Sejarah panjang Aceh sebagai pusat Islam di Asia Tenggara tercermin dalam
banyak situs bersejarah, seperti Masjid Baiturrahman di Banda Aceh, yang
merupakan salah satu masjid tertua dan terpenting di Indonesia.
Selain agama Islam, beberapa aspek kepercayaan tradisional Aceh masih
ada dalam masyarakat. Keyakinan terhadap leluhur, roh alam, dan adat istiadat
adat istiadat pra-Islam masih ada dalam sebagian kecil masyarakat Aceh yang
mempraktikkan kepercayaan tradisional.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan Aceh mencakup berbagai jenis kerajinan tangan yang indah.
Salah satu jenis kerajinan terkenal adalah "songket," yaitu kain tenun yang dihiasi

8
dengan benang emas atau perak. Songket Aceh sering digunakan dalam berbagai
upacara adat dan pernikahan sebagai simbol kemewahan dan status.
Selain itu, seni ukir kayu juga merupakan bagian integral dari seni
kerajinan Aceh. Ukiran kayu digunakan dalam pembuatan berbagai jenis perabot
rumah tangga tradisional, seperti meja, kursi, dan hiasan dinding. Keahlian dalam
seni kerajinan ini telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Suku Aceh adalah kelompok etnis yang kaya akan budaya dan warisan
tradisional yang unik di Indonesia. Bahasa Aceh, adat istiadat yang kuat, agama
Islam yang konservatif, makanan pedas yang lezat, seni pertunjukan yang
memukau, pakaian adat yang berwarna-warni, seni kerajinan yang indah, dan
sejarah yang bersejarah adalah bagian integral dari identitas budaya mereka.
Meskipun budaya Aceh telah berubah seiring waktu, nilai-nilai tradisional dan
identitas budaya tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Aceh
saat ini. Budaya ini adalah aset berharga yang harus dijaga dan diwariskan kepada
generasi mendatang.

D. Jawa Sumatra
Suku Jawa adalah salah satu kelompok etnis yang menetap di pulau
Sumatra, Indonesia. Mereka membawa dengan mereka budaya, bahasa, dan tradisi
Jawa yang kaya. Meskipun berada di luar Pulau Jawa, budaya Jawa tetap hidup
dan berakar kuat di Sumatra.
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Jawa tetap menjadi bahasa utama yang digunakan oleh Suku Jawa
di Sumatra. Mereka juga menggunakan aksara Jawa dalam penulisan bahasa
mereka. Sastra Jawa, seperti cerita rakyat, legenda, dan puisi, masih dijaga dan
disampaikan dari generasi ke generasi. Beberapa di antaranya mungkin
mengandung pengaruh lokal dan tradisi Sumatra yang unik.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional Jawa tetap menjadi bagian penting dari
budaya Suku Jawa di Sumatra. Wayang kulit, sebuah pertunjukan teater bayangan
dengan tokoh-tokoh wayang, seringkali digelar untuk menceritakan kisah-kisah

9
epik dari mitologi Jawa. Selain itu, tari-tarian tradisional Jawa seperti "Tari
Bedhaya Ketawang" atau "Tari Srimpi" masih dipertahankan dan dipertunjukkan
dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya.
3. Adat Istiadat dan Tradisi
Suku Jawa di Sumatra tetap memegang teguh adat istiadat Jawa, meskipun
mereka juga telah mencampurkan pengaruh lokal dalam beberapa hal. Upacara
adat seperti pernikahan Jawa di Sumatra tetap dijalani dengan serius, dan mereka
mencerminkan kekayaan adat istiadat Jawa yang unik.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Jawa masih menjadi bagian penting dalam kehidupan
sehari-hari Suku Jawa di Sumatra. Hidangan khas seperti "nasi gudeg" (nasi
dengan santan dan gulai dari nangka muda) atau "soto ayam" (sup ayam khas
Jawa) sering disantap dalam keluarga atau di acara-acara tertentu. Hidangan ini
memiliki rasa yang kaya dan cita rasa yang khas.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Jawa yang khas juga masih sering digunakan dalam berbagai
upacara adat dan perayaan budaya. Wanita sering mengenakan "kebaya" dan "kain
batik," sedangkan pria mengenakan "jarik" atau "beskap." Pakaian adat ini
memiliki desain yang indah dan mencerminkan tradisi dan status sosial.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas Suku Jawa di Sumatra menganut agama Islam, meskipun ada
juga yang masih mempraktikkan kepercayaan-kepercayaan tradisional Jawa
seperti "kebatinan." Islam yang dianut oleh mereka sering memiliki nuansa
kejawen, yang mencampurkan unsur-unsur Islam dengan kepercayaan-
kepercayaan lokal Jawa.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan Jawa, seperti kerajinan tangan dari batik, ukiran kayu, dan
anyaman, masih dipraktikkan oleh Suku Jawa di Sumatra. Mereka menghasilkan
barang-barang seni yang indah dan bernilai tinggi yang mencerminkan keahlian
tradisional mereka.

10
Suku Jawa di Sumatra adalah kelompok etnis yang unik karena mereka
membawa budaya dan tradisi Jawa yang kaya ke wilayah Sumatra. Bahasa, seni
pertunjukan, adat istiadat, makanan, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan
semuanya merupakan aspek penting dari identitas budaya mereka. Meskipun
mereka berada di luar Pulau Jawa, budaya Jawa tetap hidup dan terus berkembang
di Sumatra, menciptakan warisan budaya yang kaya dan beragam. Budaya ini
adalah bagian penting dari keragaman budaya Indonesia secara keseluruhan.

E. Nias
Suku Nias adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami Pulau Nias,
yang terletak di barat pantai Sumatra, Indonesia. Mereka memiliki budaya dan
tradisi yang sangat kaya dan unik. Makalah ini akan menjelaskan berbagai aspek
budaya dan tradisi Suku Nias, mencakup bahasa dan sastra, seni pertunjukan, adat
istiadat, makanan tradisional, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan.
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Nias adalah bahasa utama yang digunakan oleh suku Nias. Bahasa
ini memiliki beberapa dialek tergantung pada wilayah di Pulau Nias. Meskipun
bahasa Indonesia juga digunakan secara luas, bahasa Nias tetap menjadi bahasa
ibu yang mendalamkan budaya dan identitas mereka.
Sastra lisan juga memiliki peran penting dalam budaya Nias. Cerita-cerita
rakyat, mitologi, dan kisah-kisah leluhur sering disampaikan secara lisan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Sastra lisan ini sering mengandung pesan moral,
nilai-nilai budaya, dan sejarah suku Nias.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional Nias mencakup berbagai jenis tarian dan
musik yang unik. Salah satu tarian terkenal adalah "Fataele," yang merupakan
tarian perang yang sangat energetik dan penuh semangat. Dalam tarian ini, para
penari menggunakan perisai dan senjata tradisional untuk menggambarkan aksi
perang dan kemenangan.
Selain tarian, seni musik tradisional seperti "Gendang Karo" dan
"Sasandu" juga memiliki peran penting dalam pertunjukan seni Nias. Alat musik

11
tradisional ini sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan perayaan
budaya.
3. Adat Istiadat
Adat istiadat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan suku
Nias. Mereka memiliki sistem sosial yang kuat dan hierarkis yang didasarkan
pada sistem "Humba Sada" atau "Rumah Besar." Setiap "rumah besar" adalah unit
sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki kepala rumah besar atau
"Tuan Humba."
Pernikahan adalah peristiwa penting dalam budaya Nias. Upacara
pernikahan di Nias sangat berwarna dan diatur oleh adat istiadat yang ketat.
Perkawinan adat Nias melibatkan banyak tahapan dan simbolisasi yang mewakili
ikatan dan komitmen antara dua keluarga.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Nias sering kali didasarkan pada bahan-bahan lokal
yang tersedia di Pulau Nias. Beras, jagung, dan ubi kayu adalah makanan pokok.
Salah satu hidangan terkenal adalah "bata ni si'omatö," yaitu hidangan nasi yang
disajikan dengan berbagai lauk seperti ikan, sayuran, dan hidangan daging.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Nias sering kali berwarna-warni dan dihiasi dengan motif-
motif tradisional yang khas. Pria sering mengenakan kain "ikat" yang digulung di
pinggang, sementara wanita mengenakan kain "hela" dengan berbagai aksesori
seperti kalung, gelang, dan anting-anting.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas suku Nias menganut agama Kristen, baik Katolik maupun
Protestan. Agama Kristen telah memainkan peran penting dalam membentuk etika
dan nilai-nilai dalam masyarakat Nias. Selain agama Kristen, beberapa aspek
kepercayaan tradisional Nias masih dijaga oleh sebagian kecil masyarakat yang
mempraktikkan kepercayaan terhadap leluhur dan roh-roh alam.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan Nias mencakup berbagai jenis kerajinan tangan yang indah,
termasuk ukiran kayu, anyaman, dan seni patung. Ukiran kayu Nias sering

12
digunakan dalam pembuatan perabot rumah tangga tradisional, seperti meja, kursi,
dan hiasan dinding. Seni kerajinan ini mencerminkan keahlian tinggi masyarakat
Nias dalam pengolahan kayu dan batu.
Suku Nias adalah kelompok etnis yang memiliki budaya dan tradisi yang
unik di Pulau Nias. Bahasa dan sastra Nias, seni pertunjukan yang dinamis, adat
istiadat yang kuat, makanan tradisional yang lezat, pakaian adat berwarna-warni,
agama Kristen, dan seni kerajinan yang indah semuanya merupakan elemen
penting dari identitas budaya mereka. Meskipun budaya Nias terus beradaptasi
dengan perubahan zaman, nilai-nilai tradisional dan penghargaan terhadap
warisan budaya tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Nias saat
ini.

F. Jawa Aceh
Suku Jawa di Aceh adalah kelompok etnis yang mendiami provinsi Aceh
di ujung utara Pulau Sumatra, Indonesia. Mereka membawa budaya Jawa yang
kaya ke wilayah Aceh dan telah mengadopsi elemen-elemen budaya Aceh yang
kuat. Suku Jawa di Aceh adalah kelompok etnis yang menetap di provinsi Aceh,
yang terletak di ujung utara Pulau Sumatra, Indonesia. Mereka membawa dengan
mereka budaya Jawa yang kaya dari Pulau Jawa dan telah memadukannya dengan
budaya Aceh yang kuat.
1. Bahasa dan Sastra Jawa di Aceh
Bahasa Jawa tetap menjadi bahasa utama yang digunakan oleh Suku Jawa
di Aceh. Mereka juga menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari. Bahasa Jawa di Aceh mencakup beberapa dialek tergantung pada wilayah di
Aceh. Sastra Jawa, seperti cerita rakyat, puisi, dan legenda, masih dilestarikan dan
diwariskan dalam bentuk lisan maupun tertulis.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional Jawa masih memiliki tempat istimewa dalam
budaya Suku Jawa di Aceh. Wayang kulit, pertunjukan teater bayangan dengan
tokoh-tokoh wayang yang terkenal, sering digelar untuk menceritakan cerita-cerita

13
epik dari mitologi Jawa. Tari-tarian tradisional Jawa seperti "Tari Srimpi" juga
masih dipentaskan dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya.
3. Adat Istiadat dan Tradisi
Suku Jawa di Aceh memegang teguh adat istiadat mereka yang
mencerminkan perpaduan antara budaya Jawa dan Aceh. Mereka memiliki sistem
sosial yang kuat dan berlapis, dan sistem kepemimpinan adat yang diatur oleh
tradisi Aceh yang telah lama ada. Pernikahan adat Jawa di Aceh memiliki
serangkaian ritual yang diatur dengan ketat, mencerminkan nilai-nilai dan norma
sosial yang dihormati.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Jawa masih menjadi bagian penting dalam kehidupan
sehari-hari Suku Jawa di Aceh. Hidangan seperti "nasi tumpeng," yang
merupakan nasi yang disajikan dalam bentuk kerucut dengan lauk-pauk yang
beragam, dan "sate" (daging yang ditusuk dan dipanggang) masih menjadi
hidangan favorit.
5. Pakaian Adat Jawa
Pakaian adat Jawa, seperti "kebaya" dan "kain batik," sering digunakan
dalam berbagai upacara adat dan perayaan di Aceh. Wanita Jawa sering
mengenakan kebaya, yang merupakan baju tradisional yang cantik, bersama
dengan kain batik yang berwarna-warni. Pria Jawa mungkin mengenakan kain
"ikat" dan baju tradisional lainnya sesuai dengan acara atau peristiwa tertentu.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas Suku Jawa di Aceh menganut agama Islam. Aceh, sebagai salah
satu provinsi paling konservatif dalam praktik Islam di Indonesia, memainkan
peran penting dalam membentuk kehidupan agama mereka. Meskipun agama
Islam mendominasi, beberapa aspek kepercayaan tradisional Jawa mungkin masih
ada dalam beberapa keluarga atau masyarakat yang mempertahankannya.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan Jawa mencakup berbagai jenis kerajinan tangan, seperti
ukiran kayu, anyaman, dan seni batik. Kerajinan kayu Jawa sering digunakan
dalam pembuatan perabot rumah tangga tradisional, seperti meja dan hiasan

14
dinding. Seni batik, khususnya, adalah bentuk seni yang sangat dihargai dan dapat
digunakan dalam pakaian atau sebagai hiasan.
Suku Jawa di Aceh adalah kelompok etnis yang membawa budaya Jawa
yang kaya dan memadukannya dengan budaya Aceh yang kuat. Bahasa, seni
pertunjukan, adat istiadat, makanan, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan
semuanya merupakan aspek penting dari identitas budaya mereka. Meskipun
mereka berada di luar Pulau Jawa, budaya Jawa tetap hidup dan terus berkembang
di Aceh, menciptakan warisan budaya yang kaya dan beragam. Budaya ini adalah
bagian penting dari keragaman budaya Indonesia secara keseluruhan.

G. Jawa Tamiang
Jawa Tamiang adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami
Kabupaten Aceh Tamiang di provinsi Aceh, Indonesia. Masyarakat Jawa Tamiang
memiliki budaya dan tradisi yang unik, yang mencerminkan pengaruh budaya
Jawa dan budaya Aceh. Suku Jawa Tamiang adalah kelompok etnis yang
menetap di Kabupaten Aceh Tamiang, provinsi Aceh, Indonesia. Mereka
membawa budaya Jawa yang kaya dan telah memadukannya dengan budaya Aceh
yang kuat. Makalah ini akan membahas berbagai aspek budaya dan tradisi Suku
Jawa Tamiang, mencakup bahasa dan sastra, seni pertunjukan, adat istiadat,
makanan tradisional, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan.
1. Bahasa dan Sastra Jawa Tamiang
Bahasa Jawa tetap menjadi bahasa utama yang digunakan oleh Suku Jawa
Tamiang. Mereka juga menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari. Sastra Jawa Tamiang mencakup cerita rakyat, legenda, dan puisi lisan yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahasa dan sastra adalah
cara untuk menjaga identitas budaya mereka.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional Jawa masih memiliki peran penting dalam
budaya Suku Jawa Tamiang. Tari-tarian tradisional Jawa seperti "Tari Srimpi"
sering dipertunjukkan dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya. Selain

15
itu, pertunjukan musik tradisional seperti "gamelan" juga dapat ditemui dalam
berbagai acara budaya.
3. Adat Istiadat dan Tradisi
Suku Jawa Tamiang memiliki adat istiadat yang kaya dan unik. Pernikahan
adat Jawa Tamiang, misalnya, melibatkan serangkaian ritual yang diatur dengan
ketat dan berlangsung dalam beberapa hari. Upacara ini mencerminkan
pentingnya ikatan keluarga dan komitmen antara pasangan yang menikah.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Jawa Tamiang sering kali didasarkan pada bahan-
bahan lokal yang tersedia di daerah tersebut. Hidangan seperti "nasi liwet" (nasi
dengan lauk-pauk yang beragam) dan "sate" (daging yang ditusuk dan
dipanggang) adalah hidangan yang sangat disukai dan sering disantap dalam
berbagai acara sosial.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Jawa Tamiang sering kali menggabungkan unsur-unsur Jawa
dan Aceh. Wanita sering mengenakan "kebaya" dengan "kain sarong" yang
dipasangkan. Pria biasanya mengenakan baju lengan panjang dengan kain panjang
yang disebut "kain jarik." Pakaian adat ini sering digunakan dalam upacara adat,
pernikahan, dan perayaan budaya.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas Suku Jawa Tamiang menganut agama Islam, yang merupakan
agama utama di Indonesia. Agama Islam memainkan peran penting dalam
membentuk nilai-nilai dan etika dalam masyarakat Jawa Tamiang. Meskipun
agama Islam mendominasi, beberapa aspek kepercayaan tradisional mungkin
masih ada dalam beberapa keluarga atau masyarakat yang mempraktikkannya.
7. Seni Kerajinan
Seni kerajinan Jawa Tamiang mencakup berbagai jenis kerajinan tangan,
seperti anyaman, seni patung, dan ukiran kayu. Masyarakat Jawa Tamiang sering
menghasilkan barang-barang seni yang indah dan bernilai tinggi yang
mencerminkan keahlian tradisional mereka.

16
Suku Jawa Tamiang adalah kelompok etnis yang unik karena mereka
membawa budaya Jawa yang kaya dan memadukannya dengan budaya Aceh yang
kuat. Bahasa, seni pertunjukan, adat istiadat, makanan, pakaian adat, agama, dan
seni kerajinan semuanya merupakan aspek penting dari identitas budaya mereka.
Meskipun mereka berada di luar Pulau Jawa, budaya Jawa Tamiang tetap hidup
dan terus berkembang, menciptakan warisan budaya yang kaya dan beragam.
Budaya ini adalah bagian penting dari keragaman budaya Indonesia secara
keseluruhan.

H. Suku Alas
Suku Alas adalah kelompok etnis yang mendiami wilayah pedalaman
Sumatra, Indonesia, dengan mayoritas penduduknya tinggal di Kabupaten Aceh
Tenggara. Masyarakat Alas memiliki budaya dan tradisi yang kaya, yang
mencerminkan kekayaan alam dan sejarah panjang mereka di Pulau Sumatra.
1. Bahasa dan Sastra
Bahasa Alas adalah bahasa utama yang digunakan oleh Suku Alas. Bahasa
ini memiliki beberapa dialek tergantung pada wilayah di Aceh Tenggara. Alfabet
Latin digunakan dalam penulisan bahasa Alas. Selain bahasa, sastra lisan juga
memiliki peran penting dalam budaya Alas. Cerita-cerita rakyat, mitologi, dan
kisah-kisah leluhur sering disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Sastra lisan ini memainkan peran penting dalam menyampaikan nilai-
nilai budaya dan sejarah Suku Alas.
2. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional Alas mencakup berbagai jenis tarian dan
musik yang unik. Tari-tarian tradisional seperti "Tari Saman Alas" adalah contoh
tarian yang sangat dinamis yang menggunakan gerakan tangan yang cepat dan
terkoordinasi dengan indah. Musik tradisional Alas menggunakan berbagai alat
musik seperti "gendang" (gendang kendang), "rebab" (alat musik gesek), dan
"serune kale" (seruling).

17
3. Adat Istiadat
Adat istiadat memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Alas.
Mereka memiliki sistem sosial yang berlapis, dengan kepala desa yang memiliki
otoritas di tingkat desa. Pernikahan adalah salah satu upacara adat yang paling
penting dalam budaya Alas. Upacara pernikahan Alas melibatkan serangkaian
ritual yang diselenggarakan dengan ketat dan melibatkan partisipasi komunitas.
4. Makanan Tradisional
Makanan tradisional Alas sering kali didasarkan pada bahan-bahan lokal
yang tersedia di wilayah pedalaman Sumatra. Beras, ikan, dan sayuran adalah
komponen utama dalam hidangan tradisional. Salah satu hidangan yang terkenal
adalah "pukis," yaitu kue dadar berbentuk bulan sabit yang terbuat dari tepung
beras dan gula merah.
5. Pakaian Adat
Pakaian adat Alas sering kali sederhana namun memperlihatkan kerajinan
tangan yang indah. Wanita Alas sering mengenakan "baju kurung" dengan "kain
sarung" yang dihiasi dengan motif tradisional. Pria mengenakan pakaian
tradisional yang terbuat dari kain "ikat" dan "jarik." Pakaian adat ini sering
digunakan dalam acara pernikahan, upacara adat, dan perayaan budaya.
6. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas Suku Alas menganut agama Islam, dengan sebagian kecil
masyarakat yang masih mempraktikkan kepercayaan tradisional dan adat istiadat
adat istiadat pra-Islam. Agama Islam memainkan peran penting dalam membentuk
nilai-nilai dan etika dalam masyarakat Alas.
7. Seni Kerajinan Alas
Seni kerajinan Alas mencakup berbagai jenis kerajinan tangan, seperti
anyaman dan pembuatan peralatan rumah tangga dari bahan alam. Anyaman
adalah salah satu bentuk seni kerajinan yang paling umum, dan produk anyaman
seperti tikar dan keranjang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Alas adalah kelompok etnis yang memiliki budaya dan tradisi yang
unik di Sumatra. Bahasa dan sastra, seni pertunjukan yang indah, adat istiadat
yang kuat, makanan tradisional yang lezat, pakaian adat yang cantik, agama yang

18
dipegang kuat, seni kerajinan yang indah, semuanya merupakan bagian penting
dari identitas budaya mereka. Budaya Alas adalah aset berharga yang harus dijaga
dan diwariskan kepada generasi mendatang. Ini adalah contoh yang luar biasa dari
keragaman budaya di Indonesia dan sumbangan budaya yang kaya dari Suku Alas
terhadap kek

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi keragaman budaya Indonesia
melalui lensa antropologi. Budaya Indonesia, dengan bahasa, seni, adat istiadat,
makanan, pakaian adat, agama, dan seni kerajinan yang beragam, merupakan aset
berharga yang mencerminkan identitas bangsa ini.
Antropologi membantu kita memahami keragaman budaya sebagai
kekayaan tak ternilai dan sebagai bagian dari identitas nasional Indonesia. Dalam
era globalisasi dan perubahan sosial, peran antropologi menjadi semakin penting
untuk memahami, menghormati, dan melindungi warisan budaya Indonesia.
Dengan menghargai dan memahami budaya satu sama lain, kita dapat
memperkuat persatuan dalam keberagaman dan mendorong penghormatan
terhadap semua kelompok etnis dan budaya di Indonesia. Melalui penghargaan
terhadap keragaman ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik yang
memadukan warisan budaya masa lalu dengan visi masa depan yang lebih cerah
untuk Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Benedict. (1983). "Imagined Communities: Reflections on the Origin


and Spread of Nationalism." Verso.

Geary, David. (1996). "Language of the Heart: Ritual and Chinese Popular
Religion." University of California Press.

Geertz, Clifford. (1973). "The Interpretation of Cultures." Basic Books.

Geertz, Clifford. (1980). "Negara: The Theatre State in 19th Century Bali."
Princeton University Press.

Geertz, Hildred. (2004). "The Javanese Family: A Study of Kinship and


Socialization." Free Press.

Hefner, Robert W. (1997). "The Politics of Multiculturalism: Pluralism and


Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia." University of Hawaii
Press.

Keeler, Ward. (1987). "Javanese Shadow Puppets." OUP USA.

Koentjaraningrat. (1985). "Introduction to the Peoples and Cultures of Indonesia."


Oxford University Press.

Pemberton, John. (1994). "On the Subject of 'Java'." Cornell University Press.

Suryadinata, Leo. (1992). "Indonesian Politics under Suharto: Order,


Development and Pressure for Change." St. Martin's Press.

Turner, Sarah. (2007). "The Balinese People: A Reinvestigation of Character."


Routledge.

21

Anda mungkin juga menyukai