Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAISISTEM FILSAFAT

DOSEN PENGAMPU:Drs. Asep. M.Si

Disusun oleh : DEAE VITALOKA

NPM: D1B022002

PRODI : PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Kata Pengantar:
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai
upaya, tugas makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang
Pancasila sebagai Sistem Filsafat dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Pancasila, penjelasan dosen selama pembelajaran, dan serta informasi dari media
massa yang berhubungan dengan Pancasila. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
membawa manfaat untuk pembaca

ii
Daftar isi

Bab I PENDAHULUAN.............................................................................................................i

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................

1.3 Tujuan....................................................................................................................................

1.4 Manfaat..................................................................................................................................

Bab II PEMBAHASAN..............................................................................................................ii

2.1 Hakikat dari Pancasila.........................................................................................................

2.2 Sejarah Pancasila..................................................................................................................

2.3 Pengertian Filsafat................................................................................................................

2.4 Pancasila sebagai Filsafat Negara.......................................................................................

2.5 Definisi Kemanusiaan...........................................................................................................

2.6 Peran Manusia Dalam Konteks Sosial................................................................................

2.7 Manusia, Individu dan Sosial Dalam Sila Kedua dan Kelima..........................................

Bab III PENUTUP......................................................................................................................iii

KESIMPULAN............................................................................................................................iv

SARAN.........................................................................................................................................V

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang :

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong
negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh
persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi
manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarakat negara. Di suatu pihak
membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati
bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara,
juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana
Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan
karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing
sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan
ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan
dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat
dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih
kritis mengenai arti Pancasila.

iv
Rumusan masalah :
1. Apa Hakikat dari Pancasila?
2. Bagaimana Sejarah Pancasila?
3. Apa Pengertian dari Filsafat?
4. Mengapa Pancasila Dianggap sebagai Filsafat Negara?
5. Apa Definisi Kemanusiaan?
6. Bagaimana Peran Manusia Dalam Konteks Sosial?
7. Bagaimana Penerapan Sila Kedua dan Kelima Pancasila Dalam Kehidupan?

Tujuan :
1. Untuk Mengetahui Hakikat dari Pancasila
2. Untuk Memahami Bagaimana Sejarah Pancasila
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Fisafat
4. Untuk Memahami Pengertian dari Pancasila sebagai Filsafat Negara
5. Untuk Mengetahui Hakikat dari Kemanusiaan
6. Untuk Memahami Peran Manusia Dalam Konteks Sosial
7. Untuk Mengetahui dan Memahami Isi Dari Sila Kedua dan Kelima Pancasila

Manfaat :
1. Seluruh kaum muda Bangsa Indonesia khususnya Mahasiswa mampu memahami
bagaimana arti penting dari Pancasila.
2. Para pembaca diharapkan dapat mempelajari dan mengamalkan seluruh ajaran dari
Pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar negara.
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam mengartikan,
memaknai, serta mengimplementasikan arti Pancasila

v
Bab II
PEMBAHASAN
Hakikat Pancasila:
Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila dijadikan
landasan dalam penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar negara berarti
bahwa, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah harus
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan. Pancasila
memiliki arti lima dasar, sedangkan sila sendiri sering diartikan sebagai kesesuaian
atau peraturan tingkah laku yang baik. Hakikat adalah sesuatu hal yang ada pada
diri seseorang atau sesuatu hal yang harus ada dalam diri sendiri.

Pancasila bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi warga Indonesia, diterapkan
dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV dan dijadikan sebagai dasar negara
Republik Indonesia yang terdiri dari 5 sila. Maskipun dalam UUD 1945 tidak secara
langsung dijelaskan mengenai Pancasila, namun Pancasila sudah tertanam sediri
dalam jiwa masyarakat Indonesia bahwa Pancasila merupakan pedoman yang
harus ditanamkan dalam diri. Pancasila juga mencerminkan kepribadian
masyarakat Indonesia karena didalamnya terdapat butir-butir yang apabila
diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

Pada bagian ini, akan di pahami hakikat Pancasila sebagai ideologi negara
memiliki tiga dimensi sebagai berikut:

 Dimensi realitas; mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar


yang terkandung dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai real
yang hidup dalam masyarakatnya. Hal ini mengandung arti
bahwa nilai-nilai Pancasila bersumber dari nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia sekaligus juga berarti bahwa nilai-nilai
Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari
baik dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat
maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.

vi
 Dimensi idealitas; mengandung cita-cita yang ingin dicapai
dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai dasar Pancasila
mengandung adanya tujuan yang dicapai sehingga
menimbulkan harapan dan optimisme serta mampu
menggugah motivasi untuk mewujudkan cita-cita. 136
 Dimensi fleksibilitas; mengandung relevansi atau kekuatan
yang merangsang masyarakat untuk mengembangkan
pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Pancasila sebagai
ideologi bersifat terbuka karena bersifat demokratis dan
mengandung dinamika internal yang mengundang dan
merangsang warga negara yang meyakininya untuk
mengembangkan pemikiran baru, tanpa khawatir kehilangan
hakikat dirinya (Alfian, 1991: 192 – 195). Anda dipersilakan
untuk mendi

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat Pancasila


adalah sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang terdapat pada
silavPancasila yang harus dijadikan sebab, sehingga dijadikan sebagai dasar
negara. Pancasila menunjukan hakikat atau subtansi Pancasila yaitu dasar atau
kata dasar Tuhan, manusia, rakyat, dan adil. Mendapatkan awalan serta akhiran
ke-an, per-an, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Hakikat atau substansi memiliki sifat abstrak, umum, universal, mutlak, tetap,
tidak berubah, terlepas dari situasi, tempat dan waktu.

vii
SEJARAH PANCASILA:
Pada 1 Maret 1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden
Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya,
dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota sidang,
“Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?“

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi,


terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yaitu: Lima Dasar oleh Muhammad Yamin,
yang berpidato tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai
berikut:

 Perikebangsaan.
 Perikemanusiaan.
 Periketuhanan.
 Perikerakyatan.
 Kesejahteraan rakyat.

Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar kepada
sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang
di Indonesia. Namun, Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato
Yamin tersebut. Soekarno kemudian mengusulkan Panca Sila  yang dikemukakan
pada 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul
“Lahirnya Pancasila”. Soekarno mengemukakan dasar-dasarnya, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme.


2. Kemanusiaan atau internasionalisme.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

viii
Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni itu,
katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,


kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma,
tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa –
namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan pidato yang
diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945 dan menjadikan dokumen itu sebagai teks
untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.

Dari Panitia Kecil itu dipilih sembilan  orang yang dikenal dengan Panitia
Sembilan, untuk menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada
tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945.


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18
Agustus 1945.
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat –
tanggal 27 Desember 1949.
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal
15 Agustus 1950.
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret
Presiden 5 Juli 1959).

Presiden Joko Widodo pada 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, sekaligus
menetapkannya sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.SWAQ

ix
PENGERTIAN FILSAFAT:

Filsafat Adalah – Keberadaan filsafat sebagai disiplin ilmu ternyata sudah


dipersoalkan sejak lebih dari 20 tahun abad silam. Meskipun banyak pendapat
yang menjelaskan mengenai apakah sesungguhnya filsafat itu, tetapi pendapat-
pendapat tersebut belum memuaskan semua orang. Bahkan banyak orang yang
berpikir bahwa filsafat adalah sesuatu yang bersifat serba rahasia, mistis, dan aneh.

Banyak ahli yang mendefinisikan apa itu filsafat. Poedjawijatna berpendapat


bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab secara
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang berdasarkan pikiran belaka. Lalu
menurut Hasbullah Bakry, filsafat memiliki definisi berupa sejenis pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam, mulai dari ketuhanan, alam
semesta, hingga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia. Kemudian ada
juga tokoh filsafat terkenal, Plato, yang mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan
yang berminat untuk mencapai pada kebenaran asli.

Nah, berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah sebuah ilmu yang berusaha mencari sebab
secara mendalam berdasarkan pemikiran dan akal manusia. Filsafat ini juga dapat
menjadi pandangan hidup seseorang sekelompok orang mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Namun, filsafat ini dapat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa ketika memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan melihat secara menyeluruh dengan segala hubungan.

Ada beberapa pernyataan yang memuat istilah “filsafat” sebagai berikut:

1. “Sebagai seorang pedagang, filsafat saya adalah meraih keuntungan


sebanyak-banyaknya”.
2. “Saya sebagai seorang prajurit TNI, filsafat saya adalah
mempertahankan tanah air Indonesia ini dari serangan musuh sampai
titik darah terakhir”.
3. “Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh
peraturan hukum yang berlaku”.
4. “Sebagai seorang wakil rakyat, maka filsafat saya adalah bekerja
untuk membela kepentingan rakyat”.

x
Berdasarkan keempat pernyataan di atas, maka Anda tentu dapat
membedakan bunyi pernyataan (1), (2), (4), dan pernyataan (3). Untuk dapat
memahami perbedaan keempat pernyataan tersebut, maka perlu menyimak
beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang
dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap


kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
(arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. (arti informal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruha.
(arti komprehensif).
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti
kata dan konsep. (arti analisis linguistik).
5. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
(arti aktual-fundamental).

Berdasarkan uraian tersebut, maka pengertian filsafat dalam arti informal


itulah yang paling sering dikatakan masyarakat awam, sebagaimana pernyataan
pedagang dalam butir (1), pernyataan prajurit butir (2), dan pernyataan wakil
rakyat butir (4). Ketiga butir pernyataan tersebut termasuk dalam kategori
pengertian filsafat dalam arti informal, yakni kepercayaan atau keyakinan yang
diterima secara tidak kritis.

xi
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT NEGARA:
dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya
dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun
pidatonya sebagai berikut:

Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka
Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta
suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”.
(Soekarno, 1985: 7).

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan


hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil
perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan
merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat
karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Beberapa ciri berpikir
kefilsafatan meliputi:

1) sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain
secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di
dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
2) sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan
gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat
hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan
dan dinamika masyarakat di Indonesia;
3) sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan
aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat
dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi
diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara;

xii
4) sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan
sebagai praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar
berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.
Pancasila sebagai dasar negara pada permulaannya merupakan buah pikir
dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian
dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam
sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).

Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi


dasarnegara dan dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup
kenegaraanatau ideologi negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur
danmengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan,seperti
perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidupberbangsa,
hubungan warga negara dengan negara, dan hubunganantarsesama warga negara,
serta usaha-usaha untuk menciptakankesejateraan bersama. Oleh karena itu,
Pancasila harus menjadi operasionaldalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam
bidang-bidang tersebut di atasdan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara (Sastrapratedja, 2001: 1).

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai


filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruhperaturan perundang-
undangan yang berlaku. Contoh: Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang
Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkandan memelihara tatanan
kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadianluhur, menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, sertamenghormati harkat dan martabat
kemanusiaan”. Undang-undang tersebutmemuat sila pertama dan sila kedua yang
mendasari semangat pelaksanaanuntuk menolak segala bentuk pornografi yang
tidak sesuai dengan nlai-nilaiagama dan martabat kemanusiaan.

xiii
DEFINISI KEMANUSIAAN:

Kemanusiaan berasal dari kata “manusia”, yaitu makhluk ciptaan Tuhan


yang sangat mulia dari makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai potensi
berpikir, rasa, karsa, dan cipta. Manusia menempati kedudukan & martabat yang
tinggi. Kata “Adil” mengandung makna bahwa suatu keputusan atau tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif dan subjektif, sehingga tidak
melakukan perbuatan sesuka hati. Oleh karena itu, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab memiliki definisi bahwa adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh
semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta
bersifat universal. Pancasila sila kedua merupakan pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia sehingga bisa dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia untuk
mencapai kesejahteraan lahir maupun batin dalam bermasyarakat di dalam
keberagaman.

Seringkali masih banyak manusia tidak menerapkan sila kedua ini, yang
berarti manusia bertentangan dan tidak melakukan sesuai makna yang terkandung
didalmnya. Jika manusia tidak melaksanakan sila kedua, maka akan berakibat
semua masyarakat melakukan perbuatan yang sewenang-wenang. Melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu perilaku yang menyimpang atau
bertentangan karena seharusnya setiap manusia harus berlaku adil dan menghargai
hak masing-masing dari setiap manusia. Menghina orang miskin juga merupakan
hal yang bertentangan karena kita tidak boleh merendahkan martabat orang lain
walaupun manusia berada pada kedudukan yang paling rendah. Selain itu, sikap
yang bertentangan adalah tidak mau membela hal yang benar. Ada juga sikap yang
melakukan penindasan tehadap orang lain, seperti melakukan pelecehan seksual
dan melakukan pembunuhan.

Implikasi adalah akibat langsung atau konsekuensi dari hasil penemuan


suatu penelitian ilmiah. Implikasi dari Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah
menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma
sopan santun dalam pergaulan sesama manusia. Hal ini dilakukan agar Indonesia
berada dalam kondisi yang tentram dan nyaman.

xiv
Hal terakhir adalah akan membahas tentang contoh penerapan atau
implementasi dari sila kedua dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, mengakui
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Hal ini karena setiap manusia memiliki martabat masing-masing
sehingga kita tidak boleh melakukan pelecehan terhadap manusia lain. Kedua,
mengembangkan sikap tenggang rasa. Contohnya adalah selalu memberikan kritik
yang membangun dengan cara yang santun dan berfokus pada
permasalahan.. Ketiga, saling mencintai sesama manusia. Oleh karena itu,
terhadap sesama manusia yang berbeda baik agama, suku, pendidikan, ekonomi,
politik, sebaran geografi seperti kota dan desa, dan lain-lain, sebagai manusia
Indonesia, kita harus tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia
yaitu rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia sehingga
tercipta hidup rukun damai dan sejahtera. Keempat, tidak boleh semena-mena
terhadap orang lain. Hal ini agar perilaku setiap manusia terhadap orang lain tidak
boleh sesuka hati, harus menjunjung hak dan kewajiban.

xv
PERAN MANUSIA DALAM SOSIAL:
Manusia sebagai makhluk individu memiliki berbagai peran untuk mewujudkan
segala hal yang diinginkannya. Manusia sebagai makhluk individu berperan
menjaga dan mempertahankan harkat martabat yang dimilikinya. Kemudian
sebagai makhluk individu, manusia terus berupaya memenuhi hak-hak dasarnya.
Merealisasikan segenap potensi diri, baik dari segi jasmani dan rohani menjadi
salah satu peran manusia sebagai makhluk individu. Selain itu, manusia sebagai
makhluk individu juga berperan memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi
kesejahteraan hidup yang dijalaninya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memiliki peran lain disamping


menjadi manusia sebagai makhluk individu yaitu berperan menajdi manusia
sebagai makhluk sosial. Sejatinya manusia juga memiliki kodrat menjadi makhluk
sosial sebagaimana pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini berarti manusia
akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak
akan mampu bertahan hidup sendirian didunia ini tanpa adanya bantuan dari
manusia lainnya.

Kebutuhan manusia dapat terpenuhinya melalui adanya interaksi sosial


dengan manusia atau kelompok lainnya. Interaksi ini pada akhirnya akan
membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Berbagai jenis kelompok sosial
tumbuh dan berkembang seiring dengan kebutuhan manusia untuk melakukan
interaksi.

Bila kita mengingat kembali maka akan kita temukan fakta tidak ada
satupun hal didunia ini yang kita peroleh atau berhasil dilakukan tanpa ILMU
SOSIAL DAN BUDAYA DASAR 47 bantuan orang lain. Sejak manusia
dilahirkan bahkan sampai seseorang mengembuskan nafas terakhirnya tetap akan
membutuhkan bantuan manusia lainnya. Seperti halnya kegiatan yang kita lakukan
sehari hari seperti makan, bekerja, bergaul, dan lain sebagainya.

Contoh diatas semakin mempertegas kedudukan manusia sebagai manusia


yang disebut Aristoteles sebagai zoon politicon. Semua hal yang didapatkan atau
berencana untuk diraih manusia dalam hidup akan membutuhkan bantuan manusia
lainnya. Ini menjadi fakta yang tak terbantahkan.

xvi
Penerapan Sila Kedua dan Kelima Pancasila Dalam Kehidupan.

Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan


suatu sistem nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.

2.Pengamalan nilai nilai pancasila Sila kedua(kemanusiaaan).

Sila ke-2 tersebut merupakan perwujudan nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, bermoral, dan
beragama.

 Contoh penerapan sila ke-2 (kemanusiaan) di rumah


a. Menghormati, menghargai, dan menyayangi orang tua serta saudara
b. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
c. Mendengarkan nasihat dan mematuhi perintah orang tua
d. Tidak semena-mena terhadap orang tua dan sesama saudara

 Contoh Penerapan sila ke-2(kemanusiaan) di masyarakat


a. Menghormati tetangga tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan
b. Menjaga kerukunan antar tetangga
c. Menolong tetangga yang membutuhkan bantuan
d. Menjaga norma kesopanan di lingkungan tetangga
e. Melaksanakan kewajiban sesuai peraturan yang disepakati di lingkungan masyarakat,
misalnya, menjaga kebersihan lingkungan dengan ikut kerja bakti
f. Tidak main hakim sendiri
g. Mengambil keputusan untuk kepentingan masyarakat dengan jalan musyawarah.

 Contoh Penerapan sila ke-2(kemanusiaan) di sekolah:


a. Memperlakukan sesama teman dengan baik tanpa membedakan suku, ras, agama, dan
golongan
b. Menghormati guru
c. Menghargai teman
d. Membantu guru dan teman yang mengalami kesulitan.

xvii
5. Pengamalan Nilai-nilai Pancasila Sila Ke-5 Nilai Keadilan
Nilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.” Makna nilai tersebut adalah setiap masyarakat
Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan..

 Penerapan nilai keadilan di lingkungan rumah:


a. Menjalankan kewajiban dan mendapatkan hak sesuai peranan masing-masing anggota
keluarga
b. Saling membantu dan mendukung antar anggota keluarga
c. Menghormati hak masing-masing anggota keluarga.

 Contoh Penerapan sila ke-5 (keadilan) di lingkungan masyarakat:


a. Melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai warga masyarakat
b. Membantu tetangga yang membutuhkan tanpa melihat status sosial
c. Mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan masyarakat.

 Penerapan nilai keadilan di lingkungan sekolah:


a. Melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai siswa
b. Menghargai teman dan menghormati guru
c. Saling membantu dan berbagi antar teman.

xviii
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN:

Pancasila memiliki arti lima dasar, sedangkan sila sendiri sering diartikan
sebagai kesesuaian atau peraturan tingkah laku yang baik. Hakikat adalah sesuatu
hal yang ada pada diri seseorang atau sesuatu hal yang harus ada dalam diri sendiri.
Lahirnya pancasila pada tanggal 1 Juni 1945

filsafat adalah sebuah ilmu yang berusaha mencari sebab secara mendalam
berdasarkan pemikiran dan akal manusia. Filsafat ini juga dapat menjadi
pandangan hidup seseorang sekelompok orang mengenai kehidupan yang dicita-
citakan.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai


filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruhperaturan perundang-
undangan yang berlaku.

Kemanusiaan berasal dari kata “manusia”, yaitu makhluk ciptaan Tuhan


yang sangat mulia dari makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai potensi
berpikir, rasa, karsa, dan cipta. Manusia menempati kedudukan & martabat yang
tinggi. Kata “Adil” mengandung makna bahwa suatu keputusan atau tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif dan subjektif, sehingga tidak
melakukan perbuatan sesuka hati.

Sila ke-2 tersebut merupakan perwujudan nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, bermoral, dan
beragama.

Nilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.” Makna nilai tersebut adalah setiap masyarakat
Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan..

xix
SARAN:

SARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI MATERI INI ADALAH AGAR


SELURU MASYARAKAT MENGETAHUI SEBERAPA PENTING
PANCASILA DAN DAPAT MENGAMALKAN NILAI-NILAI SILA DARI
PANCASILA DENGAN BAIK & BENAR, SERTA TIDAK MELECEHKAN
ARTI PENTING PANCASILA

xx
DAFTAR PUSTAKA:
 BUKU PENDIDIKAN PANCAILA(Direktorat jendral
pembelajaran dan kemahasiswaan kementrian riset teknologi,
dan pendidikan tinggi republik indonesia
 https://www.gramedia.com/literasi/manusia-sebagai-makhluk-
individu/
 https://www.gramedia.com/literasi/contoh-penerapan-
pancasila-sila-kedua/

xxi

Anda mungkin juga menyukai