Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

AGUNG TRI LAKSONO

DWI ENDANG ARTATIK

DIAN SUSANTI

SALMA NURUL HIDAYATI

FALLAH YUSMADILLA

DWI CAHYA FEBRIYAN

FERA BETANIA

RIA OCTAVIANI

TYAS TAZIZAH JUNGJUNAN

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS SERANG RAYA


TAHUN AJARAN 2017-2018

1
DAFTAR ISI

Daftar isi ....................................................................................................................... i


Kata pengantar .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4


A. Pengertian Paradigma ..............................................................................
B. Pancasila sebagai Paradigma ..................................................................
C. Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Ekonomi ...............
D. Sistem Ekonomi Pancasila ......................................................................
E. Ciri-ciri Ekonomi Pancasila .....................................................................
F. Perbandingan Ekonomi Pancasila dengan Ekonomi lainnya .................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................


REFERENSI ..............................................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, karena atas perkenaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Pendidikan
Pancasila yang bertemakan “Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi”.
Makalah ini kami buat, karena untuk menjelaskan dengan jelas arti dari Paradigma dan
fungsi Pancasila dalam Pembangunan Ekonomi. Tak lupa, kami ucapkan banyak terimakasih
kepada Dosen Pendidikan Pancasila Bapak Ilham Perdana, SH., M.Si,. Dengan ijin dan bimbingan
dari-nya serta kerjasama yang baik dengan pihak-pihak terkait, membuat segala tantangan dan
rintangan dalam makalah ini dapat dilalui. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung makalah ini.
Kami menyadari, dalam penulisan dan penyusunan laporan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan serta saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari Dosen kami sendiri, dan para pembaca guna menjadi acuan dalam bekal bagi
pengalaman kami untuk menulis lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga hasil laporan
makalah ini, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya mahasiswa/i Fakultas Ekonomi, Universitas Serang Raya.

Serang, 18 Desember 2017

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asal mula Pancasila secara materiil merupakan bagian tak terpisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yaitu berupa nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Secara formal merupakan bagian tak terpisahkan
dari sejarah pergerakan nasional yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan, yaitu
berupa proses perumusan dan pengesahannya sebagai dasar filsafat NKRI. Maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religius, dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya
terdapat dalam Pancasila.

Secara materiil, nilai-nilai Pancasila bermula dari tradisi hidup-berdampingan


(antar yang berbeda agama), toleransi umat beragama, persamaan haluan politik yang
anti-penjajahan untuk mencita-citakan kemerdekaan, gerakan nasionalisme, dan
sebagainya. Yang kesemuanya telah hidup dalam adat, kebiasaan, kebudayaan, dan
agama-agama bangsa Indonesia. Secara formal, perumusan Pancasila disiapkan oleh
BPUPKI (29 Mei s.d. 1 Juni 1945) dan disahkan oleh PPKI (18 Agustus 1945). Asal mula
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dibedakan kedalam tiga bagian yaitu :
1. Causa materialis : Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara bersumber
pada bangsa Indonesia, Artinya, Bangsa Indonesia sebagai Causa Materialis
2. Causa formalis (asal mula bentuk) : Pancasila sebagai ideologi negara merujuk
kepada bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi Pancasila yang
terkandung dalam UUD 1945. Artinya pidato Soekarno sebagai Causa formalis.
3. Causa mula Finalis (asal tujuan) : mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara
yang sah adalah para anggota BPUPKI dan panitia sembilan. Para anggota dari
badan itulah yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi
negara yang sah.
4. Causa Efisien (asal mula karya) : Yang menjadikan Pancasila dari calon ideologi
Negara menjadi ideologi negara yang sah. PPKI melalui sidang BPUPKI menjadi
Causa Efesien pembentuk Pancasila.

4
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang
dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi
yang menyandangnya. Yang menyandangnya itu di antaranya: pengembangan ilmu
pengetahuan, pengembangan hukum, supremasi hukum dalam perspektif
pengembangan HAM, pengembangan sosial politik, pengembangan ekonomi,
pengembangan kebudayaan bangsa, pembangunan pertahanan, dan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sebagai titik tolak memahami asal mula Pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma?
2. Bagaimana ciri-ciri dari sistem ekonomi Pancasila?
3. Apa perbedaan dari Causa Materialis, Causa Formalis, Causa Mula Finalis, dan
Causa Efisien?
4. Bagaimana ekonomi kerakyatan mampu mengembangkan program-program
konkret dari pemerintah daerah?
5. Mengapa bangsa Indonesia menganut sistem Ekonomi Kerakyatan?

C. Tujuan Masalah
1. Definisi Paradigma;
2. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila;
3. Perbedaan Causa Materialis, Causa Formalis, Causa Mula Finalis, dan Causa
Efisien
4. Cara pemerintah mengembangkan ekonomi kerakyatan;
5. Latar belakang sistem ekonomi kerakyatan.

D. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan bagi orang-orang tentang Pancasila sebagai
Paradigma dalam Bidang Ekonomi;
2. Bagi mahasiswa/i Unsera terutama Fakultas Ekonomi agar dapat menerapkan
Ekonomi kerakyatan dalam kehidupan sehari-hari dan menjunjung tinggi tiap nilai
ataupun norma yang terkadung didalamnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PARADIGMA
Istilah Paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan
bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah
pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu
cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama semakin berkembang tidak hanya
dibidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang, ekonomi, politik, hukum,
dan sosial. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, parameter, dan arah serta tujuan dari suatu kegiatan. Dengan demikian
Paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia.

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional. Hal
ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia,
sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan atau tolak ukur penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan Pembangunan. Sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan,
kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Yang
menyandangnya yaitu :
a) Bidang Politik;
b) Bidang Ekonomi;
c) Bidang Sosial dan Budaya;
d) Bidang Hukum;
e) Bidang Kehidupan antar Umat Beragama.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
 susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
 sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
 kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

6
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara
singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan
bebas. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih
sejahtera. Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli
yang berakibat pada penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
Negara kita melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.

Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistis


yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas
kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa
tujuan ekonomi itu adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih
sejahtera. Oleh karena itu harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan
manusia, ekonomi untuk kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya
yang menimbulkan perderitaan pada manusia.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besar


kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih

7
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program konkret
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan
mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis,
transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang
demokratis berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi
warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, sistem hubungan kelembagaan demokratis harus kita perbaiki supaya tidak
ada peluang bagi tumbuh kembangnya kolusi antara penguasa politik dengan pengusaha,
bahkan antara birokrat dengan pengusaha. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam
negara yang merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial adalah
sebagai satu keluarga bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan ekonomi harus
diletakkan pada peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu
keluarga.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh
karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi
yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli
dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan
kesengsaraan warga negara. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada
pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan

8
daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan
memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.

D. SISTEM EKONOMI PANCASILA

Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari
nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP
tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi
ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal dengan
mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002: 68), SEP juga
dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari
nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku
ekonomi masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : “ Dalam Demokrasi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:
 Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan
kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
 Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor
negara.
 Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita keadilan
sosial.” (GBHN 1993).
seorang pakar senior mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem ekonomi
Pancasila menurut (Mubyarto, 1981) yaitu :
1. pengembangan koperasi menggunakan insentif sosial dan moral;
2. komitmen pada upaya pemerataan;
3. kebijakan ekonomi nasionalis;
4. keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. pelaksanan secara terdesentralisasi

9
E. CIRI-CIRI EKONOMI PANCASILA
1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Terdapat
pula pada UUD 1945 pasal 33 Ayat 2. Yang berbunyi "Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara”. Contoh hajat hidup orang banyak yakni : air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya;
2. Peran Negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi
komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan,
berdampingan secara damai dan saling mendukung;
3. Masyarakat adalah bagian yang penting dimana kegiatan produksi dilakukan oleh
semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat;
4. Modal ataupun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas
asas kekeluargaan antar sesama manusia.

F. PERBANDINGAN EKONOMI PANCASILA DENGAN EKONOMI LAINNYA


Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik
Negara. Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan
masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan yang diterimakan pada
orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan
Ekonomi Liberal ialah sebuah sistem dimana adanya kebebasam baik untuk produsen
maupun konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur tangan pemerintah
untuk mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme pengatusran harga diserahkan
ke pasar (tergantung mekanisme supply dan demand)

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional dalam bidang ekonomi
memberikan prinsip etis sebagai berikut :
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan
pembangunan ekonomi
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan
c. Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan
d. Ekonomi yang nebghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas
e. Ekonomi yang bertujuan demi keadilan dan kesejahteraan bersama
Asal mula Pancasila sebagai dasar filsafat negara dibedakan kedalam tiga bagian yaitu :
1. Causa materialis : Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara bersumber pada
bangsa Indonesia, Artinya, Bangsa Indonesia sebagai Causa Materialis
2. Causa formalis (asal mula bentuk) : Pancasila sebagai ideologi negara merujuk kepada
bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi Pancasila yang terkandung dalam UUD
1945. Artinya pidato Soekarno sebagai Causa formalis.
3. Causa mula Finalis (asal tujuan) : mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara yang
sah adalah para anggota BPUPKI dan panitia sembilan. Para anggota dari badan itulah yang
menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi negara yang sah.
4. Causa Efisien (asal mula karya) : Yang menjadikan Pancasila dari calon ideologi Negara
menjadi ideologi negara yang sah. PPKI melalui sidang BPUPKI menjadi Causa Efesien
pembentuk Pancasila.

11
Referensi :
1. http://zurriyatunthoyibah.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pancasila-sebagai-
paradigma.html
2. http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.html
3. http://www.academia.edu/19037854/Pancasila_sebagai_Paradigma_Pembangunan_di_
Bidang_Ekonomi
4. http://hisham.id/2016/05/hubungan-formal-dan-material-pembukaan-uud-1945-
dengan-pancasila.html
5. https://bendib.wordpress.com/2011/10/01/jelaskan-arti-kuasa-materialisformalisdan-
finalis/
6. http://nasional.kompas.com/read/2011/12/22/02061513/Kembali.ke.Pasal.33.UUD.1945

12

Anda mungkin juga menyukai