Anda di halaman 1dari 9

Paper

GIZI DAN PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu: Yusma Indah Jayadi, S.Gz., M.Kes

Disusun Oleh
Kelompok I :
Irma Apriani (N 201 16 011)
Nur Fajriah Humairah (N 201 16 056)
Moh. Reza Rizaldy (N 201 16 086)
Delviana Monica Stefani (N 201 16 131)
Karmila (N 201 16 151)
Nur'aini (N 201 16 186)
Vivin Virdayanti (N 201 16 216)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
LATAR BELAKANG

Pembangunan merupakan suatu proses dan tahapan yang harus dijalani

oleh setiap masyarakat atau bangsa. Setiap bangsa akan menjalani tahap

pembangunan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera. Oleh

karena itu, pembangunan harus dilihat sebagai proses multidimensi yang

mencakup tidak hanya pembangunan ekonomi, namun juga perubahanperubahan

utama dalam struktur sosial, perilaku dan kelembagaan (Hapsari & Dharmayanti,

2016).

Pembangunan Nasional pada dasarnya adalah sebuah upaya pembangunan

yang di dalamnya melibatkan multi sektor. Diperlukan adanya sinergi antar sector

agar upaya pembangunan dapat dilaksanakan secara komprehensif dan

mengoptimalkan potensi masyarakat. Salah satu sektor penting dari upaya

pembangunan tersebut adalah pembangunan bidang gizi (Budiono, 2013).

Tujuan utama pembangunan Nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Kualitas sumber daya

manusia merupakan faktor utama yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan

pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu individu

yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status

gizi yang baik (Soraya, Sukandar, & Sinaga, 2017).

Tingginya tingkat kemiskinan masih banyak ditemukan di negara-negara

berkembang, khususnya di Indonesia. Masih banyak orang-orang miskin dengan

tingkat kesehatan yang buruk sehingga menderita kekurangan gizi. Pemerintah

Indonesia sering menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kemiskinan dan


peningkatan kesehatan di masyarakat, tetapi kenyataan di lapangan sangat

berbeda. Masih banyak ditemukan masal ah terkat kemiskinan serta buruknya

kesehatan di masyarakat (Hapsari & Dharmayanti, 2016).


ISI

A. Integrasi Pangan dan Gizi dalam Pembangunan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

Nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk hidup sehat. Tingginya tingkat kemiskinan masih banyak

ditemukan di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Masih

banyak orang-orang miskin dengan tingkat kesehatan yang buruk sehingga

menderita kekurangan gizi (Hapsari & Dharmayanti, 2016).

Penyebab utama terjadinya gizi buruk adalah kurangnya asupan gizi

dari makanan yang mengakibatkan terjadinya penyakit infeksi (UNICEF,

1998). Terbatasnya asupan gizi makanan yang dikonsumsi atau terbatasnya

jumlah makanan, umumnya disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi yaitu

kemiskinan. Penyebab tidak langsung yang mengakibatkan terjadinya kasus

gizi buruk yaitu ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh

masyarakat, perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pola asuh

anak serta kurangnya sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak

memadai. Masalah gizi merupakan akibat dari kemiskinan yang menimbulkan

ketidakcukupan pangan di rumah tangga. Di samping itu, kurangnya tingkat

pengetahuan dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup

sehat juga dapat mengakibatkan permasalahan gizi di masyarakat (Hapsari &

Dharmayanti, 2016).

Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama kesehatan dan

berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia. Faktor penyebab gizi

buruk dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu penyebab langsung dan


penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya

jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan menderita penyakit

infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu ketersediaan

pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan

pendidikan yang rendah. Faktor konsumsi makanan merupakan penyebab

langsung dari kejadian gizi buruk pada balita. Hal ini disebabkan karena

konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang

memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan

aman sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan dan

perkembangan balita (Oktavia, 2017).

Gizi merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki peran

besar dalam bebagai aspek yang pada akhirnya memberikan kontribusi

terhadap pembangunan suatu bangsa, diantaranya: 1) Investasi gizi pada

remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu dan

bermanfaat bagi keluarga kecilnya sebagai cikal bakal pencetakan sumber

daya manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung pada

keuntungan di bidang pertanian dengan peningkatan produksi untuk

penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat, dan menjaga keseimbangan

lingkungan dengan mempertahankan makan berbasis pangan lokal; 3)

Perbaikan gizi merupakan langkah awal dalam pengembangan SDM dan

penurunan kemiskinan; 4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi pasca

konflik; 5) program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi yang

mengedepankan HAM; dan 6) Gizi yang cukup meningkatkan imunitas dan


berperan pada pencegahan penyakit tidak menular (PTM) (Departemen

Kesehatan, 2015).

Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang

artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula

sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi

masyarakatnya. Gizi dalam kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa

berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi merupakan sentra untuk

pembangunan manusia. Seseorang yang hidup didukung dengan gizi yang

cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (fisik yang sehat,

cerdas, kreatif, produktivitas tinggi). Apabila semua penduduk suatu bangsa

memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan

sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam

pembangunan suatu bangsa (Departemen Kesehatan, 2015)

A. Gizi sebagai Input Pembangunan

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukan

37,2% balita bertubuh pendek, 19,6% memiliki berat badan kurang, 12,1%

berbadan kurus, sementara 11,9% kelebihan berat badan. Selama enam tahun

belum ada perkembangan dalam upaya pengurangan jumlah anak dengan

berat badan kurang ataupun anak kurus. Keberhasilan pembangunan suatu

bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas yang sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang

baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi
kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan

penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,

ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi

kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam

pembangunan Nasional. Kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya

angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup.

Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi

sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi

(Sasmiyanto, 2016).

Berdasarkan uaraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa input gizi

dalam pembangunan diantaranya adalah sebagai berikut;

1. Gizi yang memadai atau tercukupi pada suatu daerah akan menurunkan

kasus kematian akibat kekurangan asupan gizi pada bayi, balita dan anak-

anak di suatu daerah, sehingga akan mempengaruhi kuantitas sumber

daya manusia (SDM) di masa yang akan datang sehingga pembangunan

pada suatu daerah pun akan lebih optimal. Sebaliknya, apabila angka

kematian tinggi, maka pembangunan pun tidak akan berjalan dengan

semestinya.

2. Gizi yang memadai atau tercukupi pada suatu daerah akan mengurangi

angka kesakitan sehingga daya tahan fisik tubuh akan terjaga. Hal ini

akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang sehingga

akan lebih baik dalam bekerja, sehingga pembangunan pun akan

meningkat.
3. Gizi yang memadai dan tercukupi juga akan mempengaruhi partisipasi

dan kecerdasan anak di sekolah. Kecerdasan diperlukan untuk

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu bangsa akan lebih baik.

B. Gizi sebagai Output Pembangunan

Salah satu sektor penting dari upaya pembangunan Nasional adalah

pembangunan bidang gizi. Keberhasilan pembangunan gizi secara empiris

telah terbukti akan memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM).

Perbaikan kualitas SDM ini pada gilirannya akan mendukung keberhasilan

pembangunan Nasional. Secara Internasional, keberhasilan pembangunan

dapat diukur dengan suatu indeks, yaitu indeks pembangunan manusia atau

Human Development Index (HDI) yang merupakan ukuran agregat yang

mempengaruhi tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan suatu bangsa

(Budiono, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, I. (2013). PENGEMBANGAN MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

GIZI, 8(2), 166–175.

Hapsari, D., & Dharmayanti, I. (2016). FAKTOR PEMBANGUNAN WILAYAH

TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA Regional

Development Factors and Under Five Children Nutrition Status in

Indonesia, (29), 173–182.

Oktavia, S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STATUS GIZI BURUK PADA BALITA DI KOTA SEMARANG

TAHUN 2017 (Studi di Rumah Sakit Banyumanik Kota Semarang), 5,

186–192.

Sasmiyanto. (2016). STUDI KOMPARANSI INDIKATOR SEHAT BAYI,

BALITA DAN IBU HAMIL DI WILAYAH PESISIR PANTAI DAN

PEGUNUNGAN DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2015, 1(2).

Soraya, D., Sukandar, D., & Sinaga, T. (2017). Hubungan pengetahuan gizi ,

tingkat kecukupan zat gizi , dan aktivitas fisik dengan status gizi pada guru

SMP, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai