Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANDIRI

“IMPLEMENTASI PANCASILA DI ERA SETELAH REFORMASI”

Mata Kuliah :Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :

NAMA : LISA

NPM : 140910056

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

Tahun Ajaran 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan dan sampaikan pada kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bias menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Pancasila”
sehingga kita bisa memahami bagaimana peran pancasila bagi bangsa
Indonesia dan makalah ini merupakan tugas akhir dalam proses
pembelajaran panacasila,

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan


pemahaman akan kesadaran pentingnya nasionalisme Indonesia dan
sekaligus juga dapat membangkitkan semangat nasionalisme yang
semakin luntur sehingga sekali lagi diharapkan dengan makalah ini dapat
menjadikan motivasi dengan semangat kebangsaan nasionalisme
Indonesia.

Saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh
karena itu , saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Batam, 26 January 2015


Penyusun

Lisa

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 4

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………….. 5

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….... 5

1.3. Landasan Implementasi Pancasila ……………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 6

2.1. Peranan Pancasila pada Sejarah Indonesia ……………………….... 6

2.2. Peranan Pancasila dan berbagai bidang …………………………….. 12

2.3. Masalah dalam proses Implementasi ………………………………... 14

BAB III PENUTUP …………………………………………………………....


17

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………


17

3.2. Saran ……………………………………………………………………..


17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 18

BAB I

3
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa


Indonesia yang menjadi pedoman untuk mencapai cita-cita bangsa,
dewasa ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa
Indonesia dari ancaman disintegrasi selama lebih dari lima puluh tahun.
Namun sebaliknya sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi
Negara dalam format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes
terhadap pancasila.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar


filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam
interpretasi dan manipulasi poliltik sesuai dengan kepentingan penguasa
demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi
ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain Pancasila tidak lagi dijadikan
Pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia.

Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis


lurus bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam
konteks implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai
kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya
bersal dari faktor domestik, tetapi juga dunia internasional.

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila


sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila
terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan
kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat
menjangkiti negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme, serta neo-
konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan
cara berfikir masyarakat Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

4
a. Peranan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan?

b. Masalah yang di hadapi dalam proses implementasi?

c. Implementasi pancasila pada sejarah Indonesia?

1.3. Pendekatan Implementasi Pancasila

a. Pendekatan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman


kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa
Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang
merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan
hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita
(the founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam
yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan


pandangan hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing
di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan
kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila


sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia
secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis
Pancasila.

BAB II

PEMBAHASAN

5
2.1. PERANAN PANCASILA PADA SEJARAH INDONESIA

Pancasila diimplementasikan hanya secara normatif dan teoritis


serta belum benar-benar diamalkan dengan baik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila dalam sistem kenegaraan menjadi
multi tafsir dan cenderung untuk kepentingan penguasa. Oleh karena itu
ketika orde baru jatuh, maka Pancasila juga mulai ditinggalkan.

Sejarah implementasi Pancasila memang tidak menunjukkan garis


lurus, bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tapi dalam
konteks implementasinya. Tantangan terhadap Pancasila sebagai
kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya
berasal dari faktor domestik, tetapi juga internasional. Banyak ideologi-
ideologi mancanegara yang turut bertarung di Indonesia. Kini gelombang
demokratisasi, Hak Asasi Manusia, neo-liberalisme, serta neo-
konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan
cara berpikir masyarakat Indonesia.

Hal demikian bisa meminggirkan Pancasila dan bisa menghadirkan


sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian
bangsa. Dalam suasana demikian, bisa saja solidaritas global menggeser
kesetiaan nasional. Internasionalisme menggeser nasionalisme. Kini
bangsa Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila yang sangat
istimewa agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Terbentuknya negara yang
dinamakan Indonesia tahun 1945 oleh karena kesadaran dan
kesepakatan bangsa untuk mendasarkan diri kepada Pancasila. Dengan
Pancasila, persatuan dan kesatuan bangsa dari Sabang sampai Meraoke
tetap akan utuh dan apa yang dinamakan negara dan bangsa Indonesia
akan tetap ada.

Untuk kepentingan hal tersebut, maka dibutuhkan upaya sungguh-


sungguh untuk peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
demikian, bangsa ini dapat mengembangkan keharmonisan dan

6
kemandiriannya demi mencapai kemajuan bangsa, antara lain perlu
implementasi kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Beberapa impelementasi Pancasila di berbagai orde di antaranya

a. Masa Orde Lama

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma


yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik
ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi
oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat
merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi
Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode Implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu
periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan peride 1959-1966.

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja


menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan
mendirikan negara dengan dasar islam. Pada periode ini, nilai persatuan
dan kesatuan masih tinggi ketika menghadapi Belanda yang masih ingin
mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia.

Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat


tantangan. Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi
yang diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya
berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang

7
oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas
pemerintahan.

Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila,


tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat,
melainkan suara terbanyak (voting). Sistem pemerintahannya yang
liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini
persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan
munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin
melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan
lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling
demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat
menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis
politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah
mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante,
UUD 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan
yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah
Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak
menjamin stabilitas pemerintahan.

Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi


terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga
yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai
penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.
Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur
hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan
Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya
kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan
Pancasila dengan ideologi lain.

Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan


pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk

8
memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya
memegang teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia, demokrasi
terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi
kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun posisi
Indonesia tetap dihormati di dunia internasional dan integritas wilayah
serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan.

b. Masa Orde Baru

Orde baru berhendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945


secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang
telah menyimpang dari Pancasila. Situasi internasional kala itu masih
diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam negeri
kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan
yang sulit, memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau
mengedepankan kepentingan strategi dan politik di arena internasional
seperti yang dilakukan oleh Soekarno.

Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila,


diliputi oleh paradigma yang esensinya adalah bagaimana menegakkan
stabilitas guna mendukung rehabilitasi dan pembangunan ekonomi.
Istilah terkenal pada saat itu adalah stabilitas politik yang dinamis diikuti
dengan trilogi pembangunan. Perincian pemahaman Pancasila itu
sebagaimana yang kita lihat dalam konsep P4 dengan esensi selaras,
serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad politik dengan
melakukan pemahaman Pancasila.

Pada awalnya memang memberi angin segar dalam pengamalan


Pancasila, namun beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Walaupun
terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghormatan dari dunia
internasional, Tapi kondisi politik dan keamanan dalam negeri tetap
rentan, karena pemerintahan sentralistik dan otoritarian. Pancasila
ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi

9
tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran
HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau
negara. Pancasila seringkali digunakan sebagai legimitator tindakan
yang menyimpang. Kesimpulan, Pancasila selama Orde Baru diarahkan
menjadi ideologi yang hanya menguntungkan satu golongan, yaitu
loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan kesatuan
hak-hak demokrasi dikekang.

c. Pada Masa Reformasi

Terlepas dari kenyataan yang ada, gerakan reformasi sebagai upaya


memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia ini harus dibayar mahal,
terutama yang berkaitan dengan dampak politik, ekonomi, sosial, dan
terutama kemanusiaan. Para elite politik cenderung hanya
memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih kekuasaan
sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan
kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat
tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya korban jiwa
dari anak-anak bangsa dan rakyat kecil yang tidak berdosa merupakan
dampak dari benturan kepentingan politik. Tragedi “amuk masa” di
Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Irian Jaya, serta daerah-daerah lainnya merupakan bukti
mahalnya sebuah perubahan.

Kondisi sosial politik ini diperburuk oleh kondisi ekonomi yang tidak
berpihak kepada kepentingan rakyat. Sektor riil sudah tidak berdaya
sebagaimana dapat dilihat dari banyaknya perusahaan maupun
perbankan yang gulung tikar dan dengan sendirinya akan diikuti dengan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah pengangguran yang tinggi
terus bertambah seiring dengan PHK sejumlah tenaga kerja potensial.
Masyarakat kecil benar-benar menjerit karena tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan naiknya

10
Di balik keterpurukan tersebut, bangsa Indonesia masih memiliki
suatu keyakinan bahwa krisis multidimensional itu dapat ditangani
sehingga kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Apakah yang
dasar keyakinan tersebut? Ada beberapa kenyataan yang dapat menjadi
landasan bagi bangsa Indonesia dalam memperbaiki kehidupannya,
seperti: (1) adanya nilai-nilai luhur yang berakar pada pandangan hidup
bangsa Indonesia; (2) adanya kekayaan yang belum dikelola secara
optimal; (3) adanya kemauan politik untuk memberantas korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN).

Yang lebih mendasar lagi reformasi dilakukan pada kelembagaan


tinggi dan tertinggi yaitu pada susunan DPR dan MPR,yang dengan
sendirinya harus dilakukan melalui pemilu secepatnya dan diawali dengan
pengubahan :

a) UU Tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD


(UU No. 16/1969 jis. UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985).
b) UU Tentang partai polotik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975,
jo.UU. No. 3/1985).
c) UU Tentang pemilihan Umum (UU no. 16/1969 jis UU No.
4/1975,UU No.2/1980, dan UU No. 1/1985).

Reformasi terhadap UU politik tersebut diatas harus benar-benar


dapat mewujudkan iklim politik yang demokratis sesuai dengan kehendak
pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh majelis permusyawaratan rakyat.

2.2. PERANAN PANCASILA PADA BERBAGAI BIDANG

a. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus


mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh
karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan

11
demi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara
terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada
moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala
cara harus segera diakhiri.

b. Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi

Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang


menang, sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal
ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada
tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja
melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan
seluruh bangsa.

c. Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya

Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya


hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu
dengan yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.

12
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic,
artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber
pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

d. Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat


hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan
peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur
ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan
negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat
manusia sebagai pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan
yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan
negara.

2.3. MASALAH DALAM PROSES IMPMLEMENTASI

Dalam proses implementasinya pancasila mengahadapi berbagai


masalah yang membuat pancasila menjadi ideologi yang kurang di
percaya oelah sebagaian masyarakat di Indonesia di antaranya yaitu
masalah HAM menjadi salah satu pusat perhatian manusia sejagat, sejak
pertengahan abad kedua puluh. Hingga kini, ia tetap menjadi isu aktual
dalam berbagai peristiwa sosial, politik dan ekonomi, di tingkat
nasionalmaupun internasional. Menurut konsiderans UU Hak Asasi
Manusia No. 39 tahun 1999 bahwa yang dimaksud dengan hak asasi
manusiaadalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa danmerupakan
anugerah-NYA yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintahdan setiap orang demi kehormatan serta

13
perlindungan harkat dan martabat manusia. Disamping itu menurut UU
No.39 ttahun 1999 tersebut juga menentukan Hak Asasi Manusia adalah
hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak Asasi ini menjadi dasar
daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Selain itu pula
kurangnya implementasi pemahaman tentanag pancasila dalam
kehidupan masyarakat saat ini sehingga banyak sekali masalah sosial
yang di hadapai oleh bangsa kita ini dan masalah-masalah ini membuat
bangsa lain di dunia kurang percaya dengan Semboyan kebanggaan kta
sebagaiu bangsa Indonesia yaitu “BHINEKA TUNGGAL IKA” oleh karena
demikian reputasi bangsa indonesia di mata dunia semakimn menurun
setiap tahunnya, masalah sosiallah yang telah merusak repuatasi
indonesia di mata dunia.

Melemahnya nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat. Seperti juga


Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini Orde
Reformasi, jika boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga
berupaya mengoreksi penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru.

Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan


pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam penegakan hukum.
Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap,
dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain
justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar
umat beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana.
Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego


kedaerahan dan primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut
sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman tentang Pancasila
sebagai suatu ideologi, dasar filsafati negara, azas, paham negara.
Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima
sila ( sikap/prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan

14
yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa
Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan
budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu
bahasa persatuan, sesuai dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga


bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa
daerah, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal, seperti halnya yang
masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai konflik yang terjadi dan telah
banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam
kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi
oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang
dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki


empat Presiden. Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai
masalah. Pada era Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati
Soekarno Putri, Pancasila secara formal tetap dianggap sebagai dasar
dan ideologi negara, tapi hanya sebatas pada retorika pernyataan politik.
Ditambah lagi arus globalisasi dan arus demokratisasi sedemikian
kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak tertarik merespons
ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Ideologi negara yang
seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa
Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku
ekonomi dalam berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur
dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan yang berat. Timor-
Timur yang telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan
pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa reformasi tersebut.
Daerah-daerah lain juga mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya
tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak segan-segan, sebagian

15
masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan
kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN
a. Peranan Pancasila dalam Sejarah Indonesia

1. Masa orde lama

2. Masa orde baru

b. Peranan Pancasila di Berbagai Bidang

1. Implementasi di bidang Politik

2. Implementasi di bidang Ekonomi

3. Implementasi di bidang Sosial dan Budaya

4. Implementasi di bidang Keamanan

c. Masalah dalam proses Implementasi

16
Masalah-masalah yang di hadapi dalam proses Impelemntasinya
pancasila antara lain HAM, Kurangnya pemahaman masayarakat akan
Pancasila, kurang percayanya bangsa terhadap semboyan BHINEKA
TUNGGAL IKA dan Melemahnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
masyarakat.

3.2. SARAN

Sebagai masyarakat Indonesia dan kaum muda kita harus mampu


mengimplementasikan pancasila sevara sempurna agar bangsa kita
menjadi bangsa pedoman bagi bangsa di dunia dan menunjuakan bahwa
BHINEKA TUNGGAL IKA itu benar terjadi di Indonesia bukan hanya
semboyan semata, dan tidak terjadi lagi berbagai masalah social.

DAFTAR PUSTAKA

http://referensipolitikdanhukum.blogspot.com/2009/08/implementasi-sila-
persatuan-indonesia.html

Sastrapetadja, M. (2007). “Pancasila sebagai Prinsip Humanisasi


Masyarakat:Kontekstualisasi dan Implementasi Pancasila”dalam
Mintaredja, Abbas Hamamidkk (Ed). Memaknai kembali Pancsila.
Yogyakarta :Penerbit Lima

Kaelan (2002).FilsafatPancasila. Yogyakarta :Paradigma

http://lppkb.wordpress.com/2011/03/16/pedoman-umum-implementasi-
Pancasila-dalam-kehidupan-bernegara/

http://www.scribd.com/doc/11269189/PANCASILA

http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-
kehidupan-berbangsa/

17

Anda mungkin juga menyukai