Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKTUALISASI NILA-NILAI PANCASILA

DALAM KEHIDUPAN KAMPUS

MUHAMMAD WAHYU FAUZI


C1D323030

PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI 2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang Nilai-Nilai Pancasila dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Pancasila, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Kendari 7 November 2023

Pen
ulis

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Landasan teori....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ………………...................................................................................... 4
2.1 Aktualisasi. Pancasila.........................................................................................................4
2.2 Penumbuhan moral dan etika...........................................................................................5
2.3 Nilai-nilai Aktualisasi Pancasila......................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
2.4. Kesimpulan........................................................................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Hal ini
tertuang dalam alinea keempat Undang – Undang Dasar tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal
dari akar budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai suatu dasar Negara maka Pancasila senantiasa
dijadikan landasan dalam pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara tidak
boleh bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan yang dijadikan dasar dalam bertindak
oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, maka kita diwajibkan untuk
mengaktualisasi berbagai nilai –nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan Pancasila sebagai dasar Negara. Sekarang
Pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai perilaku yang digunakan didalam kampus.
Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan Pancasila. Baik dalam perilaku
bergaul juga dalam proses belajar mengajar didalamnya. Serta molekul-molekul yang menjadi
bagiannya.
Walaupun pada kenyataannya aktualisasi pancasila dalam lingkungan kampus tidak selalu sesuai
seperti yang kita harapkan. Salah satu contohnya yakni perbuatan mencontek yang banyak dilakukaan
oleh mahasiswa. Namun kita tetap harus mengaktualisasi nilai- nilai Pancasila sebaik mungkin yang
dapat kita lakukan.
Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati, dan mengaktualisasi nilai – nilai
Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama di lingkungan kampus. Sehingga kelak saat kita
terjun ke masyarakat kita akan menjadi manusia Pancasila, yakni manusia yang selalu berpedoman
teguh pada Pancasila.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasi Pancasila di perguruan tinggi?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Aktualisasi Pancasila
Aktualisasi berasal dari kata aktual yang berarti betul-betul ada, terjadi dan sesungguhnya,
hakikatnya. Dimana Pancasila memang sudah jelas berdiri dalam bangsa Indonesia sebagai dasar
negaranya.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat tercermin dalam sikap
dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur Negara sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak
berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan
dalam wujud norma-norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus
dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Aktualisasi Objektif
Aktualisasi Pancasila secara objektif yaitu melaksanakan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain: legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya. Seperti politik, ekonomi, hukum terutama
dalam penjabaran kedalam undang-undang, garis-garis besar haluan Negara, hankam, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya.

2. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila secara subyektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama
dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif
tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat pentelenggara Negara, penguasa Negara,
terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral
ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang dapat
mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di
dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari corak
kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat.

Tri Dharma Perguruan Tinggi


Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah menara gading yang jauh dari
kepentingan masyarakat melainkan senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat.
Perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian


serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan yang
disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang terdiri dari :
 Pendidikan
Merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan
IPTEK dan seni.
 Penelitian
Kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep, model, atau informasi baru
guna memperkaya IPTEK dan seni.
 Pengabdian Kepada Masyarakat
Kegiatan yang memanfaatkan IPTEK dalam upaya memberi sumbangan demi kemajuan masyarakat.

Penumbuhan Moral Etika Pancasila


Akhir-akhir ini di berbagai tempat timbul kerusuhan massa yang cenderung brutal dikarenakan
adanya kesenjangan sosial antara pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini menimbulkan gejolak
berupa gerakan pengacau keamanan bahkan tuntutan untuk melepaskan diri misalnya Aceh dan Irian
Barat. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan disintregrasi bangsa. Disini pula
dikarenakan hubungan social lainnya, kebebasan berkumpul sangat dibatasi, kesadaran pemeliharaan
lingkungan yang kurang, kurangnya kerjasama antar agama, kurangnya penyadaran social, serta
sentiment yang selalu ditutup-tutupi dengan isi SARA. Yang justru menyebabkan meledaknya
kerusuhan di beberapa tempat.
Padahal para pendiri bangsa telah mencontohkan pada kita bagaimana cara mencipatakan situasi
demokrasi melalui BPUPKI – PPKI dengan melakukan perdebatan dan pemufakatan disaat-saat
mempersiapkan kemerdekaan. Bahkan saat proklamasi hingga pengesahan UUD 1945 mereka tetap
bersatu hingga Negara Republik Indonesia dapat diwujudkan.
Persoalan demokrasi bukan hanya masalah yang menyangkut pengaturan kekuasaan Negara,
melainkan juga terkait cara hidup antar kelompok masyarakat yang sangat pluralis dimana persoalan-
persoalan sosial dapat dipecahkan secara bersama. Maka muncullah pemikiran kearah desentralisasi
pemerintahan yang kurang lebih sejalan dengan perkembangan masyarakat modern dan demokratis.
Namun terjadinya kerusuhan dibeberapa tempat, kekejaman bahkan pembunuhan antar masyarakat
etnis bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila. Sebab bagi bangsa Indonesia
keanekaragaman etnis, agama, adat istiadat, wilayah yang begitu luas yang konsekuensi logisnya,
pluralisme, visi dan aspirasi yang beraneka ragam harus diterima dan dihormati. Yang menjadi
perhatian kita adalah mengatasi pluralisme dai kerawanan menjadi asset nasional. Cara mengatasinya
yakni dengan “Etika Pluralisme”, yakni etika yang mengajarkan sopan santun dalam sikap dan mau
menerima beda pendapat dalam musyawarah dan mufakat sebagai penjelmaan demokrasi Pancasila.
Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa dapat diciptakan dan menghindari disintregrasi
bangsa. Sarana yang sangat strategis yakni dengan pendidikan Pancasila. Untuk itulah maka
revitalisasi nilai-nilai Pancasila serta moral etika Pancasila harus terus-menerus dikembangkan.

Tradisi Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, Otonomi Akademik dan Peran
Mahasiswa di Masyarakat

1. Tradisi Kebebasan Akademik


Sejak universitas pertama kali berdiri di Bologna (Italia), paham kebebasan yang selama itu
dipegang oleh gereja mulai digulirkan pada Universitas. Semua pimpinan agama memegang
kekuasaan, mengambil keputusan tentang kebenaran-kebebasan bagi masyarakat melalui mimbar
(excathedra). Pada masa itu kebenaran dan keadilan masih dikendalikan oleh kesejajaran
(juxtaposition) antara simpulan yang ditarik dari tafsir agama dan yang merupakan hasil proses
penalaran oleh para pemikir (ilmuwan dan filosof) semakin diperlukan adanya batasan yang jelas.
Tidak jarang simpulan tersebut menghasilkan pertentangan pandangan (contra position ).
Dari apa yang telah dicapai oleh para pemikir (ilmuwan dan filosof) pada abad pertengahan
dapat diamati suatu gejala empirik tentang kebebasan untuk mencapai kebenaran :
a. Bahwa masyarakat ilmiah perlu dikembangkan dalam lingkungan perguruan tinggi.
b. Sikap avveroisme (kelompok ilmiah nasionalis yang berusaha melepaskan diri dari gereja )
semakin jelas dikalangan perguruan tinggi, mereka semakin otonom dalam mencapai kebenaran.
c. Otonomi perguruan tinggi berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi itu
bersifat conditio sinequanon bagi kemajuan peradaban imu. Dalam hal ini segala pengertian tentang
kebebasan kampus dan kebebasan akademis adalah pengertian yang setara bagi kemajuan.
Kebebasan akademik dalam hal ini lebih berciri aktivitas wahana pengembangan ilmu
pengetahuan yang dapat diikuti oleh sivitas akademika (dosen dan mahasiswa). Dalam hal ini sivitas
akademika akan menempuh jalur norma akademik, yang mencangkup serangkaian langkah
metodologis: penemuan masalah, tujuan, manfaat, cara mencapai kebenaran, analisis, dan simpulan.

2. Kebebasan Mimbar Akademik


Dalam perkembangan dan penyelenggaraan otonomi kampus bagi perkembangan ilmu
pengetahuan muncul istilah kebebasan mimbar akademik, yaitu proses pengembangan ilmu lewat
kegiatan perkuliahan (mimbar akademik). Kebebasan mimbar akademik lebih ditekankan pada
pengembangan kognitif (pemahaman), apresiasi (afektif), dan keterampilan (psikomotorik)yang
dilakukan dalam laboratorium dan perpustakaan. Media untuk pengembangan mimbar akdemik lebih
ditekankan pada diskusi, seminar, dan simposium. Dalam kegiatan ini dosen dan mahasiswa akan
berada dalam suatu pola interese, yaitu berada pada satu tatanan bahasa yang bersifat setara (VIS a
VIS) namun dosen tetap pada posisi pemegang mimbar (ex cathedra). Posisi pemegang mimbar utama
adalah guru besar (professor). Ia memiliki otoritas sebagai pengembang ilmu karena telah bergelar
doctor.
Suria Sumantri (1986 : 27) menyebut mahasiswa sebagai setengah ilmuwan, yaitu mahasiswa
belum memiliki kewibawaan penuh pemegang otoritas dalam kegiatan ilmu. Fungsi mahasiswa
menjadi cukup srtategis dalam kegiatan keilmuan yang mengarah pada perkembangan peradaban
manusia dan teknologi. Pertama, pada proses pengembangan ilmu mahasiswa, mahasiswa merupakan
pelaku muda (colega minor)yang sedang belajar dan mengalami bimbingan dari dosen (colega
mayor). Mahasiswa akan mengalami pendewasaan diri sebagai ilmuwan. Kedua, pada proses
pengembangan ilmu, mahasiswa merupakan pelaku muda yang pada umumnya sedang mengalami
bimbingan dari para dosen. Dalam hal ini mahasiswa sering kali memerlukan media tukar pendapat,
dialog kritis untuk saling memberi masukan.

3. Otonomi Keilmuan
Ilmu yang berkembang tidak hanya kerangaka pemikiran logis, melainkan telah teruji, sehingga
dengan ilmu orang akan bias menjelaskan gejala alam kemudian meramalkannya. Ilmu mempunyai
obyek kajian (ontologis), dan memiliki kemampuan untuk mencapai kebenaran (epistemologi) serta
kemampuan terkait dengan masyarakatnya (aksiologis). Ilmu yang dapat berkembang pad prinsipnya
karena kaidah moral, pertimbangan etis, dan norma kerja profesinya.

Ilmu pengetahuan memang dapat memperoleh otonomi dalam melakukan kegiatannya untuk
mempelajari alam semesta, tetapi masalah moral akan timbul manakala berkaitan dengan ilmu
pengetahuan itu. Ilmu pengetahuan memiliki 2 sisi kajian yaitu sisi kajian internal dan eksternal. Sisi
kajian internal digunakan manakala ilmu hanya menggunakan metode spesifik yang dimilikiuntuk
dipraktekkan ilmuwan secara otonomi (Salim, 1994: 15). Sedang pada sisi kajian eksternal , ilmu akan
berkaitan dengan bidang IPOLEKSOSBUDROHANKAM (ideology, politik, ekonomi, social,
budaya, rohani, pertahanan, dan keamanan.
Ilmu pengetahuan hanya memiliki otonomi dalam sisi kajian internal (terbatas pada penerapan
metodologinya untuk mencapai kebenaran ilmiah). Ilmu pengetahuan selalu dituntut bagaimana dapat
memiliki kegunaan di masyarakatnya. Misalnya keberadaan ilmu kedokteran harus mampu mengatasi
masalah kesehatan masyarakat secara luas, seperti menciptakan obat untuk mengatasi HIV,dll. Ilmu
sosial (politik,sosial,ekonomi, budaya, dll) harus mampu menciptakan dinamika dan intregitas bagi
masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa ilmu sosial tidak mungkin berkembang terlepas dari
masyarakatnya, karena ilmu sosial adalah bagian dari gejala perilaku masyarakat.
4. Peran Mahasiswa di Masyarakat
Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan masyarakat dapat dilakukan sejauh kegiatan itu memiliki
relevansi langsung dengan kematangan ilmu pengetahuan yang diminati. Keterlibatan mahasiswa
terhadap masalah sosial sebatas mahasiswa memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan
tugas akademis. Sebagai contoh keterlibatan mahasiswa dalam masalah politik, harus bersifat
peningkat visi akademisnya, pengembangan wawasan, pengayaan substansi dan kedewasaannya.
Peran mahasiswa di masyarakat:
1. Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang belajar berproses “untuk menjadi” (ilmuwan) sehingga
masih membutuhkan bimbingan dan pembinaan akdemik yang intensif dari para dosen.
2. Mahasiswa dapat berperan sebagai perantara pembaharuan (agent of modernization) terutama
membantu masyarakat miskin yang masih tertinggal guna meningkatkan pendapatannya.
3. Mahasiswa perlu belajar untuk dapat mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, laporan hasil
kajian ilmiah, dan hasil diskusi ilmu pengetahuan kepada masyarakat dalam tataran bahasa indonesia
yang sederhana sehingga dapat diterima semua pihak.
4. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat meraih peluang masuk kuliah di bangku perguruan
tinggi. Peluang masuk perguruan tinggi hanyalah bagi lulusan SMA yang memiliki motivasi dan
dukungan dana yang cukup. Pengadaan dana yang cukup besar itu membutuhkan bantuan masyarakat
yang secara langsung digunakan untuk pengadaan prasarana dan sarana belajar.

NILAI NILAI AKTUALISASI PANCASILA


Aktualisasi Pancasila bisa dilakukan secara objektif dan subjektif. Aktualisasi Pancasila secara
objektif dimaksudkan sebagai bentuk penjabaran nilai-nilai Pancasila secara nyata dalam bentuk
norma-norma pada setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang legislatif, eksekutif, dan
yudikatif maupun pada semua bidang kenegaraan lain. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara objektif
terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara subjektif dimaksudkan sebagai upaya merealisasi penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap
warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara subjektif dapat tercapai bila nilai-nilai Pancasila tetap melekat
dalam hati sanubari bangsa Indonesia.

Di dalam mengaktualisasi nilai-nilai Pancasila sangat mungkin ditemukan adanya masalah yang
berkaitan dengan hidup kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Untuk itu solusi terbaik untuk
mengatasi persoalan kebangsaan adalah dengan kembali pada nilai-nilai Pancasila. Beberapa cara
yang dapat dijadikan alternatif untuk kembali dan melakukan aktualisasi nilai-nilai Pancasila saat ini
adalah sebagai berikut. Pertama, membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara secara terus-menerus dan aktual.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa disampaikan yaitu menyadarkan kita bahwa nilai-nilai Pancasila jangan
sampai luntur meskipun arus globalisasi di generasi milenial semakin kuat.
Mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari bisa menguatkan rasa cinta kita terhadap
pancasila dan juga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila juga merupakan aturan yang mengikat bangsa Indonesia agar tidak salah arah dalam
mencapai suatu tujuan dalam bernegara. Peningkatan kesadaran keamanan negara. Negara Kesatuan
Republik Indonesia melaksanakan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keamanan negara untuk
salah satu masyarakat Indonesia seperti pemuda, kelompok masyarakat dan tokoh adat. Kemudian,
di sekolah, profesi atau pekerjaan dan tempat tinggal, warga negara juga disadarkan akan
perlindungan negara dan mereka yang berdampak pada lingkungannya.

Tujuan penyadaran keamanan nasional adalah untuk mengajarkan setiap warga negara untuk
melindungi negara dan negara melalui kesadaran, memberikan motivasi bagi warga negara untuk
mencintai negaranya dan ingat untuk siap berkorban untuk negara dan negara. . Kesadaran akan
keamanan nasional penting bagi setiap warga negara karena jelas dinyatakan dalam UUD 1945 pasal
27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (3) bahwa setiap warga negara wajib ikut serta dalam pembelaan
negara dan ia mampu. Mendukung dan memelihara kemakmuran kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia. Dengan demikian, bangsa Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai
perjuangan besar dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Bersadarkan uraian diatas, kita sebagai mahasiswa harus merepresentasikan nilai-nilai
aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus.
DAFTAR PUSTAKA

http://anailuyyuliana.blogspot.com/2012/11/makalah-aktualisasi-nilai-nilai.html

Anda mungkin juga menyukai