Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

DENGAN JUDUL “DINAMIKA PANCASILA”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Achmad Yusron, MM.

Disusun Oleh:
APRILIA NURHASANAH
NIM : 2014140127
DHIYAA’ AYU ALISA
NIM: 2014140138

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 1442 H/ 2021 M

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pancasila dengan judul “Dinamika
Pancasila”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palangka Raya, 17 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
a. Latar belakang ......................................................................................................1
b. Rumusan masalah .................................................................................................2
c. Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
a. Definisi Dinamika Pancasila .................................................................................3
b. Dinamika Pancasila pada era Orde Lama ..............................................................4
c. Dinamika Pancasila pada era Orde Baru ...............................................................5
d. Dinamika Pancasila pada era Reformasi .............................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................. .............................9
a. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
b. Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia, sebagai pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian
pertahanan bangsa dan negara. Pancasila menjadi dasar instrumen dari kristalisasi cita-cita
dan jawaban kongkrit seluruh pejuang kemerdekaan, bahwa seluruh rakyat Indonesia
benar-benar menginginkan kedaulatan negara yang utuh, dengan tujuan, arah, dan fondasi
filsafati serta pandangan hidup bangsa untuk menyelenggarakan negara Indonesia secara
meyakinkan. Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu mengalami pembaharuan. Hakikat
pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui sistem yang ada. Atau dengan kata
lain, pembaharuan adanya dinamika internal dalam diri Pancasila.

Menggunakan pendekatan teori Aristoteles, bahwa di dalam diri Pancasila sebagai


pengada (realitas) mengandung potensi, yaitu dasar kemungkinan (dynamik). Potensi
dalam pengertian ini adalah kemampuan subjek (Pancasila) untuk dapat berubah.
Subjek sendiri yang berubah dari dalam.

Pancasila sebagai ideologi terbuka, harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman.
Ideologi yang selalu mencari keseimbangan baik hubungan dalam rangka kesatuan bangsa
maupun hubungan antara sesama bangsa. Pancasila tentu tidak boleh bersifat tertutup
karena sangat membahayakan bangsa dan negara. Oleh karena itulah, Pancasila harus tetap
menjadi ideologi terbuka dan dinamis. Sila-sila Pancasila itu tidak terlepas satu sama lain,
melainkan satu kesatuan bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar negara
maupun sebagai falsafah hidup bangsa.

Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila


sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengamalan
Pancasila tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan, dan penyimpangan dari makna
yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan
kembali. Pancasila, tidak akan pernah lepas dari kajian sejarah, sebab Pancasila
merupakan produk sejarah kemerdekaan Indonesia. Era orde lama, orde baru, reformasi,
sampai masa sekarang memiliki dinamika rekam jejak pancasila.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dinamika Pancasila?
2. Bagaimana dinamika Pancasila pada era Orde Lama?
3. Bagaimana dinamika Pancasila pada era Orde Baru?
4. Bagaimana dinamika Pancasila pada era Reformasi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami apa itu dinamika Pancasila, mengetahui dinamika
Pancasila pada era Orde Lama, era Orde Baru, dan era Reformasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Dinamika Pancasila


Dinamika adalah segala sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Dinamika pancasila adalah gerak masyarakat secara terus-menerus yang


menimbulkan perubahan (baik atau buruk) dalam tata hidup masyarakat terhadap nilai-
nilai pancasila.

2. Dinamika Pancasila

Dinamika Pancasila terjadi apabila ada daya refleksi yang mendalam dan
keterbukaan yang matang untuk menyerap, menghargai, dan memilih nilai-nilai hidup
yang tepat dan baik untuk menjadi pandangan hidup bangsa bagi kelestarian hidupnya di
masa mendatang. Ideologi Pancasila bukanlah pseudo religi. Oleh karena itu, Pancasila
perlu dijabarkan secara rasional dan kritis agar membuka iklim hidup yang bebas dan
rasional pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila harus bersifat terbuka. Artinya, peka
terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan tidak menutup diri
terhadap nilai dan pemikiran dari luar yang memang diakui menunjukkan arti dan makna
yang positif bagi pembinaan budaya bangsa, sehingga dengan demikian menganggap
proses akulturasi sebagai gejala wajar. Dengan begitu ideologi Pancasila akan
menunjukkan sifatnya yang dinamik, yaitu memiliki kesediaan untuk mengadakan
pembaharuan yang berguna bagi perkembangan pribadi manusia dan masyarakat.

Ideologi Pancasila tidak a priori menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing,
melainkan mampu menyerap nilai-nilai yang dipertimbangkan dapat memperkaya dan
memperkembangkan kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia. Menurut Hardono Hadi (1994: 57), bangsa Indonesia, sebagai pengemban
ideologi Pancasila, tidak defensif dan tertutup sehingga sesuatu yang berbau asing harus
ditangkal dan dihindari karena dianggap bersifat negatif. Sebaliknya tidak diharapkan
bahwa bangsa Indonesia menjadi begitu amorf, sehingga segala sesuatu yang menimpa
dirinya diterima secara buta tanpa pedoman untuk menentukan mana yang pantas dan
mana yang tidak pantas untuk diintegrasikan dalam pengembangan dirinya.

3
Begitu lamanya penjajahan di bumi pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia hilang
arah dalam menentukan dasar Negaranya. Dengan permintaan Dr. Radjiman, figur-figur
negarawan bangsa Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.
Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, tampil
berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya tentang dasar negara. Pada
tanggal 29 Mei 1945 Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara,
selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945, kemudian Ir Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945.

A. Dinamika Pancasila Pada Era Orde Lama


Era orde lama terjadi selama 20 tahun, dimulai sejak proklamasi kemerdekaanIndonesia
tahun 1945 hingga berakhir di tahun 1966.

Dalam era orde lama ini terdiri atas tiga periode dinamika Pancasila:

1. Tahun 1945-1950
Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan dan muncul upaya-
upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham komunis oleh
PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan oleh Darul
Islam/Tentara Islam Indoensia (DI/TII) yang ingin mendirikan Negara dengan
berlandaskan agama Islam.
2. Tahun 1950-1959
Pada periode ini persatuan dan kesatuan NKRI mendapat tantangan yang berat
dengan munculnya beberapa pemberontakan, diantaranya Republik Maluku Selatan
(RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin berusaha melepaskan diri dari NKRI.
Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah
Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal.
3. Tahun 1956-1965
Pada periode ini, bangsa Indonesia menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
Akan tetapi, demokrasi pada peridoe ini justru tidak berada dan memihak pada
kekuasaan rakyat melainkan kepemimpinan berada pada kekuasaan pribadi Presiden
Soekarno. Sehingga terjadi berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila
dalam konstitusi yang berakibat pada ke-otoriteran Presiden Soekarno yang menjadi
Presiden seumur hidup dan membuat politik konfrontasi, serta menggabungkan

4
nasionalis, agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan negara
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kemerosotan moral sebagian masyarakat yang
sudah tidak mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, muncul
pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi
politik, keamanan, dan kehidupan ekonomi makin memburuk, puncak dari situasi
tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI. Mengingat keadaan makin
membahayakan Ir. Soekarno selaku Presiden RI memberikan perintah kepada
Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar) untuk mengambil
segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan, ketertiban dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah.
B. Dinamika Pancasila pada masa Orde Baru (1965-1998)
Terlaksananya berdasarkan “supersemar” dan TAP MPRS no. XXXVII/MPRS/1968
periode ini merupakan demokrasi pancasila, sebab semua bentuk penyelenggaraan
negara berlangsung atas dasar nilai-nilai pancasila.

Ciri-Ciri Umum Pancasila pada Era Orde Baru memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Mengutamakan musyawarah mufakat
2. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
3. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksankan hasil keputusan musyawarah
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
7. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
nilai kebenaran dan keadilan

Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideologi yang hanya menguntungkan
satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan
kesatuan hak-hak demokrasi dikekang. Sedangkan pada era reformasi eksistensi Pancasila
masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya belum mampu
diwujudkan secara riil. Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan
pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari
Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi
sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu

5
Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian baru di bawah
Soeharto.

Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Orde Baru

1. Pelaksanaan Pemilihan Umum yang Kurang Demokratis


Pada era orde baru sebenarnya telah mulai dijalankannya sistem pemilihan umum
dengan azas langsung, umum, bebas dan rahasia. Tetapi sejak tahun 1971 sampai
1997 tidak ada pergantian kekuasaan pada level pucuk pemerintahan dan hanya
menteri-menteri saja yang mengalami perubahan di sana-sini. Selama lebih dari tiga
puluh tahun Soeharto menjadi pemimpin di Indonesia ini tanpa sekali pun ada
pergantian.

Hal ini tidak sesuai dengan sila keempat pancasila karena tidak memberikan
kesempatan bagi orang lain yang mampu untuk dapat menduduki jabatan sebagai
presiden Republik Indonesia. Kekuasaan seakan-akan dimonopoli oleh kelompok
yang itu-tu saja serta tidak ada transparansi dalam pemerintahan.

2. Pembatasan hak-hak politik Rakyat


Era orde baru terkenal dengan stabilitas politiknya. Salah satu penyebab dari
terbentuknya kestabilan politik ini adalah karena kurangnya terbukanya kesempatan
dan kebebasan bagi rakyat untuk mengeluarkan pendapat. Alasan dibalik pencabutan
izin peredaran majalah tempo adalah karena pada saat itu majalah tempo
menerbitkan sebuah edisi majalah dengan salah satu artikelnya memuat tentang
kritik terhadap pemerintahan orde baru.
Hal tersebut dianggap sebagai ancaman karena apabila arikel tersebut dibaca oleh
masyarakat, maka akan terjadi guncangan di masyarakat yang akhirnya akan
mengakibatkan kestabilitasan negara dapat terganggu. Akhirnya pemerintah
membuat keputusan untuk memberhentikan majalah tempo tersebut pada tahun 1882
dan 1994.
3. Terjadinya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
Pada pemerintahan orde baru diharapkan dapat membersihkan segala kegiatan KKN
yang terjadi pada era orde lama. Tetapi ternyata pada pemerintahan Presiden
Soeharto ini, praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) justru menjadi kasus
yang paling terkenal dan dikenang oleh masyarakat sampai saat ini. Sampai-sampai
era orde baru selalu diidentikkan masyarakat dengan KKN. Tidak dapat dipungkiri

6
bahwa praktik KKN yang terjadi di era ini sangat merajalela. Praktik KKN ini tentu
saja bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila karena dapat merugikan negara dan
hidup orang banyak.
4. Adanya Penembak Misterius
Pemerintah membentuk suatu operasi yang diberi nama Operasi Pemberantasan
Kejahatan (OPK) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Petrus (Penembak
Misterius) yang beranggotakan aparat militer. Adanya operasi ini memberikan shock
teraphy bagi preman-preman yang lain supaya segera menyerahkan diri sebelum
menjadi sasaran petrus yang selanjutnya. Walaupun sukses menekan angka
kriminalitas, operasi ini tidak sesuai dengan sila kedua pancasila yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab. Pembunuhan yang dilakukan terhadap preman-preman
tersebut dinggap kurang manusiawi karena caranya yang terlalu brutal.

Kelebihan Pelaksanaan Pancasila pada masa orde baru


1. Sukses Transmigrasi
Dilaksanakannya transmigrasi pada era orde baru merupakan salah satu kelebihan
yang terjadi pada era tersebut. Transmigrasi dilaksanakan dalam upaya untuk
memeratakan pendduk di Indonesia agar tidak hanya tinggal di daerah-daerah
tertentu saja. Dengan adanya transmigrasi tingkat kemiskinan di Pulau Jawa juga
dapat teratasi dengan memindahkan sebagian penduduknya ke luar Pulau Jawa dan
memberikan tunjangan sebagai modal mereka untuk hidup di tempat yang baru dan
juga agar mereka yang melakukan transmigrasi dapat mendapatkan lahan yang layak
untuk bertani. Beberapa pulau yang menjadi tujuan transmigrasi pada era orde baru,
antara lain Sumatra, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Sukses Swasembada Pangan
Pemerintah era orde baru pada sekitar tahun 1980an mampu membuat Indonesia
yang sebelumnya sebagai negara pengimpor beras terbesar, menjadi negara yang
mapu berswasembada beras dengan produksi beras yang mencapai 25,8 ton. Tidak
hanya itu, Indonesia juga bahkan mampu mengekspor beras ke luar negeri dan
sempat menjadi negara pengekpor beras terbesar di dunia. Hal ini merupakan salah
satu prestasi yang luar biasa yang terjadi pada era orde baru tersebut.

Pada era orde baru ini, bidang pertanian mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah karena sektor inilah yang dianggap mampu untuk meningkatkan

7
perekonomian di Indonesia. Dengan suksesnya swasembada pangan pada era itu
sekaligus juga telah meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup petani. Suksesnya
swasembada pangan ini juga berhubungan dengan diadakannya transmigrasi.
Program transmigras yang dilaksanakan pada era orde baru bertujuan untuk
perluasan lahan-lahan yang berada di luar Pulau Jawa supaya dapat digunakan untuk
menanam padi sehingga produksi beras meningkat.

Selain itu, perhatian yang dilakukan pemerintah pada saat itu adaah dengan cara
intensifikasi produksi pertanian atau lebih dikenal dengan sebutan reolusi hijau.
Cara-cara yang ditempuh pemerintah antara lain adalah dengan memberikan
peralatan-peralatan teknik yang menunjang petanian, memperkenalkan varietas-
varietas padi yang bersiklus pendek tetapi dengan hasil yang tinggi, rekruitmen dan
pelatihan penyuluh pertanian, melakukan perbaikan terhadap infrastruktur irigasi,
dan menyubsidi sarana produksi.

C. Dinamika Pancasila Pada Era Reformasi

Pancasila pada Era Reformasi ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu
dampak negatif yang signifikan, namun semakin hari dampaknya makin teras adan
berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam
kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-
konflik secara pasif dan pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat atas
keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi
disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda.
Dalam bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai sektor. Dalam
bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh aktivitas politik seolah-
olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan golongan.

Ancaman perubahan dasar Negara pada era Reformasi ini antara lain yaitu,
penerapan Pancasila lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat yang
diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas, menurunnya ras apersatuan dan kesatuan
di antara sesama warga bangsa saat ini, dan dihadapkan pada perkembangan dunia
yang sangat cepat dan mendasar, serta berpacunya perkembangan bangsa-bangsa.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa
Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa lampau yang
berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang
akan datang. Orde baru berkehendak ingin melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari
pancasila.
Gerakan reformasi telah membawa perubahan-perubahan dalam bidang politik dan usaha
penegakan kedaulatan rakyat, serta meningkatkan peran serta masyarakat dan mengurangi
dominasi pemerintah dalam kehidupan politik.
B. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara
Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila dari pancasila tersebut dengan
setulus hati dan penuh dengan rasa tanggung jawab agar pancasila tidak terbatas pada
coretan tinta belaka tanpa makna.
Untuk seluruh rakyat Indonesia untuk slaing menghargai perjuangan pahlawan bangsa dan
turut serta menjaga nama baik bangsa Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dodo Mulia, Argumen Tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Harefa, Amstrong, Pancasila Sebagai Ideologi Dinamis
Mulyono, Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. http://eprints.undip.ac.id/3241/2/3_artikel_P'_Mulyono.pdf
Kurniawan, Aris, 2021, Pancasila Pada Masa Orde Baru,
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-pada-masa-orde-baru/

10

Anda mungkin juga menyukai