Anda di halaman 1dari 4

Aspek Keselamatan Bangunan Terdampak

Gempa Palu (Mall Tatura)

Disusun Oleh:
Nur Fajriah Humairah
N 201 16 056

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
Pada tanggal 28 September 2018 tepanya pada hari Jumat, gempa dengan
kekuatan 7,4 Scala Richter yang diikuti dengan gelombang tsunami dan fenomena
likuifaksi mengguncang kota Palu, Donggala, dan Sigi tepat pada puku 18:02 saat
orang-orang akan bersiap melaksanakan ibadah sholat Maghrib dan melakukan
aktivitas-aktivitas yang lain. Akibat dari gempa ini, bangunan-bangunan rubuh dan
ribuan nyawa menjadi korban.
Di Indonesia gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang sering
terjadi, yang hampir selalu menelan cukup banyak korban jiwa. Korban jiwa tersebut
bukan diakibatkan secara langsung oleh gempa, tetapi diakibatkan oleh keruntuhan
bangunan pada saat terjadi gempa. Runtuhnya bangunan saat terjadi gempa akan
menimpa orang yang berada di dalamnya yang dapat menimbulkan luka-luka bahkan
korban jiwa.
Salah satu bangunan yang sangat terkena dampak dari peristiwa gempa ini
adalah Mall Tatura palu yang berlokasi di jalan Emy Saelan, bangunan ini rusak parah
dan banyak korban yang terjebak serta tertimpa reruntuhannya. Jika dilihat dari
bangunan-bangunan lain disekitarnya yang tidak mengalami kerusakan separah Mall
Tatura Palu, boleh dikatakan bahwa Mall Tatura palu merupakan bangunan yang tidak
tahan terhadap guncangan gempa sehingga mudah rubuh saat diguncang oleh gempa
bermagnitudo besar.
Dengan memperhatikan kondisi Indonesia yang dilalui oleh banyak lempeng
tektonik, dan kondisi kota Palu sendiri yang dilalui oleh salah satu sesar paling aktif
yaitu sesar Palu-Koro, sudah seharusnya pembangunan di kota Palu diperhatikan
dengan membuat bangunan yang tahan gempa, apalagi untuk tempat-tempat umum
seperti pusat perbelanjaan.
Pada waktu-waktu terakhir ini, penelitian telah lebih melakukan tinjauan dari
hulu (upstream) dalam menjelaskan penyebab kecelakaan. Teori-teori ini menyatakan
bahwa faktor perencanaan pembangunan suatu konstruksi bangunan mempunyai
peranan terhadap munculnya kecelakaan. Dari uraian tersebut, dapat dikemukakan
bahwa penyebab kecelakaan yaitu tindakan yang tak aman dan kondisi yang tak aman
(dalam hal ini gempa), yang dapat disebabkan juga atau diperbesar risikonya oleh
buruknya manajemen pengendalian (Depatemen Pekerjaan Umum, 2009).
Selain faktor tersebut di atas, menurut saya ada faktor penting lain yang harus
diperhatikan yaitu tersedianya jalur evakuasi dan emergency exit pada suatu
bangunan. Hal-hal sederhana seperti ini justru dapat membantu proses evakuasi
mandiri agar berjalan lebih cepat sehingga tidak banyak orang yang terjebak di dalam
bangunan.
Menurut Sumarjito (2010), sarana emergency exit dapat menjamin kemudahan
evakuasi setidaknya akan mengurangi secara signifikan kemungkinan jumlah korban
nyawa penghuninya apabila terjadi peristiwa darurat, baik yang diakibat oleh
peristiwa alam maupun oleh ulah manusia. Sarana emergency exit yang tidak tertata
dan terencana dengan baik, atau malahan difungsikan untuk hal-hal lain selain untuk
fungsi evakuasi penghuni justru dapat menjadi sarana jebakan maut bagi peghuninya.
Musibah tentunya tidak dapat kita hindari, namun banyaknya korban akibat
musibah tersebut sebenarnya dapat kita tekan dengan memperhatikan aspek-aspek
keselamatan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan semoga kejadian yang
menimpa saudara-saudara kita tidak terjadi lagi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Konstruksi Indonesia 2009: Gagasan, Teknologi


dan Produk Karya Anak Bangsa untuk Kualitas dan Keselamatan Konstruksi.

Sumarjito, 2010, Emergency Exit sebagai Sarana Penyelamatan Penghuni pada


Bangunan-Bangunan Skala Besar, Jurnal Inersia, Vol. VI No.1

Anda mungkin juga menyukai