Disusun Oleh
Kelompok I :
Irma Apriani (N 201 16 011)
Nur Fajriah Humairah (N 201 16 056)
Moh. Reza Rizaldy (N 201 16 086)
Delviana Monica Stefani (N 201 16 131)
Karmila (N 201 16 151)
Nur'aini (N 201 16 186)
Vivin Virdayanti (N 201 16 216)
oleh setiap masyarakat atau bangsa. Setiap bangsa akan menjalani tahap
pembangunan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera. Oleh
utama dalam struktur sosial, perilaku dan kelembagaan (Hapsari & Dharmayanti,
2016).
yang di dalamnya melibatkan multi sektor. Diperlukan adanya sinergi antar sector
daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Kualitas sumber daya
yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta
cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status
jumlah makanan, umumnya disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi yaitu
gizi buruk yaitu ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat, perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pola asuh
anak serta kurangnya sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak
Dharmayanti, 2016).
pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan
langsung dari kejadian gizi buruk pada balita. Hal ini disebabkan karena
konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan
remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu dan
Kesehatan, 2015).
berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi merupakan sentra untuk
cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan
memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan
sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam
37,2% balita bertubuh pendek, 19,6% memiliki berat badan kurang, 12,1%
berbadan kurus, sementara 11,9% kelebihan berat badan. Selama enam tahun
berkualitas yang sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang
baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi
kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan
ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi
kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam
angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup.
Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi
(Sasmiyanto, 2016).
1. Gizi yang memadai atau tercukupi pada suatu daerah akan menurunkan
kasus kematian akibat kekurangan asupan gizi pada bayi, balita dan anak-
pada suatu daerah pun akan lebih optimal. Sebaliknya, apabila angka
semestinya.
2. Gizi yang memadai atau tercukupi pada suatu daerah akan mengurangi
angka kesakitan sehingga daya tahan fisik tubuh akan terjaga. Hal ini
meningkat.
3. Gizi yang memadai dan tercukupi juga akan mempengaruhi partisipasi
dapat diukur dengan suatu indeks, yaitu indeks pembangunan manusia atau
(Budiono, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
186–192.
Soraya, D., Sukandar, D., & Sinaga, T. (2017). Hubungan pengetahuan gizi ,
tingkat kecukupan zat gizi , dan aktivitas fisik dengan status gizi pada guru
SMP, 6(1).