Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,


BERBANGSA DAN BERNEGARA

DOSEN :Dr. PUTRI HAFIDATI, S.H., M.H

DISUSUN OLEH :
1. CHOFIFAH TRI HANDAYANI (2306020030)
2. NURNAILA APRILIA YUANDIN (2306020023)
3. DIAN RISKI SAFITRI(2306020067)
4. JANATIKA FITRI NARESHVARI(2306020022)
5. MUHAMAD IKHSAN (2306020061)
6. SESILIA RAHMADHANI(2306020064)
7. RESTI LUTFHIA RAHMAN (2306020040)

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH – YUSUF TANGERANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
pancasila tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “pancasila sebagai paradigma kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.
Kami berharap makalah tentang penerapan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dapat
menjadi referensi bagi pihak yang akan membaca makalah kali ini. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema pancasila ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa
Indonesia ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang, 23 oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik........................................................................ 3
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi.................................................................... 3
2.3 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya .......................................... 5
2.4 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan hukum .................................................... 6
2.5 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan antar umat beragama .............................. 7
2.6 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan IPTEK .................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 9
3.2 SARAN ......................................................................................................................................... 9
DARTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Pancasila mempunyai arti dan
makna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam perjalanan
sejarah eksistensi pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan. Pancasila sebagai
paradigma dimaksudkan bahwa pancasila dijaadikan sebagai kerangka acuan berpikir, atau
sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan sekaligus kerangka tujuan dalam
menjalankan kehidupan dalam bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya,
bidang hukum, bidang kehidupan antarumat beragama dan IPTEKS.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB) telah
berhasil menyusun Pedoman Umum Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara,
namun masih perlu dirumuskan ke dalam Paradigma yang secara operasional dapat
digunakan sebagai pedoman dan model baik dalam merumuskan kebijakan publik maupun
sebagai acuan kritik, untuk menentukan mana yang sesuai atau yang tidak sesuai dengan
Pancasila.
Istilah “paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan,
khususnya dalam kaitannya dengan filsafat ilmu. Secara istilah tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific Revolution” paradigma juga
merupakan asumsi dasar dan asumsi teoritis umum (a source of value). Sumber hukum,
metode, aplikasi yang menarik dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat,
ciri, dan karakter ilmu itu sendiri (Susanto, 2019).
Pengertian paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa, Menurut bahasa
inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan menurut bahasa yunani
paradigma, yaitu 'para' yang artinya disamping, dan diketahui. Kemudian menurut kamus
psikologi, paradigma diartikan sebagai model atau pola yang menunjukkan semua
kemungkinan fungsi dari apa yang disajikan. Ilmu pengetahuan sangat dinamis, hal ini
disebabkan semakin banyaknya hasil penelitian manusia, sehingga dalam
perkembangannya sangat besar kemungkinan ditemukannya kelemahan-kelemahan teori
yang ada, dan jika demikian maka para ilmuwan akan kembali pada asumsi dan asumsi
dasar.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka, rumusan masalah untuk makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik?
1.2.2 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi?

1
1.2.3 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalampembangunan sosial budaya?
1.2.4 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan hukum?
1.2.5 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan
antar umat beragama?
1.2.6 Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan IPTEKS!

1.3 Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan penulisan makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1.3.1 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan politik.
1.3.2 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan ekonomi.
1.3.3 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan sosial budaya
1.3.4 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan hukum.
1.3.5 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan kehidupan antar umat beragama.
1.3.6 Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian pancasila sebagai
pembangunan IPTEKS

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik


Yang dimaksud Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik adalah
meletakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai sumber nilai politik.
Sumber nilai politikharus mengacu pada nilai-nilai Pancasila terutama sila ke-4 di mana
semua praktik-praktik politik harus berkembang atas asas kerakyatan. Hal ini dikarenakan
warga negara merupakan pelaku politik sehingga masyarakat harus mampu
menempatkan kekuasaan tertingginya sebagai warga negara Indonesia yang menganut
sistem politik demokrasi dimana kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari kodrat manusia
maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subyekharus mampu menempatkan
kekuasaantertinggi pada rakyat. Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuaipancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasarkan hal terebut, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan yaitu terletak pada sila ke IV Pancasila. Pengembangan selanjutnya adalah
sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh
karena itu, secaraberturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral
ketuhanan, moral kemanusiaan,moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politikbaik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas
dasar moral tersebut sehingga menghasilkanperilaku politik yang santun dan bermoral.
Bentuk perwujudan Pancasila dalam pembangunan bidang politik dapat dilakukan
dengancara sebagai berikut.
Mewujudkan tujuan Negara demi peningkatan harkat dan martabat Indonesia.
Memosisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik, bukan
hanyasebagai objek politik penguasa semata.
Sistem politik Negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan,sehingga sistem politik Negara harus mampu menciptakan sistem yang
menjaminperwujudan ham.
Para penyelenggara Negara dan para politisi senantiasa memegang budi
pekertikemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat

2.2 Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral dari pada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan yaitu pada sila ke I Pancasila
dan kemanusiaan yaitu pada sila ke II Pancasila. Pancasila bertolak dari manusia sebagai

3
totalitas dan manusia sebagai subjek. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem
ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan.
Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan humanistis akan
menghasilkan sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah
sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial,
makhluk pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila
berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa
perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian juga berbeda degan sistem ekonomi
dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.
Kebijakan ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus
mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga
masyarakat(tidak seperti selama orde baru yang telah berpihak pada
ekonomibesar/konglomerat). Politik ekonomi kerakyatan lebih memberikan kesempatan,
dukungan dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil dan
usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional Oleh sebab itu,
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Ekonomi kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program konkret
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian ekonomi kerakyatan akan
mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi sehingga lebih adil, demokratis,
transparan, dan inspiratif. Dalam ekonomi kerakyatan pemerintah pusat ( negara ) yang
demokratis berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi
warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan
bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraanwarga negara. Ekonomi pancasila juga
memiliki arti bahwa pihak swasta yang bisa mandiri dilindungi hak-haknya untuk
mengembangkan usahanya, sedangkanuntuk pihak-pihak yang masih belum bisa
mengembangkan usahanya akan dibantu oleh pemerintah dalam mengembangkan usahanya.
Dalam pembangunan ekonomi jugatidak terlepas dengan Pengembangan dan
peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM)yang terdiri atas beberapa kriteria kualitas
SDM yang dibutuhkan sebagai berikut.
a) Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
b) Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam
secaraefektif, efisien, lestari dan berkesinambungan.
c) Memiliki etos profesional; tanggung jawab atas pengembangan
keahliannya,kejujuran dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada
masyarakat,penghargaan terhadap waktu dan ketetapan waktu
Pencitaan kesejahteraan yang merata berakses pada sumber ekonomi, dunia kerja,
kesehatandan informasi. Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada

4
permasalahan,bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan
berkembang menjadi etosekonomis dengan nilai-nilai etis Pancasila.

2.3 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya


Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya adalah
mendasarkan pembangunan sosial budaya berdasarkan nilai-nilai yang telah ada dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada hakikatnya merupakan dasar dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam rangka pembangunan sosial budaya,
Pancasila merupakan sumber normatif yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Menjadikan warga negara menjadi masyarakat yang beradab dan
berbudaya.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiaan nya Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari
tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang
beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial
berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam
pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya
komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila kedua).
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak
negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang
sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada
otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan
menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakkan kedaulatan dan keutuhan
wilayah NKRI (Sila Ketiga).
Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi dengan berpikir tentang
masalah persatuan dan kesatuan bangsa. Negara harus menjalankan pemerintahan yang
serba efektif harus menghilangkan mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya
dalam hal norma maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan
kebudayaan lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan
setiap insan harus dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala tantangan dan
hambatan serta dapat membangun dirinya sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan,
demokrasi, inovatif, dan mencapai kemajuan kehidupan yang beradab. Dalam nilai-nilai

5
Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-
acuan-bersama, bagi kebudayaan-kebudayaan di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan sosial dan
komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa;
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara
Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
golongannya;
(3) Sila Ketiga mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat;
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang tuas di kalangan masyarakat majemuk
Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan.

2.4 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan hukum


Menurut ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Pancasil merupakan sumber dari
segala sumber hukum, dengan demikian semua peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus tidak boleh bertentangan dengan pancasila sebagai Dasar Negara.
Pembukaan UUD 1945 yang memuat pancasila tidak boleh dirubah oleh siapapun juga
termasuk MPR. Hal ini didasarkan pada Pasal 3 dan Pasal 37 karena merubah isi
pembukaan berarti pembubaran negara.
Dengan demikian subtansi hukum yang dikembangkan harus merupakan
perwujudan atau penjabaran sila-sila yang tekandung dalam pancasila. Adapun bentuk-
bentuk perundang-undangan Republik Indonesia menurut UUD 1945 ialah sebagai
berikut:
a) UUD 1945
b) Ketetapan MPR
c) Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d) Peraturan Pemerintah
e) Keputusan Presiden
f) Peraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya, seperti:
1. Peraturan Menteri
2. Intruksi Mentri
Pembangunan hukum yang berdasarkan pancasila tidak hanya tugas dan
tanggung jawab penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Masyarakat indonesia secara keseluruhan sudah seharusnya ikut berpartisipasi aktif dalam
rangka mewujudkan tegaknya hukum berdasarkan keranggka pemikiran pancasila yang
sebenarnya sudah menjadi karakter orang indonesia. Pokok-pokok pemikiran dalam

6
pancasila yang dijadikan sebagai paradigma hukum adalah bahwa Negara Indonesia
merupakan negara kesatuan yang menjunjung tinggi persatuan, hal ini adalah syarat mutlak
untuk membangun indonesia mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Dalam rangka mewujudkan keadilan tersebut, harus dijunjung tinggi asas kedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan. Dan semua pembangunan Indonesiaa
merdeka itu harus berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Negara indonesia bukanlah negara satu agama sehingga sumber hukum
yang diambil bukanlah sumber hukum yang berasal dari satu agama tertentu, namun
berdasarkan mufakat yang adil.

2.5 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan antar umat beragama


Pada era saat ini, banyak berkembang organisasi-organisasi agama yang mengatas
namakan Tuhan. Mereka mengaku-ngaku bahwa agamanya lah yang paling benar. Dalam
kasus ini, terlihat semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama sehingga
menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat beragama
untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia. Sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung pada nilai pancasila sila pertama dan sila kedua yang
berbunyi ketuhanan yang esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Negara Indonesia
sangat terbuka dengan umat beragama lainya. Negara Indonesia juga memberikan
kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinanya masing-masing.
Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebasan atas
kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi dibidang agama.
Oleh karena itu, kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus
dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling
menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

2.6 Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan IPTEK


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia yang
meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan martabat
manusia. Pancasila memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK sebagai hasil
kebudayaan manusia yaitu harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang
adil dan beradap. Pancasilaa harus dijadikaan sebagai sistem etika dalam pengembangan
iptek.
1.Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”
Sila ini memadukan pengetahuan, mencipta sesuatu berdasarkan pertimbangan
antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini, iptek tidak
hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, tetapi juga
mempertimbangkan makna dan akibat merugikan orang di sekitarnya atau tidak. Sila ini
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusat tetapi sebagai bagian sistematis
dari alam yang diolah.
7
2.Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan Beradab”
Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus beradab. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil
kebudayaan manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh hakikat tujuan untuk kesejahteraan manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan untuk kesombongan, keangkuhan dan keserakahan
manusia tetapi harus dikhususkan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila ketiga “Persatuan Indonesia”
Pembangunan IPTEK diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk
kesejahteraan bangsa Indonesia. Pembangunan IPTEK harus mampu mengembangkan rasa
nasionalisme, kebesaran bangsa bangsa yang luhur sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.
4. Sila keempat “ kerakyatan yang di pimpi oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”
Artinya mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
demokratis. Artinya setiap orang harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, setiap orang juga harus menghormati kebebasan orang lain dan harus memiliki
sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritisi, direview dan dibandingkan dengan temuan-
temuan teori lain.
5.Sila kelima “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas unggul benih padi Cillosari
dari teknik penyinaran. Penemuan ini merupakan hasil karya anak bangsa. Diharapkan
dalam pembangunan swasembada pangan ke depan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah peningkatan jumlah produksi
sehingga dalam perjalanan masyarakat dari berbagai kalangan dapat menikmati beras
berkualitas dengan harga terjangkau.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila sebagai paradigma pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi


menggarisbawahi pentingnya kreativitas spiritual manusia dalam mengembangkan IPTek.
Sila-sila Pancasila memberikan landasan moral untuk pengembangan ilmu pengetahuan
yang berkelanjutan. Pancasila memandang iptek sebagai alat untuk kesejahteraan umat
manusia, dengan memperhatikan nilai-nilai moral, persatuan, dan keadilan.Dalam
paradigma pembangunan ekonomi, Pancasila mengarahkan sistem ekonomi berdasarkan
moralitas ketuhanan dan kemanusiaan. Pembangunan ekonomi diikuti oleh prinsip-prinsip
demokratis dan ekonomi kerakyatan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil.
Pancasila sebagai pedoman ekonomi berlandaskan pada keberlanjutan dan keadilan
sosial.Pancasila sebagai paradigma dalam bidang hukum menegaskan eksistensi Indonesia
sebagai negara hukum. Prinsip-prinsip Pancasila membentuk dasar hukum yang tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hukum diarahkan untuk menciptakan keadilan,
meresapi nilai-nilai kebangsaan, dan memperbarui masyarakat. Dalam pembangunan sosial
budaya, Pancasila menjadi landasan bagi peningkatan harkat dan martabat manusia.
Paradigma ini menekankan pentingnya pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman
budaya, menjaga persatuan sebagai bangsa, dan menciptakan kehidupan sosial yang adil dan
beradab.

3.2 SARAN

1. Perlu pengembangan pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam


kurikulumnya untuk membentuk generasi yang memahami dan menerapkan nilai-nilai
tersebut.
2. Pentingnya membangun sistem ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila, untuk mencapai kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
3. Diperlukan reformasi hukum yang lebih lanjut untuk memastikan kepatuhan terhadap
nilai-nilai Pancasila dan meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan.
4. Pembangunan sosial budaya harus mengedepankan dialog antarumat beragama,
menghormati keberagaman, dan menciptakan lingkungan yang mendukung toleransi dan
saling menghargai.
5. Peningkatan kesadaran akan pentingnya Pancasila sebagai panduan utama dalam
pembangunan nasional melalui berbagai kampanye dan kegiatan sosialisasi.

9
DARTAR PUSTAKA

Budiyono, Kabul. 2012. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:


Alfabeta. Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Hidayat, N. Al. (2018). Demokrasi Pancasila Sebagai Paradigma Politik Hukum
Perundang-Undangan Di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan Dan …, 72–
80.
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Iptek. Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(02), 213–
222. https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1178
Emilia, S., Andini, M., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of Legal
Development in Indonesia. Journal of Information Systems and Management
(JISMA), 01(01), 29–32. https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/6
Muin, F. (2022). Tektualitas dan Kontektualitas Pancasila dalam Paradigma
Kehidupan Berbangsa. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 4109–4113.
http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3658
Budiyono, Kabul. 2012. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:
Alfabeta. Kaelan 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Sumber
internet Tanggal Publish 1/11/2013
Triwahyuni, D. (2011). Pancasila Dalam Paradigma Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa Dan Bernegara.
Ulpa, M., Winarsih, W., Asbari, M., & Tinggi Ilmu Ekonomi Insan Pembangunan,S.
(2022). Pancasila as a Paradigm of Economic Development in Indonesia. Journal
of Information Systems and Management, 1(4), 7–13. https://jisma.org Wangol,
W. A. (2016). ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT DAN BIAYA
RINGAN DALAM PENYELESAIAN PERKARAPIDANA MENURUT
KUHAP. IV(7), 39–45.
Latipulhayat, A. (2014). Mochtar Kusumaatmadja. PADJADJARAN Jurnal Ilmu
Hukum (Journal of Law),1(3), 626–642. https://doi.org/10.22304/pjih.v1n3.a12
Susanto. (2019). Pancasila Sebagai Paradigma Berbangsa dan Bernegara. In
Academia.Edu(IssueSeptember,p.12).https://www.academia.edu/download/563
62749/12 _PERENCANAAN_DAN_KENDALI_MANAJEMEN.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai