Anda di halaman 1dari 15

“PANCASILA SEBAGAI

PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA”

Dosen Pengampu:

Nurul Huda Rabiatul Adawiyah

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

ARI WIBOWO

MUHAMMAD ILYAS

MUHAMMAD NAUFAL

MUHAMMAD WAHYU RAMADANI

RIDHO ALFATIH

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas

berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga tugas kami yang berjudul “Pancasila Sebagai

Paradigma Pembangunan Sosial Budaya” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan tulisan ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih

pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas kami ini . Dan tidak lupa

juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan orang tua yang membantu dalam

penyelesaian tugas Pendidikan Pancasila ini.

Kami juga menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada

tulisan kami ini.

Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi kebutuhan pembaca sekalian,

terutama dalam pembelajaran Pengantar Bisnis, khususnya yang menyangkut “Pancasila

Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya”.

Penulis

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Sampul Depan..............................................................................................................................

Kata Pengantar............................................................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila Sebagai ............................................................................................. 7

B. Pancasila Sebagai Paradigma ............................................................................................ 8

C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan .............................................................. 9

D. Pengertian Sosial Budaya ....................................................................................... 10

E. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Budaya............................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14

B. Saran .................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila hakikatnya berdasar pada Undang – Undang Dasar 1945. Dan

Pancasila berdasar pada hakikat serta kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal

ini sebagaimana tertuang dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang

diharapkan menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab.

Dalam rangka melakukan reformasi disegala bidang, hendaknya Indonesia

berdasar pada sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki

oleh bangsa indonesia itu sendiri yaitu nilai Pancasila yang merupakan sumber

normatif bagi peningkatan humanisasi khususnya dalam bidang sosial budaya.

Dengan demikian manusia diharapkan mampu menciptakan sistem sosial budaya

yang beradab.

Berdasar sila Persatuan Indonesia pembangunan sosial budaya dikembangkan

atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di

seluruh wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai

bangsa. Pengakuan serta penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial

berbagai kelompok bangsa sangat diperlukan sehingga mereka merasa dihargai

dan diterima sebagai warga bangsa, dengan demikian pembangunan sosial budaya

tidak akan menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidak

adilan sosial.

4
Pancasila telah mengajarkan kita nilai-nilai dasar  tentang nilai ketuhan,nilai

kemanusiaan, nilai persatuan,nilai kerakyatan  dan nilai keadilan  itu artinya nilai-

nilai pancasila ada di dalam kehidupan setiap individu  masing-masing. Pancasila

sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,

kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai

yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka

arah/tujuan bagi ‘yang menyandangnya’. Istilah paradigma makin lama makin

berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain

seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.

Yang menyandangnya itu di antaranya: (a) bidang politik, (b) bidang ekonomi,

(c) bidang social budaya, (d) bidang, hukum, (e) bidang kehidupan antar umat

beragama, Memahami asal mula Pancasila.

 Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan

jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai

hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang

dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-

kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau

diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang

menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsaan dan bernegara.

Yaitu sila pancasila dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang

diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat

bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan

pendidikan pada khususnya.

5
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan “Pancasila” ?

2. Apa yang dimaksud dengan “Pancasila Sebagai Paradigma” ?

3. Apa yang dimaksud dengan “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan” ?

4. Apa yang dimaksud dengan “Sosial Budaya”?

5. Apa yang dimaksud dengan “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Sosial Budaya” ?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN “PANCASILA”

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari

dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila

merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 (Pembukaan)

Undang-undang Dasar 1945.

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik

Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupun dari sudut sejarah. Hai tersebut dapat

dilihat secara etimologis atau secara teminologi sebagimana penjelasan berikut,

1) Secara Etimologis

Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa India, yakni bahasa Sansekerta.

Menurut Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu Panca artinya lima,

syila dengan (i) biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang artinya

peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia

menjadi susila artinya tingkah laku baik.

7
2) Secara Terminologi

Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) perkataan Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh

Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang diusulkannya.

Perkataan tersebut dibisikkan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk disamping

Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.

B. PANCASILA SEBAGAI “PARADIGMA”

Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai

acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagaisistem nilai

yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah dan

tujuan bagi yang menyandangnya, seperti “Pancasila Sebagai Paradigma

Pembangunan Budaya”.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang

menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin

lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang

lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.

Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,

kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.

Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,

tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

8
Atau, Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis

yang umum dan suatu kerangka pikir orientasi dasar dari suatu perubahan yang

merupakan suatu sumber hukum,metode,serta penerapan dalam ilmu

pengetahuan,sehingga sangat menentukan sifat,ciri,dan karakter ilmu pengetahuan itu

sendiri. Paradigma berarti cara pandang, nilai-nilai , metode-metode, prinsip dasar,

atau cara memecahkan masalah yang dianutr oleh suatu masayarakat pada masa

tertentu.

C. PANCASILA SEBAGAI “PARADIGMA PEMBANGUNAN”

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat

manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang

monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

a. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan

harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek

ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan

manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia

secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang

yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang

politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

9
D. PENGERTIAN “SOSIAL BUDAYA”

Sosial merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari

kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti  yang digunakan sebagai acuan dalam

berhubungan antar manusia yang bersifat abstrak dan berisikan simbol-simbol yang

berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan dan berfungsi untuk mengatur

tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu

masyarakat.

Budaya berasal dari kata Sans yaitu Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.

Budaya adalah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal

budinya yang mengandung cinta, rasa, dan kepercayaan adat istiadat ataupun ilmu.

Maka, pengertian Sosial Budaya itu sendiri adalah segala hal yang diciptakan

oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat.

Atau, lebih singkatnya, manusia membuat sesuatu berdasarkan budi dan pikirannya

yang dipeuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.

E. PANCASILA SEBAGAI “PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL

BUDAYA”

Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini, kita harus

mengangkat nilai – nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai, yaitu

nilai-nilai pancasila itu sendiri. Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena

memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri.

10
Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan

martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.

Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam,

brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil

dan beradab.

Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu

meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya

dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan

sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-

budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa

persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial

berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima

sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak

menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan

berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan

dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak

negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang

(Sila Kedua).

11
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak

negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan

yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan

keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak

akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan

pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional

(Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila

Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan

sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria

sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi

kebudayaan – kebudayaan di daerah:

(1) Sila Pertama : Menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial

dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Sila Kedua : Merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap

warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,

kedaerahan, maupun golongannya.

(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad

masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai

satu bangsa yang berdaulat.

(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan

masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui

musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang

mendahulukan kepentingan perorangan;


12
(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang

membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa pancasila memuat nilai-nilai fundamental tentang

sosial budaya bangsa indonesia. Oleh karena itu pancasila merupakan dasar, rangka,

suasana bagi kehidupan kenegaraan dan tertib hukum negara indonesia sehingga

memiliki sifat yang sangat menentukan bagi bangsa dan negara republik indonesia.

Sebagai bentuk asas hukum dan hidup kanegaraan republik indonesia.

B. Saran

Dengan demikian pancasila juga sebagai norma fundamental yang berfungsi

sebagai suatu cita-cita moral atau ide yang harus direalisasikan menjadi suatu

kenyataan. Maka dalam pelaksanaan hidup sehari-hari bangsa indonesia tidak boleh

bertentangan dengan norma agama, susila, kesopanan, dan norma hukum yang

berlaku.

14
DAFTAR PUSTAKA

Legge, J.D.1993.Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok

Sjahrir. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Budiman, Arief. 1996. Teori Negara: Negara, Kekuasaan, dan Ideologi. Jakarta: Gramedia.

Saptono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP kelas IX. Jakarta: Phibeta Aneka

Gama.

(http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-Paradigma-

Pembangunan)

( http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html)

15

Anda mungkin juga menyukai