Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

“Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya di Indonesia”

Disusun Oleh :

Nama : Dini Safira Wulandari

NIM : F.111.22.0050

Dosen Pengampu : ENDANG SETYOWATI, S.H., M.H.

Fakultas Psikologi

Universitas Semarang

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa`atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan Sosial dan Budaya” tepat waktu. Tidak lupa penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Ibu Endang Setyowati,
S.H., M.H. pada mata kuliah pendidikan pancasila. Penulis berharap makalah ini
mendapatkan nilai yang memuaskan serta bermanfaat bagi diri sendiri dan pembaca. Maka
dari itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran untuk membangun makalah ini. Penulis
mengucapkan permintaan maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Semarang, 10 Desember 2022

Dini Safira Wulandari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Paradigma...............................................................................................................6
2.2 Pengertian Sosial Budaya..........................................................................................................7
2.3 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya..................................................8
2.4 Makna Pancasila dalam Kehidupan Sosial Budaya................................................................9
2.5 Penerapan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya di Masyarakat. . .11
2.6. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya di Masyarakat.....................12
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
3.2 Saran.........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur terkecil dalam tatanan hidup bersama adalah sosial budaya yang dimana
berkaitan dengan nilai nilai yang ada di dalam pancasila. Ada beberapa isu yang
menganggu tatanan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akibat penyimpangan
nilai-nilai Pancasila dalam sosial budaya saat ini. Diharapkan pemahaman mengenai
keberagaman sosial budaya ini akan lebih dipahami dan diakui serta lebih
dikembangkan lagi.
Dengan meningkatkan sosial budaya, maka kualitas sumber daya manusia juga
bida ditingkatkan. Dengan demikian, kemajuan sosial budaya dapat menumbuhkan
kekayaan dan kedamaian dalam tatanan yang hidup berdampingan yang ditandai
dengan rasa aman yang kuat. Banyaknya karakter sosial budaya yang ada dalam
Pancasila harus diterapkan kepada warga negara untuk meningkatkan kesadaran dan
rasa nasionalisme bangsa Indonesia sebagai Pancasila dalam kehidupan sosial dan
budaya semakin mengharuskan perannya dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Sosial budaya sangat berkaitan dengan nilai Pancasila dan telah menjadi pedoman
dalam sosialisasi dan berbudaya. Sosial yang berarti berhubungan dengan tingkah
laku, sedangkan budaya yang berarti berhubungan dengan kebudayaan yang ada di
dalam masyarakat.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar utama pancasila. Dasar
pancasila adalah hakikat dan kedudukan kodrat manusia. Hal ini sejalan dengan
prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, yang bertujuan untuk
menciptakan seseorang yang berbudaya dan bermasyarakat. Indonesia harus
didasarkan pada sistem nilai yang konsisten dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
bangsa Indonesia, khususnya nilai Pancasila, yang merupakan sumber normatif bagi
peningkatan humanisasi, khususnya di bidang sosial budaya dalamrangka melakukan
reformasi di segala bidang. Dengan demikian diyakini bahwa manusia akan mampu
membangun kerangka sosial budaya yang beradab.
Berdasarkan prinsip-prinsip persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
digalakkan di seluruh nusantara atas dasar penghormatan terhadap nilai-nilai sosial
dan berbagai tradisi budaya dalam upaya menumbuhkan rasa persatuan bangsa. Agar

4
berbagai kelompok orang merasa dihormati dan diterima sebagai warga negara dan
untuk pembangunan sosial budaya untuk mencegah ketidaksetaraan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial, penting untuk mengenali dan menghargai
budaya dan kehidupan sosial kelompok-kelompok ini.
Prinsip-prinsip dasar yang telah diajarkan Pancasila kepada kita tentang
keadilan, persatuan, dan nilai-nilai kemanusiaan semuanya menunjukkan bahwa nilai-
nilai Pancasila hadir dalam kehidupan setiap orang. Sebagai paradigma, Pancasila
dimaksudkan sebagai titik acuan sistem nilai, model mental, dan proses berpikir atau
lebih sederhana sebagai sistem nilai yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
metode, arah, dan tujuan akhir bagi yang menyandangnya. Istilah paradigma menjadi
lebih umum tidak hanya dalam sains tetapi juga dalam disiplin ilmu lain termasuk
politik, hukum, sosial, dan ekonomi.
Ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat. Semakin banyak
penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, semakin besar kemungkinan
akan ada kekurangan di dalamnya. Ada baiknya mendasarkan penemuan atau temuan
dari penelitian pada prinsip-prinsip yang berfungsi sebagai standar untuk kesetaraan
dalam masyarakat, bangsa, dan negara yaitu nilai-nilai Pancasila. Sila Pancasila akan
sangat membantu dalam mencapai tujuan dalam masyarakat, negara, dan bangsa
Indonesia untuk melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan khususnya
pada pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemahaman Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya
di masyarakat?
2. Bagaimana penerapan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya
di masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yang
ada di masyarakat.
2. Untuk memahami bentuk penerapan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
sosial budaya di masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma


Istilah paradigma muncul sejak abad pertengahan di Benua Eropa
tepatnya di Inggris. Kata paradigma merupakan hasil serapan dari bahasa latin
yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola. Dalam bahasa Yunani,
paradeigma (para dan deiknuunai) yang memiliki arti membandingkan,
bersebelahan (para) dan memperlihatkan (deik). Sebuah paradigma dapat
dianggap sebagai sudut pandang seseorang terhadap dirinya dan lingkungannya,
yang akan mempengaruhi cara mereka berpikir (kognitif), berperilaku (afektif),
dan bertingkah laku. Seperangkat praduga, keyakinan, nilai, dan praktik yang
digunakan dalam komunitas yang sama, terutama dalam disiplin intelektual untuk
memahami realitas juga dapat disebut sebagai paradigma. Dilansir dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma adalah sebuah model dalam teori
ilmu pengetahuan. Selain itu, paradigma berpikir sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Karena paradigma sebagai model, pola, atau prosedur
(untuk mencapai beberapa jenis tujuan). Aspek yang paling khas atau paling
mendasar dari sebuah teori atau bidang ilmu adalah paradigmanya.
Pengertian Paradigma Menurut Para Ahli :
a. Thomas Kuhn
Menurut Thomas Kuhn, paradigma merupakan suatu landasan berpikir,
konsep dasar, atau landasan berpikir yang digunakan atau dianut sebagai
model atau konsep dasar para ilmuan dalam melakukan studinya.
b. Robert Friedrichs
Robert Friedrichs berpendapat bahwa paradigma adalah sebuah dasar
pandangan disiplin pada apa materi pelajaran yang harus dipelajari.
c. George Ritzer
George Ritzer menyatakan paradigma adalah pandangan mendasar ilmuwan
tentang apa materi pelajaran harus dipelajari oleh cabang atau disiplin, dan
apa aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan informasi yang akan
dikumpulkan dalam menanggapi isu-isu ini.

6
Menjadikan Pancasila sebagai paradigma memerlukan penggunaannya
sebagai buku pedoman untuk semua aspek kehidupan sehari-hari. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional, juga menyertai berbagai persoalan dalam kehidupan
berbangsa, dan bernegara. Paradigma Pancasila akan dimanfaatkan dalam proses
pembangunan nasional untuk meningkatkan taraf hidup di Indonesia. Proses ini
dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan tetap
mempertimbangkan masalah global. Hal ini mengacu pada karakter bangsa dan
nilai-nilai luhur universal untuk memenuhi kehidupan yang berdaulat, merdeka,
adil, sejahtera, dan maju.

2.2 Pengertian Sosial Budaya


Sosial budaya membentuk 2 kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti
mengacu pada apapun yang berkaitan dengan daerah setempat. Sedangkan budaya
berasal dari kata bodhya yang artinya kecerdasan dan akal. Segala sesuatu yang
diciptakan manusia berdasarkan pikiran-pikirannya yang mengandung cinta dan
rasa juga disebut sebagai budaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial budaya
adalah segala sesuatu yang dibuat manusia dalam kehidupan sosial dengan pikiran
dan budinya.

Pengertian Sosial Budaya Menurut Para Ahli

a. Andreas Eppink, menyatakan sosial budaya adalah segaa sesuatu atau tata
nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut.
b. Burnett, berpendapat bahwa sosial budaya merupakan kesenian, adat istiadat,
moral, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan pola pikir dalam
bentuk lain yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks.
c. Paul Ernest, seorang pakar filosofi matematika, menyinggung arti dari sosial
budaya yaitu individu-individu yang membentuk suatu tatanan masyarakat dan
terlibat dalam kegiatan bersama-sama.
d. Lewis, berpendapat bahwa sosial budaya adalah segala sesuatu yang
dihasilkan, diraih, dan ditetapkan dalam interaksi keseharian antar warga
negara dengan pemerintahannya.

7
2.3 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Kita harus mengangkat nilai-nilai bangsa Indonesia termasuk cita-cita
Pancasila itu sendiri, sebagai landasan nilai-nilai dalam perkembangan sosial budaya
sepanjang masa reformasi ini. Karena Pancasila berasal dari inti dan kedudukan
kodrat manusia itu sendiri, maka dari itu Pancasila bersifat humanistik.
Hal ini berdasarkan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk
menjadi manusia yang lebih berbudaya dan beradab, pertumbuhan sosial budaya
harus mampu mendorong martabat manusia. Cita -cita menjadi manusia adil dan
beradab akan bertentangan apabila pembangunan sosial budaya menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, dan brutal. Ada 3 aspek yang terkandung di dalam
pengertian martabat manusia yaitu :
a. Martabat manusia diposisikan pada posisi subjek yang mampu membuat
keputusan dan memilih tindakan.
b. Martabat manusia berakar pada interaksi sosial. Secara khusus, semakin
universal sosialitas manusia, semakin banyak keterbatasan kesadaran
sosial saat ini yang melintasi dalam hal ruang dan waktu.
c. Martabat manusia adalah kelengkapan seseorang. Manusia adalah totalitas
dan dia menentang semua jenis reduksionisme.
Manusia harus mampu meningkatkan tingkat kemanusiaannya karena ia tidak
cukup sebagai manusia fisik. Manusia harus mampu berevolusi dari seorang homo
menjadi manusia. Sesuai dengan prinsip persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya didasarkan pada penghormatan terhadap berbagai nilai sosial dan budaya di
seluruh nusantara dalam rangka mencapai rasa kesatuan bangsa.
Agar berbagai kelompok di Indonesia merasa dihargai dan disambut sebagai
warga negara, budaya dan kehidupan sosial mereka harus diakui dan dihargai. Dengan
demikian, ketimpangan, kebencian, prasangka, dan ketidakadilan tidak akan tercipta
dalam pembangunan sosial budaya.
Paradigma baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diatur dengan menghormati hak-hak budaya masyarakat yang terlibat, di samping hak
negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi manusia individu secara
seimbang.

8
Hak negara dan hak asasi manusia individu dapat dimediasi oleh hak budaya
masyarakat yang bertindak sebagai perantara, penghubung, atau mediator. Sistem
perencanaan sentralistik yang mengabaikan keragaman masyarakat dan budaya
Indonesia dapat dikalahkan oleh paradigma ini. Dengan demikian, era otonomi daerah
tidak akan menghasilkan otonomi etnis melainkan akan menggabungkan
pembangunan etnis/daerah dengan pembangunan daerah dan pembangunan nasional,
menjamin keseimbangan kesetaraan, memperkuat persatuan dan kesatuan nasional
yang akan mampu menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak
kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama bagi kebudayaan-kebudayaan daerah,
1. Sila Pertama : ini menunjukkan bahwa tidak ada kelompok etnis,
kelompok sosial lokal, atau kelompok masyarakat di Indonesia yang tidak
menyadari kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kedua : menunjukkan adanya status, etnis, atau identitas kesukuan
yang dimiliki warga negara Indonesia akan dijunjung tinggi dan dijadikan
sebagai nilai budaya.
3. Sila Ketiga : melambangkan nilai-nilai budaya yang mendasari keinginan
masyarakat nusantara yang beragam untuk bersatu sebagai bangsa yang
tunggal dan merdeka.
4. Sila Keempat : umumnya dipraktikkan di kalangan masyarakat majemuk
Indonesia sebagai nilai budaya untuk mencapai kesepakatan melalui
musyawarah. Prinsip ini sangat penting untuk membatasi cita-cita budaya
yang mengedepankan kepentingan individu.
5. Sila Kelima : cita-cita keadilan sosial menjadi landasan yang memperkuat
semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk memajukan kebaikan
bersama, mencerdaskan umat, dan turut serta dalam melaksanakan tatanan
global yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

2.4 Makna Pancasila dalam Kehidupan Sosial Budaya


Indonesia adalah negara demokrasi yang dibangun di atas ideologi Pancasila,
yang menjaga moral dan tradisi yang ada di tengah masyarakat. Soekarno menyatakan
Pancasila sebagai dasar, filsafat, atau jiwa. Fondasi negara Indonesia harus dijunjung

9
tinggi dalam hati dan jiwa bangsa Indonesia, menurut Presiden Soekarno yang juga
menyatakan perspektif ini. Dasar Pancasila berikatan dengan konsep-konsep yang
tertanam kuat di seluruh masyarakat Indonesia.
Lima prinsip yang membentuk Pancasila sebagai dasar negara meliputi,
identitas Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan), musyawarah/negosiasi,
kesejahteraan (keadilan sosial), dan ketuhanan tertinggi. Jiwa negara Indonesia adalah
Pancasila. Karena kita adalah pondasi bangsa, kita tentu bisa menerapkan banyak
peran. Ketika nilai-nilai Pancasila dimasukkan ke dalam kehidupan sosial dan budaya
bangsa Indonesia, maka akan berdampak besar bagi bangsa Indonesia. Pancasila
mengajarkan makna yang sangat penting. Namun sayangnya, sekarang hanya ada
sedikit contoh implementasi Pancasila dalam urusan nasional dan negara.
Beberapa nilai sosial budaya seperti, kerja sama, kerukunan, rasa hormat, dan
toleransi terhadap perbedaan masih mencerminkan budaya Indonesia lintas zaman.
Namun, sosial budaya saat ini lebih mengarah pada individualis. Mengingat Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah bangsa yang beragam, meskipun memiliki
perbedaan dalam hal ekonomi dan statusnya, bangsa Indonesia ini harus bersatu dan
menghargai keberagaman.
Perbedaan ini terkadang disebut sebagai penyebab perpecahan di dalam
Negara Indonesia. Satu kelompok mengancam kelompok lain menggunakan
perbedaan di antara mereka. Menurunnya rasa patriotisme bagi negara saat ini juga
sedang dirasakan. Namun, tidak akan ada perbedaan atau perpecahan di Indonesia,
jika orang Indonesia memahami Bhinneka Tunggal Ika, memahami makna Pancasila,
dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial budaya. Implementasi
semacam ini mungkin telah menjadi alasan Pancasila untuk membentuk cita-citanya,
yang menyerukan warga negara untuk menetapkan persatuan dalam keragaman.
Kita harus mengembangkan pemahaman sosial dan budaya agar seluruh
masyarakat dapat menyadari keberagaman yang ada di Indonesia. Menerapkan cita-
cita Pancasila dapat dimulai dari diri sendiri, yang berarti mengakui dan menerima
keragaman, memperlakukan orang lain sebagai ciptaan Tuhan dan melestarikan hak-
hak mereka, memprioritaskan kepentingan bersama, mendorong kemampuan
bersosialisasi, dan menjalani kehidupan yang damai.
Dengan menggunakan konteks sosial budaya Pancasila, dapat dijelaskan
bagaimana warga negara dapat lebih memahami dan berinteraksi dengan orang
Indonesia, agar tidak mudah terjebak ke dalam hal hal yang tidak diinginkan,

10
mempersiapkan bela negara, dan ikut menjadi bagian manusia yang unggul untuk diri
sendiri dan Indonesia. Menjalin hubungan yang sehat dengan lingkungan akan
menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik dan membantu negara mencapai
tujuannya untuk membangun kesejahteraan dan perdamaian di antara penduduk
Indonesia. Keberadaan sosial budaya dalam lingkungan masyarakat ini diawali
dengan adanya kesadaran setiap individu dan lingkungan yang positif karena
lingkungan positif akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat itu.

2.5 Penerapan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya di


Masyarakat
a. Pembangunan Sosial Budaya yang Bermartabat
Untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, pembangunan sosial budaya
Indonesia harus menganut paradigma Pancasila. Untuk memastikan bahwa orang
Indonesia berbudaya dan beradab serta tidak mengembangkan sifat biadab, keji,
destruktif, dan kejam terhadap satu sama lain atau hal lain. Akibatnya, Pancasila
sebagai ilmu pengetahuan akan berkonstribusi pada kemajuan manusia dan
meningkatkan standar bagi kemanusiaan. Akhirnya, dia akan dapat maju dari level
homo ke level manusia sesuai dengan keinginannya.
b. Pembangunan yang Mempertahankan Keberagaman
Untuk mencapai rasa kebersamaan sebagai bangsa, pembangunan sosial budaya
harus berangkat dari keberagaman yang sudah ada di Indonesia dan menggunakan
paradigma Pancasila. Agar mereka dapat merasa dapat hidup dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mereka harus terlebih dahulu mengakui keberadaan
budaya dan kehidupan sosial masing-masing suku. Untuk mencegah ketimpangan,
kebencian, prasangka, dan ketidakadilan sosial, sesuai dengan peran yang dimainkan
toleransi dalam kehidupan berbangsa. Secara umum. Penggunaan Pancasila sebagai
model pembangunan di Indonesia menunjukkan bahwa perlu untuk dapat
menghormati hak-hak budaya masyarakat komunal yang heterogen agar dapat
berpartisipasi di samping kemampuan negara untuk mengendalikan kehidupan
nasional dan hak asasi manusia individu, agar semuanya bekerja secara harmonis.

11
2.6. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya di Masyarakat
Pada saat ini pola hidup manusia selalu berubah dan dinamika sosial budayanya juga
terus mengalami perubahan. Perubahan sosial budaya dapat dikaitkan dengan perubahan
kehidupan termasuk pergeseran budaya dalam nilai-nilai dan cara hidup dari tradisional
ke modern. Perubahan tersebut menyebabkan berubahnya struktur sosial termasuk nilai-
nilai, sikap, dan perilaku masyarakat berubah sebagai akibat dari transformasi. Saat ini,
ada beberapa perubahan sosial budaya yaitu :
a. Cara Berkomunikasi
Sungguh mengejutkan bagaimana gaya komunikasi kita telah mengalami
perubahan sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam teknologi komunikasi zaman kuno menggunakan sinyal asap untuk
mengangkut burung merpati ke jalur darat. Dan saat ini ponsel digunakan dalam
sistem teknologi canggih yang memungkinkan orang untuk saling berbagi
informasi serta bertukar fungsi foto dan video. Namun, ketika teknologi menjadi
lebih maju di periode modern, individu kehilangan minat pada lingkungan mereka.
Hampir setiap elemen kehidupan sosial telah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi
(Ngafifi, M. 2014). Cara seseorang berinteraksi sosial dalam kehidupan sehari-hari
mereka akan berubah secara radikal sebagai akibat dari teknik dan teknologi baru
(Tjandrawinata, 2016).
b. Westernisasi
Proses “Westernisasi” melibatkan penduduk negara timur itu yang menyerap
budaya Barat dalam berbagai sektor. Sudut pandang lain adalah bahwa gagasan
“Westernisasi” mengacu pada perilaku dan praktik orang-orang di negara-negara
Timur yang ditiru oleh orang-orang di negara-negara Barat. Contohnya termasuk
sikap, aturan berpakaian, dan konvensi kebarat-baratan. Orang-orang di Indonesia
mungkin kehilangan perasaan nasionalisme dan identitas nasional mereka sebagai
akibat dari westernisasi. Selain itu, westernisasi mungkin berkonstribusi pada
memudarnya budaya tradisional Indonesia secara progresif. Generasi muda
cenderung tidak melestarikannya karena mereka percaya budaya Barat lebih
unggul dan lebih sederhana (tidak sulit).
Berdasarkan temuan ulasan dari banyak sumber, dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai Pancasila akan tetap penting bagi masyarakat Indonesia dan bahwa

12
Pancasila harus diimplementasikan kembali dalam kehidupan sehari-hari. Karena
nilai-nilai Pancasila sudah tertanam dalam masyarakat Indonesia sebelum diberi
nama Pancasila, inilah yang sebenarnya terjadi. Bahkan, nilai-nilai Pancasila
dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia bahkan pada era kerajaan (Brata,
2017). Artefak kerajaan Majapahit, yang mencakup kepercayaan mereka pada
Tuhan yang kuat, kerjasama, dan musyawarah, memberikan bukti untuk ini. Syair
pujian di dalam buku Negarakertagama yang berbunyi “Yatnaggegwani
Pancasyiila Kertangsangskarbhisekaka Kerama” menyiratkan bahwa seorang raja
harus setia pada lima pantangan (Pancasila) dalam menjalankan kerajaannya, ritus
pemujaan, dan penobatannya merupakan bukti bukti yang lainnya (Kaelan, 2004).
Pancasila adalah hasil, karya, dan produk yang telah digali kembali oleh gagasan
para penggagas seperti harta karun sebagai landasan negara, cara hidup, ideologi
negara, cengkeraman bagi rakyat Indonesia dan sebagai kompas yang
mengarahkan karakter warga negara (Gultom, Widijatmoko, dan Wadu, 2020).
Karena kurangnya kesadaran masyarakat dan globalisasi, serta pergolakan
sosial budaya bangsa, nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan kembali pada
masyarakat Indonesia. Hanya Pancasila, buku yang mengkaji keadaan bangsa
Indonesia sendiri, yang berpotensi membalikkan kerusakan sosial budaya yang
dialami negara (Rahman:2018). Memperkenalkan kembali cita-cita Pancasila
tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan di tengah
masyarakat adalah obat mujarab yang akan menyembuhkan bahaya sosial budaya
Indonesia, seperti halnya pengobatan kanker terbaik yang dapat menyembuhkan
suatu penyakit. Selain itu, nilai-nilai Pancasila memiliki kualitas universal dan
objektif yang dapat digunakan dan diakui kekuatannya oleh semua bangsa.
Masyarakat mungkin dibimbing oleh Pancasila untuk bertindak dengan kebaikan
dan kemajuan. Namun, Pancasila tidak akan mencapai semua itu jika tidak ada
penggerak, karena Pancasila pada dasarnya tidak lebih dari produk pemikiran,
yaitu manusia dan yang tidak memiliki anggota tubuh tanpa adanya gerakan.
Perintah pertama ini menggabungkan prinsip-prinsip yang menuntut agar manusia,
sebagai makhluk ciptaan Allah, memenuhi semua tugasnya dan menghindari
semua larangannya. Masyarakat memiliki kebebasan untuk menjalankan agamanya
secara bebas, untuk memenuhi komitmennya dan untuk menjauhkan diri dari
larangannya.

13
Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua ini mengandung
prinsip-prinsip yang menuntut manusia sebagaimana kodratnya memiliki kesamaan
derajat di mata Tuhan, ia juga harus serupa dengan hukum dalam beberapa hal
dengan menjaga martabat satu sama lain sebagai makhluk beradab. Ketiga adalah
persatuan Indonesia. Karena kesatuan ini pada dasarnya adalah satu yang tidak
dapat dipisahkan, sila ketiga ini terdiri dari cita-cita yang menyerukan satu manusia
untuk bergabung dengan yang lain. Mengingat warisan budaya Indonesia yang
beragam, maka perlu adanya toleransi terhadap negara ini untuk saling bertoleransi
demi membangun kohesi nasional (Sarifah dan Barus, 2019).
Keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dengan kedudukan hak asasi manusia dan
kewajiban sebagai warga negara yang setara, serta dengan kebebasan untuk
melaksanakan hak-hak tersebut demi kepentingan bangsa Indonesia. Sila keempat
ini mengandung nilai-nilai yang menuntut rakyat Indonesia untuk selalu
mengamalkan demokrasi dan musyawarah dalam menghadapi keragaman budaya.
Poin kelima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makna dari sila
kelima ini yaitu adanya kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat, dan
mengandung nilai-nilai yang menjamiin kemakmuran yang berkeadilan sesuai
dengan porsinya kepada seluruh rakyat negara Indonesia untuk digunakan demi
kenikmatan dan kesejahteraannya. Seluruh kekayaan dan sebagainya dipergunakan
untuk kebahagiaan bersama serta saling melindungi satu sama lain.
Pancasila dari maknanya memiliki nilai-nilai yang sangat baik dan memang
pantas diibaratkan sebagai sebuah kitab yang akan menuntun pengikutnya pada
kesejahteraan dunia dan akhirat jika diamalkan secara bijak. Karena Pancasila pada
dasarnya merupakan kristalisasi prinsip-prinsip yang telah diterima masyarakat
Indonesia sebagai benar dan aplikatif.
Karena globalisasi, bangsa Indonesia saat ini tidak dapat mengisolasi diri dari
budaya bangsa lain. Agar orang dapat terhubung secara luas satu sama lain tanpa
kendala negara, globalisasi dapat dipahami sebagai proses yang menghasilkan
interaksi antara negara-negara yang saling mempengaruhi fitur sosial budaya
negara masing-masing. Globalisasi mempengaruhi orang-orang di banyak negara,
termasuk Indonesia dengan begitu cepat. Globalisasi memiliki berbagai dampak.
Namun, karena masyarakat Indonesia tidak menyadari implementasi nilai-nilai
Pancasila, efek negatif globalisasi juga menyatu dengan susunan penduduk. Bangsa

14
Indonesia akan semakin membutuhkan Pancasila seiring kemajuan peradaban agar
dapat berfungsi sebagai jembatan di atas sungai yang bergerak cepat dan maju.
Karena masyarakat tidak dapat menghentikan globalisasi, ia harus menyaring efek
positif dan memisahkannya dari yang negatif, serta membedakan antara pengaruh
yang terdistori dan yang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip Pancasila.
Keberadaan sekelompok orang yang berusaha memisahkan keilahian dari
kehidupan merupakan indikasi kerusakan sosial budaya pertama, karena mereka
telah ditipu oleh budaya liberal yang telah menyusup ke Indonesia dan membuat
orang percaya bahwa sifat sejati manusia adalah makhluk bebas yang tidak terikat
oleh kewajiban untuk melaksanakan tugas dan menahan diri untuk tidak melanggar
hukum agama yang diikutinya. Karena mereka tidak menyadari kuasa Tuhan dan
percaya bahwa alkohol dapat meringankan semua kelelahan hidup dan kesenangan
duniawi dari seks bebas, banyak orang memalingkan hati mereka ke arah alkohol
daripada Tuhan.
Selain itu, cara berpakaian masyarakat saat ini tidak sesuai dengan norma
budaya Indonesia. Contohnya termasuk berpakaian terlalu terbuka, memiliki
rambut warna-warni, menggunakan aksesori wanita pada pria seperti kalung dan
anting-anting, minum alkohol, dan terlibat dalam pergaulan bebas. Jika kita
kembali ke sila kedua Pancasila, penerapannya kembali sangat bermanfaat bagi
masyarakat dalam mencegah penyimpangan sosial budaya dimana ada kesadaran
masyarakat untuk selalu beradab dalam menyikapi segala sesuatu yang ada akan
membantu masyarakat untuk tetap memiliki adat yang baik dan sopan sejalan
dengan budaya Indonesia. Untuk memungkinkan masyarakat Indonesia
mempertahankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan di tengah keberagaman
ini, para penggagas justru mengembangkan sila kedua ini (Rosyad, 2019).
Terbatasnya pengetahuan penduduk Indonesia tentang Pancasila yang tidak
pernah bisa bertahan dalam ujian waktu juga dianggap lemah selain efek
globalisasi. Individualis atau mereka yang memiliki kecenderungan bias ego
terhadap budaya mereka sendiri. Indonesia adalah bangsa yang beragam dan bukan
bangsa yang seragam. Kesatuan Indonesia yang merupakan prinsip Pancasila
ketiga harus dapat dipahami oleh semua masyarakat. Para pendiri bangsa ini
memikirkan prinsip ketiga yang juga dituntut dari masyarakat masa lalu, sekarang,
dan masa depan. Penyelenggara menyadari bahwa tergantung pada bagaimana
orang menanganinya, variasi Indonesia dapat bertindak sebagai dua bilah,

15
menawarkan keuntungan atau masalah. Oleh karena itu, dituntut agar masyarakat
menjunjung tinggi persatuan Indonesia yang berarti mengajak masyarakat untuk
selalu menjadi satu, utuh, atau bulat di tengah keberagaman yang ada melalui
toleransi timbal balik, cinta kepada saudara setanah air, dan menahan diri dari
etnosentrisme dan individualisme sambil malah bekerja untuk memajukan negara
Indonesia secara keseluruhan (Zubaedi, 2016).
Pancasila merupakan kumpulan konsep yang mewakili cara hidup bangsa
Indonesia dalam menghadapi keragaman budaya, menurut Muzayin (1992). Oleh
karena itu, ketika masyarakat menganut cara hidup yang terkandung dalam cita-cita
Pancasila karena hidup dalam harmoni, keseimbangan, dan kebersamaan,
pemisahan tersebut akan sulit terjadi. Kegiatan amoral lainnya, seperti kecurangan
pemilu juga ditemukan. Padahal Indonesia adalah negara demokratis jika perintah
Pancasila keempat dipatuhi negara yang seharusnya memberikan kedaulatannya
kepada rakyat daripada menggunakan suap dan cara ilegal lainnya untuk
mendapatkan dukungan mereka. Masyarakat akan lebih tahu tentang bagaimana
demokrasi seharusnya beroperasi dalam masyarakat sebagai hasil dari pengenalan
kembali prinsip Pancasila yang keempat. Karena mereka percaya bahwa
kesejahteraan rakyat akan lebih penting daripada kesejahteraan pribadi, orang-
orang dengan kesadaran demokrasi yang tinggi tidak akan menghasilkan generasi
yang diperbudak untuk menyuap uang. Sependapat dengan itu, Arjoso (2002)
menambahkan bahwa menjaga pentingnya konsultasi representasional ini dalam
kehidupan sehari-hari adalah kekuatan terbesar negara Indonesia.
Ada banyak disparitas di dunia ini, termasuk ketidaksetaraan pendidikan,
ketidaksetaraan hukum, dan ketidaksetaraan kesejahteraan. Karena cita-cita
Pancasila harus berjalan seimbang, sila kelima perlu diimplementasikan kembali.
Pada kenyataannya, rakyat Indonesia harus merangkul unsur-unsur tersebut sebagai
hak. Sekali lagi, ini adalah hasil dari ketidaktahuan masyarakat umum tentang
penerapan prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang
gaduh yang cerdas dalam nalar namun tidak dalam hati nurani, berani melakukan
korupsi yang dapat dilihat sebagai perampokan hak-hak orang lain sehingga
menjadi salah satu penyebab ketidakadilan ini. Hal ini terjadi karena salah satu
faktor bagaimana proses menyamakan kesejahteraan di masyarakat harus
terhambat oleh ketidakmampuan mendistribusikan hak-hak yang harus diberikan
kepada suatu rakyat adalah korupsi. Karena kesetaraan antara orang-orang

16
membuat kecil kemungkinannya bagi mereka untuk merusak martabat satu sama
lain, keadilan sebenarnya penting bagi suatu negara untuk berhasil (Febriansyah,
2017).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosial budaya erat kaitannya dengan Pancasila. Cita-cita Pancasila dimasukkan ke
dalam budaya kita melalui sosialisasi. Sebagai orang Indonesia, kita mendorong untuk
memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam budaya dan interaksi sehari-hari dengan
bersikap toleran terhadap orang lain dan memberikan prioritas kebaikan bersama. Bangsa
Indonesia membutuhkan generasi yang berkualitas, khususnya melalui pengembangan
sumber daya manusia yang menjunjung tinggi martabat untuk persatuan. Fondasi agar
Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju adalah implementasi Pancasila dalam sosial
budaya.

3.2 Saran
Pancasila merupakan prinsip dasar yang berfungsi sebagai aspirasi moral yang harus
diwujudkan. Oleh karena itu, negara Indonesia harus memastikan bahwa operasi sehari-harinya
tidak melanggar prinsip-prinsip agama, moral, kesusilaan, atau persyaratan hukum yang diterima.

17
DAFTAR PUSTAKA

Miliano, Nurva dan Dinie Anggraeni Dewi. “Re-Implementasi Pancasila dalam Kehidupan
Sosial Budaya Indonesia”, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.1, No.4, hlm. 1-7, (Online),
(https://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/article/view/204, diakses 10
Desember 2022), 2021.

Jannah, Aulia Nur dan Dinie Anggraeni Dewi. “Implementasi Pancasila dalam Kehidupan
Sosial Budaya di Masyarakat Abad-21”. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.5, No.1, hlm. 931-
936, (Online) (file:///C:/Users/USER/Downloads/1055-Article%20Text-2094-1-10-
20210414.pdf, diakses 10 Desember 2022), 2021.

Nafilah, Nikhrotin, Obba Yuda Apriandi, Fadhilah Ramadhana R., Kurnia Alfina Riza, dan
Vitra Mukharomulael. “Peran Pancasila dalam Mewujudkan Pembangunan Sosial Budaya
yang Tangguh di Era Milenial”, (Online),
(https://www.coursehero.com/file/63869907/Kelompok-10-Makalah-Pancasila-sebagai-
Paradigma-Pembangunan-Sosial-Budayadocx/, diakses 10 Desember 2022), 2020.

Al-Amin, Muhammad Irfan. “Paradigma Adalah Cara Dasar dalam Berpikir”, (Online),
(https://katadata.co.id/safrezi/berita/61efc372dcc4c/paradigma-adalah-cara-dasar-dalam-
berpikir-ini-penjelasannya, diakses 10 Desember 2022), 2022.

Wordpress. “Sosial Budaya”, (Online), (https://sosialbudayapahoa.wordpress.com/, diakses


10 Desember 2022), 2016.

Fibriati, Romana Dwi. “2 Contoh Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial


Budaya”, (Online), (https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan-sosial-budaya, diakses 10 Desember 2022), 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai