Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sejak lahir berada di dalam biosfer yang penuh dengan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang berada di dalam tubuh manusia, tumbuh di
beberapa bagian tubuh dalam keadaan tidak pernah statis, selalu berubah dari waktu
ke waktu sesuai kondisi lingkungan setempat. Pada tubuh dalam keadaan normal,
bakteri menghuni kulit, mulut dan di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya
merupakan bakteri yang sangat spesifik dalam hal kemampuan menggunakan bahan
makanan, kemampuan menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi
(secara evolusi) (Triyana, 2010).
Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora
normal, atau mikroba. Dalam waktu singkat, keberadaan mikroba bergantung
kepada faktor-faktor seperti seberapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan
prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup (Pelczar, 2008).
Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang
merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus
besar dan vagina. Bakteri ini terkadang sangat sulit dibedakan dengan bakteri
patogen yang menyebabkan penyakit pada setiap tubuh yang terluka maupun tidak
terluka yang dihuni oleh bakteri patogen tersebut. Dalam membedakan bakteri
patogen ataupun mikroorganisme flora normal tidak memiliki batasan yang jelas
karena hal tersebut bergantung dengan keadaan di lingkungan sekitar dan juga
keadaan manusia dimana flora normal tersebut tumbuh (Pebrin, 2011).
Walaupun seorang individu mempunyai mikroba yang normal, seringkali
terjadi bahwa selama hidupnya terdapat fluktuasi pada mikroba ini yang disebabkan
oleh keadaan kesehatan umum, nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor
lain (Irianto, 2008).
Mikroba yang bukan merupakan flora normal tubuh dapat ditemukan dari
penularan, bisa melalui udara, vektor seperti nyamuk dan kontak langsung dengan
pasien yang terinfeksi. Salah satu tempat yang memungkinkan terjadinya penularan
bakteri adalah rumah sakit. Cara penularannya dapat melalui udara, pengunjung,
kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi atau melalui perantara petugas
medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis, paramedis yaitu perawat, bidan dan
petugas kesehatan lainnya (Rukmono, 2012).
Infeksi yang didapat dari rumah sakit disebut sebagai infeksi nosokomial. Di
Indonesia tahun 2006 diperoleh angka persentasi terjadinya infeksi nosokomial di
Provinsi Lampung 4,3%, Jambi 2,8%, DKI Jakarta 0,9%, Jawa Barat 2,2%, Jawa
Tengah 0,5%, dan Yogyakarta 0,8% (Rukmono, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka yang melatarbelakangi praktikum Isolasi
dan Identifikasi Flora Normal adalah untuk mengetahui bagaimana cara
mengisolasi dan mengedintifikasi flora normal yang ada di permukaan kulit,
mukosa mulut, kulit kepala, selangkangan, dan sela jari dengan menggunakan
media NA dan PDA.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Isolasi dan Identifikasi Flora Normal, yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik isolasi flora normal pada tubuh manusia.
2. Untuk mengetahui morfologi koloni flora normal yang terdapat pada ketiak,
mukosa mulut, selangkangan, sela jari kaki, dan vagina.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum
Agar dapat menambah pengetahuan terkait jenis-jenis flora normal
yang terdapat pada beberapa bagian tubuh, sehingga dapat menjadi bahan
edukasi serta pembelajaran agar dapat menghindari resiko yang dapat
menyebabkan penyakit.
1.3.2 Manfaat bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Untuk membantu seorang tenaga kesehatan masyarakat mengetahui
dan mempelajari bagaimana teknik isolasi dan identifikasi flora normal, serta
dapat mengetahui cara-cara pencegahan penyakit oleh mikroflora agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flora Normal


Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir atau mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora
normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan
adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu
mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu
zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal
pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal
dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau
berpindah dari habitat yang semestinya (Pebrin, 2011).
Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.
Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis
bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada
tubuh orang sehat (Pelczar, 2008).
Ada bermacam-macam flora normal atau sering juga disebut bakteri dan
jamur yang terdapat pada tubuh manusia, misalnya bakteri yang berada pada pada
kulit, mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic
(misalnya corynebacterium, propionibacterium). Jamur dan ragi sering terdapat
pada lipatan-lipatan kulit, micro bacteria tahan asam nonpatogen terdapat pada
daerah-daerah yang kaya sekresi lemak atau sebum (genital, telingan bagian luar)
(Bernstein, 2007).
2.2 Teknik Isolasi Flora Normal
Isolasi flora normal merupakan aktivitas untuk menumbuhkan
mikroorganisme di luar dari lingkungan alaminya, atau memisahkan senyawa yang
bercampur sehingga dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Teknik
isolasi flora normal dilakukan dengan cara menggunakan dua medium, yaitu
medium NA (Nutrient Agar) dan medium PDA (Potato Dextrose Agar). Hal yang
perlu diperhatikan dalam isolasi mikroorganisme flora normal diantaranya adalah
prosedur teknik aseptic, jenis medium yang digunakan, dan teknik pemilihan
sumber biakan (koloni) (Gulli, 2014).

2.3 Medium
Medium merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Medium yang dibuat dalam percobaan
dimaksudkan untuk menumbuhkan mikroba. Oleh karena itu, proses pembuatannya
dilakukan dalam kondisi steril. Dalam praktikum, medium yang dibuat ada dua
macam berdasarkan konsistensinya, yaitu medium NA dan medium PDA (Hartati,
2012).
2.3.1 Medium NA (Nutrient Agar)
Menurut Hartati (2012), Nutrient Agar (NA) merupakan medium
padat dilihat dari konsistensinya. Berdasarkan fungsinya termasuk dalam
medium umum yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, dimana bahan-
bahannya terdiri dari:
1. Aquadest, yang berfungsi melarutkan bahan-bahan yang telah
dicampurkan.
2. Agar, yang merupakan merupakan zat pemadat atau pengeras medium.
3. Ekstrak daging berfungsi sebagai sumber protein dan mineral.
4. Pepton adalah protein yang terdapat pada susu kedelai, putih telur. Pepton
banyak mengandung nitrogen sehingga baik digunakan sebagai bahan
dalam pembuatan medium.
2.3.2 Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum
yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur.
Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan
juga agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan
untuk jamur (Hartati, 2012).
2.4 Bakteri/Jamur pada Vagina
2.4.1 Etiologi

Infeksi yang disebabkan jamur, bakteri atau virus mengakibatkan


perkembangan bakteri baik menurun sehingga perkembangan bakteri patogen
meningkat, dan menyebabkan pH vagina meningkat. Kurang menjaga
kebersihan pada area kewanitaan akan menimbulkan masalah keputihan
sehingga bakteri patogen meningkat dan mengakibatkan terjadinya infeksi
yang mudah menyebar ke area kewanitaan (Siregar, 2011).
2.4.2 Patogenesis
Penghuni utama vagina adalah bakteri Lactobacillus yang toleran
terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium
vagina dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan
glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur. Sebagai
akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada
sekitar 4,4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang mampu berkembang biak pada
pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterococus, dan
Candida albicans (Graham, 2007).
Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama
pH tetap asam. Apabila pH ini menjadi netral akan terdapat flora campuran
yaitu coccus dan bacil. Saat Pubertas, lactobacil aerob dan anaerob
ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan akan mempertahankan
keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat khususnya
glikogen. Keuntungan pembentukan asam ini yaitu untuk mencegah bakteri
yang bersifat patogen dalam vagina. Setelah manopause, lactobacil akan
berkurang jumlahnnya dan flora campuran coccus dan bacil akan muncul
kembali (Pelczar, 2008).
2.4.3 Pencegahan
Menurut Siregar (2011), beberapa pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi berkembangnya mikroorganisme pada vagina yaitu:
1. Tidak membilas atau mencuci vagina dengan cairan-cairan yang dapat
mengganggu keseimbangan pH vagina.
2. Hindari pakaian dalam yang ketat atau bahan yang tidak menyerap
keringat.
3. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang baik dan benar yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang, bukan sebaliknya.

2.5 Bakteri/Jamur pada Mukosa Mulut


2.5.1 Etiologi
Sariawan (stomatitis) dapat menyebabkan munculnya rasa gatal-gatal
dan sakit pada lidah dan wilayah mulut dan gusi. Penyebabnya adalah luka
tergigit, konsumsi makanan dan minuman yang panas, alergi, kurang
mengkonsumsi vitamin C, tidak menjaga kebersihan mulut, dan kekurangan
zat besi (Pelczar, 2008).
2.5.2 Patogenesis

Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena


sistem pertahanan alami dalam saliva rusak. Hal ini dikarenakan seringnya
mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa,
pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama. Pemakaian
deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat
sebagai peneyebab dari rusaknya kelenjar ludah. Bila dalam pemakaian yang
berlebihan, dapat dengan mudah merusak kelenjar ludah dan menghancurkan
sistem pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat
kumur atau pasta gigi juga dapat berpengaruh, sebab antiseptik ini bersifat
bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam
rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi
rusak. Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang
masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak.
Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat
merusak. Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan
ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat
berlangsung wajar, tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih,
melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya
dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri. Dalam keadaan yang tidak wajar, (trauma
atau stres) terjadi ketidak seimbangan imunologik yang melahirkan fenomena
alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang
menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan.
Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda
asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-
jaringan disekitarnya (Dharma, 2007).
2.5.3 Pencegahan

Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat


daerah lidah dengan sikat lembut. Bagi pengguna gigi tiruan, gigi tiruan harus
direndam dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif
dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan
yang tidak rata menyebabkan candida mudah melekat dan jika hanya
menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya (Gulli, 2014).
2.6 Bakteri/Jamur pada Ketiak
2.6.1 Etiologi
Menurut Siregar (2011), faktor penyebab terjadinya infeksi pada
ketiak yaitu:
1. Iklim panas dan kelembaban yang menyebabkan perspirasi meningkat.
2. Kebersihan kulit.
3. Perubahan hormon, seperti pada saat beranjak dewasa.
4. Saat stress atau gugup sehingga tubuh mengeluarkan banyak keringat.
2.6.2 Patogenesis
Kondisi kulit di area lipatan seperti ketiak jauh lebih sensitif
dibandingkan dengan kulit yang berada di area terbuka, seperti lengan dan
kaki. Karena lokasinya yang tertutup dan menyebabkan kondisinya selalu
dalam keadaan lembab. Kondisi yang lembab memungkinkan bakteri dan
jamur untuk tumbuh di area lipatan kulit. Kulit di daerah lipatan lebih tipis
dibandingkan dengan kulit di area lainnya. Hal itu menyebabkan kulit di
daerah lipatan lebih mudah mengadopsi atau menyerap benda apapun yang
dioleskan, seperti salep, bedak, krim atau lotion. Karena sifatnya yang mudah
mengabsorpsi itulah, maka kulit di daerah lipatan cenderung lebih mudah
mengalami iritasi (Bernstein, 2007).
2.6.3 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebaiknya jangan memakai
pakaian dari kain linen dan sutera karena bisa menyebabkan endapan keringat
yang bisa menciptakan bau badan dan memudahkan tumbuhnya bakteri
penyebab penyakit. Untuk menjauhi bau ketiak dan badan pakailah baju
berbahan katun yang bisa menyerap keringat (Bernstein, 2007).
2.7 Bakteri/Jamur pada Selangkangan
2.7.1 Etiologi
Menurut Graham (2007), salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi candida adalah faktor eksogen, yaitu:
1. Iklim panas dan kelembaban yang menyebabkan perspirasi meningkat.
2. Kebersihan kulit.
3. Kebiasaan berendam dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi
dan memudahkan masuknya jamur.
4. Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.
2.7.2 Patogenesis
Tinea cruris adalah infeksi jamur yang terjadi di selangkangan. Tinea cruris
membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan
bagian atas paha dan alat kelamin. Ruam ini bersifat gatal, memiliki
perbatasan merah dan biasanya menyebar. Ruam sering kali menyebar ke
bagian dalam paha infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh
(Hartati, 2012).
2.7.3 Pencegahan
Menurut Hartati (2012), pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya jamur pada selangkangan yaitu:
1. Pilihlah celana dalam yang tidak terlalu ketat, hal ini dapat mengurangi
kelembaban di selangkangan sehingga jamur tidak menyebar lagi karena
daerah yang lembab sangat sensitif terhadap jamur dan bakteri.
2. Mandi dengan sabun antiseptic, Saat ini banyak produk sabun mandi yang
dilengkapi dengan antiseptic sehingga dapat mencegah munculnya jamur
dan membuat jamur di selangkangan tidak tumbuh lagi dan mati
2.8 Bakteri/Jamur pada Sela Jari Kaki
2.8.1 Etiologi
Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi jamur pada kaki adalah
lingkungan yang lembab dan hangat yang merupakan tempat favorit bagi
jamur. Memakai sepatu basah, sepatu dari bahan plastik, atau kaus kaki basah
dapat menyebabkan infeksi jamur pada kaki. Kaki yang sering terkena air
seperti saat mencuci juga akan memperbesar risiko tumbuhnya jamur kutu air
(Siregar, 2011).
2.8.2 Patogenesis
Trichophyton rubrum, jamur ini menyerang daerah tangan dan kaki
terutama daerah telapak dan sela-sela jari. Infeksi ini menular dari adanya
kontak dengan debris keratin yang terinfeksi jamur di tempat yang
kelembaban tinggi (lingkungan berair) ataupun tertutup. Kelompok yang
sering terserang adalah petani, tukang cuci, dan tentara yang sering
memakai sepatu tertutup. Penyebaran dari telapak kaki bisa sampai ke sela-
sela jari dan bagian lateral kaki (Siregar, 2011).
2.8.3 Pencegahan
Untuk mencegah dan menghindari berkembangnya mikroorganisme
pada daerah sela jari kaki, sebaiknya terlebih dahulu menjaga kebersihan
badan, kemudian usahakan untuk tidak memakai sandal atau sepatu yang
lembab atau basah, karena biasanya kutu air sering hinggap di daerah-daerah
tersebut. Usahakan ketika mandi agar tidak bertukar pakai handuk karena hal
tersebut bisa mengakibatkan timbulnya jamur pada kulit dan badan akan
terasa gatal-gatal (Dharma, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Isolasi dan Identifikasi
Flora Normal, yaitu:
Hari/Tanggal : Sabtu, 1 April - Senin, 3 April 2017
Waktu : 14.00 WITA - Selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu FKIK Universitas Tadulako
3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Isolasi dan
Identifikasi Flora Normal, yaitu:
3.2.1 Alat
a. Enkas
b. Cawan petri
c. Bunsen
d. Korek gas
3.2.2 Bahan
a. Cotton buds
b. Alkohol 70%
c. Medium NA (Nutrient Agar)
d. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
e. Kertas
f. Spritus
g. Sampel mikroba pada ketiak, mukosa mulut, selangkangan, sela jari kaki,
dan vagina

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam praktikum Isolasi dan Identifikasi Flora
Normal, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mensterilkan alat-alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol
70%.
3. Menyalakan bunsen.
4. Memanaskan cawan petri.
5. Memasukkan medium NA (Nutrient Agar) ke dalam cawan petri.
6. Mengambil tiap-tiap sampel dengan cotton buds.
7. Mengoleskan sampel ke dalam medium secara zig zag.
8. Mensterilkan kembali medium dengan cara diapikan.
9. Membungkus sampel dengan kertas.
10. Melakukan hal yang sama seperti sampel NA pada sampel PDA (Potato
Dextrose Agar).
11. Menyimpan sampel di inkubator secara terbalik dengan suhu 30C selama 2x24
jam.
12. Mengamati sampel setelah 2x24 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Gambar
No. Sampel Keterangan Morfologi
Sebelum Sesudah

Ukuran: - Pinpoint
- Large
Bentuk: - Circular

Sela Jari Kaki - Irregular

(NA) Elevasi: - Convex


- Umbonate

Margin: - Entire

- Lobate
1.
Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Moderate
- Large
Bentuk: - Circular
Sela Jari Kaki - Irregular
Elevasi: - Convex
(PDA)
- Raised

Margin: - Entire

- Lobate
Gambar
No. Sampel Keterangan Morfologi
Sebelum Sesudah

Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Moderate
Bentuk: - Circular
- Irregular
Vagina (NA) Elevasi: - Convex
- Umbonate

Margin: - Entire

- Undulate

2. Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Moderate
- Large
Bentuk: - Circular
- Irregular
Vagina (PDA) Elevasi: - Convex
- Umbonate

Margin: - Entire
- Undulate

- Lobate
Gambar
No. Sampel Keterangan Morfologi
Sebelum Sesudah

Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Moderate
- Large
Selangkangan Bentuk: - Circular
- Irregular
(NA) Elevasi: - Convex
- Umbonate

Margin: - Entire
- Undulate

3. Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Moderate
Bentuk: - Circular
- Rhizoid
Selangkangan Elevasi: - Convex
- Flat
(PDA)
Margin: - Entire
- Undulate
- Lobate

- Serrate
Gambar
No. Sampel Keterangan Morfologi
Sebelum Sebelum

Ukuran: - Pinpoint
- Large
Mukosa Mulut
Bentuk: Circular
(NA) Elevasi: Raised

Margin: Entire

4. Ukuran: - Pinpoint
- Large
Bentuk: - Circular
- Irregular
Mukosa Mulut
Elevasi: Raised
(PDA)
Margin: - Entire

- Undulate

Ukuran: - Pinpoint
- Small
- Large
Ketiak (NA) Bentuk: Circular
Elevasi: Raised

Margin: Entire
5.

Ukuran: Pinpoint
Bentuk: Circular
Ketiak (PDA)
Elevasi: Flat
Margin: Entire
4.2. Pembahasan

Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir atau mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora
normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan
adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu
mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu
zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal
pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal
dapat menimbulkan penyakit.
Alat yang digunakan pada praktikum Isolasi dan Identifikasi Flora Normal
adalah enkas yang berfungsi sebagai tempat menyimpan sampel, cawan petri
sebagai tempat diletakkannya medium dan tempat berkembangnya jamur, bunsen
sebagai alat untuk memanaskan sampel, dan korek gas yang digunakan untuk
menyalakan api. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu cotton buds untuk
mengambil sampel jamur, alkohol 70% untuk mensterilkan tangan, medium NA
dan PDA sebagai medium tempat berkembangnya jamur, kertas yang digunakan
untuk membungkus cawan petri, spritus sebagai bahan bakar untuk memanaskan
sampel pada cawan petri, dan sampel mikroba pada ketiak, mukosa mulut,
selangkangan sela jari dan vagina yang digunakan sebagai sampel yang diamati.
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Isolasi dan Identifikasi
Flora Normal pertama-tama yaitu menyiapkan alat dan bahan kemudian
mensterilkan dengan alkohol 70%, setelah itu menyalakan bunsen dan memanaskan
cawan petri, setelah itu memasukkan medium NA pada cawan petri, kemudian
mengambil setiap sampel yang akan diamati dengan cotton buds kemudian
mengoleskan ke dalam medium secara zig zag, setelah itu mensterilkan kembali
medium dengan cara diapikan dan membungkus sampel dengan kertas, selanjutnya
lakukan hal yang sama seperti sampel NA pada sampel PDA, setelah itu
meletakkan sampel ke dalam incubator dan diamkan selama 2x24 jam, dan terakhir
mengamati dan memotret sampel setelah 2x24 jam.
Pada sampel sela jari kaki setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium
NA terlihat bahwa terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint, dan
large, memiliki bentuk circular dan irregular (tidak beraturan), memiliki elevasi
convex dan umbonate, memiliki margin entire dan lobate, dan berwarna putih. Hal
ini sesuai dengan literatur Siregar (2011), bahwa koloni bakteri pada sela jari kaki
adalah bakteri yang berbentuk circular yang hidup pada kaki yang lembab dan
dapat menyebabkan penyakit pada sela jari kaki seperti kutu air.
Pada sampel sela jari kaki setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium
PDA terlihat bahwa terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint, small,
moderate, dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, memiliki elevasi
convex dan raised, dan memiliki margin entire dan lobate. Hal ini sesuai dengan
literatur Siregar (2011), bahwa koloni jamur yang memiliki bentuk irregular dan
elevasi raised ini menyerang daerah tangan dan kaki terutama daerah telapak dan
sela-sela jari. Infeksi ini menular dari adanya kontak dengan debris keratin yang
terinfeksi jamur di tempat yang kelembabannya tinggi atapun tertutup.
Pada sampel vagina setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium NA
terlihat bahwa terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint, small, dan
moderate, memiliki bentuk circular dan irregular, memiliki elevasi convex dan
umbonate, dan memiliki margin entire dan undulate. Hal ini sesuai dengan literatur
Pelczar (2008), bahwa koloni bakteri Lactobacil aerob muncul dalam vagina yang
memiliki bentuk beragam diantaranya circular serta memiliki ukuran small yang
menetap selama PH tetap asam, jika PH menjadi netral terdapat flora campuran
kokus dan basil. Pada waktu pubertas, lactobacil aerob dan anaerob ditemukan
kembali dalam jumlah besar dan mempertahankan keasaman PH melalui
pembentukan asam dari karbohidrat khsusunya glikogen.
Pada sampel vagina setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium PDA
terlihat bahwa terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint, small,
moderate, dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, memiliki elevasi
convex dan umbonate, memiliki margin entire (tepian rata), undulate, dan lobate,
dan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur Graham (2007), bahwa koloni
jamur pada vagina memiliki bentuk circular, memiliki elevasi convex, dan berwarna
putih, serta terkandung jamur candida albicans.
Pada sampel selangkangan setelah didiamkan selama 2x24 jam pada
medium NA terlihat bahwa terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint,
small, moderate, dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, memiliki
elevasi convex dan umbonate, dan memiliki margin entire dan undulate. Hal ini
sesuai dengan literatur Hartati (2012), bahwa koloni bakteri pada selangkangan
memiliki bentuk irregular, memiliki elevasi convex, memiliki margin entire dan
berwarna putih terang.
Pada sampel selangkangan setelah didiamkan selama 2x24 jam pada
medium PDA terlihat bahwa terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint,
small, dan moderate, memiliki bentuk circular dan rhizoid, memiliki elevasi
convex dan flat, dan memiliki margin entire, undulate, lobate, dan serrate. Hal ini
sesuai dengan literatur Hartati (2012), bahwa koloni jamur pada selangkangan
memiliki bentuk irregular, memiliki ukuran moderate, memiliki margin entire dan
berwarna putih, serta terkandung jamur yang dapat menyebabkan Tinea cruris, atau
infeksi jamur yang terjadi di selangkangan. Tinea cruris membentuk ruam yang
dimulai pada daerah selangkangan, ruam ini bersifat gatal, memiliki perbatasan
merah dan biasanya menyebar.
Pada sampel mukosa mulut setelah didiamkan selama 2x24 jam pada
medium NA terlihat bahwa terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint
dan large, memiliki bentuk circular, memiliki elevasi raised, dan memiliki margin
entire. Hal ini sesuai dengan literatur Pelczar (2008), bahwa koloni bakteri
bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.) pada mukosa mulut memiliki
ukuran pintpoint dan bentuk circular.
Pada sampel mukosa mulut setelah didiamkan selama 2x24 jam pada
medium PDA terlihat bahwa terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint
dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, memiliki elevasi raised, dan
memiliki margin entire dan undulate. Hal ini sesuai dengan literatur Dharma
(2007), bahwa koloni jamur pada mukosa mulut memiliki bentuk circular, dan
memiliki elevasi raised. Serta terdapat jamur yang bersifat merusak jaringan di
sekitarnya yang kemudian menyebabkan stomatitis atau penyakit sariawan.
Pada sampel ketiak setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium NA
terlihat bahwa terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint, small, dan
large, memiliki bentuk circular, memiliki elevasi raised, dan memiliki margin
entire. hal ini sesuai dengan literatur Bernstein (2011), bahwa koloni bakteri pada
ketiak memiliki bentuk circular, memiliki ukuran small, memiliki elevasi raised,
memiliki margin entire, dan berwarna putih.
Pada sampel ketiak setelah didiamkan selama 2x24 jam pada medium PDA
terlihat bahwa terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint, memiliki
bentuk circular, memiliki elevasi flat, dan memiliki margin entire. Hal ini sesuai
dengan literatur Bernstein (2007), bahwa koloni jamur spesies candidiasis yang
terdapat pada lapisan terluar kulit merupakan bentuk yang paling sering terkena
infeksi terutama pada bagian-bagian tubuh yang hangat dan lembab seperti ketiak,
lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah payudara yang koloninya
berbentuk circular yang ukurannya biasa di temukan dalam bentuk pinpoint.
Pada beberapa sampel seperti sampel sela jari kaki pada medium PDA,
sampel vagina pada medium NA dan PDA, sampel selangkangan pada medium NA
dan PDA, sampel ketiak pada medium NA, dan sampel mukosa mulut pada
medium NA dan PDA ditemukan pertumbuhan biakan koloni bakteri dan jamur
yang tidak merata, hal ini disebabkan karena pada saat mengoleskan cotton buds
tidak teliti dan tidak kentara akibatnya hasil biakan koloni yang didapatkan pun
tidak tumbuh dengan baik, sehingga bentuk, ukuran, elevasi, serta marginnya
bermacam-macam.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Isolasi dan Identifikasi Flora Normal, yaitu:
1. Teknik isolasi flora normal pada tubuh manusia dilakukan dengan cara
menumbuhkan bakteri dan jamur di luar dari lingkungan alaminya, dengan
menggunakan dua medium, yaitu medium NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato
Dextrose Agar).
2. Morfologi flora normal yang terdapat pada pada sampel sela jari kaki pada
medium NA terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint dan large,
memiliki bentuk circular dan irregular, serta memiliki elevasi convex dan
umbonate, juga memiliki margin entire dan lobate. Pada sampel sela jari kaki
pada medium PDA terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint, small,
dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, serta memiliki elevasi convex
dan raised juga memiliki margin Entire dan Lobate. Pada sampel yang terdapat
pada vagina pada medium NA terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran
pinpoint, small dan moderate, memiliki bentuk circular dan irregular, serta
memiliki elevasi convex dan umbonate, juga memiliki margin entire dan
undulate. Pada sampel vagina terlihat pada medium PDA terdapat koloni jamur
yang memiliki ukuran pinpoint, small dan moderate, memiliki bentuk circular
dan irregular, serta memiliki elevasi convex dan umbonate, juga memiliki
margin entire dan lobate. Pada sampel selangkangan terlihat pada medium NA
terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran pinpoint, small, large dan
moderate, memiliki bentuk circular dan irregular, serta memiliki elevasi convex
dan umbonate, juga memiliki mentire dan undulate. Pada sampel selangkangan
terlihat pada medium PDA terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran
pinpoint, small, large dan moderate, memiliki bentuk circular dan rhizoid, serta
memiliki elevasi convex dan flat, juga memiliki margin entire, lobate dan
undulate. Pada sampel mukosa mulut terlihat pada medium NA terdapat koloni
bakteri yang memiliki ukuran pinpoint, dan large, memiliki bentuk circular,
serta memiliki elevasi raised juga memiliki margin entire. Pada sampel mukosa
mulut terlihat pada medium PDA terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran
pinpoint, dan large, memiliki bentuk circular dan irregular, serta memiliki
elevasi raised juga memiliki margin entire dan undulate. Pada sampel kulit
ketiak terlihat pada medium NA terdapat koloni bakteri yang memiliki ukuran
pinpoint, small dan large, dan memiliki bentuk circular, serta memiliki elevasi
raised juga memiliki margin entire. Pada sampel kulit ketiak terlihat pada
medium PDA terdapat koloni jamur yang memiliki ukuran pinpoint, memiliki
bentuk circular, serta memiliki elevasi flat dan juga memiliki margin entire.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Praktikum Selanjutnya
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar lebih teliti
dalam menyiapkan sampel dan mengoleskan sampel ke medium agar
didapatkan hasil pengamatan yang maksimal, dan juga sebaiknya berhati-hati
saat memanaskan sampel.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten adalah agar selalu mendampingi dan
mengawasi praktikan dan membantu menjelaskan dengan baik apabila
praktikan tidak mengerti, baik selama proses praktikum ataupun asistensi,
sampai praktikan benar-benar mengerti.

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein 2007, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan Edisi Ke-16, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Dharma, Adji 2007, Major Diagnosis Fisik, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Graham, Brown 2007, Dermatologi Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Gulli, Musjaya 2014, Identifikasi Bakteri Flora Normal Mukosa Hidung dan Saliva
pada Penambang Emas (Tromol) di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur
Sulawesi Tengah , Jurnal Biocelebes, Vol. 8, No. 1, ISSN: 1978-6417, Hal. 10.

Hartati, Agnes, Sri 2012, Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan, Nuha Medika,


Surakarta.

Irianto, Koes 2008, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Yrama Widya,


Bandung.

Pebrin 2011, Mikroorganisme, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pelczar, Michael 2008, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2, UI Press, Jakarta.


Rukmono, Prambudi 2012, Identifikasi Mikroorganisme pada Tangan Tenaga Medis
dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar
Lampung, Jurnal Medikal Universitas Lampung, Vol. 21, No. 1, ISSN: 2337-
3776, Hal. 86.

Siregar 2011, Penyakit Jamur Kulit Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Triyana, Yumna 2011, Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan
Beberapa Bahan sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Jurnal Penelitian dan
Pengabdian, Vol. 5, No. 1, ISSN: 1907-4039, Hal. 5-6.

Anda mungkin juga menyukai